Berita Borneotribun.com: Pilpres AS Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Pilpres AS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pilpres AS. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Maret 2021

Trump Isyaratkan Akan Calonkan Diri Lagi 2024 untuk Serang Biden

Mantan presiden AS Donald Trump berbicara dalam Konferensi Aksi Politik Konservatif di Orlando, Florida, Minggu, 28 Februari 2021.

BorneoTribun Amerika, Internasional - Kurang dari enam minggu setelah meninggalkan jabatan, mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu (28/2) melancarkan serangkaian serangan terhadap penerusnya. Trump mengatakan Presiden Joe Biden menjalankan "sebulan pertama yang paling buruk dalam sejarah modern" di Gedung Putih.

Trump mengisyaratkan dengan kuat bahwa dia mungkin akan berusaha mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden 2024.

"Dalam satu bulan saja, kita berubah dari Amerika yang pertama menjadi Amerika yang terakhir," kata Trump. Pernyataannya disambut meriah oleh ratusan pendukung konservatif yang memadati sebuah balai riung (ballroom) hotel di Orlando, negara bagian Florida.

"Saya mungkin memutuskan untuk mencalonkan diri lagi," kata Trump dalam Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC). Dia berjanji akan berkampanye untuk "para pemimpin Partai Republik yang kuat dan tangguh" untuk berusaha merebut kontrol DPR dan Senat dalam pemilu Kongres 2022.

“Kira-kira siapa ya?" kata Trump mengenai calon presiden Partai Republik 2024 mendatang. Penampilan Trump itu merupakan yang pertama di hadapan publik sejak meninggalkan jabatan. "Siapa, siapa kira-kira orang itu?"

Dalam pidato 90 menit, Trump mengisyaratkan dengan kuat akan mencalonkan diri sebagai presiden. Dia mengutip sebuah jajak pendapat yang dilakukan dalam konferensi yang sangat partisan itu yang memperlihatkan dia mendapat tingkat persetujuan 97% selama empat tahun menjabat di Gedung Putih. Padahal berbagai jajak pendapat nasional memperlihatkan Biden dengan tingkat persetujuan lebih besar dan popularitas Trump pudar sejak masa jabatannya berakhir. (vm)

Oleh: VOA Indonesia

Selasa, 15 Desember 2020

Kemenangan Biden Segera Disertifikasi, Trump Masih Klaim Kemenangan

Presiden Donald Trump di South Lawn Gedung Putih, Washingtong, Sabtu, 12 Desember 2020.

BorneoTribun | Internasional - Dalam beberapa jam lagi Electoral College akan bertemu dan memilih secara resmi Joe Biden dari partai Demokrat sebagai presiden AS ke-46. 

Namun, petahana Donald Trump, masih mengklaim bahwa dialah yang menang dalam pilpres bulan lalu.

“Belum, belum selesai," kata Trump kepada Fox News dalam wawancara yang disiarkan Minggu (13/12) pagi, sementara puluhan gugatan hukum yang mengklaim bahwa Trump dicurangi, telah ditolak pengadilan.

“Kami akan terus berusaha. Masih ada banyak kasus lokal. Di beberapa negara bagian dimana kami dicurangi. Kami menang semuanya. Kami menang di Pennsylvania. 

Kami menang di Michigan. Kami menang di Georgia dengan selisih besar.”

Namun, para pejabat pemilu negara bagian telah memutuskan sebaliknya. Dan para elektor akan bertemu di berbagai ibu kota negara bagian pada Senin (14/12). 

Mereka diperkirakan akan menyertifikasi bahwa Biden memenangkan 306 suara elektoral, lebih dari batas 270 yang diperlukan untuk menang. Biden adalah seorang mantan senator AS selama 36 tahun dan mantan wakil presiden Barack Obama selama 8 tahun.

Presiden terpilih dalam pidato pada Senin (14/12) sore dari Wilmington, Delaware, akan berbicara tentang "sertifikasi suara Electoral College dan kekuatan dan ketahanan demokrasi kita," menurut sebuah pernyataan tim transisinya.

Trump pada Minggu (13/12) mengunjungi klub golf pribadinya di Virginia dan kembali mengulangi klaim-klaim tak berdasar lewat Twitter, mengatakan bahwa pilpres telah dicurangi.

Biden tidak mengomentari pernyataan Trump pada Minggu (13/12). [vm/pp]

Oleh: VOA Indonesia

Minggu, 06 Desember 2020

Trump Ajukan Gugatan Pemilu di Georgia

Presiden AS Donald Trump menanggapi pertanyaan dari seorang reporter setelah upacara medali di Oval Office di Gedung Putih di Washington, AS, 3 Desember 2020. (Foto: Reuters)

BorneoTribun - Tim Kampanye Donald Trump mengatakan pihaknya mengajukan gugatan di pengadilan negara bagian Georgia pada Jumat (4/12) sebagai upaya untuk membatalkan hasil pemilihan presiden di sana. Gugatan tersebut adalah Langkah hukum terbaru dari serangkaian gugatan hukum yang bertujuan untuk membalikkan kekalahan Trump yang sejauh ini tidak berhasil. 

Reuters, Sabtu (5/12), mengutip tim kampanye Trump, melaporkan gugatan terbaru tersebut akan menyertakan pernyataan tersumpah dari penduduk Georgia yang menuduh adanya penipuan. 

Sekretaris Negara Bagian Georgia Brad Raffensperger, seorang Republik seperti Trump, dan pejabat negara lainnya telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak menemukan bukti kecurangan yang meluas dalam pemilu pada 3 November yang dimenangkan oleh Joe Biden dari Partai Demokrat. 

Tim Trump dan berbagai individu yang mendukungnya kalah dalam sejumlah kasus hukum yang diajukan di seluruh negara bagian, termasuk dalam kasus yang diajukan di Nevada dan Wisconsin yang meminta pengadilan untuk membalikkan hasil pemilihan negara bagian tersebut. 

Presiden terpilih Biden memenangkan pemilihan dengan 306 suara Electoral College – melebihi 270 suara yang dibutuhkan - dibandingkan dengan 232 suara yang diperoleh Trump. 

