Minggu, 29 Juni 2025
Review Film F1 The Movie 2025, Visual Balapan Keren Tapi Cerita Bikin Ngakak
![]() |
Review Film F1 The Movie 2025, Visual Balapan Keren Tapi Cerita Bikin Ngakak. |
JAKARTA - Setelah penantian lebih dari dua tahun, akhirnya film yang ditunggu-tunggu para penggemar balap dan movie geek, F1 The Movie, tayang juga di bioskop.
Tapi nih, apakah film ini sesuai ekspektasi? Atau malah kayak mobil F1 mogok di tikungan terakhir? Yuk kita bongkar semua bagian dari film ini dengan gaya santai tapi tetap tajam!
Cerita Singkat Tentang Film F1 The Movie
Film ini dibintangi oleh Brad Pitt sebagai Sonny Hayes, seorang mantan pembalap yang dulunya sempat jadi bintang tapi kariernya hancur gara-gara kecelakaan berat waktu balapan bareng tim Lotus tahun 1993.
Sejak itu, dia hidup nomaden di camper van dan pindah-pindah ajang balap: mulai dari NASCAR, off-road, endurance, sampai... jadi supir taksi dan pemain poker. Gila, hidupnya kayak sinetron kejar tayang!
Sampai akhirnya, si kawan lama Ruben Cervantes (diperankan oleh Javier Bardem) ngajak dia balik ke ajang F1 buat bantu tim baru mereka, APXGP, yang udah lama nggak nyetak poin satu pun. Misi mereka? Menyelamatkan tim dari ancaman dibubarkan.
Aksi Balapan yang Bikin Merinding
Oke, kita mulai dari yang paling oke dulu. Harus diakui, bagian racing scenes di film ini tuh spektakuler banget. Kamera ambil sudut-sudut yang nggak biasa, dan semuanya kelihatan realistis banget.
Kerennya lagi, Lewis Hamilton ikut andil sebagai penasihat teknis buat adegan balapan jadi bisa dipastikan hasilnya bener-bener otentik, bukan asal tempel CGI murahan.
Lo bakal ngerasa kayak lagi duduk di cockpit F1 asli, ngebut di sirkuit legendaris. Intinya: visual = 10/10.
Tapi... Ceritanya? Ya Tuhan, Klise Banget!
Sayangnya, bagian cerita tuh bener-bener bikin geleng-geleng kepala. Karakter Sonny Hayes digambarkan sebagai tipikal "pahlawan jatuh" yang suka ngelawan aturan.
Dia kayak gabungan dari semua karakter film olahraga yang pernah ada: keras kepala, jago tapi bandel, dan somehow bisa kembali ke puncak meskipun udah puluhan tahun pensiun.
Dan jangan harap dapet konflik atau plot yang dalam. Villain di film ini cuma digambarkan sebagai pembalap yang doyan nyenggol orang literally.
Nggak ada motivasi mendalam, nggak ada pengembangan karakter yang bikin penonton simpati atau kesel. Pokoknya datar kayak sirkuit Monza!
Adegan yang Absurd dan Dialog yang Terlalu "Naskah"
![]() |
Review Film F1 The Movie 2025, Visual Balapan Keren Tapi Cerita Bikin Ngakak. |
Ada beberapa adegan balapan yang bikin fans F1 angkat alis. Sonny Hayes ngelakuin hal-hal di lintasan yang mustahil banget buat dibiarin steward F1.
Mau spoiler? Hmm... mending nonton sendiri deh. Tapi intinya, kelakuan dia lebih cocok buat ajang demolition derby daripada F1.
Dan ya, dialognya... duh. Banyak yang terdengar seperti hasil copas dari film Michael Bay, alias terlalu dramatis dan nggak natural. Padahal penulis naskahnya Ehren Kruger sempat bikin Top Gun: Maverick, lho. Tapi mungkin dia lagi capek pas nulis ini.
Jadi, Worth It Nonton Nggak?
Kalau kamu:
-
Pecinta F1 sejati? Siap-siap kecewa sama ceritanya.
-
Cuma mau liat balapan keren di layar gede? Wajib nonton.
-
Suka film dengan karakter kuat dan cerita solid? Mungkin ini bukan buat kamu.
Film ini tuh ibarat mobil supercar dengan body kinclong tapi mesin dalamnya masih karatan. Keren di luar, tapi banyak bolong di dalam.
