Berita Borneotribun.com: Hiburan Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Hiburan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hiburan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 Maret 2021

Dalami Peran Justin Timberlake Film Terbarunya

Dalami Peran Justin Timberlake Film Terbarunya
Justin Timberlake.

BorneoTribun Hiburan -- Dalam film “Palmer” Justin Timberlake memerankan seorang mantan bintang olahraga “football” SMA yang dipenjara akibat salah langkah. 

Sejumlah keputusan buruk tersebut kemudian mengakibatkannya tidak memiliki banyak pilihan sekeluarnya dari penjara.

Ia kemudian pulang ke rumah neneknya di sebuah kota kecil di bagian selatan Amerika untuk membangun kehidupan baru. Pada saat itulah ia berkenalan dengan Sam, seorang anak laki-laki karismatik berusia delapan tahun yang sering mengalami perundungan karena menampilkan sisi kefemininannya.

Eddie Palmer, karakter yang diperankan Justin dalam Film tersebut, bersifat pendiam dan selalu menahan diri atau menjaga jarak setelah menebus kesalahan-kesalahannya pada masa lalu. 

Justin mempelajari gaya berperan para ‘pahlawannya’ dalam dunia akting untuk membangkitkan intensitas serupa. Film-film yang dibintangi oleh aktor legendaris Paul Newman berada pada peringkat teratas daftar tontonan Justin.

Justin mengatakan bahwa beberapa bintang idolanya adalah Paul Newman, Marlon Brando dan James Dean. Para aktor itu mampu menyembunyikan, bahkan seolah kesulitan, untuk melepaskan emosi mereka.

Sementara itu, Fisher Stevens adalah aktor sekaligus sutradara film tersebut. Latar belakangnya yang berasal dari kota New York banyak mempengaruhi pilihan bintang film yang menjadi pujaannya. Menurutnya, cara ia memerankan karakter lebih bergaya etnis. 

Ia bersama Justin Timberlake sering membahas gaya akting Paul Newman, bahkan menyaksikan bersama sejumlah film karya Paul Newman.

Fisher mengatakan bahwa kebanyakan bintang idolanya adalah juga idola orang lain, aktor-aktor legendaris seperti Al Pacino, Robert DeNiro, John Cazale, yang membintangi film “The Godfather." 

Jadi sebenarnya para bintang yang ia idolakan lebih bergaya laki-laki New York.

Film “Palmer” kini dapat disaksikan secara streaming melalui layanan televisi Apple TV Plus. [aa]

Oleh: VOA Indonesia

Minggu, 07 Maret 2021

Akan Tayang di Bioskop Dunia, Film Restorasi Charlie Chaplin

Charli Chaplin /The Guardian/Caplin

BorneoTribun Film -- Setelah seratus tahun berlalu sejak Charlie Chaplin menyutradarai dan membintangi film panjang perdananya berjudul "The Kid", kini beberapa film bisu paling terkenal dari sang komedian sedang direstorasi untuk ditayangkan di bioskop-bioskop di seluruh dunia.

Perusahaan film Prancis mk2 dan distributor internasional Piece of Magic mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah bekerja sama dalam rangka perayaan seratus tahun tersebut. Film yang akan direstorasi meliputi "The Gold Rush", "City Lights", "The Circus", "Modern Times", dan "The Great Dictator".

Dilansir Reuters, mk2 akan merilis restorasi 4K "The Kid" di Prancis pada musim gugur sementara Piece of Magic akan bekerja dengan jejaring lain untuk merilis karya lainnya di sekitar 50 wilayah serta berkolaborasi dengan mitra distribusi mk2.

"'The Kid' tahun 1921 mengukuhkan ketenaran dan keterampilan luar biasa Chaplin dalam seni perfilman," kata Kepala Eksekutif mk2 Nathanaël Karmitz dalam sebuah pernyataan.

"Rasanya pas tahun ini kami bekerja sama dengan Piece of Magic untuk mengembalikan Chaplin ke bioskop di seluruh dunia dan terus mempertahankan warisan karyanya, merayakan modernitas dan emosi yang hidup saat ini."

Kedua perusahaan tersebut mengatakan akan ada poster dan trailer baru yang "dirancang untuk penonton kontemporer" untuk menandai ulang tahun tersebut.