Seorang hakim distrik di Nevada pada Jumat (4/12) menolak kasus yang diajukan oleh calon pemilih presiden dari Partai Republik. Ia mengatakan mereka harus membayar biaya hukum tergugat setelah gagal "memenuhi tanggung jawab mereka untuk memberikan bukti yang kredibel dan relevan untuk mendukung" klaim gugatan apa pun. 

Mahkamah Agung Wisconsin dalam keputusan 4 berbanding 3, menolak untuk bertindak atas kasus yang meminta pengadilan membatalkan pemilihan presiden di negara bagian tersebut dan membuka jalan bagi badan legislatif negara bagian untuk memilih 10 elektor untuk Wisconsin.

"Langkah seperti itu tampaknya belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Amerika," tulis Hakim Mahkamah Agung Wisconsin Brian Hagedorn dalam pendapatnya pada Jumat (4/12). 

Tim kampanye Trump telah menghabiskan dana hampir $ 9 juta untuk membatalkan hasil pemilu, termasuk hampir $ 2,3 juta untuk pengacara dan konsultan. 

Tim kampanye dan Komite Nasional Republik telah mengumpulkan setidaknya $ 207,5 juta sejak Hari Pemilu, sebagian besar dari sumbangan hingga "Dana Pertahanan Pemilu Resmi.” [ah/ft] 

Minggu, 29 November 2020

Mantan Anggota Tim Kampanye Trump Ajukan Gugatan Terkait Pengintaian

Mantan Anggota Tim Kampanye Trump Ajukan Gugatan Terkait Pengintaian
Carter Page, penasihat kebijakan luar negeri untuk kampanye kepresidenan Donald Trump 2016, berbicara dengan wartawan setelah seharian mengajukan pertanyaan dari Komite Intelijen DPR, di Capitol Hill di Washington, 2 November 2017. (Foto: AP)

BorneoTribun | Internasional - Seorang mantan anggota tim kampanye Trump, yang menjadi target pengintaian rahasia dalam penyelidikan terkait Rusia oleh FBI mengatakan dalam gugatan federal bahwa dia menjadi korban "pengintaian tanpa dasar hukum."

Gugatan Carter Page itu menuduh adanya sejumlah kesalahan yang dilakukan para pejabat FBI dan Departemen Kehakiman, dalam permohonan yang mereka ajukan kepada Pengadilan Pengintaian Intelijen Asing untuk menyadap Page, atas dugaan dia merupakan mata-mata Rusia.

"Mengingat tidak ada satu bukti pun yang menunjukkan persekongkolan dengan Rusia yang melibatkan Dr. Page, maka tidak ada dasar untuk meminta atau memperoleh Surat Perintah FISA yang menargetnya atas dasar itu," kata gugatan tersebut, merujuk pada akronim UU Pengintaian Intelijen Asing.

Gugatan itu diajukan Jumat (27/11) di pengadilan federal Washington. Gugatan itu pada umumnya senada dengan temuan laporan inspektur jenderal Departemen Kehakiman yang mendapati ada banyak masalah signifikan dalam empat permohonan itu.

Para mantan pemimpin FBI dan Departemen Kehakiman yang terlibat dalam perintah pengintaian itu telah memberikan kesaksian bahwa mereka tidak akan melakukannya apabila mengetahui dampak isu itu, dan FBI telah melakukan lebih dari 40 langkah korektif yang bertujuan memperbaiki akurasi dan kelengkapan permohonan itu.

(VOA/VF/VT)

Senin, 16 November 2020

Trump mengatakan Biden 'Menang' Pemilu Tetapi Ulangi Klaim Tidak Berdasar Pemilu 'Dicurangi'

Presiden AS Donald Trump di Bandara Regional Kenosha di Kenosha, Wisconsin, AS, 2 November 2020. (Foto: REUTERS/Carlos Barria)

BorneoTribun - Presiden AS Donald Trump, Minggu (15/11), untuk pertama kalinya, mengakui Joe Biden dari Partai Demokrat "memenangkan" pemilihan presiden ketika melawannya hampir dua minggu lalu. Namun, ia terus melontarkan klaim tak berdasar bahwa ia kalah karena pemungutan suara itu dicurangi.  

Presiden dari Partai Republik ini menolak untuk secara resmi mengaku kalah dari mantan wakil presiden Joe Biden. Organisasi berita utama AS selama seminggu menyatakan Biden telah mengumpulkan lebih dari 270 mayoritas suara electoral di Lembaga Pemilihan Electoral College yang beranggotakan 538 orang untuk memenangkan kursi kepresidenan dan dilantik pada 20 Januari.  

Dalam salah satu rangkaian cuitan tentang Biden di Twitter, Trump mengatakan "Ia menang karena Pemilu dicurangi."  

 Trump kemudian menyampaikan tuduhan yang tidak berdasar tentang pemilihan tersebut, dengan mengatakan, "TIDAK ADA PENGAWAS ATAU PEMANTAU PEMILU yang diizinkan, suara yang ditabulasikan oleh perusahaan swasta beraliran radikal kiri, Dominion, dengan reputasi buruk & peralatan buruk yang bahkan tidak bisa memenuhi syarat untuk Texas (yang Saya menangkan dengan selisih besar!), Media Palsu Diam & lainnya!
Twitter menandai klaim Trump, dengan mengatakan, "Klaim tentang kecurangan pemilu ini diperdebatkan."  

Kemudian, Trump mengklarifikasi pandangannya tentang hasil pemilu, dengan mengatakan, “Ia hanya menang di mata MEDIA BERITA PALSU. Saya tidak mengakui apa pun! Jalan kita masih panjang. Ini adalah PEMILIHAN YANG DICURANGI!
Sementara beberapa gugatan hukum tentang pemilu masih harus disidangkan di pengadilan. Di beberapa negara bagian penting, Trump banyak kalah dalam kasus dugaan penyimpangan pemungutan suara dan penghitungan suara.  

Beberapa dari perselisihan itu melibatkan sejumlah kecil surat suara yang disengketakan meskipun jika Trump menang, tidak akan membalikkan kemenangan Biden di masing-masing negara bagian.  

Penolakan Trump untuk mengakui kemenangan Biden dalam pemilihan yang sangat kontroversial ini, belum pernah terjadi sebelumnya dalam politik AS modern, meskipun tidak ada undang-undang yang mengatakan ia harus mengaku kalah. Kandidat presiden AS yang kalah selama beberapa dekade telah memberikan ucapan selamat kepada para pemenang.  

