Bayangin deh, sebuah kota yang udah dijuluki “Kota Minyak” sejak era kolonial, sekarang malah harus antre panjang cuma buat ngisi bensin.
Kedengerannya kayak lelucon, tapi kenyataannya beneran terjadi di Balikpapan, Kalimantan Timur. Banyak warga yang nanya, “Lho, kok bisa langka? Kan ini kota minyak?”
Yuk, kita ngobrolin ironi ini sambil ngopi santai.
Balikpapan: Kota Minyak yang Kehabisan Minyak? Serius Nih?
Balikpapan: Dari Sumur Mathilda ke Krisis BBM
Balikpapan nggak dapet julukan Kota Minyak cuma karena lucu-lucuan. Sejak tahun 1897, kota ini jadi pusat industri minyak Indonesia, berkat sumur legendaris bernama Mathilda. Dari situ, lahirlah kilang-kilang besar yang bikin Balikpapan bersinar di peta energi nasional. Dulu, katanya, bahkan aspal di Balikpapan bisa bikin mobil Ferrari tersenyum puas.
Tapi sekarang? Balikpapan justru kehabisan bensin.
Antrean Panjang, Tangki Kosong, dan Wajah-Wajah Lelah
Kalau kamu ke SPBU hari-hari ini, siap-siap lihat antrean mobil dan motor yang panjangnya bisa bikin kamu mikir ini parade atau antrian konser. Banyak pengendara yang harus nginap dua hari di SPBU, cuma buat bisa dapet beberapa liter Pertalite atau Pertamax.
Ada yang bilang ini udah kayak drama kolosal. Seorang driver ojek online bahkan curhat: “Dulu saya ngantre orderan, sekarang ngantre bensin.” Ironis banget, ya?
Kota Minyak Tapi Minta Kiriman dari Tetangga
Yang bikin makin miris, Balikpapan sekarang harus ‘ngemis’ suplai dari kota-kota tetangga kayak Samarinda atau Banjarmasin. Jadi, kota yang tidur di atas cadangan minyak bumi ini, malah harus berharap pada distribusi luar. Bahkan, ada yang bercanda: “Kalau minyak bisa nangis, dia pasti udah cabut dari sini sejak kemarin.”
Warga Mulai Berspekulasi Kocak
Karena krisis ini terasa absurd, masyarakat pun mulai lempar spekulasi aneh-aneh. Ada yang bilang ini ulah alien. Ada juga yang nyalahin planet Merkurius karena lagi retrograde. Bahkan, muncul jasa "terapi spiritual" di SPBU dengan slogan: “Isi hatimu dulu, baru isi tangki.”
Tapi ya gitu deh, di balik candaan itu, ada rasa frustrasi yang nyata.
Pertamina Berusaha Tenangin, Tapi Warga Udah Capek
Pertamina sih bilang, kapal tanker udah datang dan distribusi bakal normal dalam waktu dekat. Tapi coba bilang itu ke para sopir yang udah dua hari nggak bisa narik karena tangkinya kosong. Udah kayak nunggu janji mantan: katanya sebentar, tapi nggak datang-datang juga.
Lebih dari Sekadar BBM: Ini Soal Identitas
Krisis BBM ini bukan cuma soal bensin. Ini soal identitas kota. Balikpapan dikenal sebagai pusat minyak nasional. Tapi sekarang, warga bertanya: “Masih pantaskah kita disebut Kota Minyak, kalau buat isi tangki aja susah?”
Seorang kakek tua bilang, “Dulu kita bangga, bisa isi Pertamax kapan aja. Sekarang, malah jadi minta-minta.”
Harapan Itu Masih Ada, Selama Kita Bisa Tertawa
Balikpapan lagi diuji. Tapi warga tetap kuat. Tetap bisa bercanda, tetap bisa ngeluh sambil tertawa. Karena katanya, selama kita masih bisa ketawa, berarti hidup kita belum benar-benar kosong.
Dan mungkin, dari krisis ini, Balikpapan bisa belajar satu hal penting: jadi kota minyak nggak cukup cuma punya kilang, tapi harus juga punya sistem distribusi yang adil dan tangguh.
Kalau kamu pikir ini cuma cerita soal bensin, kamu salah besar. Ini cerita tentang kota, identitas, harapan, dan kekuatan warga yang nggak mau menyerah. Jadi, mari kita tunggu dengan sabar dan secangkir kopi sampai Balikpapan bisa kembali menyandang gelar Kota Minyak dengan bangga.
#camanewak Rosadi Jamani, Ketua Satupena Kalbar
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS