 |
Bermain lepas, tapi jangan lupakan cakarmu, Garuda!. (ANTARA) |
Jakarta - Sepak bola tidak selalu berpihak pada yang kuat atau hebat. Kadang, mereka yang tampil tanpa beban dan tak kenal takut menjadi pemenangnya.
Inilah yang membuat sepak bola sering tidak tertebak hasilnya. Tm kecil bisa mengalahkan tim besar. Tak selalu soal kekuatan, tapi soal nyali bertanding.
Ini yang harus dilakukan timnas Indonesia ketika mereka bertemu raksasa Asia, Jepang, pada laga penutup kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga Grup C di Stadion Panasonic Suita, Prefektur Osaka, Jepang, Selasa pukul 17.35 WIB.
Tak perlu takut dan inferior, Indonesia hanya perlu bermain lepas, tak ada beban berat di pundak. Kemenangan atas China, Kamis pekan lalu, memastikan Indonesia lolos ke putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 dan oleh karena itu apapun hasil laga nanti tak merubah situasi di klasemen akhir.
Jepang pun demikian, tim yang dikapteni oleh Wataru Endo itu sudah memastikan langkahnya ke Piala Dunia 2026, yang menjadi Piala Dunia kedelapan mereka secara beruntun sejak 1998.
Dalam laga terakhirnya kontra Australia, Jepang sudah tak menganggap laga itu penting. Pasalnya, pemain-pemain terbaik, sebut saja: Takumi Minamino, Kaoru Mitona, Hidemasa Morita, Ritsu Doan, Daizen Maeda, Yukinari Sugawara, Junya Ito, hingga Kyogo Furuhashi, tak dipanggil oleh Moriyasu.
Sebagai gantinya, pelatih 56 tahun itu memilih menggunakan nama-nama "lapis kedua", untuk memberikan jam terbang bagi mereka yang jarang mendapatkan kesempatan bermain di level internasional. Yu Hirakawa, Hiroki Sekine, dan Kota Tawaratsumida, adalah tiga nama yang mendapatkan debutnya setelah menjadi starter kontra Socceroos. Di laga itu, Jepang kalah, untuk pertama kalinya di babak kualifikasi setelah menjalani 14 pertandingan dengan 12 kemenangan dan dua kali seri.
Sebaliknya, Indonesia datang ke Jepang dengan komposisi terbaiknya. Jay Idzes, yang sudah teruji di Serie A Italia, akan memimpin barisan pertahanan di depan Maarten Paes atau Emil Audero yang memberikan rasa nyaman di barisan paling terakhir.
Kevin Diks, yang musim depan bermain di Bundesliga Jerman untuk Borussia Moenchengladbach, akan menunjukkan kualitas level Eropa-nya di sisi kanan pertahanan. Duet terbaik di lini tengah, Thom Haye dan Joey Pelupessy, bersiap bertarung dan mematikan sentral permainan tuan rumah yang dipimpin Wataru Endo.
Di lini depan, Ole Romeny sedang dalam kepercayaan diri tinggi, dan bersiap melakukan selebrasi menegakkan kepala untuk keempat kalinya, setelah mencetak tiga gol dalam tiga laga pertamanya untuk sang Garuda.
Dari barisan pemain di Liga 1 Indonesia, pemain-pemain seperti Ricky Kambuaya, Yakob Sayuri, Egy Maulana Vikry, hingga Beckham Putra berkesempatan meneruskan penampilan apik mereka, setelah tampil memuaskan dalam kemenangan melawan China.
Inilah kelebihan yang harus dimanfaatkan Indonesia, guna menjegal Jepang yang bermain tanpa pemain-pemain utamanya. Jepang tetaplah Jepang, namun tentu bukanlah mereka yang ditemui di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, November tahun lalu, di saat "Godzilla" membuat "Gundala" kalah telak 0-4. Bukan juga Jepang yang membuat Indonesia mati kutu dan tak berkutik di Qatar pada 10 bulan sebelumnya.
Maka, bermain bagai anak-anak kecil yang bermain bola di desa-desa, tanpa takut salah, tanpa gugup, dan penuh keberanian, adalah yang mesti dilakukan Indonesia. Namun, jangan lupa bahwa Garuda memiliki cakar tajam. Jangan sampai tumpul, apalagi sengaja tak menerkam, hanya karena sebuah pertandingan yang sudah tak ada pengaruhnya lagi.
Sudah lama Indonesia tak berbicara banyak di hadapan Jepang. Terakhir kali mereka menahan Jepang (0-0) adalah pada 1989 (kualifikasi Piala Dunia 1990), sementara terakhir kali mereka mengalahkannya pada 1981 dengan skor 2-0 pada sebuah laga persahabatan.
