Berita Borneotribun.com: Penembakan Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Penembakan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penembakan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 April 2021

Polisi Selidiki Motif, Rilis Nama Korban Penembakan Indianapolis

Polisi Selidiki Motif, Rilis Nama Korban Penembakan Indianapolis
Para kerabat menunjukkan foto orang-orang terkasih yang menjadi korban penembakan massal di fasilitas fedEx, dalam doa bersama di Krannert Park, Indianapolis, Indiana, 17 April 2021.

BorneoTribun.com -- Pihak berwenang sedang menyelidiki motif dalam penembakan yang menewaskan delapan orang di sebuah fasilitas FedEx di Indianapolis, Indiana, Kamis lalu (15/4).

Polisi merilis nama kedelapan korban. Empat di antaranya adalah orang Sikh, yaitu Amarjit Sekhon, usia 48 tahun; Jaswinder Kaur, 64 tahun; Amarjeet Johal, 66 tahun; dan Jaswinder Singh, 68 tahun.

Empat korban lain diidentifikasi sebagai Matthew R. Alexander, 32 tahun; Samaria Blackwell, 19 tahun; Karlie Smith, 19 tahun; dan John Weisert, 74 tahun. Tujuh orang juga terluka.

Tersangka penembakan adalah pria 19 tahun bernama Brandon Hole, mantan karyawan di fasilitas itu. Hole bunuh diri setelah menembaki para korban. Polisi pada Sabtu (17/4) mengatakan Hole membeli secara resmi dua senapan serbu yang digunakan dalam serangan tersebut, meski ada undang-undang di Indiana yang bertujuan mencegah orang yang tidak stabil dan kasar untuk membeli senjata.

Tahun lalu, polisi menyita sebuah senjata dari rumah Hole setelah ibunya menelepon pihak berwenang. Ibunya khawatir Hole mungkin akan berusaha melakukan "bunuh diri oleh polisi," kata laporan Associated Press. Itu adalah suatu keadaan di mana seseorang memperlihatkan gerak gerik yang mengancam dan berusaha memprovokasi polisi untuk membunuhnya.

Pejabat Biro Investigasi Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI) Paul Keenan mengatakan dalam pernyataan, Jumat (16/4), bahwa FBI pernah menginterogasi Hole pada April 2020 dan "tidak menemukan idelogi ekstremisme kekerasan bermotif rasial" dalam penyelidikan itu.

Komunitas Sikh, banyak di antaranya mengenakan turban dan sering dikira Muslim, telah menjadi target kejahatan bermotif kebencian di seluruh AS sejak serangan teroris 11 September 2011. Serangan terhadap Sikh yang paling buruk adalah penembakan tujuh orang Sikh di Oak Creek Gurdwara, atau rumah ibadah Sikh, di Wisconsin pada 2012. [vm/lt]

Oleh: VOA

Jumat, 02 April 2021

Penembakan Membabi-buta di California, Sang Ibu Gagal Selamatkan Anaknya

Penembakan Membabi-buta di California, Sang Ibu Gagal Selamatkan Anaknya
Orang-orang saling menghibur sambil berdiri di dekat gedung perkantoran tempat penembakan di Orange, California, Rabu, 31 Maret 2021. (Foto: Jae C. Hong/AP Photo))

BorneoTribun.com -- Seorang pejabat mengatakan, Kamis (1/4), salah satu dari empat korban tewas dalam penembakan membabi-buta di pinggiran Kota Los Angeles, Rabu (30/3), adalah seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun.

Anak itu diperkirakan tewas dalam pelukan ibunya yang luka-luka ketika berjuang menyelamatkan anak itu.

“Tampaknya anak kecil itu meninggal dalam pelukan ibunya ketika ia berupaya keras menyelamatkannya dalam pembantaian mengerikan itu,” ujar Jaksa Distrik Orange County Todd Spitzer dalam konferensi pers.

Pertumpahan darah di Orange, California, sekitar 30 mil tenggara pusat kota Los Angeles, merupakan penembakan massal ketiga di Amerika dalam kurang dari satu bulan.

Dalam dua insiden penembakan lainnya pada Maret, seorang laki-laki membunuh delapan orang – termasuk enam perempuan Asia – di tiga spa di Atlanta, Georgia. Di Boulder, Colorado, seorang laki-laki lain melepaskan tembakan di sebuah supermarket, menewaskan 10 orang.