Selain menolak untuk secara resmi mengaku kalah, Trump juga telah memblokir pejabat pemerintahan dan lembaga pemerintahnya untuk bekerja sama dengan tim presiden terpilih dalam transisi ke kekuasaan atau memberi Biden pengarahan harian, ringkasan penilaian terbaru komunitas intelijen AS tentang potensi ancaman keamanan dari seluruh dunia.  

Biden telah bertemu dengan para penasihatnya untuk membentuk pemerintahan baru dan mempertimbangkan kemungkinan calon kabinetnya, seperti yang akan dilakukannya lagi pada hari Minggu (15/11). Pekan lalu, Biden menunjuk seorang ajudan lama, Ron Klain, untuk menjadi kepala staf Gedung Putih, yang dianggap sebagai “penjaga gerbang” penting untuk untuk setiap saran dan semua pertemuan langsung dengan presiden AS. (VOA)

Jumat, 13 November 2020

Trump dan Partai Republik Tolak Mulai Proses Transisi

Presiden AS Donald Trump (tengah) dalam upacara peringatan hari Veteran di Arlington, Virginia hari Rabu (11/11).

BorneoTribun - Presiden Terpilih Joe Biden menampik sikap pemerintahan Trump yang menolak memulai proses transisi resmi, meskipun ada sejumlah pemimpin Partai Republik yang berpihak pada Presiden Donald Trump untuk melanjutkan gugatan hukum guna membatalkan hasil pemilu yang memproyeksikan kemenangan Joe Biden. Berikut laporannya.

Para pemimpin dunia, termasuk Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah menyampaikan ucapan selamat kepada Joe Biden karena hasil pemilihan presiden yang memproyeksikan kemenangannya.

“Saya ingin menyampaikan ucapan selamat kepada Anda dan Wakil Presiden Terpilih Kamala Harris,” kata Macron.

Sementara Boris Johnson mengucapkan, “Saya benar-benar memberi selamat kepada Presiden Terpilih Joe Biden dan Kamala Harris.”

Tetapi di dalam negeri, yang terjadi berbeda.

“Akan ada transisi yang mulus pada pemerintahan kedua Trump,” demikian pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo yang menolak menerima hasil pemilu, dan mengulangi seruan Presiden Donald Trump untuk hanya menghitung surat suara “yang sah,” terminologi yang digunakan untuk meningkatkan tuduhan-tuduhannya yang tidak berdasar bahwa Partai Demokrat telah mencuri hasil pemilu.

“Tidak ada bukti apapun atas pernyataan-pernyataan yang disampaikan presiden atau Menteri Luar Negeri Mike Pompeo,” ujar Biden.

Biden hari Selasa (10/11) menyebut penolakan Trump untuk mengakui kekalahannya sebagai sebuah hal yang “memalukan” tetapi secara umum meremehkannya.

“Fakta bahwa mereka tidak mau mengakui bahwa kami menang, pada saat ini tidak terlalu berpengaruh dalam rencana kami dan apa yang dapat kami lakukan antara saat ini dan 20 Januari nanti,” tambahnya.

Hanya beberapa senator faksi Republik yang telah menyampaikan ucapan selamat kepada Biden dan pendampingnya, Kamala Harris. Demikian pula Presiden George Walker Bush, presiden terakhir dari Partai Republik.

Sejumlah pemimpin Partai Republik lainnya berpihak pada Trump. Pemimpin mayoritas Senat Mitch McConnell mengatakan, “Presiden Trump seratus persen berhak menyelidiki tuduhan-tuduhan adanya kecurangan dan mempertimbangkan opsi hukumnya.”

Sebagian besar anggota Partai Republik secara pribadi mengakui bahwa Biden akan menjadi presiden berikutnya, tetapi enggan menantang Trump secara terbuka, demikian ujar pakar strategi Partai Republik Rob Stutzman.

“Perhitungan politiknya adalah Anda tidak ingin berseberangan dengan Donald Trump, yang hanya dengan satu cuitan dapat memicu kemarahan sekitar separuh Partai Republik terhadap Anda. Tidak ada yang ingin sakit kepala karena hal-hal ini.”

Persiapan untuk pelantikan presiden 20 Januari nanti sudah dimulai. Tetapi proses transisi formal belum akan dimulai hingga pejabat Administrasi Layanan Umum GSA – yang ditunjuk oleh Trump – mengumumkan hal ini. Sejauh ini pejabat itu belum mengumumkannya. Tanpa kerjasama dari pemerintahan yang akan berakhir, pengalaman politik selama puluhan tahun yang dimiliki mantan Wakil Presiden Joe Biden akan menjadi kuncinya.

Direktur Kajian Kepresidenan di Miller Center, Universitas Virginia, Barbara Perry mengatakan, “Ia (Biden.red) sangat memahami Gedung Putih dan birokrasi eksekutif serta bagaimana cara kerjanya, jadi ia akan membentuk tim transisi yang semuanya sudah berpengalaman.”

Tim Biden hari Selasa (10/11) merilis nama-nama orang yang akan mengkaji tiap-tiap badan pemerintah guna membantu memastikan peralihan kekuasaan yang mulus. (VOA)

Senin, 09 November 2020

Biden Janji Persatukan Bangsa, Tidak Memecah Belah

Biden Janji Persatukan Bangsa
Presiden terpilih Joe Biden, kanan, di atas panggung bersama Wakil Presiden terpilih Kamala Harris, kiri, Sabtu, 7 November 2020, di Wilmington, Delaware. (Foto: AP)

BorneoTribun - Mantan Wakil Presiden AS Joe Biden, yang diproyeksikan sebagai pemenang pemilihan presiden AS, berjanji untuk menjadi "presiden yang tidak memecahbelah, tapi mempersatukan" bangsa. Hal itu disampaikannya dalam pidato kepada bangsa pada Sabtu malam (7/11) dari Wilmington, negara bagian Delaware.

Senada dengan pidato-pidato sebelumnya, Biden mengatakan "waktunya mengesampingkan retorika yang kasar, meredam ketegangan, serta saling bertemu dan saling mendengar satu sama lain lagi."