Oleh: Antara

Selasa, 23 Februari 2021

Parawali Band Gebrak Rakor FW-LSM Kalbar


Aksi gebrakan Parawali Band

Borneotribun I Singkawang - Rapat Koordinasi (Rakor) Forum Wartawan dan LSM (FW-LSM) Kalbar selama dua hari yang merumuskan rencana aksi 2021, dimeriahkan Parawali Band yang menggebrak lewat tembang-tembang lawas sarat muatan religi dan pesan moral, Sabtu malam (20/2/21) di Vila Gunung Poteng kemarin.

Band yang merupakan fans Wali Band ini digawangi Ismanto Kurniawan pada posisi lead vocal memulai dengan lagu ‘Cari Berkah’ disusul lagu-lagu lawas lainnya seperti Abatasa yang mengingatkan pentingnya menyiapkan untuk bekal akhirat. 

“Terimakasih telah mengundang kami di acara Rakor, setidaknya kami bisa mewarnai untuk mengajak kepada kebaikan melalui lagu,” ujar Ismanto kepada para wartawan dan LSM yang mewakili dari 14 kabupaten/kota se-Kalbar.

Kehadiran Parawali merupakan rangkaian dari Rakor selama dua hari pada sesi malam hiburan, setelah pembahasan rekomendasi internal dan keesokan harinya merumuskan rekomndasi eksternal yang dituangkan dalam rencana aksi 2021. 

“Naskah akademisnya masih kita susun setelah Rakor tersebut. Dalam waktu dekat segera ditindaklanjuti dengan mengirimkan surat ke berbagai instansi terkait termasuk aparatur penegak hukum sebagai laporan,” kata Yayat Darmawi, Ketua Umum Presidium FW-LSM Kalbar. ( Lbr/Tim )

Editor : Hermanto

Jumat, 04 Desember 2020

Buku Detektif Klasik “The Hardy Boys” Diadaptasi Jadi Film Televisi

Buku Detektif Klasik “The Hardy Boys” Diadaptasi Jadi Film Televisi - foto Hardyboys fandom

BorneoTribun - Serial buku detektif klasik “The Hardy Boys” telah diadaptasi menjadi film misteri di televisi, dengan latar masa kini.

Film ini menggambarkan bagaimana kakak-adik Frank Hardy, yang berusia 16 tahun, dan Joe Hardy, 12 tahun. Mereka mengalami tragedi keluarga dan  pindah ke Bridgeport, Connecticut, untuk tinggal bersama bibi mereka. Tokoh Frank dan Joe diperankan oleh Rohan Campbell dan Alexander Elliot. 

Ayah mereka, Fenton, – yang diperankan oleh Joe Tupper – adalah seorang detektif, dan mereka terobsesi dengan salah satu kasus yang sedang ditangani ayahnya dan berupaya memecahkannya sendiri.

“Saya kira ini berbeda dengan versi bukunya. Ini lebih menceritakan kisah tersebut secara panjang lebar. Ini salah satu misteri yang dikisahkan dalam episode sepanjang 13 jam. Ini jelas lebih suram, lebih nyata dan lebih manusiawi dibanding yang pernah diadaptasi bagi film televisi sebelumnya,” ujar Campbell.

Tupper mengatakan ia adalah penggemar buku “The Hardy Boys” yang besar dengan kisah-kisahnya.

“Saya kira sebagai seorang remaja laki-laki, buku itu mengajar kita untuk berani. Ketika menghadapi tragedi ini, mereka berjuang memecahkan misteri dengan menggunakan kepandaian dan keberanian untuk menyelesaikan kasus itu. Jadi saya benar-benar menikmatinya. Saya salu menjadi penggemar mereka,” ujarnya.

Sejak buku “The Hardy Boys” dirilis pada 1927, serial baru ini merupakan adaptasi TV keenam.

