Berita Borneotribun.com: Sains Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Sains. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sains. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Oktober 2020

Ditemukan, Panas Planet "Neraka" 3.200 Derajat Celcius

Ditemukan, Panas Planter "Neraka" 3.200 Derajat Celcius
ILUSTRASI. Exoplanet ini juga mengorbit dekat dengan bintang dan seperti "Neptunus panas". (Foto: NASA/JPL-Caltech)


BorneoTribun - Exoplanet, sebutan untuk planet di luar Tata Surya kita, kembali ditemukan. Kali ini bukan planet biasa, bahkan dideskripsikan sebagai salah satu planet paling ekstrem yang pernah terdeteksi. Kenapa demikian? Salah satunya karena sangat panas.


Menggunakan teleskop antariksa CHEOPS, periset dari University of Bern Swiss mengamati dengan seksama planet yang disebut sebagai WASP-189b tersebut. Ia mengorbit pada bintang bernama HD 133112, salah satu bintang paling panas yang punya sistem planet.


"Sistem planet itu jauhnya 322 tahun cahaya dan lokasinya di konstelasi Libra. WASP-189b terutama, menarik karena merupakan planet gas raksasa yang mengorbit begitu dekat dengan bintangnya itu," cetus Monike Lendl yang memimpin riset ini.


"Planet itu membutuhkan kurang dari 3 hari untuk mengitari bintangnya dan jaraknya 20 kali lebih dekat daripada antara Bumi ke Matahari," tambah dia, seperti dikutip dari Detikcom dan Mirror, Kamis (1/10/2020).


"Berdasarkan observasi dengan menggunakan CHEOPS, kami mengestimasi temperatur WASP-189b adalah 3.200 derajat Celcius. Planet itu disebut Jupiter yang sangat panas. Besi saja meleleh dalam suhu yang setinggi itu. Obyek ini merupakan salah satu planet paling ekstrem yang kami ketahui," tambah dia.


Karena planet itu begitu jauh, teleskop CHEOPS menggunakan pengukuran berbasis kecemerlangannya. Exoplanet tersebut satu sisinya mengalami malam secara permanen dan satu sisinya lagi juga selalu siang hari.


Bintangnya sendiri juga tidak kalah istimewa. "Bintang itu besar dan 2.000 derajat Celcius lebih panas daripada Matahari kita. Karena sangat panas, penampilannya biru dan bukannya kuning putih seperti Matahari. Hanya sedikit saja exoplanet yang mengorbit pada bintang sepanas itu," sebut para peneliti itu. (*)

Minggu, 23 Agustus 2020

Proses Terjadinya Hujan Es


Fhoto : Illustrasi 

Oleh : Robiantinus Hermanto

BORNEOTRIBUN I SAINS - Belum banyak masyarakat yang tahu apa sebenarnya penyebab fenomena hujan es tersebut, ternyata hujan es salah satu bagian dari proses transisi ( Pancaroba musim ) atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

Salah satu penyebabnya yaitu terjadinya kondensasi uap air yang sangat dingin akibat presipitasi melalui kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer pada lapisan diatas titik beku. 

Pada masa pancaroba, akan terjadi pembentukan awan konvektif yang mengakibatkan udara basah terangkat ke atas dan membentuk awan yang puncaknya melebihi level dingin dan terjadinya proses pengintian es.

Hujan es juga dapat turun dengan berbagai ukuran dan jika disertai dengan angin kencang dapat mengakibatkan korban jiwa seperti yang terjadi pada 30 april 1888 di india yang menewaskan 230 orang.

Sebelumnya pada 23 juli 2010 pernah terjadi juga hujan es dengan ukuran terbesar yakni mencapai 20 centimeter di Vivian, Dakota Selatan, Amerika Serikat.

Dampak yang fatal dari hujan es dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan lahan pertanian yang beresiko akan gagal panen.

Kendati demikian, seperti halnya hujan es yang terjadi dikabupaten sekadau pada 22 agustus 2020 malam tidak perlu dikhawatirkan meskipun telah mengakibatkan sejumlah bangunan rusak, karena biasanya hujan es hanya berlangsung singkat dan jarang ada hujan es susulan. Hanya saja warga juga wajib waspada karena kita ketahui perubahan alam terkadang tidak selalu bisa terdeteksi.

Untuk diketahui, ciri-ciri akan terjadinya hujan es dan angin puting beliung diprediksi udara akan tersa panas, bila siang akan gelap bagai malam dan ditandai dengan adanya petir yang menggelegar. Dan bila hal tersebut terjadi, hendaknya masyarakat segera berlindung dan mawas diri akan segala sesuatu yanb terjadi


Editor : Redaksi






Senin, 20 April 2020

Planet Mirip Bumi Ukuran dan Temperaturnya Serupa

Exoplanet Kepler-1649c Ditemukan, Ukuran dan Suhunya Mirip Bumi (Foto: NASA/Ames Research Center/Daniel Rutter)

BORNEOTRIBUN -- Kepler, wahana pencari planet baru milik NASA mungkin telah dipensiunkan. Tapi penemuannya tetap berguna dan menarik perhatian astronom.

Ilmuwan yang menganalisis data dari Keppler menemukan sesuatu yang mengejutkan, yaitu exoplanet yang memiliki ukuran dan suhu mirip Bumi. Exoplanet tersebut dinamakan Kepler-1649 dan lokasinya berada 300 tahun cahaya dari Bumi.

