Berita Borneotribun: Israel-Palestina Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Israel-Palestina. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Israel-Palestina. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Mei 2025

Donald Trump Akui Akan Musnahkan Israel Jika Masih Menyerang Palestina: Benarkah?

Donald Trump Akui Akan Musnahkan Israel Jika Masih Menyerang Palestina: Benarkah?
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

JAKARTA - Berita tentang ketegangan antara Israel dan Palestina kembali memunculkan berbagai spekulasi dan klaim yang kontroversial. Salah satu klaim yang belakangan mencuri perhatian banyak orang adalah pernyataan Presiden Amerika Serikat yang ke-45, Donald Trump, yang diduga mengatakan akan "memusnahkan Israel" jika negara tersebut terus menyerang Palestina. 

Apakah benar Donald Trump mengeluarkan pernyataan seperti itu? Apa artinya untuk masa depan hubungan Amerika Serikat dengan Israel dan Palestina, khususnya dalam konteks perang Gaza yang sedang berlangsung? Mari kita telusuri lebih dalam.

1. Perang Palestina-Israel: Sejarah Panjang Konflik

Sebelum kita masuk ke dalam klaim yang melibatkan Donald Trump, penting untuk memahami latar belakang perang Palestina-Israel yang telah berlangsung puluhan tahun. 

Konflik ini dimulai sejak abad ke-20 dan berakar pada perebutan wilayah antara rakyat Palestina dan negara Israel. 

Meskipun banyak upaya perdamaian yang telah dilakukan, seperti perjanjian Oslo pada 1993, ketegangan antara kedua belah pihak tetap tinggi.

Perang Gaza sendiri merupakan salah satu bagian dari konflik yang lebih luas, di mana wilayah Gaza menjadi salah satu titik fokus serangan. 

Dengan serangan udara dan darat yang terjadi dari kedua belah pihak, situasi di Gaza semakin memprihatinkan. 

Serangan Israel yang tidak henti-hentinya terhadap wilayah Gaza telah memicu protes internasional, dan perang ini menyebabkan ribuan korban jiwa, terutama dari kalangan warga sipil Palestina.

2. Donald Trump dan Pandangannya terhadap Konflik Palestina-Israel

Selama masa kepresidenannya, Donald Trump dikenal dengan kebijakan luar negeri yang kontroversial, terutama terkait dengan Israel dan Palestina. 

Salah satu keputusan besar Trump adalah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 2017, yang menuai kecaman dari banyak negara dan organisasi internasional, termasuk Palestina.

Namun, apakah Trump benar-benar mengancam untuk "memusnahkan Israel" jika negara tersebut terus menyerang Palestina? Faktanya, klaim ini berasal dari interpretasi yang salah atau pernyataan yang disalahartikan. 

Trump memang dikenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan, tetapi tidak ada bukti yang sahih bahwa dia mengeluarkan ancaman langsung semacam itu terhadap Israel.

Sebagai gantinya, Trump lebih sering menekankan pentingnya Amerika Serikat untuk mendukung Israel sebagai sekutu utama di Timur Tengah. 

Selama masa jabatannya, ia menandatangani perjanjian-perjanjian penting yang menguntungkan Israel, seperti normalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab di bawah perjanjian Abraham pada 2020.

3. Apa Yang Mungkin Dimaksud Trump?

Dalam beberapa kesempatan, Donald Trump memang menunjukkan kekhawatirannya terkait eskalasi kekerasan di Gaza. 

Jika kita merujuk pada retorika Trump yang lebih mengarah pada ancaman terhadap negara yang melakukan kekerasan atau tidak mengikuti perjanjian perdamaian, bisa jadi klaim "memusnahkan Israel" merupakan penyampaian yang berlebihan atau sensasional dari pihak lain.

Trump pernah mengatakan bahwa jika negara tertentu tidak menghormati kesepakatan atau melakukan tindakan yang merugikan keamanan global, Amerika Serikat akan mengambil tindakan tegas. 

Namun, ini lebih berupa ancaman kepada negara yang mengancam stabilitas, bukan sebagai dukungan terhadap pihak Palestina untuk menghancurkan Israel.

4. Kondisi Perang Gaza: Mengapa Ini Penting?

Ketika berbicara tentang perang Gaza, sangat penting untuk mengetahui dampak yang terjadi. Serangan Israel di Gaza telah mengakibatkan ribuan warga Palestina kehilangan nyawa dan rumah mereka hancur. 

Di sisi lain, serangan dari kelompok militan Palestina seperti Hamas juga mengakibatkan banyak korban jiwa di pihak Israel. 

Konflik ini telah berlanjut selama beberapa dekade, dan sampai sekarang, solusi perdamaian yang langgeng masih sulit dicapai.

Dukungan internasional terhadap Palestina semakin menguat, dengan banyak negara menyerukan penghentian serangan dan pencapaian solusi dua negara, yang mengharuskan Israel dan Palestina hidup berdampingan secara damai. 

Namun, dengan kebijakan luar negeri yang cenderung berpihak kepada Israel seperti yang dilakukan oleh Trump, upaya perdamaian yang inklusif dan adil menjadi semakin sulit.

5. Tanggapan Dunia terhadap Pernyataan Donald Trump

Meskipun Donald Trump dikenal dengan gaya komunikasi yang kontroversial, dunia internasional sangat memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulutnya, terutama terkait dengan kebijakan luar negeri. 

Beberapa pihak mungkin merasa klaim ini sebagai bagian dari permainan politik untuk mendapatkan perhatian atau untuk mempengaruhi opini publik di luar Amerika Serikat.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa retorika Trump mempengaruhi pandangan banyak orang terhadap Israel dan Palestina. 

Bahkan setelah meninggalkan jabatannya, pengaruhnya terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Timur Tengah masih terasa. 

Hal ini juga menjadi bahan perdebatan di kalangan politisi, akademisi, dan masyarakat internasional.

6. Kesimpulan: Apakah Benar Trump Akan Memusnahkan Israel?

Jadi, apakah benar Donald Trump mengancam untuk memusnahkan Israel jika negara tersebut terus menyerang Palestina? Berdasarkan analisis dan fakta yang ada, klaim tersebut tampaknya lebih merupakan misinterpretasi dari pernyataan Trump yang lebih luas mengenai kebijakan luar negeri Amerika Serikat. 

Meski Trump sering memberikan pernyataan yang keras dan kontroversial, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa dia akan mengambil tindakan ekstrem terhadap Israel. 

Sebaliknya, ia lebih banyak berfokus pada mendukung Israel sebagai sekutu penting di kawasan tersebut.

Yang pasti, perang Gaza dan konflik Palestina-Israel masih menjadi isu internasional yang sangat kompleks. 

Solusi damai yang adil dan langgeng tetap menjadi harapan banyak pihak, meskipun tantangan besar masih ada.

Jumat, 02 Mei 2025

Gaza dalam Krisis: Pelanggaran Gencatan Senjata, Serangan Brutal, dan Kelaparan Massal

Gaza dalam Krisis: Pelanggaran Gencatan Senjata, Serangan Brutal, dan Kelaparan Massal
Gaza dalam Krisis: Pelanggaran Gencatan Senjata, Serangan Brutal, dan Kelaparan Massal.

JAKARTA - Situasi di Jalur Gaza makin memburuk menjelang pertengahan tahun 2025. Setelah pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, serangan militer kembali diluncurkan dan menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar, terutama di kalangan warga sipil. Blokade yang terus berlangsung memperparah krisis kemanusiaan, menyebabkan kelaparan massal dan kekurangan air bersih. Dunia internasional, termasuk Indonesia, semakin vokal dalam mengecam tindakan Israel yang dianggap melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia.

Pelanggaran Gencatan Senjata dan Kembalinya Serangan Brutal

Pada pertengahan Maret 2025, militer Israel melancarkan serangan udara dan darat ke sejumlah wilayah di Gaza, termasuk Khan Younis dan Rafah. Padahal sebelumnya wilayah tersebut telah ditetapkan sebagai zona aman bagi warga sipil. Serangan ini merupakan pelanggaran sepihak terhadap kesepakatan gencatan senjata yang sudah disepakati sebelumnya.

Dalam serangan terbaru ini, lebih dari 100 warga Palestina tewas dalam waktu kurang dari 48 jam. Rumah-rumah hancur, fasilitas umum lumpuh, dan banyak keluarga kehilangan tempat tinggal. Yang paling mengkhawatirkan adalah fakta bahwa sebagian besar korban merupakan perempuan dan anak-anak.