“The Hardy Boys” akan ditayangkan di Hulu pada 4 Desember, tetapi juga akan ditayangkan di Kanada pada 2021. [VOA/em/ft]

Sabtu, 28 November 2020

Jude Law Bicara "The Nest" dan Syuting "Fantastic Beasts" di Tengah Pandemi

Jude Law saat menghadiri penayangan perdana "Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald" di London, Inggris, 13 November 2018. (Foto: Reuters)

BorneoTribun - Walaupun masih pandemi, Jude Law sudah kembali syuting untuk film “Fantastic Beasts and Where to Find Them.” Dengan mematuhi pedoman keselamatan yang baru, ia menggambarkan kembali syuting sebagai “perasaan yang menyenangkan akan adanya kesinambungan, masa depan, dan harapan.” 

Berbicara kepada kantor berita Associated Press melalui video dari London untuk mempromosikan drama indie terbarunya yang berjudul “The Nest”. Jude Law menuturkan kehidupannya saat harus menjalani pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Inggris untuk kedua kali.

Aktor yang kembali berperan sebagai Albus Dumbledore dalam film ketiga dari serial "Fantastic Beasts" tersebut mengungkapkan bahwa ia bekerja selama delapan minggu terakhir ini. 

Jude Law mengatakan bahwa semua yang terlibat syuting menjalankan berbagai langkah keselamatan sesuai pedoman baru. Mereka berhasil syuting setiap hari. Ia senang dapat kembali bekerja dan merasa seolah semua normal.

Dalam film “The Nest,” Jude Law berperan sebagai Rory, seorang pialang komoditas yang ambisius pada tahun 80an. Ia berhasil membujuk istrinya, warga Amerika, untuk memboyong keluarga mereka ke kampung halamannya di Inggris. 

Dengan menyewa rumah besar berusia ratusan tahun, Rory kembali bergabung dengan perusahaan lamanya untuk mengejar peluang-peluang baru. Namun keputusan tersebut memaksa pasangan muda tersebut menghadapi kenyataan yang sulit dalam pernikahan mereka. 

Jude Law menjelaskan, walau Rory tampaknya memiliki segalanya -- keluarga, kesehatan dan bakat -- ia terdorong oleh keyakinan bahwa ia harus mencapai lebih banyak.

Kata Jude Law, Rory memproyeksikan citra yang dibuat-buat tentang dirinya. Ia juga berusaha memenuhi dan mencari pengakuan dalam bidang lain.

“Saya pikir dia termotivasi dan terdorong oleh semacam kebutuhan pria modern untuk menjadi lebih besar, lebih baik dan lebih berani daripada orang lain, sehingga pada akhirnya semua jadi kacau,” ujarnya.

Saat mempersiapkan diri untuk peran tersebut, bintang peraih nominasi Oscar tersebut tidak hanya mendalami profesi karakter Rory, tetapi jauh melampaui itu. 

Menurut Jude Law, dorongan menjadi pria modern adalah hal yang umum terjadi. Ia bahkan sempat terbayang sejumlah orang yang ia kenal ketika sedang mempelajari karakter tersebut. Orang-orang seperti itu, kata Jude Law, bukan hanya dari dunia keuangan. Menurutnya, dorongan atau motivasi seperti itu cukup umum.

Sean Durkin, penulis sekaligus sutradara film “The Nest,” setuju bahwa ambisi dan dorongan mendapatkan yang serba lebih, umum terjadi. Namun, ia mengatakan, justru itu nantinya akan menghancurkan orang-orang tersebut. 

Sean Durkin terinspirasi oleh berbagai perjalanan antar benua yang dialaminya pada tahun 80an dan 90an. Ia merasakan atmosfer yang berbeda antara Amerika dan Inggris karena ia dibesarkan di kedua negara. 

Jude Law, yang pada akhir Desember akan berusia 48 tahun, juga memiliki kenangan yang indah dari era tahun 80an di Inggris. Tumbuh dewasa sebelum ada ponsel dan internet. 

Kata Jude Law, ia benar-benar merasa tua apabila membahas masa-masa itu. Ia ingat menunggu di luar toko musik untuk mendapatkan single yang baru dirilis atau merekam musik yang ia dengar di radio, karena itu merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan lagu baru yang sedang hits.

Namun, yang tanpa sadar ia dapatkan dari mempelajari skrip film ini adalah perubahan budaya yang terjadi, dan semakin meningkatnya gaya hidup konsumtif.

