Berita Borneotribun: MotoGP Hari ini
Tampilkan postingan dengan label MotoGP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MotoGP. Tampilkan semua postingan

Selasa, 15 Juli 2025

Jorge Martin Bikin Honda Kepincut, Tapi Bisa Gak Bawa Mereka Balik ke Puncak?

Jorge Martin Bikin Honda Kepincut, Tapi Bisa Gak Bawa Mereka Balik ke Puncak?
Jorge Martin.

JAKARTA - Drama Jorge Martin lagi rame banget dibahas di paddock MotoGP. Gak cuma soal aksinya di lintasan, tapi juga masalah kontraknya sama Aprilia yang makin ruwet. Nah, di tengah keribetan ini, Honda mulai ngintip-ngintip. Pertanyaannya sekarang, kalau Jorge pindah ke Honda, emang bisa ngangkat performa mereka?

Jorge dan manajernya, Albert Valera, lagi berusaha cabut dari Aprilia di akhir musim ini lewat klausul keluar. Jorge udah terang-terangan bilang dia mau pergi. Tapi Aprilia gak tinggal diam. Mereka ngotot kontraknya masih sah sampai 2026 dan siap bawa masalah ini ke pengadilan kalau perlu. Serius banget.

Walau begitu, kabar terbaru dari Spanyol justru bilang kalau Jorge kemungkinan bakal tetap di Aprilia buat musim depan. Tapi Honda gak tinggal diam. Mereka punya satu slot kosong buat 2026 dan Jorge jelas masuk daftar incaran.

Stefan Bradl, test rider andalan Honda, buka suara soal kemungkinan ini. Dia bilang, Jorge emang bisa kasih dampak positif, tapi jangan langsung berharap Honda jadi juara dunia. Katanya, Jorge mungkin bisa ngasih tambahan waktu sepersekian detik per lap berkat skill dan kemauannya. Tapi ngebalikin Honda ke papan atas sendirian? Itu sih PR banget.

Saat ini, masa depan Luca Marini di Honda juga belum jelas karena kontraknya bakal habis tahun depan. Tapi katanya sih udah mulai ada pembicaraan perpanjangan. Sementara itu, bos tim Honda, Alberto Puig, ngaku gak bakal ngejar Jorge dulu sebelum urusan hukumnya dengan Aprilia kelar. Honda maunya main bersih dan gak nyenggol kontrak orang.

Bradl juga bilang, kalau Jorge akhirnya beneran lepas dari Aprilia dan statusnya free agent, Honda pasti udah siap. Mereka bakal kasih penawaran yang oke, dan Jorge jadi opsi menarik banget buat mereka.

Ngomong-ngomong soal kondisi Jorge, dia baru aja balik latihan setelah sempat absen lama gara-gara cedera. Minggu lalu dia ikut tes pribadi di Misano, nyobain motor Aprilia RS-GP dan ngegas lebih dari 60 lap. Katanya sih hasilnya cukup oke dan bisa jadi titik balik buat baikan lagi sama Aprilia.

Dan kabar baiknya, Jorge udah dikonfirmasi bakal comeback di balapan akhir pekan ini di Brno, sebelum MotoGP masuk libur musim panas.

Sekarang tinggal tunggu aja, Jorge bakal tetap bertahan di Aprilia atau pindah ke Honda dan jadi kunci kebangkitan mereka. Yang pasti, drama ini bikin musim depan makin seru buat ditunggu.

Dominasi Marc Marquez di MotoGP Jerman 2025 Berkat Fokus Ekstra dan Kondisi Lintasan Licin

Dominasi Marc Marquez di MotoGP Jerman 2025 Berkat Fokus Ekstra dan Kondisi Lintasan Licin
Dominasi Marc Marquez di MotoGP Jerman 2025 Berkat Fokus Ekstra dan Kondisi Lintasan Licin.

JAKARTA - Marc Marquez kembali menunjukkan kualitasnya sebagai salah satu pembalap terbaik dunia dengan meraih kemenangan dominan di MotoGP Jerman 2025 yang digelar di Sirkuit Sachsenring. Meski kondisi lintasan penuh tantangan, Marquez sukses menghindari insiden dan meraih kemenangan ketujuhnya musim ini.

Fokus Ekstra Setelah Lihat Banyak Pembalap Terjatuh

Dalam balapan utama hari Minggu yang berlangsung selama 30 lap, Marquez langsung tancap gas dari posisi pole dan mempertahankan keunggulan hingga garis finis. Ia menyelesaikan balapan dengan jarak hampir tujuh detik dari pembalap di posisi kedua. Meski terlihat mulus, ternyata Marquez harus menjaga fokus tinggi karena banyaknya kecelakaan yang terjadi di sekitarnya.

“Beberapa pembalap jatuh, dan itu justru bikin saya makin fokus,” ungkap Marquez dalam wawancara bersama TNT Sport. “Saya mencoba pahami situasi, terutama di Tikungan 1. Di sana ada angin dari belakang (tailwind), jadi kita nggak bisa ngerem di titik yang sama seperti biasanya.”

Menurut Marquez, kondisi lintasan juga lebih licin akibat hujan yang turun pada hari Sabtu dan malam sebelumnya. Minimnya grip serta sisa air hujan membuat banyak bagian lintasan jadi sulit diprediksi.

“Saya lihat bekas ban dari pembalap yang jatuh di lap berikutnya. Justru itu bikin saya makin konsentrasi,” lanjutnya.

Hanya 10 Pembalap yang Finish, Marquez Tambah Koleksi Kemenangan

Dari 18 pembalap yang start di MotoGP Jerman kali ini, hanya 10 yang berhasil menyelesaikan balapan. Ini menjadi jumlah finishers terendah sejak MotoGP Australia 2011. Tapi Marquez tetap tenang, dan berhasil membawa pulang kemenangan ke-9-nya di Sachsenring dalam kelas utama.

Tak hanya itu, kemenangan ini juga menjadi kemenangan ke-69 sepanjang kariernya di MotoGP. Pencapaian ini menempatkan Marquez di posisi kedua daftar pemenang terbanyak sepanjang masa. Momen ini makin spesial karena diraih saat ia mencatat start ke-200-nya di kelas premier.

“Rasanya luar biasa bisa merayakan balapan ke-200 dengan kemenangan. Apalagi di Sachsenring, yang memang trek favorit saya,” ucap Marquez.

Trek Licin Justru Jadi Keuntungan Bagi Marquez

Uniknya, kondisi trek yang licin malah jadi keunggulan buat Marquez. Ia mengakui bahwa lintasan semacam ini cocok dengan gaya balapnya.

“Lintasan licin seperti ini memang kondisi favorit saya. Saya bisa berkendara lebih halus dan mengontrol motor lebih baik dibanding yang lain,” jelasnya.

Kemenangan ini juga memperlebar jaraknya di klasemen kejuaraan dunia MotoGP 2025. Saat ini Marquez memimpin dengan keunggulan 83 poin dari rival terdekatnya sebuah angka yang sangat besar dan menunjukkan betapa konsistennya penampilan Marquez sepanjang musim.

Marquez Masih Jadi Raja Sachsenring

Balapan di Sachsenring tahun ini membuktikan bahwa Marquez masih sangat sulit dikalahkan di trek yang satu ini. Dengan kondisi yang menantang dan banyak pembalap terjatuh, ia justru tampil semakin fokus dan stabil. Kemenangan ini bukan hanya soal kecepatan, tapi juga soal kecerdasan membaca kondisi lintasan dan menjaga konsentrasi sepanjang balapan.

Dengan sisa musim yang masih panjang, Marquez jelas jadi favorit kuat untuk meraih gelar juara dunia MotoGP 2025. Jika ia terus tampil seperti ini, bukan tak mungkin kita akan melihat sejarah baru tercipta tahun ini.

Marc Marquez Buktikan 2025 Jadi Tahun Keemasan di MotoGP

Marc Marquez Buktikan 2025 Jadi Tahun Keemasan di MotoGP
Marc Marquez Buktikan 2025 Jadi Tahun Keemasan di MotoGP.

JAKARTA - Di tengah musim MotoGP 2025 yang terdiri dari 22 seri, Marc Marquez mulai menunjukkan performa luar biasa yang membuat banyak orang percaya bahwa inilah musim terbaiknya sepanjang karier di kelas premier. Meskipun pernyataan ini mungkin terdengar prematur, namun melihat pencapaiannya sejauh ini, sulit untuk tidak setuju.

Kemenangan Spektakuler di Sachsenring

Sirkuit Sachsenring di Jerman memang sudah seperti rumah kedua bagi Marquez. Ia hampir selalu menang di sini, kecuali tahun 2024 ketika ia hanya bisa finis di posisi kedua setelah start dari urutan ke-13 karena cedera jari. Tahun ini, Marquez kembali menunjukkan dominasinya dengan kemenangan mutlak dari awal hingga akhir balapan.