Langkah ini langsung menuai kecaman dari berbagai organisasi kemanusiaan dan negara-negara yang selama ini menjadi penengah konflik. Banyak pihak menyebut bahwa tindakan ini merupakan bentuk agresi militer yang tidak proporsional dan melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan.

Kelaparan Massal dan Krisis Kemanusiaan

Blokade total terhadap Gaza yang diterapkan sejak awal Maret 2025 menjadi penyebab utama dari meningkatnya krisis kelaparan. Penutupan akses masuk di perbatasan Karm Abu Salem dan Beit Hanoun membuat truk bantuan kemanusiaan tidak bisa masuk ke wilayah tersebut. Akibatnya, warga Gaza terputus dari suplai makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Kelaparan mulai menyebar secara masif, dan laporan dari berbagai organisasi kemanusiaan menunjukkan bahwa hampir setengah dari penduduk Gaza kini menderita kekurangan gizi parah. Anak-anak menjadi kelompok paling rentan, dengan peningkatan signifikan pada kasus malnutrisi akut.

Tidak hanya makanan, akses terhadap air bersih juga menjadi sangat terbatas. Banyak warga terpaksa mengonsumsi air asin atau tercemar, yang menyebabkan berbagai penyakit pencernaan dan infeksi kulit. Rumah sakit tidak lagi mampu menangani jumlah pasien yang terus bertambah akibat kurangnya peralatan medis dan obat-obatan.

Kerusuhan dan Penjarahan karena Putus Asa

Karena kelaparan yang ekstrem, berbagai wilayah di Gaza mulai dilanda kerusuhan. Warga yang frustrasi dan putus asa mulai menyerbu toko-toko dan gudang penyimpanan bantuan. Salah satu insiden paling mencolok adalah penjarahan besar-besaran di kompleks milik UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina.

Ribuan orang dilaporkan menyerbu fasilitas tersebut untuk mencari makanan, air, dan obat-obatan. Dalam prosesnya, banyak kendaraan dan peralatan dirusak. Para relawan kemanusiaan mengungkapkan bahwa kondisi ini menandakan betapa rusaknya struktur sosial dan betapa dalamnya rasa frustasi warga Gaza.

Kerusuhan ini juga menambah tekanan terhadap organisasi-organisasi bantuan internasional yang selama ini berupaya membantu. Banyak di antara mereka kini harus mempertimbangkan kembali kehadiran mereka karena situasi keamanan yang memburuk.

Korban Jiwa dan Kerusakan Infrastruktur

Sejak pecahnya konflik pada Oktober 2023, jumlah korban jiwa di Gaza telah melebihi 52.000 orang. Sebagian besar korban adalah warga sipil, termasuk lebih dari 20.000 anak-anak dan wanita. Jumlah luka-luka bahkan melebihi 118.000 orang, banyak di antaranya mengalami cacat permanen akibat luka berat dan keterbatasan perawatan medis.

Selain itu, infrastruktur vital seperti rumah sakit, sekolah, dan saluran air bersih mengalami kerusakan parah atau bahkan hancur total. Lebih dari setengah fasilitas kesehatan di Gaza tidak lagi berfungsi. Warga harus hidup di tenda-tenda darurat, tanpa akses listrik, air bersih, atau fasilitas sanitasi yang layak.

Kecaman Dunia Internasional

Berbagai negara telah mengecam keras pelanggaran yang dilakukan Israel. Indonesia, dalam sidang Mahkamah Internasional yang digelar pada awal Mei 2025, menyatakan bahwa Israel telah melanggar hukum internasional, termasuk piagam PBB dan konvensi Jenewa. Menteri Luar Negeri Indonesia menegaskan bahwa tindakan Israel telah menghilangkan hak rakyat Palestina untuk hidup aman dan menentukan nasib sendiri.

Kecaman juga datang dari negara-negara Eropa, Amerika Latin, dan organisasi seperti Amnesty International serta Human Rights Watch. Mereka menyerukan agar segera dilakukan penyelidikan independen atas dugaan kejahatan perang yang terjadi di Gaza. Selain itu, desakan untuk memberikan sanksi terhadap Israel semakin kuat, terutama dari negara-negara dengan populasi muslim besar.

Namun, hingga saat ini, belum ada tindakan konkret dari Dewan Keamanan PBB yang mampu menghentikan serangan dan membuka akses kemanusiaan ke Gaza. Veto dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat masih menjadi penghalang utama untuk lahirnya resolusi tegas terhadap Israel.

Kondisi Gaza saat ini bukan sekadar konflik bersenjata biasa, tetapi sudah masuk dalam kategori krisis kemanusiaan besar. Pelanggaran gencatan senjata, serangan militer tanpa henti, dan blokade total telah menciptakan penderitaan yang luar biasa bagi jutaan warga Palestina.

Dunia tidak bisa terus diam. Diperlukan langkah nyata untuk menghentikan kekerasan, membuka akses bantuan kemanusiaan, dan menegakkan keadilan internasional. Rakyat Gaza membutuhkan solidaritas dan aksi nyata dari masyarakat global, bukan hanya sekadar pernyataan kecaman.

Jika situasi ini terus dibiarkan, bukan hanya masa depan Palestina yang terancam, tetapi juga kredibilitas hukum internasional dan nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini dijunjung tinggi oleh dunia.

Senin, 05 Agustus 2024

Tragedi di Gaza: Jumlah Korban Warga Palestina Tewas Meningkat

Tragedi di Gaza: Jumlah Korban Warga Palestina Tewas Meningkat
Tragedi di Gaza: Jumlah Korban Warga Palestina Tewas Meningkat.
GAZA - Jalur Gaza kembali berduka dengan terus meningkatnya jumlah korban akibat serangan yang tidak henti-hentinya dari Israel. 

Hingga kini, setidaknya 31 warga Palestina tewas dalam 24 jam terakhir, membuat total korban tewas mencapai angka mengejutkan, yaitu 39.583 orang sejak 7 Oktober lalu. 

Informasi ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Palestina pada hari Minggu.

Selain itu, sekitar 91.398 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka akibat berbagai serangan yang terjadi. 

Kementerian Kesehatan Palestina juga melaporkan bahwa dalam dua "pembantaian" terhadap keluarga-keluarga Palestina dalam 24 jam terakhir, sebanyak 33 orang tewas dan 118 lainnya terluka.

Situasi semakin memprihatinkan dengan banyaknya warga yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan. 

Tim pencarian dan penyelamatan menghadapi kesulitan untuk mencapai mereka karena kondisi medan yang berat dan berbahaya.

Di tengah serangan yang terus berlanjut, Israel mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. 

Tindakan ini memicu kecaman internasional, terutama karena serangan ini telah berlangsung sejak serangan oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.

Memasuki bulan kesepuluh konflik ini, sebagian besar wilayah Gaza mengalami kerusakan parah di tengah blokade yang menghalangi pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan. 

Kehidupan warga Palestina di sana semakin sulit dengan segala keterbatasan yang ada.

Israel kini menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional. 

Pengadilan tersebut memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militer di kota Rafah, selatan Gaza, di mana lebih dari satu juta warga Palestina telah mencari perlindungan sejak sebelum kota tersebut diserang pada 6 Mei lalu.

Senin, 11 Maret 2024

Laporan UNRWA: Israel Intimidasi Beberapa Karyawan agar Akui Terkait dengan Hamas

Seorang tentara Israel memasukkan kamera ke dalam lubang di halaman kompleks UNRWA di mana militer menemukan terowongan yang menurut Israel digunakan Hamas untuk menyerang pasukannya selama operasi darat di Gaza, 8 Februari 2024 .(Foto: AP)
JAKARTA - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina melaporkan bahwa beberapa staf yang dibebaskan dan dikembalikan ke Gaza setelah ditahan oleh Israel dilaporkan dipaksa oleh otoritas Israel untuk memberikan pernyataan palsu. Israel mengintimidasi mereka untuk mengaku bahwa badan tersebut memiliki keterkaitan dengan Hamas, dan mereka terlibat dalam serangan 7 Oktober.

Pernyataan tersebut dimuat dalam laporan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (United Nation Relief and Works Agency/UNRWA) pada Februari yang didapat Reuters. Laporan tersebut juga mengungkapkan secara rinci tentang tuduhan perlakuan yang tidak manusiawi dalam penahanan Israel yang dibuat oleh warga Palestina yang tidak diidentifikasi, termasuk beberapa yang bekerja untuk UNRWA.

