Berita Borneotribun.com: Afghanistan Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Afghanistan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Afghanistan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 Juni 2021

10 Anggota Penjinak Ranjau Tewas Akibat Serangan di Afghanistan

10 Anggota Penjinak Ranjau Tewas Akibat Serangan di Afghanistan
10 Anggota Penjinak Ranjau Tewas Akibat Serangan di Afghanistan.

BorneoTribun Internasional -- Sekelompok orang bersenjata menewaskan 10 orang dan melukai 14 lainnya dalam serangan terhadap organisasi penjinak ranjau HALO Trust di Afghanistan, kata seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Rabu (9/6).

Tariq Arian, juru bicara kementerian itu, menuding Taliban bertanggung jawab atas serangan Selasa malam terhadap kamp organisasi itu di distrik Baghlan Markazi di Provinsi Baghlan, Afghanistan Utara.

Taliban segera membantah hubungan apa pun dengan serangan tersebut, sebagai tanggapan atas pertanyaan Associated Press.

PBB telah memperingatkan bahwa penggunaan bom rakitan di negara itu meningkat, seiring meningkatnya konflik di kawasan perkotaan dan menjamurnya kelompok-kelompok bersenjata.

Afghanistan adalah satu dari beberapa negara di mana sebagian besar wilayahnya dipenuhi dengan bom dan ranjau darat. Banyak yang ditanam oleh para pemberontak untuk menarget konvoi-konvoi militer pemerintah. Tapi warga sipil sering menjadi korban.

PBB telah berulang kali menuntut pasukan pemerintah dan Taliban mengambil lebih banyak tindakan pencegahan untuk melindungi warga sipil. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, misi PBB di Afghanistan mengatakan bahwa 1.783 warga sipil tewas atau terluka di Afghanistan, meningkat 29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

HALO Trust adalah satu dari beberapa organisasi penjinak ranjau di Afghanistan yang membersihkan ranjau-ranjau yang belum meledak.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Afghanistan dalam sebuah pernyataan menyebutkan bahwa sebuah helikopter MI-17 telah jatuh karena masalah teknis. Kecelakaan di wilayah timur provinsi Maidan Wardak itu menewaskan tiga awak dan melukai seorang lainnya. [ab/uh]

Oleh: VOA

Senin, 07 Juni 2021

AS Janjikan $3,3 Miliar Pendanaan untuk Pasukan Afghanistan

AS Janjikan $3,3 Miliar Pendanaan untuk Pasukan Afghanistan
Utusan AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad

BorneoTribun Internasional -- Utusan perdamaian AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad bersama sebuah delegasi tingkat tinggi, Minggu (6/6) bertemu dengan para pemimpin di Kabul untuk membahas kerjasama bilateral setelah AS dan pasukan koalisi meninggalkan negara itu paling lambat 11 September mendatang.

Pembicaraan itu terjadi ketika Taliban menggencarkan serangan terhadap pasukan pemerintah, merebut sembilan distrik Afghanistan, termasuk enam dalam seminggu terakhir, sejak penarikan militer asing dimulai sebulan lalu. Ratusan kombatan di kedua pihak termasuk warga sipil Afghanistan juga tewas.

Seorang juru bicara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Minggu 6/6) menyatakan pembicaraan dengan tim Khalilzad berfokus pada tiga sektor, termasuk pertahanan, ekonomi dan bantuan kemanusiaan.

Mohammad Amiri menyampaikan utusan AS menyatakan kepada Ghani bahwa Washington setiap tahun akan menyediakankan bantuan $3,3 miliar kepada Kabul selama dua tahun ke depan untuk mendukung pasukan keamanan Afghanistan memerangi Taliban.

Amiri mencatat lebih banyak fasilitas dan peralatan AS termasuk pesawat untuk memperkuat Angkatan Udara Afghanistan, akan menjadi salah satu topik utama pembicaraan bilateral dalam beberapa hari mendatang.

Belum ada tanggapan dari kedutaan AS di Kabul mengenai pembicaraan Khalilzad dengan para pejabat Afghanistan.