Namun, akhir pekan di Sachsenring tidak berjalan mulus. Hujan yang turun pada hari Sabtu membuat lintasan licin dan menantang, terutama di Tikungan 1. Dalam balapan sprint, Marquez sempat membuat kesalahan di tikungan tersebut dan harus berjuang dari posisi kelima untuk akhirnya menang di lap terakhir. Ia tetap mengamankan 12 poin, namun belajar bahwa tidak selamanya keberuntungan akan berpihak padanya.

Kekacauan Balapan dan Fokus Penuh Marquez

Balapan utama pada hari Minggu menjadi seperti medan perang. Dari 18 pebalap yang start, hanya 10 yang berhasil menyentuh garis finis. Tikungan 1 menjadi titik krusial di mana banyak pebalap mengalami kecelakaan. Marquez, belajar dari kesalahan masa lalu di COTA dan Jerez, tampil tenang dan cermat, menghindari insiden sambil mempertahankan fokus tinggi.

Fabio Di Giannantonio dan Marco Bezzecchi, yang awalnya berpeluang naik podium, justru tergelincir dan gagal finis. Marquez memanfaatkan situasi ini untuk meraih kemenangan keempat beruntun dalam format sprint dan balapan utama, menambah total kemenangannya menjadi 69 dan menempatkannya di posisi kedua dalam daftar pebalap dengan kemenangan terbanyak di kelas utama.

Strategi Cerdas dan Penguasaan Ducati

Marquez menunjukkan sisi strategisnya saat memilih untuk tidak melakukan time attack dengan ban soft di sesi latihan Jumat. Ia fokus menyiapkan motor untuk balapan karena prakiraan cuaca menunjukkan bahwa sesi berikutnya mungkin akan digelar dalam kondisi kering. Pilihan ban belakang medium terbukti jadi senjata utamanya. Sejak lap kedua, ia langsung menciptakan gap hampir satu detik dari Di Giannantonio. Saat Fabio jatuh di lap ke-18, Marquez sudah unggul 3,2 detik.

Meski tampil dominan, Marquez menegaskan bahwa dirinya tetap push maksimal dan tidak bersantai. "Saya tetap konsentrasi penuh. Bukan berarti saya balapan pakai satu tangan. Ini MotoGP, dan saya tetap memberikan yang terbaik,” ujarnya.

Dengan keunggulan 83 poin di klasemen atas adiknya sendiri, Alex Marquez, dan 147 poin atas Pecco Bagnaia, sulit membayangkan siapa yang bisa menghentikannya musim ini.

Statistik Menggila Marquez di 2025

  • 7 akhir pekan sempurna (37 poin) dari total 11 seri yang sudah dijalani.

  • 10 kemenangan sprint dari 11 yang digelar, memecahkan rekor sebelumnya.

  • 7 kemenangan grand prix, jauh lebih banyak dibanding Jorge Martin tahun lalu yang hanya punya dua kemenangan di titik yang sama musim 2024.

  • 344 poin sejauh ini — lebih banyak 69 poin dari Bagnaia pada periode sama tahun lalu dan 84 poin lebih tinggi dibanding 2023.

Jika hanya menghitung hasil dari balapan utama, Marquez tetap unggul 49 poin. Jika hanya sprint, ia masih memimpin dengan selisih 34 poin. Rata-rata perolehan poin per seri mencapai 31,3 angka yang belum pernah dicapai pebalap manapun di era sprint.

Lebih Hebat dari Musim 2019?

Banyak yang menyebut musim 2019 sebagai puncak performa Marquez, ketika ia memenangi 13 balapan dan nyaris selalu finis 1-2. Namun sekarang, di usianya yang ke-32, ia bahkan tampil lebih matang. Cedera parah di lengan pada 2020 sempat membuat kariernya dipertanyakan. Tapi Marquez berhasil beradaptasi, terutama dengan motor Ducati yang punya karakter berbeda dibanding Honda.

Lebih hebatnya lagi, ia meraih semua ini di musim ke-2 bersama Ducati dan pada balapan ke-200 di kelas utama! Sebuah tonggak penting yang ia rayakan dengan kemenangan telak.

Kenapa Ini Musim Terbaik Marc Marquez?

  • Ia tidak hanya menang, tapi menang dengan cara cerdas dan efisien.

  • Ia mendominasi era baru MotoGP yang jauh lebih kompetitif dengan format sprint.

  • Ia menyesuaikan gaya balapnya karena cedera masa lalu, dan tetap tampil sebagai yang terbaik.

  • Ia mampu mengalahkan pebalap-pebalap yang jauh lebih muda di usia yang bagi banyak rider adalah titik penurunan performa.

2025 Adalah Milik Marc Marquez

Jika tidak ada halangan besar seperti cedera, maka musim 2025 bisa menjadi sejarah baru dalam MotoGP. Marc Marquez bukan hanya kembali, tapi ia datang dengan cara yang lebih hebat dari sebelumnya. Dengan sisa 11 seri, termasuk Brno akhir pekan ini, peluang mencetak rekor demi rekor masih terbuka lebar. Dan yang jelas, ini bukan sekadar musim gemilang ini adalah musim legendaris.

Marc Marquez Desak Perbaikan Keamanan Sirkuit Sachsenring Jelang Perpanjangan Kontrak MotoGP

Marc Marquez Desak Perbaikan Keamanan Sirkuit Sachsenring Jelang Perpanjangan Kontrak MotoGP
Marc Marquez Desak Perbaikan Keamanan Sirkuit Sachsenring Jelang Perpanjangan Kontrak MotoGP.

JAKARTA - Marc Marquez, salah satu pembalap MotoGP paling berpengaruh, mendesak agar sirkuit Sachsenring di Jerman segera melakukan perbaikan dari sisi keamanan. Seruan ini muncul seiring kabar bahwa kontrak penyelenggaraan MotoGP di sirkuit tersebut akan diperpanjang melewati tahun 2026.

Buat yang belum tahu, Sachsenring udah jadi bagian dari kalender MotoGP sejak 1998, dan cuma absen sekali waktu pandemi COVID-19 di 2020. Event ini juga jadi salah satu yang paling banyak ditonton. Bahkan di balapan terakhir, tercatat lebih dari 256 ribu penonton hadir selama akhir pekan, sebuah rekor baru untuk GP Jerman.

Tapi di balik semua euforia itu, ada kekhawatiran yang cukup serius. Marquez, yang baru aja menang di sana dan sudah mengoleksi sembilan kemenangan di Sachsenring, bilang bahwa beberapa dinding pembatas di lintasan itu terlalu dekat dengan jalur balap — terutama saat kondisi lintasan basah.

Menurut Marquez, ketika kondisi lintasan basah, pembalap yang terjatuh justru bisa meluncur lebih cepat di atas aspal, dan berakhir menabrak dinding. Ini bikin potensi cedera makin besar, meskipun sudah ada pelindung udara atau air fence di beberapa titik.

“Beberapa dinding di sini udah di batas aman, apalagi saat balapan dalam kondisi hujan,” ujar Marquez. “Kami memang punya perlindungan bagus, tapi tetap aja beda dengan sirkuit seperti Qatar, di mana hampir mustahil pembalap menabrak tembok karena jaraknya jauh.”

Apa yang dikatakan Marquez bukannya tanpa bukti. Di GP Jerman kemarin, beberapa pembalap terjatuh dan motornya langsung menghantam pembatas. Bahkan, balapan Moto2 sampai harus dihentikan (red flag) setelah kecelakaan di Tikungan 1.

Adiknya sendiri, Alex Marquez, juga sepakat bahwa Sachsenring harus melakukan penyesuaian demi meningkatkan keselamatan.

“Seperti kata Marc, beberapa titik seperti Tikungan 5 dan Tikungan 8 perlu diperbaiki. Tapi mereka sudah mulai bekerja, jadi kalau kontrak diperpanjang, perbaikannya pasti dilakukan,” ungkap Alex.

Nggak cuma duo Marquez yang bersuara. Juara dunia dari tim Ducati, Francesco Pecco Bagnaia, juga mendukung langkah untuk memperbarui sirkuit klasik seperti Sachsenring. Ia membandingkan dengan upaya yang sedang dilakukan di Sirkuit Jerez, Spanyol.

“Motor sekarang makin cepat, tapi banyak sirkuit lama yang tetap begitu-begitu aja. Ini jadi tantangan soal keselamatan,” kata Bagnaia. “Apa yang dilakukan di Jerez bagus banget. Kalau semua sirkuit lama dibenahi seperti itu, akan jauh lebih aman buat kami semua.”