Direktur komunikasi UNRWA Juliette Touma mengatakan badan tersebut berencana untuk menyerahkan laporan setebal 11 halaman yang tidak dipublikasikan itu kepada badan-badan di dalam dan di luar PBB yang khusus mendokumentasikan potensi pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

“Ketika perang berakhir, perlu dilakukan serangkaian penyelidikan untuk menginvestigasi semua pelanggaran hak asasi manusia,” katanya.
Seorang perempuanPalestina dan seorang anak melihat lokasi serangan udara Israel di sebuah gedung di Rafah di selatan Jalur Gaza, 9 Maret 2024. (Foto: Reuters)
Seorang perempuanPalestina dan seorang anak melihat lokasi serangan udara Israel di sebuah gedung di Rafah di selatan Jalur Gaza, 9 Maret 2024. (Foto: Reuters)
Dokumen tersebut mengatakan Israel menahan beberapa staf UNRWA Palestina. Disebutkan pula bahwa mereka mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dan pelecehan, termasuk pemukulan fisik, penyiksaan dengan metode penyiraman air (waterboading), dan ancaman kekerasan terhadap anggota keluarga.

“Anggota staf UNRWA menjadi sasaran ancaman dan paksaan oleh otoritas Israel saat berada dalam tahanan. Mereka diintimidasi untuk membuat pernyataan palsu terhadap badan tersebut, termasuk bahwa badan tersebut berafiliasi dengan Hamas dan bahwa anggota staf UNRWA ikut serta dalam kekejaman yang terjadi pada 7 Oktober 2023,” kata laporan itu.

UNRWA menolak permintaan Reuters untuk melihat transkrip wawancaranya yang berisi tuduhan pemaksaan pengakuan palsu.

Selain dugaan pelecehan yang dialami oleh anggota staf UNRWA, para tahanan Palestina menjelas tuduhan pelecehan tersebut, termasuk tindakan pemukulan, penghinaan, ancaman, serangan anjing, kekerasan seksual, dan kematian tahanan yang tidak mendapat perawatan medis, kata laporan UNRWA.
Warga Palestina menunggu bantuan kemanusiaan dijatuhkan oleh Angkatan Udara AS di Kota Gaza, Jalur Gaza
Warga Palestina menunggu bantuan kemanusiaan dijatuhkan oleh Angkatan Udara AS di Kota Gaza, Jalur Gaza, pada Sabtu, 9 Maret 2024. (Foto: AP)

Operasi dalam Krisis

UNRWA, yang memberikan bantuan dan layanan penting kepada pengungsi Palestina, berada di tengah krisis menyusul tuduhan Israel pada Januari bahwa 12 dari 13.000 stafnya di Gaza ikut serta dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.

Tuduhan Israel menyebabkan 16 negara, termasuk Amerika Serikat (AS), menghentikan pendanaan UNRWA senilai $450 juta. Akibatnya operasi UNRWA berada dalam krisis. UNRWA memecat beberapa anggota stafnya, dengan alasan bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk melindungi kemampuan badan tersebut dalam memberikan bantuan kemanusiaan. PBB pun menggelar penyelidikan internal independen atas tudingan itu.

Norwegia, yang terus membiayai lembaga tersebut, mengatakan pada 6 Maret bahwa banyak negara yang menghentikan pendanaan untuk UNRWA sedang mempertimbangkan ulang untuk memberikan bantuan lagi.

Reuters tidak dapat mengkonfirmasi secara independen laporan mengenai pemaksaan staf UNRWA dan penganiayaan terhadap tahanan, meskipun tuduhan perlakuan buruk tersebut sesuai dengan deskripsi warga Palestina yang dibebaskan dari tahanan pada Desember, Februari dan Maret yang dilaporkan oleh Reuters dan sejumlah media berita lainnya.
Seorang pekerja UNRWA mendorong gerobak di kamp pengungsi Aida di Betlehem di Tepi Barat yang diduduki Israel, 5 Februari 2024. (Foto: REUTERS/Mussa Qawasma)
Seorang pekerja UNRWA mendorong gerobak di kamp pengungsi Aida di Betlehem di Tepi Barat yang diduduki Israel, 5 Februari 2024. (Foto: REUTERS/Mussa Qawasma)
Saat dimintai komentar oleh Reuters mengenai berbagai tuduhan dalam laporan tersebut, juru bicara militer Israel tidak secara spesifik menanggapi tuduhan bahwa staf UNRWA diintimidasi. Namun ia mengatakan bahwa Pasukan Pertahanan Israel bertindak sesuai dengan hukum Israel dan internasional untuk melindungi hak-hak warga sipil para tahanan.

Keluhan nyata mengenai perilaku tidak pantas diteruskan ke pihak berwenang terkait untuk ditinjau, dan penyelidikan untuk setiap kematian seorang tahanan oleh polisi militer tetap akan dilakukan, kata juru bicara tersebut. Ia juga mengatakan Israel menyangkal klaim umum dan tidak berdasar tentang pelecehan seksual terhadap tahanan.

Juru bicara itu mengatakan para tahanan yang dibebaskan berada di bawah kendali Hamas dan dapat dipaksa untuk mengecam Israel atau mengambil risiko “bahaya.”

Menanggapi pernyataan mengenai kredibilitas para tahanan tersebut, Touma mengatakan bahwa laporan itu didasarkan pada "kesaksian langsung yang disampaikan oleh orang-orang kepada kami. Dalam beberapa kasus, jelas ada dampak fisik pada tubuh orang-orang tersebut. Dan juga dampak psikologis. Jadi inilah yang telah didokumentasikan."

UNRWA memberikan layanan pendidikan, kesehatan dan bantuan kepada sekitar 5,7 juta pengungsi Palestina yang terdaftar di seluruh Timur Tengah. Sejauh ini AS merupakan donor terbesar yang mencapai sebesar $1,4 miliar setiap tahun.

Tentara Israel melontarkan tuduhan baru kepada UNRWA pada 4 Maret. Mereka menuding lembaga itu mempekerjakan lebih dari 450 "operasi militer" Hamas dan kelompok bersenjata lainnya. Mereka mengklaim telah memberikan informasi intelijen ini kepada PBB.

Interogasi

Kemudian pada hari itu, kepala UNRWA memperingatkan tentang "gerakan yang disengaja dan terpadu" yang bertujuan untuk menutup operasi lembaga tersebut. Ia merujuk kepada komentar Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan penghancuran infrastruktur lembaga itu di Gaza.

Ditanya tentang tuduhan terbaru dari Israel, Touma mengatakan bahwa UNRWA mendorong setiap entitas yang memiliki informasi tentang tuduhan terhadap staf UNRWA untuk berbagi informasi tersebut dengan penyelidikan yang sedang dilakukan oleh badan pengawas PBB.
Seorang tentara Israel berlari ke dalam lubang yang membuka jalan masuk terowongan kecil ke kompleks UNRWA, Gaza, Kamis, 8 Februari 2024. (Foto: AP)
Touma mengatakan kepada Reuters bahwa dokumen tersebut didasarkan pada wawancara yang dilakukan badan itu dengan puluhan warga Palestina yang dibebaskan dari penahanan Israel dan menerima bantuan dari UNRWA.

Dia mengatakan tidak dapat memberikan angka yang lebih rinci dan tidak tahu berapa banyak tahanan yang melontarkan tuduhan pelecehan atau dipaksa untuk mengatakan bahwa UNRWA memiliki hubungan dengan Hamas.

Laporan tersebut berfokus pada tahanan yang dibawa keluar dari Gaza untuk diinterogasi dalam waktu lama sebelum dikembalikan ke Gaza melalui perbatasan Kerem Shalom dari Desember hingga Februari.

Penutupan UNRWA

Laporan tersebut mengatakan UNRWA berhasil mendokumentasikan pembebasan 1.002 tahanan di Kerem Shalom yang berusia enam hingga 82 tahun pada 19 Februari.

Serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober menewaskan 1.200 orang di Israel dan mengakibatkan 253 orang lainnya diculik, menurut penghitungan Israel. Lebih dari 30.000 orang di Jalur Gaza tewas selama serangan balasan Israel, menurut otoritas kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.

UNRWA mengutuk serangan 7 Oktober tersebut, dan mengatakan bahwa tuduhan Israel terhadap badan tersebut adalah pengkhianatan terhadap nilai-nilai PBB dan orang-orang yang dibantu UNRWA.

Para penyelidik PBB mengatakan pada 29 Februari bahwa mereka memperkirakan akan segera menerima materi dari Israel sehubungan dengan tuduhannya bahwa staf UNRWA adalah anggota Hamas.

Israel mengatakan UNRWA harus ditutup.

Reuters sebelumnya telah mewawancarai warga Palestina yang ditahan Israel selama konflik. Mereka melaporkan adanya penganiayaan. Mereka termasuk tiga pria yang mengatakan bahwa mereka dan sesama tahanan dipukuli, ditelanjangi hingga pakaian dalam, dan disundut rokok.