(VOA/AA/KA)

Jumat, 27 November 2020

Wakili Indonesia di Oscar, Juri Oscar: Perempuan Tanah Jahanam “Punya Nilai yang Berbeda”

Film "Perempuan Tanah Jahanam" atau "Impetigore" wakili Indonesia di Oscar 2021 (dok: Joko Anwar/AP)


Film "Perempuan Tanah Jahanam" atau "Impetigore" yang menjadi perwakilan Indonesia untuk bersaing meraih nominasi di kategori film internasional terbaik di ajang Academy Awards 2021, ternyata memiliki kelebihan tersendiri. Juri Oscar pun menyebut, film ini "punya nilai yang berbeda."


BorneoTribun | Washington, DC - Terpilihnya film “Perempuan Tanah Jahanam” atau “Impetigore” sebagai perwakilan film Indonesia untuk bersaing meraih nominasi di kategori film internasional terbaik di ajang Academy Awards 2021 atau Oscar ke-93 mendatang merupakan sebuah kejutan bagi insan perfilman Indonesia.

Pasalnya, ini adalah film horor pertama dalam sejarah, yang pernah diikutsertakan oleh Indonesia, dalam perhelatan ajang bergengsi ini.

“Saya senang, karena berarti genre horor sekarang sudah dianggap bukan film dengan kasta rendah lagi ya, jadi sekarang memang ada pergeseran di dunia, bahwa film horor juga sekarang dianggap film dengan genre yang serius,” papar Joko Anwar dalam wawancara melalui Skype dengan VOA belum lama ini.
(Ki-ka) sutradara Joko Anwar, aktris Maera Panigoro, aktor Chicco Jerikho, dan aktris Tara Basro, saat mewakili film "A Copy Of My Mind" di ajang Venice Film Festival ke-27 di Venesia, Italia, 11 September 2015 (Dok: Joel Ryan/Invision/AP)

Judul “Impetigore” yang digunakan untuk film ini di luar negeri sebenarnya diambil dari kata yang diciptakan sendiri oleh Joko Anwar, untuk menggambarkan kondisi dari anak-anak yang ada di dalam film.

“Nama penyakit yang mereka alami itu saya kasih nama “Impetigore.” Jadi satu nama yang saya ciptakan sendiri,” jelas Joko Anwar.

Film “Perempuan Tanah Jahanam” bercerita tentang kisah Maya yang diperankan oleh Tara Basro, yang pada suatu malam saat tengah bekerja sebagai pegawai tol hampir dibunuh oleh seseorang yang mengetahui latar belakang keluarganya.

Maya pun teringat akan fotonya bersama kedua orang tuanya di depan sebuah rumah besar yang terletak di desa terpencil. Dihadapi kesulitan keuangan, Maya berusaha menelusuri misteri latar belakang keluarganya, dengan harapan bahwa rumah besar tersebut bisa membantu hidupnya.

Ia pun lalu diantar oleh sahabatnya, Dini, yang diperankan oleh Marissa Anita, untuk pergi ke desa tersebut. Siapa yang menyangka jika berbagai misteri dan teror pun telah menanti mereka di desa yang ternyata terkutuk itu. Anehnya, tidak ada satu pun anak kecil yang hidup di desa tersebut.

Film ini menampilkan ketegangan yang intens di setiap adegan, ditambah dengan alunan musik dan pengambilan gambar yang bisa membuat bulu kuduk penonton berdiri setiap saat.

Film Horor di Oscar


Dalam sepanjang sejarah Oscar, hanya ada 10 film horor yang pernah berjaya dan meraih nominasi, yaitu “Rosemary’s Baby,” “The Exorcist,” “Jaws,” “Alien,” “The Fly,” “Misery,” “The Silence of the Lambs,” “The Sixth Sense,” “The Swan,” dan “Get Out.”

Di ajang Academy Awards yang diselenggarakan pada tahun 2018, film “Get out,” berhasil meraih empat nominasi bergengsi dan bahkan memenangkan satu diantaranya, yakni naskah asli terbaik.