Tekad Joey Pelupessy dan Patrick Kluivert
Gelandang timnas Indonesia Joey Pelupessy sangat menantikan laga kontra Jepang. Menurutnya, Indonesia saat ini dalam motivasi tinggi setelah meraih dua kemenangan beruntun dari Bahrain dan China, yang sama-sama diakhiri dengan skor 1-0.
"Hal pertama yang membuat saya yakin adalah karena kami punya skuad yang bagus juga. Dua laga terakhir kami menang, itu memberi perasaan positif dan dorongan besar," tutur pemain klub Belgia Lommel SK tersebut, pada jumpa pers pra-pertandingan, Senin, demikian dikutip dari rekaman video yang diterima di Jakarta.
Sementara itu, karena sifat laga yang sudah tak penting lagi, pelatih timnas Indonesia Patrick membuka peluang untuk merotasi pemainnya, namun belum mengonfirmasi apakah benar-benar melakukannya atau tidak.
Yang dipastikan Kluivert adalah timnya sudah menganalisis permainan Jepang ketika takluk 0-1 dari Australia di Stadion Optus, Perth, pada Kamis pekan lalu. Di laga itu, Jepang tampil lebih buruk dari laga pertama melawan Australia di Stadion Saitama, Oktober tahun lalu, yang berakhir 1-1.
Di Perth, skuad pelapis Jepang bermain kurang efektif karena melesatkan 13 tembakan yang hanya satu tepat sasaran. Angka ini turun dari 12 tembakan yang menghasilkan tiga tembakan tepat sasaran pada pertemuan pertama.
Umpan pemain Jepang meningkat dari 598 umpan ke 640 umpan, namun efektivitas menyerang mereka justru lebih buruk karena hanya berhasil membuat sentuhan di kotak penalti sebanyak 15 kali, menurun lebih 50 persen dari yang dicatatkan mereka pada pertemuan pertama dengan 34 sentuhan di kotak penalti lawan.
Angka-angka ini membuktikan bahwa permainan Jepang lebih mandul dari sebelumnya. Mereka dominan dengan bola, namun gagal agresif membuat serangan. Dalam arti lain, Jepang sulit menembus barisan pertahanan anak-anak asuh Tony Popovic tersebut.
Kluivert tahu bahwa meladeni Jepang dengan penguasaan bola adalah mustahil. Oleh karenanya, ia menegaskan Indonesia akan bermain dengan "gaya kami sendiri", yang sudah terbukti membuahkan dua kemenangan dengan catatan clean sheets untuk tiga laga pertamanya. Dari dua laga itu, Kluivert menyetel Indonesia kalah dalam menguasai bola, namun efektif dan menggigit ketika menyerang.
Dua kemenangan ini membuatnya memperoleh enam poin di kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga, menyamai total poin dari Shin Tae-yong dalam enam pertandingan. “Ini pertandingan yang serius. Kami bermain tandang melawan pemuncak klasemen grup yang sudah lolos ke Piala Dunia," kata pelatih asal Belanda tersebut pada jumpa pers.
Tantangan terbesar untuk Indonesia adalah tekad Jepang yang ingin memberikan kesan manis di babak kualifikasi, di kandangnya sendiri, sebelum berlaga di Piala Dunia 2026, Juni tahun depan.
Negeri Matahari Terbit itu tak pernah kalah ketika bermain di hadapan pendukungnya sendiri dalam 14 pertandingan. Kekalahan terakhir mereka terjadi saat dibungkam Kolombia 1-2 dalam laga persahabatan pada bulan Maret 2023 di Stadion Yodoko Sakura. Itu terjadi tiga bulan setelah mereka disingkirkan Kroasia pada babak 16 besar Piala Dunia 2022 di Qatar.
"Ini pertandingan terakhir (di kualifikasi Piala Dunia 2026). Saya ingin menyampaikan pesan bahwa tim kami paling kuat. Sebagai tim kami akan menikmatinya," kata Endo.
Dan, pertandingan melawan Jepang sudah di depan mata. Siapa pun pemain yang diturunkan, apapun formasi yang dipakai, yang lebih penting adalah pembuktian bahwa level Indonesia sudah bukan "anak bawang" lagi di hadapan sang raksasa Asia.
Bermain lepas dan jangan lupakan cakar tajammu, Garuda! Sudah waktunya bermain lebih berani, lebih melawan, dan lebih menyulitkan lawan. Mulai laga dengan kepala tegak, percaya diri, dan penuh kebanggaan. Seperti kata Wiji Thukul dalam puisinya, "Hanya ada satu kata: lawan!".
Oleh Zaro Ezza Syachniar/ANTARA