Tidak seperti dua insiden sebelumnya, tim penyelidik di California mengatakan mereka dapat segera mengetahui bahwa penembak mengenal para korban, sehingga ini bukan aksi kekerasan acak.

“Motif awalnya diyakini terkait dengan bisnis dan hubungan pribadi yang terjalin antara tersangka dan semua korban,” ujar Letnan Jennifer Amat di Kepolisian Orange dalam konferensi pers yang sama.

Para pejabat itu mengidentifikasi tersangka sebagai Aminadab Gaxiola Gonzalez, usia 44 tahun, penduduk Kota Fullerton di dekatnya.

Selain anak laki-laki berusia sembilan tahun itu, korban jiwa lainnya adalah seorang laki-laki dan dua perempuan. Amat mengatakan sang penembak dan perempuan yang melindungi anak itu masih dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis tapi stabil.

Polisi mengatakan tersangka pelaku memasuki kompleks perkantoran yang disebut “Unified Homes” yang membeli dan menjual mobile-home pada Rabu (31/3) sian dan mengunci pintu gerbang di bagian belakang dengan kunci sepeda. Mobile-home adalah tempat tinggal yang dibangun di atas sasis baja dan dilengkapi roda supaya mudah diangkut ke lokasi yang biasanya permanen.

Ketika polisi tiba letusan senjata masih terdengar, tetapi mereka tidak dapat masuk hingga mereka berhasil memotong rantai yang mengunci pintu gerbang itu. [em/jm/voa indonesia]

Kamis, 01 April 2021

Polisi ungkap Empat Orang Tewas dalam Penembakan di Gedung Perkantoran di California

Polisi ungkap Empat Orang Tewas dalam Penembakan di Gedung Perkantoran di California
Sejumlah polisi berjaga di luar gedung perkantoran yang menjadi lokasi penembakan di Orange, California, Rabu, 31 Maret 2021. (Foto: Jae C. Hong/AP Photo)

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Polisi mengatakan empat orang tewas, termasuk seorang anak, dalam penembakan di sebuah gedung perkantoran di Southern California pada Rabu (31/3). Penembakan itu juga melukai orang kelima sebelum polisi menembak dan melukai tersangka.

Letnan Jennifer Amat, seperti dikutip oleh Associated Press mengatakan, sejumlah tembakan dilepaskan saat polisi tiba di gedung dua lantai di Lincoln Avenue, di selatan Los Angeles, pada pukul 17.30 waktu setempat.

Amat mengatakan “terjadi penembakan yang melibatkan petugas kepolisian” dan tersangka sudah dilarikan ke rumah sakit. Namun, dia tidak mengetahui kondisi pria tersangka penembakan itu.

Amat mengatakan penembakan terjadi di lantai dua gedung itu. Dia belum punya perincian mengenai insiden, apa yang memicu penyerangan, dan mengapa ada seorang anak di gedung perkantoran.

Gedung di 202W, Lincoln Avenue adalah gedung perkantoran dua lantai bercat krem dengan balkon terbuka di lantai dua. Di luar gedung terpasang papan-papan nama perusahaan yang berkantor di gedung itu, termasuk sebuah perusahaan asuransi dan sebuah kantor layanan konseling.

Polisi mengatakan pada pukul 19.00, situasi sudah stabil dan tidak ada ancaman kepada masyarakat. [ft/au]

Oleh: VOA Indonesia

Rabu, 24 Maret 2021

Polisi AS Sebut Ada Sepuluh Orang Tewas Dalam Penembakan di Supermarket di Colorado

Polisi AS Sebut Ada Sepuluh Orang Tewas Dalam Penembakan di Supermarket di Colorado
Polisi berjaga di luar supermarket King Soopers, yang menjadi lokasi penembakan massal, di Boulder, Colorado, Senin, 22 Maret 2021. (Foto: David Zalubowski/AP)

BorneoTribun AS, Internasional -- Pihak berwenang mengatakan penembakan di sebuah supermarket di Colorado pada Senin (22/3) menewaskan 10 orang.