Salinan laporan yang dilihat oleh Reuters tidak memuat foto atau mengidentifikasi nama para tahanan. [ah/ft]

Sumber: VOA Indonesia
Editor: Yakop

Senin, 05 Februari 2024

Hamas Minta Waktu Lebih untuk Pertimbangkan Proposal Gencatan Senjata

Asap mengepul di atas gedung-gedung di tengah pengeboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan saat pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok Hamas Palestina, pada 3 Februari 2024. (Foto: AFP)
Asap mengepul di atas gedung-gedung di tengah pengeboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan saat pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok Hamas Palestina, pada 3 Februari 2024. (Foto: AFP)
JAKARTA - Puluhan orang dilaporkan tewas dalam serangan semalaman di Jalur Gaza pada Minggu (4/2), setelah Hamas mengatakan mereka memerlukan lebih banyak waktu untuk mempertimbangkan proposal yang akan menghentikan perangnya dengan Israel di wilayah Palestina.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, sedikitnya 92 orang tewas semalam, termasuk dalam apa yang disebut oleh kantor media kelompok itu sebagai pengeboman Israel terhadap sebuah taman kanak-kanak di Rafah tempat para pengungsi berlindung.
Seorang anak laki-laki membawa jerigen kosong di Rafah di Jalur Gaza selatan di tengah pertempuran antara Israel dan kelompok Hamas Palestina, 3 Februari 2024. (Foto: AFP)
Seorang anak laki-laki membawa jerigen kosong di Rafah di Jalur Gaza selatan di tengah pertempuran antara Israel dan kelompok Hamas Palestina, 3 Februari 2024. (Foto: AFP)
Seorang yang selamat dari serangan tersebut, Ahmad Bassam al-Jamal, menyampaikan kisah tragisnya kepada AFP, "Anak-anak baru saja tidur dan tiba-tiba pengeboman terjadi. Kamar tidur menimpa anak-anak saya. Tuhan mengambil satu anak saya dan tiga anak lolos dari kematian. Anakku sekarang adalah seorang syahid di surga."

Kota yang pernah menjadi rumah bagi 200.000 orang kini menampung lebih dari separuh penduduk Gaza, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Seorang perwakilan dari badan kemanusiaan PBB, OCHA, menyebut Rafah sebagai "tempat yang menimbulkan keputusasaan", dan menyatakan keprihatinan atas apa yang mungkin terjadi selanjutnya.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memperingatkan pada Kamis bahwa militer akan mencapai Rafah dalam waktu dekat.

Para mediator internasional melakukan sidang di pengadilan penuh untuk menyetujui usulan kesepakatan gencatan senjata yang disepakati pekan lalu di Paris. 

Namun, pejabat tinggi Hamas di Lebanon, Osama Hamdan, mengatakan bahwa Hamas membutuhkan lebih banyak waktu untuk "mengumumkan posisi kami" terkait usulan tersebut.
Orang-orang memeriksa kerusakan akibat pengeboman Israel di Rafah di Jalur Gaza, Palestina, 3 Februari 2024. (Foto: AFP)
Orang-orang memeriksa kerusakan akibat pengeboman Israel di Rafah di Jalur Gaza, Palestina, 3 Februari 2024. (Foto: AFP)
Perang di Gaza terjadi setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.160 orang, sebagian besar warga sipil. 

Israel melancarkan serangan militer besar-besaran yang telah menewaskan sedikitnya 27.238 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan melakukan kunjungan krisisnya yang kelima ke Timur Tengah dalam beberapa hari mendatang untuk mendorong proposal gencatan senjata. 

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne juga mengunjungi wilayah tersebut.

Senin, 29 Januari 2024

Tuduhan Israel Picu Negara Barat Hentikan Pendanaan UNRWA

Pengungsi Palestina menerima bantuan makanan di kantor UNRWA di kota Rafah, Jalur Gaza selatan, Minggu (28/1).
Pengungsi Palestina menerima bantuan makanan di kantor UNRWA di kota Rafah, Jalur Gaza selatan, Minggu (28/1).
JAKARTA - Tuduhan Israel terhadap 12 pegawai Badan PBB untuk Bantuan Pengungsi Palestina, atau UNRWA, dalam serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, telah mencetuskan reaksi dari sejumlah negara Barat yang memutuskan untuk sementara menghentikan pendanaan mereka. 

Langkah ini telah memicu perdebatan mengenai peran lembaga penyedia bantuan kemanusiaan terbesar di Gaza.

Amerika Serikat, sebagai donor terbesar UNRWA, menjadi negara pertama yang mengumumkan penangguhan pada Sabtu (27/1), menyebutkan bahwa pada tahun 2022, AS memberikan bantuan sebesar $340 juta (Rp5,3 triliun).

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan bahwa sembilan dari 12 staf UNRWA yang diduga terlibat telah dipecat, satu staf dipastikan tewas, dan dua lainnya masih perlu diidentifikasi. PBB masih terus menyelidiki tuduhan Israel tersebut.

Sejumlah negara lainnya seperti Inggris, Kanada, Australia, Jerman, Italia, Belanda, Swiss, dan Finlandia juga telah mengumumkan penangguhan bantuan mereka, yang mencakup hampir 60% dari anggaran UNRWA pada tahun 2022.

Di sisi lain, Norwegia dan Irlandia menyatakan akan terus mendanai UNRWA, sementara negara donor lainnya masih belum mengambil keputusan.

Menyikapi penangguhan pendanaan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak negara-negara yang telah menangguhkan pendanaan mereka untuk setidaknya menjamin kelangsungan operasi UNRWA.

Namun, Duta Besar Israel untuk PBB Gilar Erdan menyerukan kepada semua negara donor untuk tetap menangguhkan dukungan mereka dan menuntut investigasi mendalam terkait keterlibatan semua staf UNRWA. 

Ia mengkhawatirkan bahwa dana yang diberikan negara-negara donor bisa jadi digunakan untuk aksi terorisme dan jatuh ke tangan Hamas, bukan warga Gaza.

Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry juga mengekspresikan kekecewaannya terhadap keputusan negara-negara donor tersebut, menyatakan bahwa hal itu akan menambah penderitaan warga Palestina. 

Hal ini memicu negara-negara anggota Liga Arab untuk mengadakan pertemuan darurat di Kairo, Mesir, guna membahas isu tersebut.

Di Gaza, berita tentang penangguhan pendanaan untuk UNRWA telah memantik kekhawatiran para pengungsi Palestina yang bergantung pada bantuan UNRWA. 
Fatin Safi, seorang pengungsi dari Gaza, menyatakan kekhawatirannya akan situasi yang semakin memburuk di Gaza.

UNRWA sendiri telah menjadi pemasok utama makanan, air, dan tempat tinggal bagi warga sipil selama konflik Israel-Hamas. 

Menurut Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini, lebih dari dua juta dari total 2,3 juta penduduk Gaza bergantung pada program-program UNRWA untuk bertahan hidup, termasuk makanan dan tempat tinggal.

Oleh: VOA Indonesia
Editor: Yakop

Menteri Luar Negeri Israel Ajak Negara-Negara Hentikan Pendanaan UNRWA

Warga Palestina membawa karung-karung berisi tepung yang mereka ambil dari truk bantuan di dekat pos pemeriksaan Israel di tengah krisis kelaparan, di Kota Gaza, Sabtu, 27 Januari 2024. (Foto: Hossam Azam/Reuters)
Warga Palestina membawa karung-karung berisi tepung yang mereka ambil dari truk bantuan di dekat pos pemeriksaan Israel di tengah krisis kelaparan, di Kota Gaza, Sabtu, 27 Januari 2024. (Foto: Hossam Azam/Reuters)
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyerukan penggantian Badan Pengungsi Palestina dari PBB dengan lembaga yang lebih berfokus pada perdamaian dan pembangunan sejati. 

Seruan ini muncul setelah tuduhan terlibatnya anggota staf UNRWA dalam serangan teror Hamas pada 7 Oktober. 

Katz mengajak negara-negara untuk menghentikan pendanaan terhadap UNRWA, mengacu pada langkah serupa yang diambil oleh AS, Australia, Kanada, Inggris, Italia, dan Finlandia.

Pihak Inggris mengonfirmasi penundaan sementara pendanaan untuk UNRWA sambil menyelidiki tuduhan tersebut. 

Kantor Luar Negeri Inggris juga mengecam serangan 7 Oktober sebagai tindakan terorisme yang keji. 

AS, Australia, dan Kanada telah menghentikan pendanaan mereka terhadap UNRWA setelah Israel menuduh 12 staf UNRWA terlibat dalam serangan tersebut.