Permintaan dari para pembalap top ini jadi penting karena menunjukkan bahwa kecepatan bukan satu-satunya hal yang dikejar dalam balap motor. Keamanan juga harus jadi prioritas, apalagi dengan teknologi motor yang makin canggih dan cepat.

Jika Sachsenring ingin tetap jadi tuan rumah MotoGP di masa mendatang, mereka harus berinvestasi dalam hal keselamatan. Bukan cuma untuk menyenangkan para pembalap, tapi juga untuk memastikan balapan tetap seru tanpa mengorbankan keselamatan.

MotoGP bukan cuma soal siapa yang tercepat, tapi juga siapa yang paling siap menghadapi risiko. Dengan makin cepatnya motor dan makin ekstremnya balapan, standar keselamatan juga harus ikut berkembang.

Maverick Vinales Cedera Patah Tulang Saat MotoGP Jerman dan Jalani Operasi di Italia, Absen di MotoGP Ceko

Maverick Vinales Cedera Patah Tulang Saat MotoGP Jerman dan Jalani Operasi di Italia, Absen di MotoGP Ceko
Maverick Vinales Cedera Patah Tulang Saat MotoGP Jerman dan Jalani Operasi di Italia, Absen di MotoGP Ceko.

JAKARTA - Maverick Vinales harus menepi dari lintasan balap usai mengalami kecelakaan cukup serius saat sesi kualifikasi MotoGP Jerman 2025 di Sirkuit Sachsenring. Pembalap Tech3 KTM itu terjatuh saat lintasan masih basah dan mengalami patah tulang selangka di bahu kiri. Kabar baiknya, ia sudah menjalani operasi dan dalam kondisi stabil.

Kronologi Kecelakaan Vinales di Sachsenring

Sabtu pagi waktu setempat, Vinales sedang menjalani sesi Q2 di Sachsenring. Sayangnya, saat melibas Tikungan 4 di lap pemanasan (outlap), bagian belakang motornya kehilangan traksi. Akibatnya, Vinales terlempar dari motornya dan mendarat dengan keras di bahu kirinya.

Tim medis langsung bertindak cepat. Bahu kirinya sempat terkilir (dislokasi), namun berhasil diposisikan kembali di paddock sebelum akhirnya Vinales dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Hasil diagnosa menunjukkan ada patah tulang di bagian tulang selangka bahu kirinya. Kondisi ini membuat Vinales harus mengakhiri akhir pekannya lebih cepat dan tidak bisa mengikuti balapan utama MotoGP Jerman.

Operasi di Italia, Fokus ke Pemulihan

Tech3 KTM langsung mengambil tindakan cepat. Vinales diterbangkan ke Italia pada Minggu pagi untuk menjalani operasi demi mempercepat proses pemulihannya.

Senin pagi, Tech3 mengonfirmasi bahwa prosedur operasi berjalan lancar. Vinales kini sudah kembali ke rumah dan mulai fokus untuk pemulihan secara menyeluruh.

“Setelah mengalami patah tulang bahu kiri akibat kecelakaan di sesi Q2 GP Jerman, Maverick Vinales langsung menuju Italia pada Minggu untuk menjalani operasi demi mempercepat pemulihannya,” ujar Tech3 dalam pernyataan resmi.

“Semua proses berjalan lancar dan sekarang Vinales sudah berada di rumah. Ia akan fokus penuh pada proses pemulihan dan bertekad kembali secepat mungkin ke lintasan.”

Dipastikan Absen di MotoGP Ceko

Dengan kondisi saat ini, Maverick Vinales dipastikan absen di MotoGP Ceko yang digelar di Brno akhir pekan ini. Meskipun begitu, Tech3 tidak diwajibkan untuk langsung mencari pembalap pengganti. Namun jika Vinales masih belum pulih hingga seri MotoGP Austria setelah libur musim panas, maka tim wajib menurunkan rider pengganti.

Pol Espargaro dan Bastianini Jadi Opsi?

Menariknya, Tech3 tengah mempertimbangkan nama Pol Espargaro, mantan rider tim ini sekaligus test rider KTM, sebagai pengganti sementara untuk Vinales di Brno.

Di sisi lain, kondisi Enea Bastianini juga belum jelas. Ia absen di GP Jerman karena operasi usus buntu dan sedang dalam tahap pemulihan. Walau sempat dikabarkan membaik, belum ada kepastian apakah ia cukup fit untuk balapan di Brno.

Kabar mengenai kondisi Vinales tentu membuat fans sedih, namun juga lega karena operasinya berjalan sukses. Kini para penggemar berharap Vinales bisa segera pulih dan kembali menantang para rival di lintasan secepat mungkin.

Untuk saat ini, fokus utama Vinales adalah pemulihan total agar bisa comeback dalam performa terbaiknya. Kita doakan saja, semoga ia bisa tampil lagi setelah libur musim panas dan siap membawa Tech3 KTM bersaing di papan atas MotoGP!

Luka Belum Sembuh Total Luca Marini Tampil Gagah di MotoGP Jerman dan Cetak Hasil Terbaik untuk Honda

Luka Belum Sembuh Total Luca Marini Tampil Gagah di MotoGP Jerman dan Cetak Hasil Terbaik untuk Honda
Luka Belum Sembuh Total Luca Marini Tampil Gagah di MotoGP Jerman dan Cetak Hasil Terbaik untuk Honda.

JAKARTA - Meski belum pulih sepenuhnya dari cedera, Luca Marini berhasil mencetak hasil terbaiknya bersama tim Honda di MotoGP Jerman. Balapan yang digelar di sirkuit Sachsenring itu menyaksikan Marini menyelesaikan lomba di posisi ke-6, sebuah pencapaian luar biasa mengingat kondisinya yang hanya 80% fit.

Marini sempat absen di tiga seri sebelumnya akibat cedera saat berlaga di ajang superbike Suzuka. Namun, comeback-nya kali ini langsung bikin heboh. Start dari posisi ke-15, rider asal Italia itu langsung merangsek ke urutan ke-9 di lap pertama.

Sayangnya, memasuki pertengahan balapan dari total 30 lap, ia sempat melorot ke posisi 11. Tapi bukan Marini namanya kalau menyerah begitu saja. Ia memanfaatkan momen-momen krusial, termasuk insiden jatuhnya beberapa pebalap lain dan strategi menghemat ban, untuk kembali menembus posisi enam besar.

“Aku senang banget sama performaku hari ini,” ujar Marini.

“Banyak pebalap jatuh saat grip ban depan mulai hilang, apalagi di Tikungan 1. Aku benar-benar ekstra hati-hati di sana.”

Ia mengakui, meskipun start-nya bagus, performa motor Honda masih belum cukup kuat di awal balapan.

“Kami kurang kompetitif di awal-awal race. Pas ban masih baru, aku nggak bisa bertahan terlalu lama. Tapi setelah lap ketujuh, rasa sakit mulai terasa dan aku harus sedikit memperlambat.”

Menariknya, keputusan untuk memperlambat itu justru jadi keuntungan di akhir balapan.

“Aku masih punya banyak grip di ban saat menjelang garis finis, jadi aku bisa menyalip dengan lebih mudah.”

Di lap-lap terakhir, Marini berhasil melewati Jack Miller dari tim Pramac Yamaha dan mempertahankan posisinya dari kejaran Brad Binder dari KTM.

“Aku pengen banget nyalip mereka lebih cepat, tapi tenagaku di lengan kiri nggak cukup kuat buat ngerem lebih dalam. Akhirnya aku nunggu sampai grip ban belakang mereka mulai menurun.”

Menurut Marini, jika kondisinya lebih prima, ia yakin bisa mengejar Pedro Acosta dan Fabio Quartararo yang finish di posisi 5 dan 4.

“Pace-ku sebenarnya bisa lebih bagus. Kami udah bekerja keras sejak hari Jumat buat meningkatkan performa motor. Tapi PR-nya masih banyak, terutama soal kecepatan satu lap dan performa di lap-lap awal.”

Nggak banyak waktu buat istirahat. Marini dan tim HRC harus langsung bersiap untuk MotoGP Ceko di Brno. Kebetulan, sirkuit itu baru saja ia jajal dalam sesi tes pribadi, yang bisa jadi modal tambahan buat balapan nanti.

Sementara itu, rekan setimnya Joan Mir kurang beruntung. Ia gagal finish setelah ditabrak oleh Ai Ogura di tengah balapan, dan hanya bertahan di posisi ke-9 sebelum insiden terjadi.

Marc Marquez Masih Ngegas Tapi Belum All Out di MotoGP Jerman

Dominasi Marc Marquez di MotoGP 2025 Jerman Bikin Lawan Tak Berkutik, Tapi Katanya Masih Tahan Diri
Dominasi Marc Marquez di MotoGP 2025 Jerman Bikin Lawan Tak Berkutik, Tapi Katanya Masih Tahan Diri.