Kantor berita Associated Press (AP) melaporkan polisi sudah menangkap seorang tersangka, tetapi tidak mengungkap nama tersangka atau rincian lainnya mengenai penembakan tersebut.

Kepala Kepolisian Boulder Maris Herold mengatakan korban tewas di antaranya Eric Talley, polisi yang pertama tiba di tempat kejadian setelah mendapat laporan mengenai penembakan. Herold menyebut tindakan Talley itu “heroik.”

Herold mengatakan kepada wartawan dalam konferensi pers malam hari bahwa seorang tersangka telah berada dalam tahanan, dan bahwa investigasi mengenai penembakan itu diperkirakan berlangsung sedikitnya lima hari.

Herold mengatakan polisi yang tewas bernama Eric Talley, 51 tahun, yang sudah bertugas di Kepolisian Boulder sejak 2010. Tally, katanya, mendatangi supermarket itu setelah menerima panggilan mengenai tembakan dan seseorang membawa senapan.

Identitas sembilan korban tewas lainnya belum diungkap pada Senin (22/3) malam karena polisi masih memberitahu anggota keluarga mereka.

Petugas terlihat mengawal seorang pria yang bertelanjang dada dengan darah mengalir di kakinya dan tangan terborgol, keluar dari toko. Namun, pihak berwajib tidak mengatakan apakah dia tersangkanya. Para petugas mengatakan tersangka menerima perawatan medis dan satu-satunya orang yang cedera, tetapi tidak tewas.

Dua perempuan berpelukan di pojokan Broadway dan Table Mesa Drive dekat supermarket King Soopers, lokasi penembakan massal, di Boulder, Colorado, Senin, 22 Maret 2021. (Foto: Joe Mahoney/AP)

Jaksa penuntut Boulder Michael Dougherty mengatakan terlalu dini untuk berspekulasi mengenai motif serangan. Ia mengatakan Boulder “mengalami penembakan massal yang buruk dan mengerikan.”

“Orang-orang ini sedang menjalani hari mereka, berbelanja makanan dan hidup mereka terhenti secara mendadak dan tragis oleh penembak yang kini berada dalam tahanan,” kata Dougherty. “Saya berjanji kepada para korban dan warga Colorado bahwa kami akan memastikan keadilan dan melakukan apapun yang harus kami lakukan untuk mendapatkan keadilan dalam kasus ini,” lanjutnya.

Pihak berwenang mengatakan upaya-upaya mengidentifikasi para korban dan memberitahu keluarga korban masih berlangsung.

Penembakan massal di AS menghidupkan kembali perdebatan mengenai akses ke senjata api di negara ini. Komite Kehakiman Senat dijadwalkan mengadakan dengar pendapat pada hari Selasa mengenai “Langkah-langkah Konstitusional dan Masuk Akal untuk Mengurangi Kekerasan karena Senjata Api.” Ini merupakan dengar pendapat pertama dari serangkaian kegiatan serupa yang direncanakan berlangsung untuk membahas berbagai langkah mengurangi kekerasan oleh senjata api.

Colorado telah mengalami beberapa penembakan massal belakangan ini, termasuk serangan tahun 2012 terhadap sebuah bioskop di Aurora dan serangan tahun 1999 di sebuah sekolah di Columbine.

Serangan hari Senin itu berlangsung sepekan setelah tewasnya delapan orang di tiga panti pijat di kawasan Atlanta, Georgia. Ini setidaknya merupakan penembakan massal ketujuh tahun ini di AS. [ft/au/rw], [uh/ab]

Oleh: VOA Indonesia

Polisi kota Boulder Identifikasi Tersangka Penembakan di Supermarket Colorado

Polisi kota Boulder Identifikasi Tersangka Penembakan di Supermarket Colorado
Foto tersangka penembakan di Boulder, Colorado hari Senin 22/3 (foto: dok).

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Polisi di kota Boulder, Colorado, AS, Selasa (23/3), mengatakan seorang tersangka berusia 21 tahun telah ditahan dan didakwa dengan 10 tuduhan pembunuhan sehubungan dengan penembakan di sebuah supermarket di Boulder, Senin (22/3).

Dalam jumpa pers, Kepala polisi Boulder, Maris Herold mengatakan tersangka dalam kondisi stabil di rumah sakit setempat. Dia dirawat karena luka kaki yang dideritanya saat kejadian Senin sore waktu setempat. Ia diperkirakan akan diperbolehkan keluar dari RS dan dibawa ke penjara Boulder County Selasa malam.