Review Jujur F1 The Movie
Kelebihan:
-
Visual balapan super realistis dan seru
-
Performa aktor A-list cukup solid
-
Musik latar dan sinematografi top banget
Kekurangan:
-
Cerita klise dan karakter kurang berkembang
-
Banyak adegan balapan yang tidak masuk akal
-
Dialog terlalu skrip banget, nggak natural
Rating: 6.5/10
Masih layak tonton buat seru-seruan, tapi jangan berharap dapat pengalaman seperti Rush atau Ford v Ferrari. Ini lebih ke arah Fast & Furious: Pit Stop Edition.
Budapest Pride Dilarang Orbán, Tapi Rakyatnya Ngamuk: "Gue Nggak Akan Nurut Lu!"
![]() |
Budapest Pride Dilarang Orbán, Tapi Rakyatnya Ngamuk: "Gue Nggak Akan Nurut Lu!" |
Kata siapa cinta nggak bisa jadi aksi perlawanan? Di Budapest, Hungaria, ribuan warga tumpah ruah ke jalanan buat nunjukin satu hal: mereka nggak bakal tinggal diam saat hak-hak mereka dirampas.
Semua ini gegara Perdana Menteri Viktor Orbán secara resmi melarang gelaran Budapest Pride.
Tapi reaksi warganya? "F*ck you, I won't do what you tell me!" Suara yang membahana kayak konser rock di tengah ibukota.
Dan tahu nggak? Massa terus mengalir selama satu setengah jam penuh, padahal acaranya udah resmi dilarang. Bukan cuma protes biasa, tapi bentuk perlawanan yang ngena banget. Salah satu warga bilang, “Hari itu nggak bakal gue lupain seumur hidup.”
Orbán: Anti-LGBT atau Cuma Main Politik?
Orban emang terkenal dengan sikap anti-LGBT dan gaya kepemimpinan konservatifnya. Tapi menurut netizen, banyak yang percaya kalau sikap ini cuma strategi politik. Komentar dari akun Wide-Annual-4858 bilang:
"Orbán nggak punya prinsip. Dia nggak beneran peduli soal LGBT, liberalisme, NGO, atau bahkan Soros. Semua itu cuma alat buat jaga kekuasaan."
Yup, bukan soal ideologi, tapi soal cara mempertahankan posisi di kursi empuk pemerintahan. Ngerti banget gimana cara mainin opini publik. Kayak ngejual isu biar rating-nya naik terus.
Rakyat Balik Serang dengan Kreativitas
Di media sosial, banyak yang nyindir Orbán dengan gaya sarkas penuh kreativitas. SwingJugend misalnya, nyeletuk:
"Gue harap pemimpin-pemimpin negara lain ngirim surat selamat ke Orbán karena udah 'sukses' nyelenggarain pride parade sebesar itu. Pasti dia lagi gigit jari sekarang."
Sentilan ini bukan cuma lucu, tapi nyakitin juga—karena kenyataannya, walau dilarang, Budapest Pride justru makin besar, makin semangat, dan makin terlihat. Dilarang? Dibalas rame-rame.
Privilege dan Perjuangan yang Nggak Merata
Obrolan makin menarik ketika masuk ke topik soal privilege. Akun orbital_narwhal bilang bahwa mereka yang tajir bisa aja ngelindungin diri dari diskriminasi.
Misalnya kaya raya kayak Peter Thiel, walaupun gay, tetap bisa kuat karena punya uang buat bayar bodyguard, pengacara, sampe detektif pribadi.
“Kalau ada fanatik agama yang ngancam, tinggal bangun pagar lebih tinggi atau sewa orang buat ngusut. Polisi sih biasanya males nanggepin.”
Di sini kelihatan banget kalau perjuangan LGBTQ+ juga soal kelas sosial. Nggak semua orang punya privilege buat lawan balik tekanan.
Kasus Serupa: Slovakia Juga Gitu
Ternyata, bukan cuma di Hungaria. Akun Low-Cauliflower-7061 cerita kalau di Slovakia juga mirip. Presidennya gay, tapi tetap dipilih sama kaum konservatif. Lucunya, semua orang tahu soal orientasinya, tapi masih menang juga.
Artinya? Masyarakat itu kompleks. Kadang mereka milih pemimpin bukan karena nilai atau prinsip, tapi karena persona, janji politik, atau sekadar “yang penting bukan lawannya.”
Cinta, Perlawanan, dan Politik
Budapest Pride yang dilarang Orbán justru jadi titik balik: rakyatnya makin berani, makin kenceng bersuara. Mereka bilang: "Kami nggak bisa dilarang untuk cinta. Kami nggak akan diam.”
Dan kamu tahu apa yang lebih powerful dari parade yang dibubarkan? Parade yang terus jalan walau dilarang. Karena cinta nggak bisa dibungkam, apalagi kalau rakyat udah muak dijajah opini politik.