JAKARTA - Marc Marquez lagi-lagi bikin gebrakan di MotoGP 2025! Setelah tampil menggila di GP Jerman, rider Ducati itu makin kokoh di puncak klasemen dengan keunggulan 83 poin. Tapi yang bikin heboh bukan cuma kemenangannya melainkan karena Marquez ngaku belum ngebut sepenuhnya!

Di Sachsenring, Jerman, Marquez sukses memborong kemenangan di sesi sprint dan race utama. Ini jadi kali keempat secara beruntun dia berhasil nge-double alias menang di dua sesi dalam satu akhir pekan. Total? Udah tujuh kali musim ini. Gokil banget, kan?

Padahal kondisi cuaca waktu itu nggak menentu. Hari Sabtu hujan, hari Minggu kering. Tapi buat Marquez, cuaca kayaknya nggak ngaruh. Di race utama, dia finish lebih dari enam detik di depan pesaingnya. Santai banget!

Jordan Moreland dari Crash MotoGP Podcast bilang kalau Marquez kayak punya dua suara di kepala. Satu bilang, "Ayo gas, kamu bisa!" dan satu lagi, "Eh, jangan nekat!" Dan minggu ini, dua-duanya jalan bareng.

“Pas latihan hari Jumat, dia bahkan nggak pasang ban baru buat time attack, tapi tetap bisa catat waktu tercepat ketiga. Itu nunjukkin dia udah mikir buat hari Minggu,” kata Moreland. “Hari Sabtu dia tetap ngegas walau hujan, padahal nggak harus menang sprint.”

Editor Crash MotoGP, Peter McLaren, juga ngerasa kalau kita belum lihat kemampuan maksimal Marquez. “Sejak start, dia langsung ambil alih tikungan pertama dan setelah itu balapan selesai. Dia benar-benar dominan, tapi kayaknya dia masih nahan diri,” kata McLaren.

Menurut McLaren, kombinasi motor Ducati, karakter trek Sachsenring, dan skill Marquez adalah resep kemenangan yang sempurna. “Tapi jangan salah, dia tetap respect ke para rivalnya dan bilang kalau menang di MotoGP itu nggak gampang,” tambahnya.

Kalau lo pikir Marquez menang karena faktor hoki atau cuaca, Lewis Duncan dari Crash MotoGP punya jawabannya. Dia bilang Marquez udah belajar dari kesalahan di awal musim, terutama saat kehilangan banyak poin di seri-seri pembuka.

“Dia sendiri ngaku kalau awal musim adalah titik lemahnya. Tapi sejak GP Aragon, semuanya mulai solid. Dia bisa konsisten walau di berbagai kondisi cuaca,” kata Duncan.

Di Mugello dan Assen, Marquez sempat dapat tekanan berat dari pembalap lain. Tapi dia tetap tenang dan nggak bikin kesalahan. Empat kali menang double secara berturut-turut itu bener-bener luar biasa, apalagi di era MotoGP yang persaingannya super ketat.

Setelah Sachsenring, Marquez dan tim Ducati bakal lanjut ke Brno, Ceko. Uniknya, trek ini udah lama nggak dipakai, jadi semua pembalap bakal mulai dari nol. Ini jadi tantangan tersendiri, tapi dengan performa sekarang, banyak yang yakin Marquez bakal tetap dominan.

Apa sih rahasia Marquez? Selain skill dan motor, dia juga punya kecerdasan balap yang tinggi. Nggak asal ngebut, tapi tahu kapan harus sabar dan kapan harus gaspol. Itulah kenapa, walau katanya masih “nahan diri”, dia tetap tak terkalahkan di Sachsenring.

Buat penggemar MotoGP, dominasi Marc Marquez ini jadi pemandangan luar biasa. Tapi buat rivalnya? Ini bisa jadi mimpi buruk.

Jadi, apakah Marc Marquez akan terus melaju tanpa lawan musim ini? Atau bakal ada kejutan dari rider lain di Brno? Kita tunggu saja!

Senin, 07 Juli 2025

Jorge Martin Siap Comeback! Begini Kondisi Terbarunya Jelang MotoGP Brno 2025

Jorge Martin Siap Comeback! Begini Kondisi Terbarunya Jelang MotoGP Brno 2025
Jorge Martin Siap Comeback! Begini Kondisi Terbarunya Jelang MotoGP Brno 2025.

JAKARTA - Setelah absen cukup lama dari lintasan balap karena cedera serius, Jorge Martin akhirnya kembali mengaspal di Sirkuit Barcelona. 

Meski belum sepenuhnya pulih, langkah ini menjadi sinyal positif bahwa sang juara dunia MotoGP 2023 mulai mendekati masa comeback-nya.

Cedera Serius Buat Martin Absen Lama

Martin mengalami masa sulit di awal musim 2025. Ia harus menepi setelah insiden mengerikan di seri pembuka MotoGP Qatar, 13 April lalu. 

Dalam balapan tersebut, Martin terjatuh dan secara tidak sengaja tertabrak oleh Fabio di Giannantonio. Akibatnya, ia mengalami patah tulang rusuk dan cedera paru-paru yang cukup parah.

Tak hanya itu, sebelumnya Martin juga sudah absen dari sesi tes pramusim akibat kecelakaan di tes Sepang dan insiden saat latihan Supermoto yang menyebabkan cedera pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Bisa dibilang, musim 2025 dimulai dengan sangat berat bagi pebalap asal Spanyol ini.

Kembali ke Lintasan dengan Motor RSV4

Pada Kamis lalu, Martin akhirnya kembali naik motor di lintasan MotoGP Barcelona. Namun kali ini ia belum menggunakan motor balap utama, melainkan motor superbike RSV4 milik Aprilia. Lewat unggahan di Instagram pribadinya, Martin menulis, “Kembali ke motor setelah 3 bulan.” Ungkapan singkat yang penuh harapan dari seorang pejuang sejati.

Belum Siap Balapan di Sachsenring

Meskipun sudah mulai latihan ringan, Martin dipastikan belum bisa tampil di seri berikutnya yang akan digelar di Sachsenring, Jerman. Berdasarkan hasil pemeriksaan dari tim medis, terutama Dr. Angel Charte, memang ada perkembangan yang cukup baik pada cedera tulang rusuk kirinya. Namun, beberapa tulang masih belum sepenuhnya menyatu.

“Progresnya sangat positif, tapi masih butuh sekitar dua minggu lagi untuk pemulihan total,” ujar Dr. Charte.

Target Comeback: MotoGP Brno atau Austria?

Melihat kondisi saat ini, kemungkinan besar Jorge Martin baru bisa kembali membalap di seri MotoGP Republik Ceko (Brno) yang dijadwalkan berlangsung pada 18–20 Juli 2025. Seri tersebut juga menjadi ajang terakhir sebelum libur musim panas MotoGP.

Jika belum memungkinkan juga di Brno, maka Martin kemungkinan besar akan menunggu hingga GP Austria di Red Bull Ring pada 15–17 Agustus 2025.

Kembalinya Jorge Martin ke lintasan meski hanya sekadar latihan, adalah kabar menggembirakan bagi para penggemarnya. Meskipun proses pemulihan masih berjalan, semangat dan konsistensinya patut diapresiasi. Semoga saja Martin bisa segera comeback 100% dan kembali memanaskan persaingan di MotoGP 2025!

Drama Panas Aprilia dan Jorge Martin: Akankah Bertahan atau Pisah Jalan?

Drama Panas Aprilia dan Jorge Martin: Akankah Bertahan atau Pisah Jalan?
Drama Panas Aprilia dan Jorge Martin: Akankah Bertahan atau Pisah Jalan?

JAKARTA - Perseteruan antara Jorge Martin dan tim Aprilia belakangan ini jadi perbincangan hangat di dunia MotoGP. 

Padahal, awalnya hubungan mereka berjalan sangat manis, terutama setelah Martin resmi direkrut oleh Aprilia tahun lalu usai gagal naik ke tim pabrikan Ducati yang lebih memilih Marc Marquez.

Sayangnya, hubungan yang awalnya menjanjikan kini mulai retak. Bahkan, Martin dikabarkan ingin memanfaatkan klausul performa dalam kontraknya untuk hengkang dari Aprilia di akhir musim ini. 

Namun Aprilia bersikeras bahwa ketidakhadirannya karena cedera sepanjang sebagian besar musim 2025 membuat klausul tersebut tidak berlaku. Situasi ini pun berpotensi berakhir di meja hijau.