Pemerintah Afghanistan sudah lama mengandalkan dukungan udara AS dalam memerangi Taliban. Para pejabat Afghanistan menepis kekhawatiran bahwa pasukannya kemungkinan tidak dapat menghadapi pemberontak tanpa dukungan militer asing.

Khalilzad dan delegasinya juga mengadakan pertemuan dengan Abdullah Abdullah, yang mengawasi proses perdamaian Kabul dengan para pemberontak.

Kedua pihak telah membahas proses perdamaian Afghanistan dan “babak baru korporasi” antar kedua negara, Abdullah yang mengepalai Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional, menyatakan dalam cuitan di Twitter. [mg/lt]

Oleh: VOA

Jumat, 04 Juni 2021

Laporan PBB Peringatkan akan Terjadinya Permainan Kekuatan Taliban

Laporan PBB Peringatkan akan Terjadinya Permainan Kekuatan Taliban
Pasukan keamanan Afghanistan mengambil posisi dalam baku tembak antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan di Provinsi Laghman, Afghanistan, 1 Maret 2017.

BorneoTribun Internasional -- Taliban tampaknya siap untuk mengambil alih paksa apa yang tidak mereka dapatkan melalui negosiasi setelah pasukan Amerika Serikat (AS) dan koalisi menyelesaikan penarikan pasukan dari Afghanistan. Hal itu diungkapkan dalam penilaian baru berdasarkan intelijen dari negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Laporan yang dikeluarkan pada Kamis (3/6) oleh tim pemantau sanksi PBB untuk Afghanistan, memperingatkan bahwa walaupun Taliban secara teknis masih mematuhi ketentuan perjanjian tahun lalu dengan AS, mereka telah memperketat cengkeraman pada kekuasaan, melakukan kontrol langsung atas lebih dari setengah dari pusat administrasi distrik di negara itu sambil memperebutkan atau mengendalikan hingga 70 persen wilayah di luar daerah perkotaan.

Badan intelijen negara-negara anggota PBB memperingatkan ini mungkin baru permulaan.

“Retorika Taliban dan laporan persiapan aktif Taliban untuk musim pertempuran musim semi menunjukkan kelompok itu kemungkinan akan meningkatkan operasi militer untuk 2021, terlepas dari apakah serangan musim semi diumumkan atau tidak,” kata laporan PBB.

Intelijen menunjukkan komandan Taliban juga telah mengumpulkan pasukan di sekitar kota-kota utama, siap untuk menyerang, sebagai bagian dari strategi untuk “membentuk operasi militer kelak ketika tingkat pasukan asing yang meninggalkan negara itu tidak lagi dapat merespons secara efektif.”

Laporan PBB lebih lanjut memperingatkan bahwa tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa Taliban telah berbuat banyak untuk memutuskan hubungan dengan kelompok teror al-Qaida, seperti yang dipersyaratkan oleh perjanjian dengan AS. [lt/em]

Oleh: VOA

Rabu, 19 Mei 2021

Pentagon: 13% Pasukan AS Sudah Ditarik dari Afghanistan

Pentagon: 13% Pasukan AS Sudah Ditarik dari Afghanistan
Tentara AS meninggalkan pangkalan militer AS di Bagram, utara Kabul, Afghanistan, 14 Juli 2011. (Foto: dok).

BorneoTribun Amerika -- Penarikan pasukan AS dari Afghanistan sudah mencapai antara 13 dan 20 persen, demikian dinyatakan oleh CentCom atau Komando Sentral Pentagon hari Selasa (18/5), sementara pihak militer AS berusaha memenuhi tenggat waktu penarikan September 2021.

Sejak Presiden Joe Biden memerintahkan penarikan itu pada April lalu, CentCom menyampaikan telah memindahkan peralatan militer yang setara dengan muatan 115 pesawat kargo C-17 terisi penuh dari negara itu dan juga menyerahkan lebih dari 5.000 peralatan militer kepada sebuah badan dari Pentagon untuk dimusnahkan.