Anak-anak mengamati puing-puing bangunan yang dihancurkan oleh Israel dalam pengeboman di Rafah, Gaza, Sabtu, 27 Januari 2024. (Foto: AFP)
Anak-anak mengamati puing-puing bangunan yang dihancurkan oleh Israel dalam pengeboman di Rafah, Gaza, Sabtu, 27 Januari 2024. (Foto: AFP)
UNRWA, didirikan untuk membantu pengungsi perang tahun 1948, menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, dan bantuan kepada warga Palestina di berbagai wilayah. Namun, tuduhan terhadap stafnya telah memicu kontroversi dan penyelidikan internal.

Reaksi terhadap seruan Israel tersebut bervariasi. Kementerian Luar Negeri Palestina mengkritiknya sebagai kampanye menentang UNRWA, sementara Hamas mengutuk pemecatan staf berdasarkan informasi yang didapat dari pihak Israel.

Hussein al-Sheikh, sekretaris jenderal Organisasi Pembebasan Palestina, menyerukan negara-negara yang menghentikan dukungan mereka terhadap UNRWA untuk membatalkan keputusan tersebut, mengingat pentingnya bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina.

Sementara itu, situasi di Gaza semakin tegang dengan eskalasi kekerasan. Pada Sabtu, 174 warga Palestina dilaporkan tewas dan 310 lainnya luka-luka dalam 24 jam terakhir. 

Militer Israel menyatakan telah menargetkan komandan Hamas di Gaza selatan, sementara Hamas dan kelompok Jihad Islam Palestina menyatakan melakukan serangan balasan terhadap Israel.

Serangan-serangan ini menyebabkan dampak besar bagi pengungsi Palestina di Gaza, terutama dengan kondisi cuaca yang buruk. 

Kondisi tersebut semakin memperparah kesulitan bagi warga di tengah konflik yang berkepanjangan.

Militer Israel membantah tuduhan bahwa mereka menyerang fasilitas medis, sementara warga Palestina mengatakan bahwa serangan tersebut terjadi dekat rumah sakit terbesar di Gaza selatan, menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap layanan kesehatan.

Kondisi terus memanas di kawasan tersebut, dengan serangkaian tindakan militer dan serangan balasan, meningkatkan ketegangan dan memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah sulit.

Beberapa informasi dalam laporan ini disediakan oleh The Associated Press, Agence France-Presse, dan Reuters.

Oleh: VOA Indonesia
Editor: Yakop

Sabtu, 27 Januari 2024

Kecaman Jokowi Terhadap Pernyataan PM Israel

Presiden Jokowi (Foto: BPMI Setpres)
Presiden Jokowi (Foto: BPMI Setpres)
JAKARTA - Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), mengeluarkan kecaman keras terhadap pernyataan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, yang menolak solusi dua negara dalam isu Israel-Palestina.

Dalam pernyataannya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/01/2024), Jokowi menegaskan, “Pernyataan ini sama sekali tidak dapat diterima.”

Selain itu, Jokowi juga mengutuk keras serangan Israel terhadap kamp pengungsi Khan Younis di Gaza yang telah mengakibatkan banyak korban jiwa dan luka-luka. 
“Sudah terlalu panjang daftar pelanggaran hukum internasional yang dilakukan oleh Israel,” tambahnya.

Sebelumnya, Jokowi menerima laporan dari Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi, mengenai partisipasinya dalam debat terbuka Dewan Keamanan PBB yang membahas isu Gaza. Retno juga menolak tegas pernyataan PM Netanyahu dalam debat tersebut.

“Sebelum berangkat ke New York, saya telah menyampaikan ke Menlu untuk terus membawa suara tegas Indonesia dalam mendukung perjuangan bangsa Palestina. Harus tegas disampaikan,” ungkap Jokowi.

Tak hanya itu, Jokowi menegaskan penolakan Indonesia terhadap masuknya kapal Israel ke wilayah Indonesia. 

“Sekali lagi saya menegaskan kembali pelabuhan-pelabuhan di Indonesia tidak akan digunakan untuk melayani kepentingan Israel,” tandasnya.

Jumat, 26 Januari 2024

Adina Moshe Berbagi Pengalaman Selama Ditawan Hamas

Warga Palestina membawa sandera Adina Moshe dari rumahnya di Kibbutz Nir Oz menuju Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. (Foto: AP)
Warga Palestina membawa sandera Adina Moshe dari rumahnya di Kibbutz Nir Oz menuju Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. (Foto: AP)
JAKARTA - Adina Moshe, seorang perempuan Israel berusia 72 tahun yang ditawan oleh militan Hamas selama hampir 50 hari, memberikan kesaksiannya kepada saluran televisi Israel Channel 12. 

Dia mengungkapkan pengalamannya yang menakutkan selama masa tawanan, termasuk pertemuannya dengan pemimpin tertinggi Hamas di Gaza, Yehya Sinwar.

Moshe menjelaskan bahwa dia ditahan pada 7 Oktober setelah rumahnya di Kibbutz Nir Oz diserbu oleh militan Hamas, yang juga menembak suaminya hingga tewas. 
Dia kemudian dibawa ke Gaza dengan motor bersama dua anggota militan bersenjata, yang memaksa dia melepaskan perhiasan dan kacamata yang dipakainya.

Setelah perjalanan panjang, Moshe dan sejumlah sandera lainnya tiba di jaringan terowongan Hamas yang gelap dan lembab. 

Mereka diarahkan ke sebuah ruangan rahasia di bawah tanah, di mana mereka diberi tahu bahwa mereka akan dibebaskan dalam waktu yang belum ditentukan.

Pernyataan Moshe muncul saat upaya sedang dilakukan untuk mencapai kesepakatan baru yang dapat membebaskan sisa-sisa sandera yang masih ditawan. 

Dia berbagi bahwa selama masa tawanan, mereka mendengarkan informasi yang diberikan oleh sesama sandera, namun menunggu dengan harapan akan pembebasan dari Israel.

"Halo. Bagaimana kabarmu? Semuanya baik-baik saja?" kata Sinwar kepada Moshe dalam bahasa Ibrani, yang dia pelajari selama ditahan di Israel. Moshe menceritakan bahwa mereka hanya diam dan menundukkan kepala sebagai tanggapan.

Keterangan Moshe memberikan gambaran baru tentang kondisi sulit yang dialami para sandera selama disandera oleh Hamas. 

Ini juga terjadi ketika upaya dilakukan untuk mencapai kesepakatan pembebasan lebih lanjut sebagai bagian dari gencatan senjata sementara.

"Mereka mengatakan kepada kami bahwa itu adalah hal pertama yang akan dilakukan oleh Israel," ujarnya, menunjukkan rasa harapan mereka akan pembebasan.

Minggu, 04 Juli 2021

Israel Balas Palestina atas Peluncuran Balon Api

Israel Balas Palestina atas Peluncuran Balon Api
Foto: Tembakan-tembakan dari wilayah Palestina menerangi langit malam di Kota Gaza, Sabtu, 3 Juli 2021, untuk membalas serangan udara Israel. (Foto: Mohammed Abed/AFP)

BORNEOTRIBUN.COM - Sumber-sumber militer dan Palestina mengatakan tembakan senjata Israel menewaskan seorang pria Palestina pada Sabtu (3/7) di Tepi Barat dan kemudian jet-jet tempur Israel menyerang target-target militer di Gaza.

Insiden itu merupakan yang terbaru dari banyaknya bentrokan kekerasan sejak Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata pada Mei.

Kantor berita AFP melaporkan bahwa militer Israel mengatakan jet-jet tempur telah "menyerang sebuah pabrik senjata dan sebuah peluncur roket milik organisasi teroris Hamas" di Gaza.

Menurut sumber-sumber keamanan dan beberapa saksi mata, fasilitas yang ditarget itu terletak di Kota Gaza dan di jalur utara.

Sejauh ini belum ada laporan mengenai korban jiwa.

"Serangan-serangan itu dilakukan sebagai balasan atas balon-balon api yang ditembakkan ke wilayah Israel," kata sebuah pernyataan dari militer Israel.

Dinas pemadam kebakaran melaporkan bahwa balon-balon yang dilepaskan dari Gaza itu menyebabkan kebakaran di wilayah Eshkol, Israel pada Kamis (1/7), Jumat (2/7) dan Sabtu (3/7).

Belum ada indikasi segera kelompok Gaza mana yang bertanggung jawab atas peluncuran balon-balon itu. [vm/ft]

VOA

Sabtu, 19 Juni 2021

Serangan Israel Terhadap Hamas Mengancam Gencatan Senjata

Serangan Israel Terhadap Hamas Mengancam Gencatan Senjata
Ilustrasi Gambar iStock.