Biden mendesak para pendukungnya untuk merangkul mereka yang tak memilihnya, dan ia menyadari kekecewaan mereka yang mendukung Presiden Donald Trump.

"Saya sendiri pernah kalah beberapa kali," kata Biden, "sekarang waktunya beri orang lain kesempatan."

Presiden terpilih juga mengumumkan bahwa Senin (9/11) ia akan meluncurkan sebuah satgas Covid-19 yang "dibangun berdasarkan sains" untuk mulai berusaha mengatasi pandemi. Data Universitas Johns Hopkins mengatakan Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 9.8 juta warga AS dan menewaskan lebih dari 237 ribu.

Biden akan dilantik pada 20 Januari 2021, bersama dengan Wakil Presiden terpilih Kamala Harris, yang kini menjabat sebagai senator AS dari California.

Biden diperkenalkan oleh Harris, Sabtu (7/11) malam. Harris adalah puteri dari pasangan imigran. Dia juga merupakan perempuan berkulit hitam dan keturunan India pertama yang menjabat sebagai wakil presiden.

"Ketika demokrasi kita berada dalam surat suara dalam pemilu ini, dengan jiwa raga Amerika dipertaruhkan dan disaksikan dunia, Anda membawa hari baru bagi Amerika," katanya kepada massa yang berkumpul di luar ruangan sambil menjaga jarak.
Calon presiden AS dari Partai Demokrat 2020 Joe Biden dan istrinya Jill, serta calon wakil presiden AS dari Partai Demokrat 2020 Kamala Harris dan suaminya Doug. (Foto: Reuters)

Dia berterima kasih kepada para pemilih di seluruh negara itu karena muncul dalam jumlah terbanyak dan memberikan "pesan nyata: kalian memilih harapan, persatuan, sains dan, ya, kebenaran," katanya. "Kalian memilih Joe Biden sebagai presiden AS mendatang."

Harris mengenakan jas berwarna putih sebagai bentuk penghormatan pada hak-hak perempuan. Dia mengawali pidatonya dengan memberi penghormatan kepada mendiang John Lewis, anggota Kongres dari negara bagian Georgia yang juga seorang pejuang hak-hak sipil. Harris juga memberi penghormatan kepada ibunya, Shyamala Gopalan Harris, dan para perempuan lain yang lahir sebelum dirinya.

"Meskipun saya menjadi perempuan pertama di jabatan ini, saya tidak akan menjadi yang terakhir," katanya. "Setiap anak perempuan yang menonton malam ini, melihat bahwa ini merupakan negara yang penuh peluang."

Biden, seorang Demokrat yang telah menjabat 36 tahun di Senat AS dan delapan tahun sebagai wakil presiden Barack Obama, diproyeksikan sebagai pemenang pilpres Sabtu siang (7/11), setelah sejumlah organisasi berita memastikan dia meraih jumlah suara yang unggul dengan selisih besar di negara bagian Pennsylvania.

Dalam pernyataan, tim kampanye Presiden Donald Trump mengatakan atas nama Trump "pemilihan ini masih jauh dari selesai." Ia juga klaim Joe Biden terburu-buru menyatakan kemenangannya karena tidak ingin kebenaran terungkap.
Presiden AS Donald Trump kembali ke Gedung Putih di Washington, AS, 7 November 2020. (Foto: REUTERS/Carlos Barria)

“Kenyataannya sederhana, pemilu jauh dari selesai. Joe Biden belum disahkan sebagai pemenang di negara bagian manapun, apalagi di negara bagian yang masih harus melakukan penghitungan ulang, atau di negara bagian di mana tim kampanye kami telah mengajukan tuntutan hukum sah yang pada akhirnya akan menentukan pemenang sesungguhnya.”

“Suara yang legal yang menentukan siapa yang jadi presiden, bukan media,” tambahnya.

Ia juga mengatakan mulai Senin (9/11), tim kampanyenya akan memulai proses hukum untuk memastikan hukum pemilu ditegakkan sepenuhnya, dan pemenang yang sah yang menduduki jabatan. (VOA)

Joe Biden Berjanji Satukan Amerika Setelah Raih Kemenangan yang "Meyakinkan"

Joe Biden Berjanji Satukan Amerika
Presiden terpilih AS Joe Biden menyampaikan sambutan di Wilmington, Delaware, pada 7 November 2020, setelah dinyatakan sebagai pemenang dalam pilpres AS. (Foto: AFP)

BorneoTribun - Presiden AS terpilih Joe Biden pada Sabtu (7/11)  malam berjanji untuk mempersatukan bangsa AS dan menyembuhkan perpecahan, setelah apa yang dikatakannya sebagai kemenangan "meyakinkan" atas Presiden Donald Trump.

"Ini waktu penyembuhan di Amerika," kata Biden kepada para pendukungnya dalam sebuah acara di luar ruangan di kota asalnya Wilmington, negara bagian Delaware. Acara dilakukan dengan format drive-in, di mana pengunjung menonton dari mobil mereka masing-masing, guna melakukan pembatasan sosial.

"Saya berjanji akan menjadi presiden yang tidak memecah belah, tapi mempersatukan," kata Biden, memperlihatkan sikap yang sangat kontras dari empat tahun pemerintahan Trump yang mempolarisasi.

Menyinggung kekecewaan para pendukung Trump, Biden mengatakan mengenai mereka: "Mereka bukan musuh kita. Mereka bangsa AS."

"Mari kita akhiri disini era buruk di Amerika," kata Biden.

"Saya mencalonkan diri untuk memulihkan jiwa Amerika, untuk membangun kembali tulang punggung negeri ini, kelas menengah, dan untuk menjadikan Amerika dihormati lagi di seluruh dunia," kata Biden. (VOA)

Kamala Harris Cetak Sejarah Meski Hadapi Hambatan Rasial

Kamala Harris Cetak Sejarah Meski Hadapi Hambatan Rasial
Wakil Presiden AS terpilih, Kamala Harris, saat berpidato di hadapan para pendukung Partai Demokrat setelah media memberitakan kemenangan pasangan capres/cawapres Joe Biden - Harris, di Wilmington, Delaware, Sabtu, 7 November 2020. (Foto: Reuters)

BorneoTribun - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Kamala Kamala, merintis jabatan dari seorang jaksa penuntut California, Jaksa Agung California, Senator AS sampai jabatan tertinggi kedua di AS. Kamala akan menjadi perempuan berkulit hitam dan keturunan India-Jamaika pertama yang menjadi wapres ketika dia dan Presiden terpilih Joe Biden dilantik pada 20 Januari.