Herold juga mengidentifikasi para korban, termasuk seorang anggota Kepolisian Boulder berusia 51 tahun, Eric Talley. Maris mengatakan Talley termasuk di antara petugas yang tiba di lokasi dan terlibat baku tembak dengan tersangka, yang melakukan penyerangan dengan senapan. Tidak ada petugas lain yang terluka. Sembilan korban lainnya berusia antara 20 hingga 65 tahun.

Dalam gambar dan video dari tempat kejadian, tersangka yang diborgol tampak dibawa pergi dari lokasi kejadian bertelanjang dada dan tanpa sepatu.

Seorang pejabat penegak hukum mendapat mengetahui tentang penembakan mengatakan itu kepada kantor berita The Associated Press bahwa laki-laki bersenjata itu menggunakan senjata semi-otomatis ringan AR-15. Seorang pejabat mengatakan kepada AP petugas bekerja cepat untuk melacak asal usul senjata tersebut.

Polisi mengatakan tersangka memberikan beberapa pernyataan kepada polisi ketika ditahan tetapi polisi tidak merilis rincian pernyataan tersebut. Polisi mengatakan motif penembakan itu tidak jelas.

Colorado belakangan menjadi tempat beberapa penembakan massal termasuk serangan tahun 2012 di sebuah bioskop di Aurora dan serangan tahun 1999 di sebuah sekolah di Columbine.

Serangan hari Senin (22/3) terjadi seminggu setelah penembakan yang menewaskan delapan orang di tiga panti pijat di sekitar Atlanta. Penembakan ini merupakan penembakan massal ketujuh tahun ini di Amerika. [my/lt]

Oleh: VOA Indonesia

Jumat, 19 Maret 2021

Penyelidik: Ketagihan Seks Kemungkinan Memotivasi Penembak di Atlanta

Penyelidik: Ketagihan Seks Kemungkinan Memotivasi Penembak di Atlanta
Robert Aaron Long (21 tahun), tersangka pelaku penembakan di Atlanta.

BorneoTribun Internasional - Tersangka dalam serangkaian penembakan hari Selasa (16/3) yang menewaskan delapan orang, enam di antaranya perempuan Asia, di Atlanta, menunjukkan kepada sejumlah pejabat berwenang bahwa pelaku bermasalah dengan “ketagihan seks” demikian menurut para penyelidik.

Mereka juga menyampaikan, Robert Aaron Long, usia 21 tahun, menyatakan hendak menghilangkan godaan itu.

“Tampaknya dia punya masalah yang ia anggap mengalami ketagihan seks, dan melihat beberapa lokasi spa itu sebagai tempat yang bisa didatanginya. Itu merupakan sebuah godaan bagi dirinya yang hendak ia hilangkan,” kata sheriff Cherokee County Kapten Jay Baker kepada sejumlah wartawan.

Beberapa pejabat juga menyatakan, Long berencana pergi ke Florida untuk melakukan lebih banyak penembakan lagi.

Seorang anggota penegak hukum memberitahu CNN bahwa keluarganya baru-baru ini mengusirnya dari rumah karena ketagihan seks tersebut. Robert diperkirakan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton pornografi.

CNN juga melaporkan Long membeli senjata yang digunakannya dalam penembakan di Atlanta.

Kepala Polisi Atlanta Rodney Bryant menyatakan, masih terlalu dini untuk mengkategorikan jenis penembakan itu sebagai kejahatan kebencian.

Presiden Joe Biden mengatakan belum dapat mengomentari motivasi di balik penembakan tersebut hingga diperoleh lebih banyak informasi.

“Saya tidak akan mengaitkan pada saat ini motivasi dari si pembunuh. Saya menunggu jawaban sementara FBI dan Kejaksaan melanjutkan penyelidikan,” kata Biden sebelum menjadi tuan rumah sebuah pertemuan bilateral dengan PM Irlandia. “Saya akan memberi komentar lebih lanjut setelah penyelidikan selesai.” [jm/mg]

Oleh: VOA Indonesia

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pilkada 2024

Lifestyle

Tekno