BORNEOTRIBUN.COM - Pesawat Israel menyerang lokasi-lokasi Hamas di Gaza pada Kamis (17/6) malam setelah bom-bom balon diluncurkan dari wilayah kantong Palestina, untuk kedua kalinya pekan ini, sejak gencatan senjata yang rapuh mengakhiri 11 hari pertempuran maut bulan lalu.

Kekerasan ini merupakan ujian awal bagi pemerintahan perdana menteri baru Israel Naftali Bennett, yang koalisinya mulai berkuasa pada hari Minggu yang lalu dengan janji akan berfokus pada isu-isu sosial ekonomi dan menghindari pilihan kebijakan sensitif terhadap Palestina.

Gencatan senjata yang ditengahi Mesir yang menghentikan pertempuran antara Israel dan militan Gaza tampaknya tidak terancam langsung oleh serangan ini. Situasi tenang pada pagi hari setelah serangan udara Israel pada Kamis malam.

Anggota tim olahraga Bar Woolf Gaza tampil dengan api di atas reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel baru-baru ini, di Beit Lahia, pada 26 Mei 2021. (Foto: AFP)

Tidak ada laporan mengenai korban pada salah satu pihak.

Kekerasan pada Rabu (16/6) dan Kamis (17/6) malam itu menyusul pawai di Yerusalem Timur pada hari Selasa (15/6) yang dilakukan kelompok-kelompok ekstrem kanan Israel, yang mengundang ancaman pembalasan oleh Hamas, kelompok militan yang berkuasa di Gaza.

Pekerja memindahkan puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel, di Kota Gaza, Selasa, 15 Juni 2021. Bangunan itu rusak bulan lalu selama perang 11 hari antara Israel dan kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza. (Foto: AP)

Militer Israel menyatakan pesawatnya menyerang kompleks Hamas yang dipersenjatai di Gaza.

Militer menyatakan serangan-serangan itu dilakukan sebagai tanggapan atas peluncuran balon-balon yang bermuatan bahan pembakar. Dinas pemadam kebakaran Israel menyatakan bom balon itu menyebabkan lebih dari 20 kebakaran di lahan terbuka di komunitas-komunitas dekat perbatasan Gaza sejak Selasa.

Radio Militer Israel pada hari Rabu (16/6) melaporkan, Israel telah memberitahu para mediator Mesir bahwa keterlibatan langsung HAMAS dalam peluncuran balon itu akan membahayakan pembicaraan gencatan senjata jangka panjang. Para pejabat Israel tidak segera mengukuhkan laporan itu. [uh/ab]

Oleh: VOA

Kamis, 27 Mei 2021

Sebuah Pameran Karya Seniman Arab Terkemuka Galang Dana untuk Rekonstruksi di Gaza Palestina

Sebuah Pameran Karya Seniman Arab Terkemuka Galang Dana untuk Rekonstruksi di Gaza Palestina
Pengunjung melihat karya seni dalam pameran yang diadakan untuk penggalangan dana bagi Gaza, di Galeri Orient, Amman, Yordania, 25 Mei 2021. (REUTERS / Jehad Shelbak)

BorneoTribun Internasional - Sebuah pameran yang menampilkan karya sejumlah seniman Arab terkemuka digelar di ibu kota Yordania, Amman, untuk menggalang dana bagi upaya rekonstruksi di Gaza.

Keprihatinan akan situasi yang dihadapi warga Palestina di Jalur Gaza mendorong sejumlah seniman Arab terkemuka di Yaman untuk berbuat sesuatu. Mereka menggelar dan menjual karya mereka lewat sebuah pameran di Galeri Orient di Amman.

Galeri Orient menyelenggarakan pameran untuk penggalangan dana bagi Palestina, bekerja sama dengan Klub Alumni Universitas Amerika Beirut di Amman, dan Asosiasi Taawon. (Galeri Facebook / Orient)

Panitia penyelenggara mengatakan, lebih dari 30 seniman yang memiliki koneksi erat dengan galeri itu selama 25 tahun terakhir berpartisipasi dalam pameran tersebut. Mereka menyumbangkan karya mereka untuk dijual guna mengumpulkan dana yang sangat dibutuhkan bagi upaya rekonstruksi Gaza.

Galeri Orient menyelenggarakan pameran untuk penggalangan dana bagi Palestina, bekerja sama dengan Klub Alumni Universitas Amerika Beirut di Amman, dan Asosiasi Taawon. (Galeri Facebook / Orient)

Hala Jardaneh adalah direktur pelaksana Galeri Orient. "Pameran ini diadakan untuk mendukung rakyat Palestina dengan segala penderitaan mereka selama periode ini. Ini adalah tanggung jawab semua orang Arab, tidak hanya tanggung jawab Palestina saja atau Yordania saja.”

Sebanyak 50 buah karya senilai 82.000 dinar atau hampir 116 ribu dolar AS, dijual dalam pameran yang berlangsung dari Selasa hingga Kamis itu.

Pengunjung melihat karya seni dalam pameran yang diadakan untuk mengumpulkan dana bagi Gaza, di Galeri Orient di Amman, Yordania 25 Mei 2021. (REUTERS / Jehad Shelbak)

Maha Abu Samaan, seorang seniman keturunan Palestina yang terlibat dalam proyek penggalangan dana itu, merasa senang bisa berpartisipasi. "Sebagai seniman dan warga Palestina, saya ingin mendukung rakyat Palestina melalui kegiatan budaya. Sebagai seniman Palestina, saya ingin mengekspresikan diri untuk mendukung Palestina."

Pendapat serupa diungkapkan Abdulrahman Hamdan, seorang seniman Palestina lain yang juga terlibat. "Sebagai seniman, ini adalah satu-satunya hal yang dapat saya lakukan untuk mendukung negara saya, Palestina. Mungkin saya tidak dapat pergi ke sana untuk melakukan apa pun, tetapi setidaknya saya dapat melakukan sesuatu untuk mereka dan menyumbang kepada mereka dengan karya seni saya."

Dana yang terkumpul selama acara itu akan disumbangkan ke Welfare Association-Taawon, sebuah LSM Palestina yang misinya terfokus pada pembangunan berkelanjutan.

Menurut para petugas medis Palestina, ratusan serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 254 orang di Gaza dan melukai lebih dari 1.900 orang. Serangan-serangan itu juga menghancurkan beberapa bangunan komersial, sejumlah gedung apartemen dan banyak rumah pribadi di berbagai penjuru kawasan kantong pantai kecil itu.

Militer Israel menyebutkan jumlah korban tewas di pihak Israel mencapai 13 orang, dengan ratusan lainnya terluka, akibat serangan roket Hamas dan militan-militan Palestina lainnya di Gaza. Banyak warga Israel terpaksa mengungsi hingga sejauh Tel Aviv.

Gaza, dengan populasi sekitar dua juta orang, sekarang menghadapi tugas membangun kembali infrastruktur yang hancur setelah konflik keempat dengan Israel sejak Hamas menguasai daerah kantong itu pada 2007. [ab/uh]

Oleh: VOA

Selasa, 25 Mei 2021

Konflik Timur Tengah Timbulkan Perpecahan dan Ketegangan di Eropa

Konflik Timur Tengah Timbulkan Perpecahan dan Ketegangan di Eropa
Demonstrasi pro-Palestina berlanjut di seluruh Eropa termasuk di Paris, Prancis (foto: dok).

BorneoTribun Internasional -- Demonstrasi pro-Palestina berlanjut di seluruh Eropa akhir pekan lalu meskipun ada gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hamas. Demonstrasi tersebut merupakan salah satu akibat dari kekerasan di Timur Tengah yang telah memecah belah negara-negara anggota Uni Eropa dan menimbulkan ketakutan akan kerusuhan di dalam negeri.

Ribuan warga, Sabtu ikut serta dalam aksi unjuk rasa di Paris dan kota-kota Prancis lainnya. Demonstrasi juga bergema di ibu kota Eropa lainnya sebagai solidaritas untuk perjuangan Palestina.

Di Place de la Republique, di ibu kota Prancis, pengunjuk rasa meneriakkan "Palestina akan menang", dan "Israel, pembunuh" yang menyuarakan kemarahan atas bentrokan baru-baru ini antara Israel dan Hamas, yang sebagian besar menewaskan warga Palestina.

Eric Conquerel, seorang anggota parlemen dari partai sayap kiri France Unbowed, yang ikut dalam demonstrasi di Paris, mengatakan ia malu pada pemerintahnya karena diduga bersikap lunak terhadap Israel. Pandangannya mencerminkan perpecahan politik yang lebih luas dengan banyak warga yang mendukung aliran kiri Prancis bersimpati kepada Palestina, sementara pendukung aliran kanan mendukung Israel.