Dalam konvensi Partai Demokrat, ia memperkenalkan diri sebagai keturunan imigran India dan Jamaika. Kamala juga berjanji untuk berusaha menjadikan AS lebih inklusif setelah berada di bawah pemerintahan Trump selama empat tahun, yang katanya membuat bangsa ini terpecah-belah.

Kamala pernah mengatakan bahwa ia dan Biden sama-sama memiliki "visi bangsa kita sebagai bangsa yang penuh cinta -- di mana semua diterima, tak peduli penampilan, asalnya, atau siapa yang kita cintai."

Pasangan Biden-Kamala mantap terbentuk, meskipun keduanya pernah berbeda pendapat dalam sejumlah isu, semasa musim pemilihan pendahuluan Partai Demokrat. 

Ketika menerima nominasi partai sebagai wapres setelah mengakhiri pencalonannya sebagai presiden, Kamala meminta rakyat AS untuk bergandengan tangan dan bersama-sama melawan rasisme dan xenofobia.

"Tidak ada vaksin untuk rasisme. Kita harus berusaha," katanya.

Kamala Harris Membidik Torehan Sejarah di Kancah Politik AS

Namun, kampanye pilpres yang dilewatinya cukup keras bagi seorang perempuan minoritas yang berusaha mengukir sejarah politik. Presiden Donald Trump pernah menyebut Kamala sebagai seorang "monster" dalam wawancara pada awal Oktober, sehari setelah Kamala dan Wakil Presiden Mike Pence duel dalam debat yang disiarkan secara nasional.

Kamala menolak menanggapinya dan hanya menyebut komentar presiden "kekanak-kanakan." Namun, hal itu menekankan hambatan rasial dan gender yang harus dilewatinya selama karier politiknya, menurut sekutu-sekutunya dan kelompok-kelompok hak-hak minoritas. Biden merespons, menyebut komentar Trump "tercela" dan "sangat merendahkan kepresidenan." Sejak akhir musim panas, Kamala menghabiskan waktu keliling AS untuk berkampanye untuk Biden. 

Keputusan Biden untuk menggandeng Kamala sebagai wapres merupakan langkah bersejarah. Kamala merupakan perempuan keempat yang dinominasikan oleh sebuah partai nasional besar.

Ia juga merupakan perempuan berkulit hitam pertama dan keturunan Asia pertama. Ketiga perempuan yang pernah memegang nominasi politik nasional sebelumnya adalah dua kandidat wapres dan kandidat presiden partai Demokrat, Hillary Clinton, pada 2016. Ketiganya kalah. Kamala kini akan menjadi pejabat perempuan dengan jabatan tertinggi dalam 244 tahun sejarah AS. (VOA)

Rakyat AS Rayakan Kemenangan Biden

Rakyat AS Rayakan Kemenangan Biden
Seorang perempuan mengacungkan poster dan lainnya merayakan pemberitaan media bahwa calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, memenangi pemilihan presiden AS 2020, di Times Square, New York City, Sabtu, 7 November 2020. (Foto: Reuters)

BorneoTribun - Dari pantai timur ke barat, rakyat Amerika Serikat (AS) bersorak-sorai merayakan kemenangan Joe Biden pada Sabtu (7/11). Mereka turun ke jalan-jalan untuk berdansa, membunyikan klakson dan bernyanyi setelah Biden diproyeksikan terpilih menjadi Presiden AS ke-46.

Setelah menanti penghitungan suara selama empat hari, massa berkumpul di luar Gedung Putih, mengucapkan "selamat tinggal" kepada Trump.

"Saya di sini untuk merayakan," kata Jack Nugent, seorang insinyur piranti lunak ketika ia berjalan kaki ke Black Lives Matter Plaza, sebuah area dekat Gedung Putih yang sejak musim panas menjadi pusat demo-demo terkait ketidakadilan rasial.

Atmosfernya sangat kontras dengan jalan-jalan kosong dan kemuraman yang terlihat empat tahun lalu, ketika Trump terpilih sebagai presiden, mengalahkan Hillary Clinton dari partai Demokrat. Washington D.C. adalah kota yang berhaluan Demokrat dan sebagian besar pemilih di sana, memilih Clinton.

Banyak orang juga berkumpul di luar Trump Tower di New York City, kota asal Trump. Warga juga melakukan perayaan di seluruh penjuru kota Los Angeles.

Di New York City, kota asal Trump, warga bersorak-sorai di Manhattan, termasuk ratusan yang berkumpul di luar Trump Tower.

Di Los Angeles, para pengendara membunyikan klakson dan orang-orang menari-nari di jalan. Warga negara bagian California mengatakan bangga karena senator mereka, Kamala Harris, akan menjadi perempuan pertama yang menjadi wakil presiden, sekaligus orang berkulit hitam pertama.

"Itu sangat penting -- secara pribadi karena saya juga warga minoritas, dan seorang imigran, dan dia adalah keturunan imigran," kata Christian Barron, 38, di West Hollywood.

Trump sedang main golf di negara bagian Virginia ketika berita kemenangan Biden diumumkan. Para pendukung Biden lantas memadati jalan-jalan Washington ketika ia kembali ke Gedung Putih. Trump hingga kini belum mengaku kekalahan. (VOA)

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Joe Biden Menjadi Presiden AS

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Joe Biden Menjadi Presiden AS
Presiden Jokowi ketika bertemu dengan Wakil Presiden AS Joe Biden di kediamannya Washington DC, AS, 27 Oktober 2015. (Foto: Courtesy/Setpres RI)

BorneoTribun | Jakarta - Presiden Joko Widodo mengucapkan selamat atas terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat ke-46 bersama dengan Wakil Presiden Kamala Harris. Dalam unggahan di akun sosial Instagramnya, Jokowi mengatakan kemenangan Biden dan Harris akan merefleksikan harapan tentang sebuah demokrasi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga berharap, akan ada kerja sama yang lebih besar lagi di antara kedua negara dengan kemenangan Biden-Harris ini.