Aprilia: Masih Ingin Martin Bertahan

CEO Aprilia, Massimo Rivola, masih berharap agar Martin tetap balapan bersama timnya tahun depan. Tapi dia juga mengakui kalau kondisi sekarang tidak ideal.

“Memang ini bukan situasi yang nyaman,” ujar Rivola saat diwawancarai di Assen, Belanda.

“Kami merekrut Jorge karena alasan yang kuat, dan saya rasa dia juga memilih kami karena faktor performa. Dan sejauh ini, performa kami tetap konsisten.”

Rivola juga menyindir bahwa tidak semua hubungan harmonis harus sempurna. “Kita pernah lihat pembalap yang tetap berjuang meraih gelar dunia meski sedang tidak bahagia dengan timnya. Jadi ya… kita lihat saja. Untungnya, kami tidak punya anak bersama!” katanya sambil bercanda.

Bukan Kasus Pertama di Dunia MotoGP

Drama seperti ini bukan hal baru di MotoGP. Beberapa pembalap top pernah mengalami hal serupa:

  • Jorge Lorenzo sempat bersitegang dengan Yamaha pada 2015, namun tetap tampil kompetitif dan berhasil meraih gelar juara dunia di musim 2016 sebelum akhirnya pindah tim.

  • Valentino Rossi juga pernah juara dunia bareng Honda di tahun 2003, walau merasa tidak dihargai karena tim lebih mengandalkan reputasi motor daripada skill sang pembalap.

  • Maverick Vinales bahkan lebih ekstrem. Ia memutus kontraknya lebih awal dengan Yamaha di 2021, setelah hubungan keduanya benar-benar memburuk. Ia sempat diskors karena diduga sengaja merusak mesin motor saat balapan di GP Styria.

Bagaimana Nasib Jorge Martin?

Manajer Jorge Martin, Albert Valera, mengatakan bahwa pembalapnya sudah "bebas" untuk musim 2026 dan membuka peluang pindah ke Honda. Tapi Aprilia langsung membantah dan siap membawa masalah ini ke pengadilan jika perlu.

Kini yang jadi pertanyaan besar: akankah Aprilia dan Martin bisa berdamai dan melanjutkan kerja sama, atau akan berakhir seperti kisah klasik MotoGP lainnya penuh drama dan perpisahan?

Konflik antara Jorge Martin dan Aprilia menambah daftar panjang kisah panas di balik layar MotoGP. Meski punya potensi besar di lintasan, hubungan personal dan profesional tetap jadi kunci. Akankah Martin tetap setia bersama Aprilia? Atau justru memulai babak baru di tim lain? Kita tunggu saja kelanjutannya di musim 2025!

Franco Morbidelli Bangkit di MotoGP 2025: Dari Terpuruk Bersama Yamaha ke Panggung Podium Bersama Ducati

Franco Morbidelli Bangkit di MotoGP 2025: Dari Terpuruk Bersama Yamaha ke Panggung Podium Bersama Ducati
Franco Morbidelli Bangkit di MotoGP 2025: Dari Terpuruk Bersama Yamaha ke Panggung Podium Bersama Ducati.

Perjalanan Karier Franco Morbidelli: Jatuh Bangun di MotoGP hingga Temukan Kembali Performanya

JAKARTA - Kalau kita bicara tentang pembalap MotoGP yang pernah melewati masa-masa sulit namun berhasil bangkit, nama Franco Morbidelli patut masuk daftar teratas. 

Pembalap asal Italia ini pernah meroket jadi runner-up MotoGP 2020 bareng tim satelit Petronas Yamaha saat itu cuma Joan Mir dari Suzuki yang bisa mengunggulinya. 

Tapi siapa sangka, semuanya berubah drastis ketika Morbidelli naik ke tim pabrikan Yamaha di pertengahan musim 2021.

Awal yang Indah, Tapi Berakhir Pahit di Yamaha

“Semuanya terasa indah seperti bunga mawar di awal karier saya di grand prix,” kata Morbidelli saat diwawancarai Crash.net.

Tapi semua berubah ketika ia dipromosikan ke tim utama Yamaha menggantikan Maverick Vinales. Alih-alih tampil lebih kompetitif, performanya justru menurun tajam. Morbidelli kesulitan bersaing dan kalah bersinar dari rekan setimnya, Fabio Quartararo. Ditambah lagi, motor Yamaha M1 saat itu mulai tertinggal dari motor-motor Eropa seperti Ducati dan KTM.

“Banyak yang menanti-nanti penampilan apik dari saya, tapi justru itu masa tersulit sepanjang karier saya,” ujar Morbidelli.

Ia mengaku selama tiga tahun terakhir—dari 2021 hingga 2023—seolah kehilangan sentuhan ajaibnya. Padahal semangat untuk tampil di posisi atas tak pernah padam. Yang terjadi hanyalah situasi sulit yang membuatnya tak bisa menunjukkan performa terbaiknya.

Dari Top 10 ke Podium Lagi: Perjalanan Mental dan Profesional

Franco juga menyadari bahwa perubahan drastis performa itu bikin banyak orang berpikir ia sudah kehilangan motivasi. Padahal, ia masih sangat ingin bersaing di lima besar MotoGP.

“Bukan berarti saya malas atau menyerah. Saya hanya harus menghadapi kondisi yang tidak mudah, dan itu bagian dari kehidupan pembalap,” jelasnya.

Menurutnya, 2021 adalah titik pertama ia benar-benar merasakan “tembok besar” dalam kariernya, setelah sebelumnya selalu mengalami perkembangan yang positif. Ia baru merasakannya di usia 25, sementara pembalap lain mungkin mengalaminya lebih cepat.

“Ini proses yang wajar. Dalam hidup, semua orang pasti pernah berada di titik sulit,” lanjutnya.

Meski tak mencapai ekspektasi publik, Morbidelli tetap menilai usahanya bersama Yamaha tidak buruk. Ia masih bisa bersaing untuk posisi 10 besar, bahkan sesekali menyentuh lima besar—sebuah pencapaian tersendiri mengingat motor Yamaha saat itu sedang tertinggal jauh dari pesaing.

“Sekarang pun yang bisa tampil maksimal hanya Fabio (Quartararo), dan itu menunjukkan betapa menantangnya motor itu,” tambahnya.

Bangkit Bersama Ducati, Siap Rebut Gelar?

Tinggalkan Yamaha, Morbidelli resmi bergabung dengan tim Pramac Ducati untuk musim 2024. Sayangnya, awal musim terganggu karena cedera kepala yang membuatnya absen dari seluruh sesi tes pra-musim. Namun begitu pulih, ia langsung tampil mengesankan.

Di Misano Sprint, ia sukses meraih podium—yang pertama sejak era Petronas. Ia pun menutup musim 2024 di posisi kesembilan klasemen dunia. Sebuah comeback yang pantas diacungi jempol.

Memasuki musim 2025, Pramac beralih ke Yamaha. Tapi Morbidelli memilih tetap bersama Ducati dan pindah ke tim VR46. Keputusan itu terbukti tepat.

Setelah 10 seri, Morbidelli sudah mengantongi dua podium dan kini berada di peringkat empat besar klasemen sementara MotoGP 2025. Ini jadi pencapaian terbaiknya sejak 2021, sekaligus sinyal kuat bahwa dirinya benar-benar kembali ke jalur juara.

Franco Morbidelli adalah bukti nyata bahwa semangat dan ketekunan bisa membalikkan keadaan. Dari keterpurukan bersama Yamaha, kini ia kembali bersinar bersama Ducati dan masuk jajaran kandidat juara dunia MotoGP 2025. Perjalanannya penuh pelajaran berharga, tak hanya bagi penggemar MotoGP, tapi juga siapa saja yang sedang menghadapi masa sulit. Karena seperti kata Morbidelli: “Ini semua bagian dari hidup. Dan saya belum selesai.”

Marc Marquez dan Alex Marquez Dominasi MotoGP, Tapi Kok Banyak yang Curiga? Ini Penjelasannya!

Marc Marquez dan Alex Marquez Dominasi MotoGP, Tapi Kok Banyak yang Curiga? Ini Penjelasannya!
Marc Marquez dan Alex Marquez Dominasi MotoGP, Tapi Kok Banyak yang Curiga? Ini Penjelasannya!

JAKARTA - Persaingan antara Marc Marquez dan adiknya, Alex Marquez, di MotoGP musim ini jadi sorotan tajam. Duo kakak beradik dari tim Gresini Racing ini tampil luar biasa dan berkali-kali finish di posisi satu dan dua, membuat banyak orang mulai bertanya-tanya: apakah Alex sengaja ‘ngalah’ kalau duel lawan sang kakak?

Bayangin aja, dari 20 balapan yang sudah digelar tahun ini (10 Sprint Race dan 10 Grand Prix), mereka finish 1-2 sebanyak 14 kali! Dan menariknya, Marc selalu menang dalam duel tersebut, kecuali sekali saat Alex berhasil unggul di Sprint Race Silverstone.