Prancis, satu-satunya anggota tetap Uni Eropa di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, minggu lalu bekerja sama dengan Mesir dan Yordania untuk membantu mendorong gencatan senjata yang pada hari Jumat akhirnya tercapai antara Israel dan Hamas.

Namun secara keseluruhan, beberapa analis mengatakan, Uni Eropa tersisih dalam lonjakan terbaru kekerasan Timur Tengah ini, sebagian karena tanggapannya yang terpecah belah. Negara-negara seperti Jerman, Hongaria, dan Austria sangat mendukung Israel. Negara lain seperti Belgia, Luksemburg dan Swedia lebih kritis. Namun, beberapa analis mencatat kecenderungan jelas pro-Israel di seluruh Eropa dalam beberapa tahun terakhir.

Ketika diwawancarai media Prancis, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian, Minggu membantah dugaan kurangnya pengaruh Uni Eropa. Ia menyerukan kebijakan langkah-langkah kecil untuk mencegah serangan terbaru kekerasan Israel-Palestina kembali terjadi.

Dinamika internal juga membentuk respons Eropa yang terpecah. Negara-negara berpenduduk Muslim dan Yahudi yang besar takut ketegangan di Timur Tengah akan terjadi di dalam negeri. [my/lt]

Oleh: VOA

Minggu, 23 Mei 2021

Usai Genjatan Senjata, Ini Langkah Menhan Israel

Usai Genjatan Senjata, Ini Langkah Menhan Israel

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz.


BorneoTribun Internasional -- Usai genjatan senjata, ini langkah Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz.


Dia mengatakan akan melakukan tindakan politik untuk memulai gerakan jangka panjang.


Hal ini untuk melemahkan ekstremis dan memperkuat hubungan kaum moderat.


"Genjatan senjata telah terjadi usai desakan dari berbagai negara," ungkapnya.


Diketahui, sedikitnya 230 warga Palestina dan 12 Warga Israel telah menjadi korban.


"Pada titik ini kampanye militer telah berakhir, dan waktunya telah tiba untuk aksi politik.  Direruntuhan rumah anggota senior Hamas dan reruntuhan terowongan sepanjang lebih dari 100 km ini, akan menjadi tugas kita untuk membangun realitas yang berbeda." tutupnya.


Reporter: Er

Sabtu, 22 Mei 2021

Gubernur New York Kecam Serangan terhadap Warga Yahudi

Gubernur New York Kecam Serangan terhadap Warga Yahudi
Warga Yahudi ultra-Ortodoks Pro-Palestina melakukan aksi tandingan pada unjuk rasa pro-Israel di Times Square di New York City, AS 12 Mei lalu (foto: ilustrasi).

BorneoTribun Internasional -- Serangkaian serangan terhadap warga Yahudi di New York memicu Gubernur Andrew Cuomo mengeluarkan pernyataan mengutuk serangan itu.

“Saya dengan tegas mengutuk serangan terhadap warga Yahudi di New York dan kami tidak akan mentolerir pelecehan dan intimidasi anti-Yahudi yang dilakukan kelompok tertentu,” cuit Cuomo di Twitter.

“Orang dari seluruh agama dan keyakinan, latar belakang dan etnis harus dapat berada di jalan dengan aman dan bebas dari aksi kekerasan dan pelecehan,” tambahnya.

Beberapa video warga Yahudi yang diserang muncul di media sosial setelah kelompok-kelompok pro Israel dan pro Palestina melangsungkan demonstrasi di kota itu.

Sedikitnya satu warga Yahudi dibawa ke rumah sakit karena apa yang digambarkan polisi sebagai “serangan kelompok.” Luka-luka yang dideritanya diyakini tidak serius.

Menurut ABC News ada 26 orang dilaporkan telah ditangkap dalam aksi kekerasan itu. Serangan itu terjadi ketika Israel dan militan Hamas mengumumkan gencatan senjata dalam konflik yang sudah berlangsung selama 11 hari itu.

“Keadilan harus ditegakkan dan saya memerintahkan Satuan Tugas Penanganan Kejahatan Bernuansa Kebencian di Kepolisian New York untuk membantu penyelidikan terhadap serangan-serangan itu,” ujar Cuomo.

Beberapa hari terakhir ini serangan anti-Yahudi meningkat di seluruh Amerika.

Di Los Angeles, polisi sedang menyelidiki sebuah serangan anti-Yahudi di restoran yang terekam dalam video.

Beberapa sinagog telah dirusak, termasuk yang terdapat di Tucson, Arizona; Salt Lake City, Utah; dan di Chicago.

Anti-Yahudi juga meningkat di dunia maya. Liga Anti-Pencemaran Nama Baik ADL melaporkan adanya 17.000 cuitan yang menyebut “Hitler benar,” yang dipublikasikan antara tanggal 7-14 Mei.

“Sewaktu aksi kekerasan antara Israel dan Hamas terus memuncak, kami menyaksikan lonjakan drastis dan berbahaya serangan anti-Yahudi di Amerika,” ujar CEO ADL Jonathan Greenblatt.

“Kami melacak tindakan pelecehan, vandalisme, dan kekerasan; juga pelanggaran di dunia maya. Ini terjadi di seluruh dunia, dari London hingga Los Angeles, dari Perancis hingga Florida, di kota-kota besar seperti New York hingga di kota-kota kecil, dan di seluruh platform media sosial.” [em/pp]

Oleh: VOA

Polisi Israel, Pengunjuk Rasa Bentrok di Al-Aqsa

Polisi Israel, Pengunjuk Rasa Bentrok di Al-Aqsa
Pasukan keamanan Israel dalam posisi siaga saat warga Palestina berunjuk rasa di kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem, 21 Mei 2021. (REUTERS / Ammar Awad)

BorneoTribun Internasional -- Bentrokan terjadi antara demonstran Palestina dan polisi Israel setelah salat Jumat (21/5) di kompleks Masjid Al-Aqsa, tempat suci bagi umat Yahudi dan Muslim di Yerusalem yang menjadi sumber konflik antara kedua pihak.

Belum jelas apa yang memicu kekerasan itu. Polisi menembakkan granat kejut dan gas air mata, sedangkan warga Palestina melontarkan batu setelah ratusan orang ambil bagian dalam unjuk rasa untuk merayakan gencatan senjata, di mana mereka melambai-lambaikan bendera Palestina dan Hamas serta menyemangati kelompok militan itu.

Bentrokan antara demonstran dan polisi di sana pada awal bulan ini merupakan salah satu penyulut utama pertempuran baru-baru ini.

Sebelumnya ribuan orang turun ke jalan-jalan Gaza sewaktu gencatan senjata mulai berlaku pada hari Jumat (21/5) pukul 2 pagi.

Pasukan keamanan Israel dan jemaah Muslim Palestina bentrok di kompleks masjid al-Aqsa Yerusalem, situs tersuci ketiga Islam, 21 Mei 2021.

Kaum muda melambai-lambaikan bendera Palestina dan Hamas, membagi-bagikan permen dan camilan manis, membunyikan klakson dan menyalakan kembang api.

Suasana perayaan meriah juga berlangsung semalam di Yerusalem Timur dan di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Israel merebut ketiga wilayah itu pada perang tahun 1967 dan Palestina menginginkan daerah itu sebagai wilayah negara mereka pada masa mendatang. [uh/ab]

Oleh: VOA

Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata di Gaza

Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata di Gaza
Militer Israel menembakkan artileri dekat perbatasan dengan Jalur Gaza Rabu (19/5). Israel dan Hamas hari Kamis (20/5) menyepakati gencatan senjata di Gaza mulai Jumat (21/5) jam 2 dini hari.

BorneoTribun Internasional -- Israel dan Hamas hari Kamis (20/5) menyepakati gencatan senjata di seluruh perbatasan Jalur Gaza, mulai hari Jumat (21/5) jam 2 dini hari, demikian petikan pernyataan faksi Islamis Palestina sebagaimana diberitakan beberapa kantor berita. Gencatan senjata ini berpotensi mencegah terjadinya pertempuran paling sengit dalam puluhan tahun.

Kabinet keamanan Israel mengatakan pihaknya secara bulat telah mendukung gencatan senjata di Jalur Gaza “secara timbal balik dan tanpa syarat” sebagaimana yang diusulkan Mesir sebagai mediator, tetapi menambahkan bahwa jam pelaksanaannya belum disepakati.