“Saya tidak sabar untuk segera bekerja dengan Anda dalam rangka memperkuat hubungan kerja sama strategis antara Indonesia dan Amerika Serikat,” ujarnya dalam postingan di akun instagramnya, Jakarta, Sabtu (8/11).

Lebih lanjut, Jokowi juga berharap untuk dapat meningkatkan kerja sama ekonomi dengan negeri Paman Sam ini di masa depan.

“Demokrasi dan multilateralisme adalah sebuah keuntungan dari dua orang dan lebih,” tuturnya.

Joe Biden dan Kamala Harris mengalahkan petahana Donald Trump dan Mike Pence dalam pertarungan memperebutkan kunci ke Gedung Putih. Biden menang setelah memperoleh electoral vote lebih dari 270. (VOA)

Obama Sampaikan Ucapan Selamat pada Biden-Harris

Obama Sampaikan Ucapan Selamat pada Biden-Harris
Presiden terpilih dan mantan Wapres Joe Biden bersama mantan Presiden AS Barack Obama saat kampanye di Bloomfield Hills, Michigan, AS, 31 Oktober 2020.

BorneoTribun - Mantan presiden Barack Obama Sabtu siang (7/11) menyampaikan ucapan selama kepada Joe Biden dan Kamala Harris yang terpilih menjadi presiden dan wakil presiden terpilih Amerika.

“Dengan sangat bangga saya menyampaikan ucapan selamat kepada presiden berikutnya, Joe Biden, dan ibu negara berikutnya, Jill Biden,” cuit Obama.
Obama juga menyampaikan rasa bangga yang sama kepada Kamala Harris yang menjadi wakil presiden baru Amerika.


“Dalam pemilihan presiden kali ini, dalam kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya, warga Amerika memberikan suara dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan setelah setiap suara dihitung, Presiden Terpilih Joe Biden dan Wakil Presiden Terpilih Kamala Harris meraih kemenangan yang bersejarah dan menentukan,” tegas Obama.

Lebih jauh Obama mengatakan betapa Amerika sangat beruntung memiliki Joe Biden sebagai presiden, karena “begitu ia menginjakkan kaki di Gedung Putih Januari nanti, ia akan menghadapi serangkaian tantangan sangat luar biasa yang belum pernah seorang presiden baru alami, mulai dari pandemi, ketidaksetaraan ekonomi dan ketidakadilan, demokrasi yang berada dalam ancaman dan kondisi iklim yang berbahaya.” Namun Obama menggarisbawahi bahwa “Joe Biden akan bekerja demi semua kepentingan terbaik warga Amerika, baik yang telah memilihnya atau tidak memilihnya. Jadi saya mendorong semua warga Amerika untuk memberinya kesempatan dan dukungan.”

Obama mengakui bahwa hasil pemilihan presiden di semua tingkat menunjukkan bahwa negara ini masih terpecah tajam, dan bukan hanya Joe Biden-Kamala Harris, tetapi kita semua, ujar Obama, “yang harus berupaya memulihkan kondisi itu di luar zona nyaman, untuk mendengar satu sama lain, menurunkan suhu dan menemukan landasan yang sama untuk maju dan mengingatkan kita semua bahwa kita merupakan satu bangsa, di bawah Tuhan.”

Obama menegaskan bahwa ia dan mantan ibu negara, Michelle Obama, akan memberi dukungan sekuat yang mereka mampu. (VOA)

Minggu, 08 November 2020

Joe Biden, Capres yang Diproyeksikan Menang Pilpres AS 2020 dari Partai Demokrat

Joe Biden.
Joe Biden.

BorneoTribun - Joe Biden diproyeksikan sebagai capres yang memenangkan pemilihan presiden AS 2020 dari Partai Demokrat, Sabtu pagi (7/11), setelah meraih tambahan 20 suara elektoral dari Pennsylvania, menjadikannya meraih 273 kursi elektoral.

Lima negara bagian lain masih terus melangsungkan penghitungan suara, termasuk negara bagian Georgia yang melakukan penghitungan ulang sejak Jumat (6/11).

Beberapa menit setelah menerima kabar proyeksi kemenangannya, Joe Biden mencuit di Twitter, 

“Amerika, saya merasa terhormat telah terpilih untuk memimpin negara kita yang hebat ini. Pekerjaan ke depan akan sulit, tetapi saya berjanji akan menjadi presiden untuk seluruh warga Amerika, baik yang memilih saya atau tidak. Saya akan menjaga keyakinan yang telah diberikan pada saya.”
Tak lama kemudian ia mengeluarkan pernyataan tertulis yang kurang lebih sama. “Saya merasa terhormat dan rendah hati atas kepercayaan yang diberikan rakyat Amerika kepada saya dan Wakil Presiden Kamala Harris.”

Ia juga menegaskan bahwa besarnya jumlah partisipasi politik dalam pemilihan presiden ini “membuktikan sekali lagi bahwa demokrat berdenyut kencang di Amerika.”

Biden telah berada di dalam lingkaran politik Amerika selama hampir setengah abad dan diproyeksikan akan memenangkan pemilihan presiden. Ketika ia dilantik pada 20 Januari nanti, ia akan menjadi pemimpin tertua dalam sejarah Amerika.

Biden, yang telah menjabat di Senat Amerika selama 36 tahun dan delapan tahun sebagai pendamping mantan presiden Barack Obama, diproyeksikan oleh sejumlah kantor berita mengalahkan petahana Presiden Donald Trump dari Partai Republik, dalam sebuah kampanye yang sengit, beberapa hari setelah pemilihan presiden 3 November. Hasil penghitungan suara di seluruh negara bagian masih harus disertifikasi secara resmi dan masih akan menghadapi beberapa gugatan hukum, tetapi diperkirakan tidak akan mengubah proyeksi kemenangan ini. (VOA)

Keikutsertaan Pemilih Muda Meningkat dalam Pilpres AS 2020

pengendara untuk memberikan suara pada sore hari
Seorang siswa memajang spanduk yang mendorong pengendara untuk memberikan suara pada sore hari pemilihan presiden di South Tucson, Arizona, AS, 3 November 2020. (Foto: REUTERS/Cheney Orr)

BorneoTribun | Internasional - Para pemilih milenial dan Generasi Z ikut ambil bagian dalam jumlah rekor untuk pemilihan presiden 3 November, kata para ahli, melanjutkan tren peningkatan partisipasi mereka sejak pemilihan paruh waktu pada 2018.