“Kalau kita lihat, memang sekarang sudah enggak ada lagi tuh, genre. Film horor kalau dikerjakan dengan baik, tentunya hasilnya juga akan baik juga,” tambah Joko Anwar.
Amelia Hapsari, anggota the Academy of Motion Picture Arts and Sciences asal Indonesia pertama (dok: Amelia Hapsari)

Walau memang sangat jarang ada film horor di ajang sebesar Oscar, khususnya untuk kategori film internasional terbaik atau yang dulu disebut sebagai kategori film berbahasa asing terbaik, menurut salah satu anggota dari Academy of Motion Picture Arts and Sciences (A.M.P.A.S) asal Indonesia pertama, Amelia Hapsari, “kesempatan itu selalu terbuka.”

“Enggak ada rules-nya bahwa itu enggak bisa atau enggak akan mungkin,” jawab Amelia Hapsari saat diwawancara melalui Skype dengan VOA.

Ini adalah tahun pertama Amelia menjadi anggota (A.M.P.A.S) khusus bidang dokumenter, namun selain itu, ia juga bertugas untuk melakukan voting atau menjadi juri di kategori animasi pendek, film pendek, film terbaik, dan film internasional terbaik di ajang Academy Awards.

Promosi dan Kampanye Oscar


Setelah resmi terpilih sebagai perwakilan film suatu negara yang akan dikirim untuk bersaing mendapatkan nominasi Oscar, sebuah film masih harus melalui proses yang panjang, hingga akhirnya bisa mendapat nominasi.

“Banyak yang enggak tahu, pada saat kita mengirim film, itu enggak cuman mengirim film gitu aja. Ada budget lagi yang harus dikeluarkan untuk promote this film di sana, kepada juri-juri yang ada di sana. Mereka harus mengadakan screening-screening ke juri-juri, jadi istilahnya harus ada biaya tambahan untuk itu, gitu,” jelas aktor Lukman Sardi kepada reporter VOA, Made Yoni.

Hal ini dibenarkan oleh Amelia Hapsari yang mengatakan, selain perlu menarik perhatian ribuan anggota A.M.P.A.S untuk akhirnya mau menonton dan memberikan nominasi kepada sebuah film, ada hal-hal lain yang juga berlu dilakukan.

“Biasanya, dalam kompetisi untuk menjadi nominasi ini, banyak hal yang dilakukan untuk film-film itu (untuk) promosi. Pastinya dia harus kemudian mengusahakan supaya ditulis oleh kritikus-kritikus utama dari seluruh dunia, diberitakan di media-media, sehingga film-film ini masuk ke dalam kesadarannya para anggota Academy (A.M.P.A.S.red). Karena kan pastinya ya, ada banyak, ada puluhan film-film yang berusaha untuk masuk menjadi nominasi,” jelas Amelia.
Aktor Lukman Sardi (Courtesy: FFI)

Lukman Sardi menambahkan, maka dari itu film tersebut perlu mendapat dukungan yang kuat, misalnya dari pemerintah, seperti yang dilakukan sebelumnya saat film karya sutradara Mouly Surya, “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak,” menjadi perwakilan Indonesia untuk Oscar tahun 2018.

“Nah, ini pasti juga akan pemerintah akan men-support itu sih, menurut aku ya, karena melihat potensinya. Dan memang harus seperti itu. Enggak bisa cuman didiemin aja, ya udah kirim, abis itu didiemin aja, enggak bisa,” tegas Lukman Sardi.

Menurut Joko Anwar, walau telah terpilih menjadi perwakilan film dari Indonesia, kalau tidak ada yang mengetahui keberadaannya dan tidak ada yang menonton, tidak akan ada gunanya.

Namun, Joko Anwar juga menyadari, bahwa untuk mengadakan kampanye tentunya membutuhkan dana yang sangat besar.

“Kita kan film kecil ya, budget-nya saja mungkin enggak sampai satu juta US Dollars gitu. Jadi ya, saya rasa sih enggak bakal ada campaign,” ucap Joko Anwar.

Kelebihan “Perempuan Tanah Jahanam”


Prestasi film “Perempuan Tanah Jahanam” di industri film memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Film ini telah memborong 17 nominasi di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2020 mendatang, jumlah nominasi terbanyak yang pernah diraih oleh sebuah film dalam sepanjang sejarah FFI.

“Perempuan Tanah Jahanam menurut aku layak (jadi perwakilan film Indonesia di Oscar.red),” tegas Lukman Sardi, yang menjabat sebagai ketua FFI, kepada VOA.