Kecurigaan Muncul Usai GP Italia

Setelah GP Italia di Mugello, di mana Marc finish di depan Alex dengan selisih hampir dua detik, banyak kritik mulai bermunculan. Beberapa pengamat MotoGP menilai Alex terlihat seperti menahan diri ketika berhadapan dengan kakaknya sendiri, berbeda saat ia bertarung melawan pembalap lain seperti Francesco Bagnaia.

Hal ini makin ramai dibicarakan karena di Sprint Race akhir pekan lalu mereka kembali finish 1-2. Sayangnya, di balapan utama, Alex harus keluar lintasan lebih awal setelah kecelakaan dengan Pedro Acosta yang menyebabkan tangannya patah.

Marc Marquez pun angkat bicara. Ia kesal karena dianggap adiknya tidak bertarung maksimal saat melawannya. Marc menjelaskan bahwa dirinya justru menggunakan banyak strategi bertahan agar pembalap lain, termasuk Alex, kesulitan menyalip.

Pendapat Para Eks Rider MotoGP

Michael Laverty dan Sylvain Guintoli, dua mantan pembalap MotoGP yang kini menjadi analis, turut memberikan pendapat mereka.

Laverty, yang pernah ikut 37 balapan MotoGP, menilai bahwa motor MotoGP terlalu besar dan cepat, membuat Alex sulit mencari celah untuk menyalip.

“Kalau di World Superbike, setelah tikungan cepat di Turn 12 masih bisa cari celah. Tapi di MotoGP, trek lurusnya terlalu pendek dan motornya lebih lebar. Sulit banget untuk menyodok masuk,” kata Laverty kepada TNT Sports.

Ia juga menyebut bahwa di beberapa momen, Alex sebenarnya hampir bisa mencoba menyalip, tapi kemungkinan besar ia berpikir itu belum waktunya dan memilih menunggu momen yang lebih pas, seperti di lap terakhir.

Sementara itu, Guintoli menambahkan bahwa faktor aerodinamika juga bikin motor MotoGP susah dikendalikan saat kecepatan tinggi. Motor lebih cenderung ‘ngotot’ jalan lurus, jadi manuver tajam jadi makin sulit.

“Dengan beban aero seperti itu, motor jadi sulit dibelokkan. Apalagi di kecepatan tinggi. Saya rasa Alex memang nggak punya peluang buat nyalip,” ujar Guintoli.

Marc Marquez: Kecelakaan, Cedera, Tapi Masih Menang!

Balapan di Sirkuit Assen, Belanda, jadi bukti mental baja Marc Marquez. Meski sempat dua kali jatuh di sesi latihan Jumat dan performa kualifikasinya juga kurang oke—Marc hanya start dari posisi keempat dia tetap berhasil memenangi Sprint Race hari Sabtu.

“Dia sempat jatuh parah dua kali dan jelas-jelas kesakitan. Tapi dia bangkit dan menang di Sprint Race. Gila banget sih performanya,” puji Guintoli.

Nggak berhenti sampai di situ, Marc bahkan sukses menyapu bersih dengan kemenangan di balapan utama hari Minggu, yang jadi kemenangan perdananya di Dutch TT sejak tahun 2018!

Jadi, apakah Alex sengaja ngalah sama kakaknya? Menurut para pakar, kecil kemungkinan. Faktor teknis seperti ukuran motor, aerodinamika, hingga kondisi trek jadi penghalang utama. Alex bukan tidak mau menyalip, tapi memang sangat sulit mencari celah di tengah ketatnya persaingan dan teknologi MotoGP yang makin kompleks.

Untuk kamu penggemar MotoGP, jangan lewatkan aksi seru mereka di race berikutnya. Semua balapan MotoGP, World Superbike, dan balap motor lainnya bisa kamu tonton di TNT Sports dan discovery+!

Ducati Hadiahi Pecco Bagnaia Motor Flat Track Spesial untuk Latihan di Ranch Valentino Rossi

Ducati Hadiahi Pecco Bagnaia Motor Flat Track Spesial untuk Latihan di Ranch Valentino Rossi
Ducati Hadiahi Pecco Bagnaia Motor Flat Track Spesial untuk Latihan di Ranch Valentino Rossi.

JAKARTA - Ducati baru saja memberikan kejutan spesial untuk pembalap andalannya, Pecco Bagnaia. Demi mendongkrak performa sang juara bertahan MotoGP yang sedang kesulitan, pabrikan asal Italia ini menghadiahkan sebuah motor flat track edisi khusus: Desmo450 MX.

Motor ini bukan sembarang motor, lho. Desmo450 MX dirancang khusus dengan suspensi dan kit roda yang sudah disesuaikan untuk lintasan flat track. Artinya, saat Bagnaia kembali berlatih di ranch milik Valentino Rossi di Tavullia, ia bakal menggunakan motor Ducati yang benar-benar unik dan beda dari yang lain.

Ini jelas jadi kabar menarik, apalagi dengan performa Bagnaia yang belum stabil di musim 2025 ini. Semua mata kini tertuju ke markas VR46—bukan hanya karena tempat latihan legendarisnya, tapi juga karena penasaran melihat aksi Bagnaia menggeber motor baru ini.

Performa Masih Naik Turun, Bagnaia Perlu Dorongan Tambahan

Sejauh ini, perjalanan Bagnaia di musim ini memang belum sesuai harapan. Ia tampak kesulitan menjinakkan motor Ducati versi terbaru (spesifikasi 2025), bahkan dibandingkan dengan rekan setim barunya, Marc Marquez, yang justru langsung nyetel dengan motor pabrikan tersebut.

Yang lebih mengejutkan, Bagnaia bahkan kalah cepat dari Alex Marquez dari tim Gresini, yang hanya memakai motor versi tahun lalu. Saat ini, Bagnaia tertinggal 126 poin dari Marc Marquez yang memimpin klasemen MotoGP, dan juga 58 poin dari Alex Marquez yang berada di posisi kedua.

Meski begitu, ada sedikit titik terang. Di seri terakhir yang digelar di Assen, Bagnaia berhasil naik podium. Hasil tersebut diharapkan bisa mengangkat kembali semangat dan kepercayaan dirinya.

Namun perjuangan belum selesai. Selanjutnya, Bagnaia akan berlaga di Sachsenring, sirkuit yang dikenal sebagai ‘kandangnya’ Marc Marquez. Tantangan ini jelas berat, tapi bisa menjadi momen pembuktian apakah latihan ekstra dengan motor flat track barunya bisa membawa perubahan nyata.

Apakah hadiah spesial dari Ducati ini akan menjadi titik balik bagi Pecco Bagnaia di sisa musim ini? Patut dinantikan!

Jorge Martin Masih Absen di MotoGP, Aprilia Targetkan Comeback di Brno

Jorge Martin Masih Absen di MotoGP, Aprilia Targetkan Comeback di Brno
Jorge Martin Masih Absen di MotoGP, Aprilia Targetkan Comeback di Brno.

JAKARTA - Musim 2025 ini benar-benar jadi tantangan berat buat Jorge Martin. Belum juga mulai balapan secara penuh, rider anyar Aprilia ini sudah lebih dulu berkutat dengan berbagai cedera yang bikin dia harus absen dari beberapa seri penting MotoGP.

Martin awalnya mengalami cedera cukup parah saat tes pramusim pertama di Sirkuit Sepang. Belum pulih benar, dia kembali celaka saat latihan pribadi hanya beberapa hari sebelum balapan pembuka di Buriram. Baru pada seri keempat di Lusail, Martin akhirnya menjalani debut resminya bersama Aprilia. Sayangnya, nasib belum berpihak padanya. Di sirkuit Qatar itu, ia kembali mengalami cedera dan harus menepi lagi hingga saat ini.

Regulasi Baru Bikin Jalan Pulang Lebih Mudah

Ada kabar baik meski belum terlalu menggembirakan. Berkat dorongan dari Aprilia, regulasi baru kini memperbolehkan pembalap yang cedera untuk menjalani satu hari sesi tes sebelum mereka kembali balapan. Ini jadi angin segar buat Martin untuk bisa kembali menyesuaikan diri dengan motor dan ritme balapan.

Sayangnya, tim medis Aprilia baru saja mengonfirmasi bahwa Martin masih belum bisa ikut MotoGP Jerman yang digelar pada 11–13 Juli mendatang. Pemeriksaan medis lanjutan dijadwalkan dilakukan minggu depan untuk menentukan kapan dia benar-benar siap kembali.