Perkembangan terbaru ini terjadi setelah Presiden Amerika Joe Biden mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengupayakan deeskalasi, dan di tengah tawaran media oleh Mesir, Qatara dan PBB.

Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada kantor berita Reuters, gencatan senjata ini “akan saling menguntungkan dan berlaku serentak.”

Serangan roket Hamas dan sekutunya – Jihad Islam – telah kembali berlanjut setelah jeda selama delapan jam pada hari Kamis (20/5), sementara Israel terus menembaki apa yang menurutnya bertujuan untuk menghancurkan kemampuan militer faksi Hamas dan mencegah mereka melakukan konfrontasi serupa di masa depan.

Sejak pertempuran 10 Mei lalu, pejabat-pejabat kesehatan di Gaza mengatakan sedikitnya 232 warga Palestina – termasuk 65 anak-anak dan 39 perempuan – tewas; sementara lebih dari 1.900 lainnya luka-luka akibat pemboman udara Israel. Sementara Israel mengatakan telah menewaskan sedikitnya 160 kombatan di Gaza.

Sistem pertahanan udara "Kubah Besi" Israel mencegat serangan roket Hamas dari Jalur Gaza (17/5).

Perjanjian gencatan senjata ini akan mengakhiri pertempuran paling sengit antara kedua musuh ini sejak perang 50 hari pada tahun 2014, dan sekali lagi tidak jelas siapa yang memenangkannya.

Pertempuran dimulai 10 Mei lalu ketika militan Hamas di Gaza menembakkan serangkaian roket jarak jauh ke arah Yerusalem setelah bentrokan antara demonstran Palestina dan polisi Israel di kawasan Masjid Al Aqsa, satu situs suci bagi Yahudi dan Muslim. Strategi polisi menangani para demonstran di kawasan itu dan ancaman pengusiran puluhan keluarga Palestina oleh pemukim Yahudi telah ikut memanaskan situasi.

Israel melancarkan ratusan serangan udara, menarget apa yang disebutnya sebagai infrastruktur militer Hamas, termasuk sebuah jaringan terowongan bawah tanah. Hamas dan kelompok-kelompok militan lainnya di permukiman itu telah meluncurkan lebih dari 4.000 roket ke kota-kota Israel, di mana ratusan diataranya gagal mencapai wilayah Israel dan sebagian besar berhasil dicegah lewat sistem pertahanan Iron Dome.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sedikitnya 230 warga Palestina tewas, termasuk 65 anak-anak dan 39 perepuan; sementara 1.710 lainnya luka-luka.

Hamas dan kelompok militan Jihad Islam mengatakan sedikitnya 20 pejuang mereka tewas, sementara Isral mengklaim menewaskan sedikitnya 130 orang.

Sekitar 58.000 warga Palestina telah melarikan diri dari rumah mereka, sebagian besar berlindung di sekolah-sekolah yang dikelola PBB di saat sedang merebaknya pandemi virus corona. Menurut badan advokasi Save the Children, sedikitnya 50 sekolah rusak dan enam lainnya hancur total. Sementara melakukan perbaikan, hampir 42.000 anak kini tidak lagi bersekolah.

Badan Kesehatan Dunia WHO mengatakan serangan Israel juga merusak sedikitnya 18 rumah sakit dan klinik, dan menghancurkan sebuah fasilitas kesehatan. Hampir separuh obat-obatan esensial juga telah habis.

Sementara di pihak Israel, sedikitnya 12 orang tewas, termasuk seorang anak laki-laki berusia lima tahun, seorang anak perempuan berusia 16 tahun dan seorang tentara. [em/ka]

Oleh: VOA

Menlu RI: Masyarakat Internasional Berutang pada Palestina

Menlu RI Retno Marsudi memberikan pidato pada Sidang Majelis Umum PBB yang membahas situasi Palestina-Israel di New York, Kamis 20/5 (Foto: tangkapan layar courtesy: UNTV)

BorneoTribun Jakarta -- Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyerukan PBB untuk segera mengambil langkah konkret menghentikan kekerasan dan aksi militer Israel, memastikan akses kemanusiaan dan perlindungan warga sipil, serta mendorong negosiasi multilateral yang kredibel karena sesungguhnya “masyarakat internasional berutang pada bangsa Palestina.”

Hal ini ditegaskannya ketika berbicara di sidang Majelis Umum PBB di New York hari Kamis (20/5), yang dihadiri puluhan diplomat dan Sekjen PBB Antonio Guterres.

“Tanggung jawab utama kita adalah menyelamatkan nyawa,” ujar Retno,”karena setiap menit yang kita lewatkan di sini untuk berbicara, pada saat yang sama berarti hilangnya nyawa rakyat Palestina.”

Retno secara terang-terangan menyebut Israel sebagai “negara penjajah” dan menggarisbawahi bahwa “konflik yang terjadi bersifat asimetris, antara Israel – negara penjajah dan penindas – dengan bangsa Palestina, yang diduduki, yang terus menerus ditindas. Penjajahan adalah inti masalahnya.”

Ditambahkannya, “Kita harus menghentikan upaya sistematis negara penjajah yang bisa saja tidak menyisakan apapun untuk dirundingkan. Kita tidak dapat membiarkan bangsa Palestina kehilangan pilihannya dan menerima ketidakadilan sepanjang hidupnya.”

Utusan Israel: Hamas Menarget Warga Sipil, Israel Menarget Teroris

Berbicara di forum yang sama, Utusan Tetap Israel Untuk PBB Giland Erdan menyindir PBB karena berupaya “menekan Israel dan memberi organisasi teroris sebuah peluang.” “Apakah ini tujuan pembentukan PBB? Apakah ini prioritas PBB sekarang? Perdebatan di Majelis Umum ini selalu diwarnai dengan penipuan dan kebohongan.”

Erdan berupaya memaparkan krisis yang terjadi saat ini dengan mengatakan “Hamas menarget warga sipil. Israel menarget teroris. Israel melakukan setiap upaya untuk mencegah jatuhnya korban sipil. Hamas melakukan setiap upaya untuk meningkatkan korban sipil, warga Israel dan Palestina. Israel menggunakan rudal-rudalnya untuk melindungi anak-anaknya. Hamas menggunakan anak-anaknya untuk melindungi rudal mereka.”

Erdan juga menuding Hamas telah dengan sengaja mencelakakan warganya sendiri karena “setiap 100 roket yang ditembakkan Hamas ke arah Israel, sekitar 25 roket jatuh di Gaza, menimbulkan kematian dan kehancuran bagi warganya sendiri.” Sementara menurutnya serangan Israel sangat terukur.

Hamas Kirim Surat ke Presiden Jokowi

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh (foto: dok./ AFP).

Dalam perkembangan lainnya, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo. Dalam surat tertanggal 18 Mei itu, Haniyeh memaparkan hal-hal yang memicu Hamas menembakkan rudal ke Israel, antara lain karena pengusiran 28 keluarga Palestina di permukiman Sheikh Jarrah, penutupan salah satu gerbang utama menuju ke Masjid Al Aqsa, dan serangan brutal terhadap jemaah masjid pada bulan suci Ramadan.

Haniyeh meminta Presiden Joko Widodo untuk “memobilisir dukungan negara-negara Arab, Islam dan internasional untuk mendukung, serta mengambil sikap yang jelas dan tegas untuk segera mengakhiri agresi dan teror Israel terhadap Jalur Gaza yang sudah terkepung, mengakhiri semua pelanggaran di Yerusalem, dan menjauhkan Israel dari Masjid Al Aqsa dan mengijinkan warga dapat beribadah dengan bebas.”

Belum diperoleh informasi apakah Presiden Joko Widodo telah membalas surat itu atau tidak.

Perjanjian Gencatan Senjata akan Segera Tercapai?

Mengutip seorang pejabat senior Israel yang tidak disebut namanya, suratkabar New York Times hari Kamis melaporkan bahwa “Israel dan Hamas tampaknya akan mencapai gencatan senjata dalam dua hari mendatang.” Gencatan senjata ini akan berlangsung dalam beberapa tahap, mulai dari penghentian seluruh serangan Israel terhadap infrastruktur dan fasilitas Hamas, dan diakhirinya upaya Israel untuk membunuh anggota-anggota senior Hamasl; juga dihentikannya peluncuran roket Hamas ke kota-kota Israel dan dihentikannya penggalian terowongan bawah tanah ke arah Israel serta demonstrasi yang bergulir menjadi kekerasan di perbatasan Israel-Gaza.

Hingga laporan ini disampaikan sedikitnya 230 warga Palestina tewas – termasuk di antaranya 65 anak-anak. Sementara di pihak Israel, sedikitnya 12 orang tewas. [em/jm]

Oleh: VOA