“Banyak mahasiswa yang kembali ke kampung halaman mereka. Jadi, mereka lebih cenderung dapat memilih dengan mudah,” kata Josh Kutner, seorang mahasiswa tahun ke-empat di Universitas George Washington dan ketua Mahasiswa Republik di perguruan tinggi itu.

“Kampanye menjelang pemilu benar-benar mengharapkan kaum muda menjadi pemimpin dan membantu memperjuangkan nilai-nilai dan visi mereka untuk komunitas masing-masing. Jadi,menurut saya itu adalah peran yang cukup besar dalam melibatkan pemilih muda di seluruh negeri tahun ini.”

Direktur Pusat Informasi dan Penelitian tentang Civic Learning and Engagement (CIRCLE) Abby Kiesa mengatakan di antara hampir 240 juta pemilih yang memenuhi syarat di Amerika Serikat saat ini, sekitar 20 persen adalah usia 18 hingga 29 tahun yang dapat memberikan suara dalam pemilihan pada Selasa (3/11). CIRCLE adalah suatu kelompok pembelajaran dan keterlibatan warga negara di Universitas Tufts di Medford, Massachusetts.
Meningkat dalam Pilpres AS 2020
Mahasiswa berkumpul di luar tempat pemungutan suara selama pemilihan di Durham, Durham County, North Carolina, AS, 3 November 2020. (Foto: REUTERS/Jonathan Drake)

Dalam pemilihan kali ini, lebih dari tujuh juta anak muda telah memberikan suara lebih awal menurut hitungan terakhir, menurut CIRCLE. Jumlah pemilih muda di Florida, North Carolina, Minnesota, Pennsylvania dan Michigan telah melewati “margin kemenangan 2016 di setiap negara bagian,” kata situs web data-centric CIRCLE.

Pemilih muda termasuk milenial yang lahir antara 1985 dan 1995, dan Gen Z yang lahir pada 1996 dan setelahnya.

Di antara Gen Z (berusia 18 hingga 23 tahun), 61 persen mengatakan mereka memilih untuk Partai Demokrat. Di antara kelompok usia yang sama, 22 persen mengatakan mereka memilih Partai Republik, menurut laporan Mei 2020 dari Pew Research Center yang berbasis di Washington, D.C.

Pemungutan suara milenial hampir dua kali lipat antara 2014 dan 2018 menjadi 42 persen, menurut Richard Fry, pakar demografi di Pew Research Center.

Menggabungkan Gen Z dan Gen X, blok itu memberikan lebih banyak suara daripada Generasi Baby Boom dan generasi yang lebih tua pada pemilihan paruh waktu 2018 dan dalam pemilihan presiden 2016, menurut Pew Research Center. Populasi Gen X lahir antara 1965 dan 1980 dan sekarang berusia antara 40 dan 55 tahun. Generasi Baby Boom lahir antara tahun 1946 dan 1964.

“Kehadiran pemilih muda sangat penting dalam pemilu kali ini karena mereka adalah gelombang baru pemilih yang loyalitasnya diperebutkan oleh Partai Demokrat maupun PartaiRepublik,” tulis Samuel Kaufman, seorang siswa sekolah menengah di Texas, dalam email. Kaufman juga mencatat bahwa dia telah memberikan suara lebih awal.

“Pemilih generasi baru juga lebih toleran dan menerima hak-hak sipil, lebih dari generasi sebelumnya,” ujarnya. “Itu bisa mengantarkan era baru perubahan dramatis dengan suara mereka dalam pemilihan,” tambah Kaufman.

“Salah satu hal yang kami lihat pada tahun 2020 adalah bahwa kaum muda percaya pada kekuatan mereka sendiri,” kata Abby Kiesa dari Universitas Tufts.

“Kami juga melihat bahwa pandemi telah membantu banyak anak muda, hampir 45 persen, mengatakan bahwa keputusan yang dibuat oleh pejabat terpilih berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka, dan itu adalah pelajaran yang telah mereka ambil selama beberapa bulan terakhir sementara kami mengalami keadaan demikian,” tambah Kiesa.
Pilpres AS 2020
Seorang petugas pemilu menangani surat suara saat penghitungan suara di State Farm Arena pada Kamis, 5 November 2020, di Atlanta. (Foto: AP/Brynn Anderson)

Media sosial telah menjadi kunci untuk membangkitkan pemilih muda, kata Ben Kelley, seorang pemilih muda dari Illinois. Presiden Donald Trump “benar-benar presiden pertama yang terus-menerus terlibat dengan media sosial dan menggunakannya untuk mengomunikasikan pemikiran dan proposal kebijakannya,”  kata Kelley, dan “di situlah para pemilih muda berada.”

Menurut Twitter, Trump memiliki 87,4 juta pengikut dan telah mencuit lebih dari 58.100 kali. Mantan Presiden Barack Obama memiliki 124,6 juta pengikut dan telah mecuit lebih dari 16 ribu kali.

Jordan Harzynski, mahasiswa baru di Universitas George Mason di Virginia, mengelola akun Instagram “youngvoters4joe” yang memiliki lebih dari 1.100 pengikut dan mempromosikan partisipasi pemilih muda untuk memilih jago Partai Demokrat dan mantan Wakil Presiden Joe Biden.

“Kami tidak bisa terus mencuit dan memposting di Instagram; kami harus melakukan pekerjaan yang sebenarnya,” kata Harzynski. “Saya telah melihat bahwa itu adalah masalah dengan kelompok saya. Orang suka menonton debat tetapi mereka tidak suka menelepon warga untuk diajak memilih. Kami harus melakukan panggilan telepon. Kami harus bekerja keras untuk memenangkan pemilihan ini,” tambah Harzynski. (VOA)

Klaim Penipuan Pemilih yang Tidak Berdasar dari Trump Telah Menuai Kritik

Klaim Penipuan Pemilih yang Tidak Berdasar dari Trump Telah Menuai Kritik
Senator Pat Toomey dari Partai Republik mengecam klaim Presiden Trump soal kecurangan pemilih (foto: dok).