Dikutip dari CNN, Jumat (17/4/2020) Kepler-1649c berukuran 1,06 kali lebih besar dari Bumi dan menerima sekitar 75% cahaya yang didapat Bumi dari Matahari. Ini menandakan temperatur permukaan di exoplanet tersebut bisa jadi mirip seperti Bumi.

Lokasi planet ini juga berada di lokasi yang tepat dengan bintangnya, dengan jarak yang sesuai untuk agar air bisa muncul di permukaannya. Ini juga menandakan bahwa Kepler-1649c bisa mendukung kehidupan.

Tapi exoplanet ini mengelilingi bintang katai merah yang jauh lebih kecil dan lebih dingin dibanding Matahari kita. Jaraknya dengan bintang tersebut juga jauh lebih dekat dibanding jarak Bumi ke Matahari.

Kepler-1649c hanya membutuhkan 19,5 hari untuk mengorbit bintangnya. Artinya, exoplanet ini bisa saja dihujani pancaran radiasi dari lingkungannya dan mengancam potensi kehidupan di permukaannya. Tapi saat ini belum ditemukan adanya pancaran tersebut.

"Dunia yang menarik dan jauh ini memberi kita harapan yang lebih besar bahwa Bumi kedua berada di antara bintang-bintang, menunggu untuk ditemukan," kata Associate Administrator Science Mission Directorate NASA Thomas Zurbuchen.

"Data yang dikumpulkan oleh misi seperti Kepler dan Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) akan terus menghasilkan penemuan yang luar biasa karena komunitas sains memperbaiki kemampuannya untuk mencari planet menjanjukan dari tahun ke tahun," sambungnya.

Selain temuan di atas, ilmuwan tidak banyak mengetahui soal Kepler-1649c atau atmosfernya, yang bisa mengubah perkiraan tentang atmosfernya. Tapi mereka tahu bahwa ada planet kedua dalam sistem ini, yang jaraknya lebih dekat lagi dengan bintangnya.

Exoplanet ini menambah panjang daftar planet yang memiliki ukuran mirip dengan Bumi. Seperti TRAPPIST-1f yang berjarak 39 tahun cahaya dari Bumi serta TRAPPIST-1D dan TOI 700d yang temperaturnya dinilai sama dengan Kepler 1649-c. (vmp/fay)

Sumber: Detikcom

Kamis, 12 Maret 2020

Lintasi Bumi Di Bulan April 2020, Ini Fakta Asteroid Raksasa

Presiden Filipina Rodrigo Duterte akan dites virus corona usai tiga menterinya mengisolasi diri. (Foto: Noel CELIS / AFP)

BORNEO TRIBUN | JAKARTA -- Badan Antariksa Amerika (NASA) melalui NASA's Center for Near Earth Studies (NEA) menyebut sebuah asteroid seukuran bukit bakal melintasi bumi pada 29 April 2020.

Asteroid itu diberi nama 1998 OR2 dan akan melewati Bumi pada jarak 4 juta mil atau 6 juta km. Sementara panjang asteroid diperkirakan mencapai 2,5 mil atau 4,1 kilometer.

Berikut fakta-fakta terkait asteroid 1998 OR2, seperti dilansir Universe Guide:

1. 1998 OR2 mengorbit di antara Matahari, Mars, dan Jupiter.
2. Asteroid membutuhkan waktu selama 3,7 tahun untuk mengelilingi Matahari.
3. Kecerahan objek mencapai 15,8 magnitudo.
4. Asteroid 1998 OR2 memiliki albedo objek sebanyak 1 (albedo adalah jumlah radiasi yang dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh suatu objek).
5. 1998 OR2 mempunyai garis bujur 27,06365 derajat.
6. Asteroid memiliki besar sudut perihelion sebesar 174,4659 derajat.
7. Sudut anomali rata-rata 264,79582.
8. Bidang orbital 1998 OR2 sebesar 5,87713 derajat.
9. Orbit 1998 OR2 telah diamati sejak 30 Juni 1987 hingga 21 Februari 2020.
10. Simulasi orbit 1998 OR2 bisa diakses lewat https://www.spacereference.org/solar-system#ob=52768-1998-or2 seperti dilansir Space Reference.

NASA Solar System Ambassador Eddie Irizarry mengatakan ada sejumlah cara untuk mengamati 1998 OR2. Jika tak memiliki teleskop, orang-orang bisa memanfaatkan Proyek Teleskop Virtual yang berbasis di Roma karena menyiarkan secara streaming fenomena itu sejak 28 April 2020.

Jika terlewatkan, Irizarry mengatakan asteroid seukuran kota kecil akan kembali melintasi bumi pada 2079. Sedangkan asteroid berukuran yang lebih kecil dapat diamati paling dekat tahun 2024 dan 2027. Pada 2029, mega-asteroid Apophis yang sebenarnya sedikit lebih kecil dari 1998 OR2 juga akan melintas lebih dekat.

Melansir Earth Sky, pendekatan terdekat 1998 OR2  pada 29 April sekitar pukul 5:56 pagi Waktu Siang Timur (09:56 UTC). Tidak ada peluang tabrakan antara asteroid itu dengan Bumi. Sebab, asteroid (52768) 1998 OR2 berada sekitar 16 kali jarak Bumi-bulan.

Para astronom di Arecibo Observatory di Puerto Rico berencana mempelajari asteroid (52768) 1998 OR2 mulai 8-24 April 2020, ketika batuan antariksa itu bergerak melalui ruang angkasa dengan kecepatan 19.461 mil per jam (31.320 km / jam).

(din/DAL)

Sumber CNN Indonesia

Hukum

Peristiwa

Pilkada 2024

Kesehatan

Lifestyle

Tekno