CentCom juga menyerahkan lebih dari lima fasilitas militer kepada Kementerian Pertahanan Afghanistan, termasuk Lapangan Udara Kandahar di Afghanistan selatan, yang pernah menjadi pangkalan militer terbesar kedua di negara itu untuk pasukan AS.

Militer AS menolak untuk secara akurat mengungkapkan laju dan tanggal akhir penarikan itu guna “mempertahankan keamanan operasional” yang sedang berlangsung.

Departemen Pertahanan AS harus menarik 2.500 anggota dinas yang tersisa bersama 16.000 kontraktor sipil lainnya dari zona perang pada 11 September mendatang. Tanggal itu merupakan peringatan ke-20 serangan Al-Qaeda terhadap Amerika Serikat yang memicu invasi pimpinan AS ke negara Asia Selatan tersebut.

Pentagon mengirimkan beberapa pesawat pembom tambahan dan aset lainnya ke wilayah itu guna memastikan pasukan AS dan mitranya NATO tetap aman selama penarikan pasukan.

Penarikan itu tidak menghentikan serangan pemberontak Taliban terhadap pemerintah Afghanistan, sasaran militer dan sipilnya.

Akan tetapi pejabat AS menyatakan serangan itu tidak menghalangi penarikan pasukan. [mg/jm]

Oleh: VOA

Minggu, 16 Mei 2021

12 Tewas dalam Ledakan di Masjid Kabul

12 Tewas dalam Ledakan di Masjid Kabul
Sejumlah jurnalis memotret dan mengambil gambar di dalam sebuah masjid setelah ledakan di distrik Shakar Dara, di Kabul, Afghanistan, 14 Mei 2021. (Foto: Rahmat Gul/AP)

BorneoTribun Internasional -- Sebuah ledakan terjadi pada Jumat (14/5) di dalam sebuah masjid di pinggiran Ibu Kota Afghanistan, Kabul, menewaskan sedikitnya 12 orang. Insiden itu terjadi saat salat Jumat ketika para jemaah berkumpul dalam rangka liburan Idulfitri selama gencatan senjata.

Reuters melaporkan kelompok pemberontak Taliban, yang menyatakan gencatan senjata tiga hari selama lebaran, mengecam serangan itu dalam pernyataan.

ISIS pada Sabtu (15/5) mengklaim tanggung jawab atas serangan tersebut lewat kantor berita miliknya, Nasheer, di Telegram.

Ferdous Faramarz, juru bicara kepolisian Kabul, mengatakan imam masjid itu termasuk 12 orang yang tewas. Sedikitnya 15 orang terluka dalam ledakan di distrik Shakar Dara itu.

Ledakan itu terjadi kurang dari seminggu setelah sebuah ledakan di sebuah sekolah menewaskan sekitar 80 orang, kebanyakan siswi dari etnis Hazara. Taliban juga mengecam serangan itu dan tidak mengklaim tanggung jawab.

Beberapa kelompok militan, seperti ISIS, tidak menyatakan gencatan senjata selama Idulfitri.

Kekerasan, termasuk serangan terhadap warga sipil, telah meningkat di Afghanistan, meskipun Amaerika Serikat (AS) telah memulai operasi untuk menarik mundur semua pasukan yang tersisa dalam empat bulan ke depan. [vm/ft]

Oleh: VOA

Senin, 03 Mei 2021

Pemerintah Afghanistan Selidiki Ledakan Tanki BBM di Kabul

Pemerintah Afghanistan Selidiki Ledakan Tanki BBM di Kabul
Warga Afghanistan berada di dekat puing-puing ledakan tanki BBM di pinggiran Kabul, Minggu (2/5).

BorneoTribun Afghanistan -- Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan sedikitnya tujuh orang tewas dan 14 lainnya luka-luka ketika kebakaran meluluhlantakkan puluhan mobil tanki bahan bakar di tepi utara ibu kota Afghanistan hari Minggu (2/5).

Juru bicara kementerian itu mengatakan tim penyelidik masih menyisir puing-puing mobil-mobil tanki dan sebuah pom bensin yang terbakar dan apinya menerangi daerah itu Sabtu malam (1/5).