BorneoTribun | Internasional - Di ambang kehabisan suara elektoral, Presiden Donald Trump tingkatkan klaim tidak berdasar yang sudah sepanjang bertahun- tahun yang menjadi- jadi dalam pemilihan presiden minggu ini.

" Ini merupakan permasalahan di mana mereka berupaya mencuri pemilihan umum," kata Trump di Gedung Putih pada Kamis( 5/ 11) malam kala penghitungan suara mulai mengikis keunggulannya di negara- negara bagian besar yang diperebutkan.

" Mereka berupaya mencurangi pemilihan umum, serta kami tidak dapat membiarkan itu terjadi."

Tuduhan tak berdasar bahwa pemilihan antara Trump dan mantan Wakil Presiden Demokrat Joe Biden korup dan bahwa banyak surat suara "dicuri" telah mendapat kecaman luas dari Demokrat dan sejumlah politisi Republik.

"Pidato presiden tadi malam mengganggu karena dia membuat tuduhan yang sangat, sangat serius tanpa bukti yang mendukungnya," kata Senator Republik Pat Toomey dari Pennsylvania dalam program CBS Pagi Ini.

Senator Mitt Romney dari Utah, calon presiden dari Partai Republik tahun 2012 dan seorang kritikus vokal Trump, mengatakan presiden memiliki hak untuk menuntut penghitungan ulang dan penyelidikan jika ada bukti pendukung, tetapi Trump "salah untuk menyatakan pemilu itu curang, korup, dan dicuri. . "

Namun, sejumlah pendukung setia Trump berusaha melindungi presiden yang diserang dengan menggemakan pernyataannya tentang kecurangan pemungutan suara karena hasil penghitungan awal menunjukkan Trump tertinggal di belakang Biden untuk Pennsylvania dan Georgia.

“Presiden Trump memenangkan pemilihan ini jadi semua orang yang mendengarkan, tidak tinggal diam. Jangan hanya duduk di sana, ”kata Pemimpin Minoritas DPR Kevin McCarthy dari California di Fox News.

Brennan Center for Justice mendefinisikan penipuan pemilih ketika seseorang memberikan suara dalam pemilihan meskipun mengetahui bahwa mereka tidak berhak untuk memilih.

Penipuan pemilih dapat terjadi dalam berbagai bentuk. The Heritage Foundation menemukan sembilan jenis penipuan dalam pemilihan. Jenis pengumpulan informasi dan daftar pemilih yang paling umum adalah mereka yang tidak memenuhi syarat untuk memilih, seperti warga negara non-AS dan tahanan.

Jenis penipuan pemilih umum lainnya termasuk penipuan surat suara yang tidak memberikan suara pada hari pemilihan atau mendapatkan surat suara dan mengisinya tanpa sepengetahuan pemilih yang sebenarnya. (VOA)

Sabtu, 07 November 2020

Penghitungan Suara dalam Pemilihan Presiden AS Belum Selesai

Penghitungan Suara dalam Pemilihan Presiden AS Belum Selesai
Hasil perhitungan sementara, mantan Wapres Joe Biden masih unggul dengan 253 suara elektoral sedangkan petahana Presiden Donald Trump dengan 214 suara elektoral.

BorneoTribun - Hasil pemilihan presiden Amerika tetap belum menentu pada Kamis, dengan penantang dari Partai Demokrat Joe Biden mendekati kebanyakan Electoral College( suara perwakilan) serta Presiden Donald Trump menuntut penghitungan suara dihentikan sedangkan Partai Republik mengajukan gugatan hukum atas tuduhan penyimpangan tabulasi surat suara.

Biden memimpin dalam perolehan suara elektoral 253- 214, serta kebanyakan 270 diperlukan buat mengklaim kursi kepresidenan buat masa jabatan 4 tahun. Namun penghitungan suara masih berlangsung di 4 negara bagian yang hendak memastikan hasil pemilihan– Georgia serta Pennsylvania di bagian timur Amerika serta negara bagian barat Arizona serta Nevada yang berbatasan.

Trump unggul di Georgia serta Pennsylvania dan Biden memimpin di 2 negara bagian yang lain, dengan keunggulan yang masih dapat berganti.

Dalam sistem Electoral College di Amerika, pemenang suara paling banyak di tiap negara bagian– dengan 2 pengecualian, ialah Maine serta Nebraska– menerima seluruh suara elektoral negara bagian bersangkutan, yang dialokasikan bersumber pada jumlah populasi.

Bila Biden bisa mempertahankan keunggulan di Arizona, dengan 11 suara elektoralnya, serta Nevada dengan 6, ia hendak meraih 270 kebanyakan suara elektoral serta bakal jadi presiden ke- 46 Amerika pada pelantikannya bulan Januari, tanpa terpengaruh oleh siapa juga pemenang hasil pemilihan di negara bagian Georgia serta Pennsylvania.

Namun hasil penghitungan suara sangat ketat di keempat negara bagian. Di Georgia, dengan 16 suara elektoral yang dipertaruhkan, Trump unggul 15. 000 suara sedangkan lebih dari 50. 000 surat suara masih wajib dihitung.

Di Pennsylvania, Trump memimpin dengan 116. 000 suara, namun jumlah surat suara yang lebih besar masih wajib dihitung. 2 puluh suara elektoral dipertaruhkan di negara bagian itu.

Biden saat ini memimpin dengan 12. 000 suara di Nevada, yang mempunyai 6 suara elektoral, serta 68. 000 di Arizona, yang mempunyai 11 suara elektoral. Masih banyak lagi suara yang hendak dihitung di kedua negara bagian itu.

Trump masih mempunyai peluang mengarah kemenangan bila ia dapat merebut kembali negara- negara bagian di mana Biden memimpin serta pula menang di Georgia serta Pennsylvania. Presiden Trump pula memimpin di 2 negara bagian lain yang belum ditentukan hasilnya– Alaska serta North Carolina- Biden memimpin hasil pemilihan secara nasional dengan 71, 8 juta lawan 68, 1 juta, namun Electoral College- lah yang hendak memastikan pemenang sesudah kampanye yang kontroversial sepanjang berbulan- bulan. (VOA)

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pilkada 2024

Lifestyle

Tekno