Tidak hanya berprestasi di dalam negeri, film ini juga sudah diputar di berbagai festival film internasional, seperti Sitges Film Festival di Spanyol, International Film Festival Rotterdam di Belanda, Bucheon International Fantastic Film Festival di Korea Selatan, dan Sundance Film Festival di Amerika Serikat, Januari lalu.

Walau tidak mau berkomentar mengenai peluangnya, sebagai juri Oscar, Amelia Hapsari melihat “Perempuan Tanah Jahanam” sebagai film yang “punya nilai yang berbeda,” jika dibandingkan dengan perwakilan film-film Indonesia sebelumnya di ajang Oscar.

“Dia sudah datang ke Sundance ya, berarti sudah lebih dekat kan ke industri (film.red) di Amerika. Karena kan, Oscar itu tempatnya di Amerika. Mau enggak mau, amat banyak si anggota Academy (A.M.P.A.S.red) itu adanya di Amerika dan tentu saja amat banyak dari mereka yang sering datang ke Sundance,” ujar Amelia.


Film “Perempuan Tanah Jahanam” juga bisa ditonton secara online di Amerika Serikat, melalui platform layanan streaming berbayar, Shudder.

“”Impetigore” atau “Perempuan Tanah Jahanam” sudah masuk di berbagai list di Amerika, sebagai salah satu film horor terbaik tahun ini. Bahkan dibanding-bandingkan dengan beberapa judul film Amerika yang punya prestasi tahun ini, termasuk “Midsommar,” ungkap Joko Anwar.

“Ini membuat banyak publik Amerika kepengin menonton film “Perempuan Tanah Jahanam,” dan mudah-mudahan anggota Academy Awards juga, karena memang "Perempuan Tanah Jahanam" atau "Impetigore" sudah punya gaung, mereka juga ingin menontonnya, tanpa ada campaign dari kita,” tambahnya.

Dilirik Kritikus Film AS


Film “Impetigore” atau “Perempuan Tanah Jahanam” sudah banyak diberitakan di berbagai media bergengsi di Amerika Serikat, seperti Variety dan Hollywood Reporter. Banyak kritikus film Amerika yang juga telah mengulasnya. Salah satunya adalah situs ternama, RogerEbert.com, yang didirikan oleh mendiang kritikus film pemenang Pulitzer asal Amerika, Roger Ebert.

Melansir dari RogerEbert.com, situs ini memberi film "Perempuan Tanah Jahanam" 3,5 bintang, dan memuji Joko Anwar yang telah menciptakan suasana tegang di setiap adegan, juga kekuatan tokoh utama, Maya, yang diperankan oleh Tara Basro yang sangat memikat. Situs ini menyebut, "ketika darah mulai mengalir, para penonton akan ketagihan. Joko Anwar juga dianggap telah menghasilkan karya film yang efektif, cerdas, dan provokatif, namun juga menyeramkan."
Rama Tampubolon (kiri) bersama aktor Iko Uwais (dok: Rama Tampubolon)

Pengamat sekaligus kritikus film di California, Rama Tampubolon, untuk RamaScreen.com yang telah banyak mengulas film Hollywood, memuji gaya pembuatan film Joko Anwar yang “berani dan penuh gaya,” ditambah lagi dengan “sinematografinya yang menarik.”

“Mengingat faktanya bahwa ini adalah film Indonesia, telah memberikan nilai tambah,” tutur Rama Tampubolon kepada VOA belum lama ini.

“Saya berharap “Impetigore” sukses. Semoga film ini bisa terus maju di musim penghargaan kali ini. Walau bagaimana pun nantinya, kita tahu kebenarannya. Joko dan sineas Indonesia lainnya telah membuat kami, orang Indonesia, sangat bangga,” tambah kritikus film asal Indonesia ini.

Kolaborasi Dengan Rumah Produksi Asing


Selain Rapi Films dan Base Entertainment Film, rumah produksi Ivanhoe Pictures dan CJ Entertainment ikut memproduksi film ini. Asal tahu saja, Ivanhoe Pictures – yang berbasis di AS – terlibat dalam pembuatan film-film blockbuster seperti “Crazy Rich Asians.”