Tidak ada indikasi langsung apakah kebakaran itu karena kecelakaan atau sabotase.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan kebakaran terjadi ketika percikan api membakar mobil tanki yang berisi bahan bakar. Mobil tanki lain yang ada di dekatnya dengan cepat dilalap api. Kobaran api raksasa dan asap tebal membubung ke langit.

Kebakaran di tepi utara ibu kota itu juga menghanguskan sejumlah rumah dan sebuah pom bensin di dekatnya.

Beberapa bangunan hancur dan arus listrik – yang biasanya hanya ada di sebagian Kabul – padam. [em/lt]

Oleh: VOA

Senin, 05 April 2021

Perempuan Afghanistan yang Ditembak Wajahnya Bicara di Hadapan Publik

Perempuan Afghanistan yang Ditembak Wajahnya Bicara di Hadapan Publik
Shakila Zareen bersama Perdana Menteri Kanada. (Foto: Courtesy)

BorneoTribun.com -- Perempuan Afghanistan yang Ditembak Wajahnya Bicara di Hadapan Publik. Sekitar 52 persen perempuan di Afghanistan pernah mengalami kekerasan di rumah mereka, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). 

Seorang perempuan Afghanistan dibuat cacat oleh suaminya, tetapi kini memiliki kehidupan yang lebih baik sekaligus membela hak-hak perempuan.

Perempuan Afghanistan korban kekerasan dalam rumah tangga, kini tinggal di Kanada. (Foto: VOA)

Pada usia 15 tahun, Shakila Zareen menikah di negara asalnya, Afghanistan. Ketika berusia 16 tahun, suaminya menembak wajah Shakila sehingga cacat seumur hidup

“Terkadang saya ingin terbangun untuk mendapatkan suatu keajaiban jika wajah saya kembali seperti semula. Akan tetapi saat bangun, saya sadar tidak ada keajaiban."

Perempuan Afghanistan itu tidak berhenti berjuang untuk keamanan, kebebasan dan kehidupan yang lebih baik. Pada tahun 2013, Zareen mendapat suaka di Kanada di mana ia mewujudkan mimpinya

“Saya dilarang pergi ke sekolah. Tapi, setelah mendapatkan suaka di Kanada, impian saya terwujud untuk kembali ke sekolah."

Perempuan Afghanistan yang Ditembak Wajahnya Bicara di Hadapan Publik
Perempuan Afghanistan korban kekerasan dalam rumah tangga, kini tinggal di Kanada. (Foto: Courtesy)

Hari pertama sekolah, ketika duduk di samping teman sekelas, saya menangis. Namun, itu adalah air mata kebahagiaan," tutur Shakila Zareen.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau bertemu Zareen dan menjanjikan dukungan sepenuhnya.

“Selain banyak hal, bantuan terbesar pemerintah Kanada adalah untuk perawatan wajah saya. Mereka membiayai 15 operasi sejauh ini," katanya.

Zareen mengungkapkan meski suaminya melakukan beberapa tindakan yang kejam, pendapatnya tidak dinilai penting di Afghanistan. Sekarang, ia memperjuangkan ribuan suara yang tak terdengar dengan berbicara di hadapan publik.

“Di Kanada, saya tampil sebagai seorang pembicara di depan umum. Menuntut keadilan bagi kaum perempuan yang menghadapi kekerasan, saya menceritakan kisah yang menyakitkan dalam hidup saya, dan kehidupan perempuan Afghanistan lainnya yang sama seperti saya, kepada seluruh dunia," katanya.

Zareen mendapat dukungan dari kelompok-kelompok yang juga memerangi kekerasan dalam rumah tangga termasuk Dr. Lauryn Oates.

“Kami memberinya dukungan terkait upaya mempersiapkan presentasi dan membuatnya sangat aktif di bidang itu. Ia sangat berani menceritakan kisahnya, tidak hanya di Kanada melainkan di negara-negara lain di seluruh dunia."

"Ia berbicara tentang masalah kekerasan terhadap perempuan dan dampaknya dalam hidupnya sendiri," kata Dr. Lauryn Oates.

Zareen mengatakan masyarakat harus bersatu untuk memerangi masalah global tersebut.