Comeback Ditargetkan di GP Ceko, Brno

Massimo Rivola, Direktur Aprilia Racing, menyampaikan bahwa pihak tim sebenarnya sudah menyiapkan sesi tes untuk Martin di Misano pada 9 Juli, tapi itu batal karena kondisi fisiknya belum memungkinkan.

“Kalau kondisinya membaik, kami akan duduk bareng dan diskusi soal kapan dia siap kembali balapan,” ungkap Rivola kepada TNT Sports. “Brno bisa jadi target yang masuk akal. Tapi ya, kita harus ambil langkah demi langkah.”

MotoGP Ceko di Brno sendiri akan berlangsung pada 18–20 Juli dan jadi seri terakhir sebelum jeda musim selama satu bulan. Jadi, jika Martin bisa comeback di sana, itu bakal jadi momen pas buat memulihkan kondisi fisik dan mental sebelum paruh musim kedua dimulai.

“Di Qatar kemarin, dia sudah lama nggak naik motor. Sekarang, kalau dia bisa kembali dan tampil kompetitif, itu sudah jadi langkah besar,” tambah Rivola.

Drama Masa Depan Jorge Martin Masih Bergulir

Kembalinya Martin ke paddock Aprilia nanti kemungkinan besar akan diselimuti isu panas seputar masa depannya. Kabarnya, Martin ingin hengkang dari Aprilia meski masih terikat kontrak satu tahun lagi. Bahkan, manajernya sudah menyatakan bahwa Martin bebas untuk negosiasi dengan tim rival.

Tentu saja Aprilia langsung membantah klaim tersebut. Rivola sendiri bilang, kalau sampai masalah ini harus diselesaikan di meja hijau, dia bakal tetap santai dan siap menghadapinya.

Follow terus kabar MotoGP terbaru hanya di Borneotribun.com, tempatnya berita balap motor terkini dan terpercaya!ikel ini juga dalam versi bahasa Inggris atau ingin format khusus untuk blog, tinggal bilang ya!

Fabio Di Giannantonio Bersinar di MotoGP Bersama Tim VR46, Dapat Dukungan Langsung dari Valentino Rossi

Fabio Di Giannantonio Bersinar di MotoGP Bersama Tim VR46, Dapat Dukungan Langsung dari Valentino Rossi
Fabio Di Giannantonio Bersinar di MotoGP Bersama Tim VR46, Dapat Dukungan Langsung dari Valentino Rossi.

JAKARTA - Fabio Di Giannantonio akhirnya mencetak podium pertamanya di Mugello dalam ajang MotoGP, dan yang bikin momen ini makin spesial: ia melakukannya bersama tim milik legenda MotoGP, Valentino Rossi VR46 Racing Team!

Dalam balapan penuh gengsi di kampung halamannya, Italia, Di Giannantonio berhasil finis di posisi ketiga, bahkan mengungguli pembalap pabrikan Ducati, Francesco Bagnaia. Ini jadi podium keduanya di MotoGP, setelah sebelumnya juga naik podium di Circuit of The Americas (COTA). Tapi podium kali ini, di depan publik sendiri dan disaksikan langsung oleh "The Doctor", jelas punya makna lebih.

“Podium di Mugello itu luar biasa. Di depan keluarga dan fans sendiri, rasanya nggak bisa digambarkan. Ini jadi bukti kalau kami masih bisa bersaing di level atas,” kata Diggia, panggilan akrabnya.

Valentino Rossi: Sumber Energi dan Motivasi

Diggia juga mengungkap betapa besar pengaruh kehadiran Valentino Rossi di tim. Menurutnya, aura sang legenda bisa dirasakan di paddock, dan nasihat-nasihat Rossi jadi penyemangat tersendiri.

“Kehadiran Vale bikin akhir pekan itu terasa istimewa. Memang nggak ada pesta karena dia harus pulang ke anak-anaknya, tapi saya senang bisa kasih hasil manis untuknya,” ujar Diggia sambil tertawa.

Ia menambahkan, setiap kali Rossi hadir, justru performanya sering nggak maksimal. Tapi kali ini beda: mereka bisa meraih podium bersama!

“Rossi nggak pernah bikin tekanan. Dia justru kasih banyak bantuan dan pengalaman. Hal terbaik dari Vale itu, dia bikin segalanya terasa lebih mudah. Jadi pembelajaran dari dia benar-benar membantu saya berkembang,” jelasnya.

Musim Terbaik Diggia di MotoGP

Musim 2025 bisa dibilang jadi tahun terbaik bagi Di Giannantonio sejauh ini. Setelah 10 seri berjalan, ia duduk di posisi kelima klasemen sementara dengan 136 poin. Ia sudah mengoleksi tiga podium: dua di COTA dan Mugello, serta satu podium Sprint Race di Silverstone.

Namun, masalah utama Diggia ada di sesi kualifikasi. Dari 10 balapan, ia hanya sekali start dari baris depan di COTA, serta dua kali dari baris kedua (Argentina dan Qatar). Ia menyadari bahwa setup motornya lebih fokus untuk performa tengah hingga akhir balapan, terutama dalam hal manajemen ban.

“Kami kerja keras agar motor lebih kuat di akhir balapan. Saya memang cukup jago dalam menjaga ban. Tapi karena itu, kami agak kehilangan performa saat time attack di kualifikasi,” ungkapnya.

Target selanjutnya bagi Diggia adalah mencari titik tengah: performa kualifikasi bagus tapi tetap kuat hingga akhir balapan.

Diggia Gunakan Motor Ducati GP25, Tapi...

Menariknya, Diggia adalah salah satu dari sedikit pembalap yang menggunakan motor Ducati GP25, bersama dua bintang utama Ducati, Marc Marquez dan Francesco Bagnaia. Tapi menurutnya, perbedaan antara GP25 dan versi sebelumnya (GP24) nyaris tidak terasa.

“Kalau dibanding tahun lalu, perbedaan antara GP23 dan GP24 cukup signifikan. Tapi sekarang, GP25 dan GP24 itu hampir sama. Bisa dibilang Ducati punya enam pembalap pabrikan di lintasan,” jelas Diggia.

“Ducati terus membawa pembaruan demi mengalahkan kompetitor. Tapi meski kami pakai motor pabrikan, bukan berarti otomatis dapat podium. Persaingan sangat ketat.”

Awal Musim yang Penuh Tantangan

Diggia juga mengungkap bahwa awal musim ini cukup berat baginya. Usai sembuh dari cedera tahun lalu, ia kembali mengalami insiden saat sesi tes di Sepang, Malaysia. Namun ia tetap bisa tampil di seri pembuka di Buriram, Thailand, dan finis di posisi 10 besar.

“Awal musim benar-benar kacau buat saya karena cedera, dan kami juga sempat kehilangan arah dalam setting motor. Tapi sekarang kami perlahan kembali ke jalur yang benar,” katanya.

GP25: Motor Terbaik, Tapi Tak Sempurna

Meskipun GP25 disebut sebagai motor terbaik yang pernah ia tunggangi, Diggia mengaku masih ada masalah, terutama pada bagian depan motor—masalah yang juga dikeluhkan Bagnaia. Namun, performa secara keseluruhan tetap meningkat.

“GP25 ini motor terbaik yang pernah saya kendarai. Bahkan saat performa saya jelek, catatan waktunya tetap lebih baik dibanding saat pakai GP23,” pungkasnya.

Fabio Di Giannantonio menunjukkan perkembangan luar biasa di musim ini. Dengan dukungan langsung dari Valentino Rossi dan performa solid di atas Ducati GP25, Diggia berpotensi menjadi salah satu penantang serius di MotoGP. Tantangannya kini adalah memperbaiki hasil kualifikasi agar bisa bertarung sejak awal balapan.

Maverick Vinales Akui Penyesalan Terbesar: Tolak Tawaran Tim Ducati di MotoGP

Maverick Vinales Akui Penyesalan Terbesar: Tolak Tawaran Tim Ducati di MotoGP
Maverick Vinales Akui Penyesalan Terbesar: Tolak Tawaran Tim Ducati di MotoGP.

Maverick Vinales Ungkap Penyesalan Terbesar: Menolak Ducati, Pilihan yang Kini Disesali

JAKARTA - Perjalanan Maverick Vinales di ajang MotoGP bisa dibilang cukup berwarna. Sejak debutnya di kelas utama tahun 2015, ia sudah mencicipi berbagai tim pabrikan: mulai dari Suzuki, Yamaha, Aprilia, hingga kini bersama Tech3 KTM. Tapi tahukah kamu, dari sekian banyak tim besar yang pernah ia bela, hanya dua pabrikan yang belum pernah ia tunggangi Honda dan Ducati.