Sedangkan CJ Entertainment yang berbasis di Korea Selatan, adalah rumah produksi untuk film "Parasite," yang pernah mencetak sejarah di panggung Academy Awards. "Parasite" adalah film berbahasa asing pertama, yang berasih meraih piala Oscar untuk kategori film terbaik.

Namun, Joko Anwar menegaskan bahwa filmnya ini dipilih sebagai perwakilan film Indonesia di Academy Awards, bukan karena semata-mata diproduksi oleh perusahaan-perusahaan internasional. Hal ini juga tidak menentukan bagaimana nanti persaingannya di perhelatan Academy Awards.

“Belum tentu nanti perusahaan-perusahaan besar ini akan bikin campaign sih,” kata Joko Anwar sambil tertawa.

“Bagaimana nantinya dengan produser,” tambahnya.

Walau begitu, Amelia Hapsari melihat hal ini lagi-lagi sebagai salah satu nilai tambah dari film ini.

“Jadi di belakang “Perempuan Tanah Jahanam” ini ada mesin-mesin yang sudah pernah melakukan kampanye Oscar sebelumnya. Kemudian mereka pasti juga akan mengusahakan supaya “Perempuan Tanah Jahanam bisa kemudian lolos sebagai nominasi,” ujar Amelia Hapsari.

Terobosan di Dunia Film

Bagi Joko Anwar, terpilihnya film “Perempuan Tanah Jahanam” sebagai perwakilan film Indonesia di Academy Awards merupakan sebuah “terobosan” baru bagi Indonesia. Tidak hanya itu, film ini juga mendapatkan apresiasi yang baik di luar negeri.

“Banyak yang bilang, bahwa mereka pertama kali nonton film Indonesia dan mereka sangat menikmati “Perempuan Tanah Jahanam.” Jadi mereka kepengin lagi tahu film-film Indonesia yang lain, ‘seperti apa sih?’” ucap Joko Anwar.


Hal ini tentu membuat Joko Anwar senang bahwa hasil karyanya ini bisa menjadi “representasi yang baik untuk film Indonesia.”

“Kalau film horor, di setiap negara itu memang punya fans yang jumlahnya sama. Maksudnya, tidak pernah tidak ada,” tambahnya.

Walau perjalanan untuk meraih nominasi piala Oscar masih jauh bagi “Perempuan Tanah Jahanam,” Joko Anwar berharap, orang-orang di luar negeri akan tertarik untuk menontonnya.

“Ada antusiasme dari orang Amerika, terutama Academy Awards’ members, untuk menonton “Perempuan Tanah Jahanam,” itu sudah sesuatu yang menurut saya, misi “Impetigore” untuk jadi representasi film Indonesia sudah tercapai,” pungkas Joko Anwar.

Ajang Academy Awards ke-93 rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 25 April 2021 mendatang, di Los Angeles, California. Acara ini terpaksa mundur dua bulan, karena dampak dari penutupan bioskop, yang menunda banyak perilisan film, terkait pandemi COVID-19. Rencananya, nominasi akan diumumkan tanggal 15 Maret 2021.

(VOA/DI/AD)

Minggu, 12 April 2020

Heboh Diciptakan 30 Tahun Lalu, Pesonel Bimbo Ungkap Fakta

BORNEOTRIBUN --- Dunia maya dihebohkan dengan munculnya video di media sosial sebuah lagu yang dinyanyikan personel Bimbo 30 tahun yang lalu.

Lagu tersebut menceritakan mengenai virus Corona yang merebak di Indonesia dan berbagai penjuru dunia.

Hebohnya, dalam keterangan di lagu tersebut, Bimbo dikabarkan sudah menciptakan lagu tersebut sejak 30 tahun yang lalu. 

Kemunculan lagu tersebut dianggap sebagai sebuah pertanda sejak lama.

Namun, klarifikasi akhirnya muncul dari personel grup musik asal Bandung, Acil. 

Dalam keterangannya Acil Bimbo membenarkan lagu tersebut dinyanyikan oleh Bimbo.

“Tapi itu lagu baru. Bukan lagu yang diciptakan 30 tahun yang lalu,” ujar Acil Bimbo, Jumat (10/3/2020).

Perwakilan keluarga Bimbo juga menjelaskan bahwa lagu tersebut diciptakan oleh Syam, Acil, dan Jaka belum lama ini di studio Batu Nunggal, Bandung, Jawa Barat. 

“Lagu itu memang khusus bercerita soal virus Corona,” ujarnya.

Bahkan, diceritakan bahwa Bimbo menciptakan lagu tersebut karena diminta oleh Kepala Gugus Tugas Covid-19, Doni Monardo. 

“Lagu soal Corona itu diminta oleh Kepala Gugus Tugas, Doni Monardo,” katanya.

Bimbo pun berterimakasih karena lagu Virus Corona ini mendapatkan apresiasi yang tinggi setelah dilempar ke media sosial dan juga situs berbagi video, Youtube.

(yk/er)

Senin, 16 Maret 2020

Mobil Seharga 700jt, Nagita: "Itu Pintu Aja Rusak"

Nagita Slavina tak suka mobil yang dibeli Raffi Ahmad (Capture Youtube Rans Entertainment)


BORNEO TRIBUN | ARTIS -- Hal tersebut Nagita Slavina ungkapkan melalui kanal YouTube Rans Entertaiment pada Sabtu (14/3/2020).

Nagita Slavina blak-blakan mengaku tak suka dengan mobil yang dibeli sang suami Raffi Ahmad.


Awalnya Raffi Ahmad menjelaskan pendapat orang-orang tentang mobil klasik yang dibelinya.


Tepatnya mobil Mini Cooper Moris berwarna hijau yang dibeli Raffi Ahmad dari komedian Andre Taulany.


"Tapi ngomong-ngomong ini aku beli Rp 700 juta, banyak yang bilang kemahalan," kata Raffi Ahmad.


Mendengar pengakuan Raffi Ahmad, Nagita Slavina memberikan tanggapan.


Nagita Slavina menilai bahwa pendapat orang-orang benar.


Pasalnya wanita satu anak tersebut merasa mobil yang dibeli Raffi Ahmad tidak sesuai dengan harganya yang fantastis.


"Ya iyalah orang udah bobrok begini," jawab Nagita Slavina.


Raffi Ahmad pun tetap keukeuh dengan pendiriannya.


Artis 33 tahun itu tak setuju dengan pendapat orang-orang dan juga Nagita Slavina.


"Bukan bobrok sayang, emang mobil klasik tu begini," ujar Raffi Ahmad.


Tak mau kalah, Nagita Slavina terus menimpali penjelasan Raffi Ahmad.


"Itu pintunya aja rusak," jelas Nagita Slavina.


Raffi Ahmad pun terus memberikan pembelaan.


"Bukan pintunya rusak ternyata kalau klasik memang gini, sama kayak mobil Merci," kata Raffi Ahmad.


"Kita kalau nutup emang 'brak' gitu, bagus sebenarnya," imbuhnya.


Sudah menyerah dengan pendapatnya, Raffi Ahmad akhirnya ingin mecari solusi yang terbaik.


"Sayang gini aja deh, kalau ada yang mau beli kita jual lagi saja, kita umumin," ucap Raffi Ahmad.


"Ngapain beli kalau gitu, udah balikin sajalah," jawab Nagita Slavina.


"Jangan dibalikin lah enggak mau," balas Raffi Ahmad.

Andre Taulany jual mobil ke Raffi Ahmad (Capture YouTube TAULANY TV)


Tak berhenti di situ saja, Nagita Slavina juga melontarkan sindiran untuk Raffi Ahmad.


"Sayang uang. Aku saja enggak dibeliin apa-apa," ujar Nagita Slavina.


Sang putra Rafathar Malik Ahmad yang ada dipangkuan Nagita Slavina ikut menambahkan.


"Iya Aa' juga," ucap Rafathar.


Raffi Ahmad langsung menanggapi celotehan putra semata wayangnya.


"Ini kan mobilnya papah beliin buat Aa', enggak mau?," tanya Raffi Ahmad pada Rafathar.


"Sukanya beli mainan," jawab Rafathar.


sumber Tribunmanado

Hukum

Peristiwa

Pilkada 2024

Kesehatan

Lifestyle

Tekno