Nah, menariknya, Vinales ternyata pernah mendapat tawaran dari Ducati pada 2018 untuk bergabung dengan tim pabrikan mereka. Sayangnya, kesempatan itu tidak ia ambil, dan keputusan tersebut kini menjadi salah satu penyesalan terbesarnya.

Tawaran Menggiurkan dari Ducati yang Ditolak

Di tahun 2018, Ducati mengajukan tawaran kepada Vinales untuk bergabung bersama Andrea Dovizioso di musim 2019 dan 2020, menggantikan Jorge Lorenzo yang pindah ke Repsol Honda. Tapi saat itu, Vinales memilih untuk tetap setia bersama Yamaha.

"Ya, itu hal yang paling saya sesali dalam karier balap saya. Tahun 2018 saya ditawari bergabung ke Ducati sebagai rekan setim Dovizioso untuk musim 2019 dan 2020," ujar Vinales dalam wawancara dengan media Spanyol, AS.

"Mereka hampir berhasil meyakinkan saya. Saya sebenarnya sudah sangat yakin untuk pindah ke Ducati, tapi tim di sekitar saya saat itu membujuk saya agar tetap di Yamaha dan mencoba meraih gelar di sana. Ternyata itu adalah kesalahan besar. Kesalahan total."

Karier Berbelok Tajam Setelah Keputusan Itu

Keputusan bertahan di Yamaha ternyata tidak membuahkan hasil manis. Hubungan Vinales dengan Yamaha mulai retak dan akhirnya berujung pada perpisahan lebih awal di musim 2021, padahal ia baru saja menandatangani kontrak dua tahun yang nilainya ditaksir mencapai sekitar Rp296 miliar.

Beruntung, Aprilia datang membawa harapan baru. Mereka memberi tempat untuk enam balapan terakhir musim 2021, lalu memperpanjang kontrak Vinales hingga tiga musim berikutnya. Puncaknya, Vinales mencetak kemenangan luar biasa di Circuit of the Americas (COTA) pada 2024, menjadikannya pembalap pertama yang menang dengan tiga pabrikan berbeda di MotoGP.

Kini Bersama KTM, Tetap Optimis dan Fokus

Di musim 2025, Vinales membela tim Tech3 KTM dan mencoba menaklukkan motor RC16. Ia bahkan sempat finis podium di Qatar, namun sayangnya harus turun ke posisi ke-14 karena penalti tekanan ban.

Ketika ditanya soal kemungkinan kariernya jika saat itu menerima tawaran Ducati, Vinales menjawab bijak.

"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Mungkin saja saya pindah ke Ducati, lalu kecelakaan, cedera, dan karier saya malah berakhir. Tidak ada yang tahu," ucapnya.

"Yang pasti, takdir membawa saya ke KTM dan saya merasa berkembang dengan baik di sini. Saya bangga dengan diri saya dan dengan apa yang saya wakili, terutama keluarga saya—Raquel, Nina, dan Blanca. Saya ingin orang-orang menghargai bukan hanya saya, tapi juga nilai-nilai yang kami pegang di rumah."

Soal Gelar Juara? Fokusnya Sekarang Adalah Kebahagiaan

Vinales juga mengakui, jika ia memiliki mentalitas seperti sekarang dan bergabung dengan Ducati waktu itu, bisa saja ia sudah meraih 3 atau 4 gelar juara dunia.

"Tapi yang terpenting adalah bagaimana perasaanmu. Bahagia itu penting. Dan saya sekarang merasa damai."

"Ketika kamu damai, semuanya berjalan lancar. Harmoni itu kunci. Jangan memaksakan sesuatu. Seperti saat di Mugello, saya bilang ke diri sendiri: ‘Kalau belum waktunya, ya tunggu saat yang lebih baik’. Dan sekarang saya benar-benar ingin menang."

Kisah Maverick Vinales jadi pengingat bahwa dalam dunia balap, keputusan besar bisa berdampak panjang. Meski sempat menolak peluang emas bersama Ducati, Vinales tetap bangkit dan membuktikan diri dengan cara yang berbeda. Kini, ia lebih memilih ketenangan batin dan perkembangan pribadi daripada sekadar gelar juara. Sebuah pelajaran berharga, bukan?

Jika kamu penggemar MotoGP, kisah seperti ini bukan hanya menarik, tapi juga inspiratif. Yuk, terus ikuti perkembangan Vinales dan MotoGP lainnya di musim 2025 ini!

Marc Marquez Ungkap Peran Penting Ducati: “Sekarang Saya Lebih Terkontrol dan Fokus Menyerang di Momen yang Tepat”

Marc Marquez Ungkap Peran Penting Ducati: “Sekarang Saya Lebih Terkontrol dan Fokus Menyerang di Momen yang Tepat”
Marc Marquez Ungkap Peran Penting Ducati: “Sekarang Saya Lebih Terkontrol dan Fokus Menyerang di Momen yang Tepat”

JAKARTA - Marc Marquez kembali menjadi sorotan di MotoGP 2025. Bukan hanya karena kemenangan beruntun yang ia raih, tetapi juga karena perubahan besar dalam gaya balapnya. Marquez memuji Ducati yang telah membantunya untuk lebih mengontrol naluri agresifnya di lintasan.

Dalam beberapa seri terakhir, pembalap tim pabrikan Ducati ini tampil luar biasa. Ia memenangkan tiga balapan sprint dan grand prix secara berturut-turut, termasuk di sirkuit yang selama ini kurang bersahabat dengannya, seperti Mugello dan Assen. Hasil ini membuat Marquez kini unggul 68 poin di klasemen sementara MotoGP.

Padahal sebelumnya, Marquez sempat mengalami beberapa insiden, seperti jatuh di GP Inggris dan saat bersaing memperebutkan kemenangan di COTA dan Jerez. Namun ia berhasil bangkit, dan perubahan pendekatannya terhadap balapan menjadi kunci utama.

“Saya belajar untuk menyerang di momen yang tepat, terutama di sirkuit yang biasanya sulit bagi saya,” ujar Marquez setelah GP Belanda.

Ia menambahkan bahwa kemenangan di Qatar menjadi salah satu yang paling spesial karena saat itu ia tidak yakin bisa bersaing, namun hasilnya justru sangat positif.

Ducati Bantu Marquez Kendalikan Emosi

Marquez mengakui bahwa peran Ducati sangat penting dalam transformasinya. Saat akhir pekan di Assen dimulai dengan dua kecelakaan besar saat latihan, ia mampu bangkit dan meraih kemenangan. Ia merasa Ducati telah membantu dirinya untuk lebih tenang dan fokus, sehingga bisa mengontrol insting balapnya yang dulu sering membuatnya terlalu agresif.

“Saya senang untuk diri saya sendiri, dan juga untuk Ducati karena mereka membantu saya mengendalikan diri dan naluri saya,” kata Marquez.

Perubahan Strategi Balap: Lebih Tenang, Lebih Efektif

Ketika ditanya apa yang membuatnya tampil lebih stabil musim ini, Marquez menjawab bahwa ia terus berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Meskipun ia enggan terlalu percaya diri karena musim masih panjang, namun ia merasa lebih nyaman sejak perubahan pada keseimbangan motor yang dilakukan timnya.

“Sekarang saya merasa motor lebih stabil di lap awal, dan saya bisa menjaga ritme hingga akhir balapan. Di Assen, saya bisa menyalip Alex Marquez dan Pecco [Bagnaia] untuk memimpin balapan,” jelasnya.

Target Berikutnya: Serang di Sachsenring, Tapi Tetap Waspada

Putaran berikutnya adalah Grand Prix Jerman di Sachsenring, sirkuit favorit Marquez. Ia pernah meraih kemenangan di sana setiap tahun dari 2013 hingga 2021.

“Kalau di Assen saya bilang akan bertahan, di Sachsenring saya akan menyerang. Target saya di sana 37 poin,” ungkapnya.

Meski begitu, Marquez menyadari bahwa dengan keunggulan poin saat ini, ia harus mulai mengelola keunggulan tersebut dengan cermat. Musim masih panjang dan segalanya bisa terjadi.

Marquez Tampil Lebih Matang, Ducati Berperan Besar

Perubahan pendekatan Marc Marquez di musim ini bukan hanya soal strategi, tapi juga soal kedewasaan. Dengan bantuan tim Ducati, ia kini lebih sabar, tahu kapan harus menyerang, dan tahu kapan harus bertahan. Semua ini membuatnya menjadi kandidat kuat juara dunia MotoGP 2025.

Jika tren positif ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Marquez akan kembali merajai dunia MotoGP kali ini dengan gaya yang lebih tenang dan penuh perhitungan.

Kalau kamu fans MotoGP atau penggemar berat Marquez, bagaimana menurutmu gaya balap barunya? Lebih keren atau justru kehilangan ciri khas? Yuk, share pendapatmu di kolom komentar!