“Shakila tidak dapat mengubah dunia sendirian. Semua perempuan yang menghadapi kekerasan itu harus bersatu. Kita tidak boleh menangis dan tetap tinggal di rumah saja karena itu tidak menyelesaikan masalah."

"Sebaliknya, kita harus bersatu melawan mereka yang terlibat dalam kekerasan terhadap perempuan." [mg/lt]

Oleh: VOA

Sabtu, 12 September 2020

Perundingan Perdamaian Bersejarah Afghanistan Berlangsung di Qatar

Delegasi pemerintah Afghanistan tiba di Doha, Qatar Sabtu (12/9).


BORNEOTRIBUN -- Perwakilan dari faksi-faksi yang bertikai di Afghanistan telah berkumpul di Qatar untuk negosiasi perdamaian bersejarah yang ditengahi Amerika mulai hari Sabtu (12/9). Pertemuan itu bertujuan untuk menemukan penyelesaian politik bagi perang panjang di negara Asia selatan itu.


Dilansir dari voaindonesia.com, Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo juga tiba Jumat di ibu kota Qatar, Doha, untuk menghadiri upacara khusus akhir pekan ini bersama para pejabat asing lainnya yang menandai dimulainya apa yang secara resmi dikenal sebagai negosiasi intra-Afghanistan.


Dialog itu akan membawa para negosiator pemberontak Taliban yang berbasis di Doha dan delegasi yang ditunjuk pemerintah Afghanistan ke meja perundingan.


Zalmay Khalilzad, utusan Amerika untuk rekonsiliasi Afghanistan, mengatakan kepada para wartawan pada malam pembicaraan bahwa setelah upacara hari Sabtu, warga Afghanistan akan bernegosiasi satu sama lain, tanpa mediator atau fasilitator.


“Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun, warga Afghanistan akan duduk bersama, delegasi pemerintah yang termasuk orang-orang yang bukan bagian dari pemerintah, serta empat wanita, masyarakat sipil, kelompok-kelompok politik yang sangat terhormat akan duduk bersama dengan delegasi resmi Taliban, kata Khalilzad.


Diplomat veteran kelahiran Afghanistan itu mengatakan kedua tim perunding akan berdiskusi dan “mudah-mudahan mencapai kesepakatan tentang peta jalan politik untuk mengakhiri perang destruktif yang telah dialami Afghanistan.”

Jumat, 11 September 2020

Dimulai Sabtu, Pembicaraan Damai Afghanistan yang Dimediasi Amerika Serikat

Salah satu pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, usai menandatangani kesepakatan dengan Amerika Serikat, di Doha, Qatar, 29 Februari 2020. (Foto: AFP)


BORNEOTRIBUN -- Faksi-faksi yang bertikai di Afghanistan mengumumkan bahwa mereka akan memulai pembicaraan perdamaian langsung pertama mereka pada Sabtu (12/9) di Qatar. Mereka akan membahas penyelesaian politik untuk konflik yang sudah berlangsung lama di negara itu.


Dialog penting itu ditengahi Amerika dan secara resmi dikenal sebagai negosiasi intra-Afghanistan. Kedua pihak mengumumkan pada Kamis (10/9) bahwa tim perunding yang ditunjuk pemerintah Afghanistan dan lawan bicara mereka dari pemberontak Taliban akan duduk di meja perundingan di Doha, ibu kota Qatar.


Di Washington, Presiden Amerika Donald Trump memuji kemajuan dalam proses perdamaian Afghanistan itu dan menyebutnya sebagai hasil "upaya diplomatik yang berani" dari pemerintahannya untuk membantu mengakhiri perang selama hampir 20 tahun di negara Asia Selatan itu.


"Bisa saya sampaikan dengan sangat bangga bahwa Menteri Luar Negeri Mike Pompeo akan berangkat malam ini, dalam perjalanan bersejarah ke Doha untuk awal perundingan perdamaian intra-Afghanistan," kata Trump kepada wartawan.


Pembicaraan itu bermula dari perjanjian yang dicapai Amerika dengan Taliban di Doha pada Februari lalu untuk menarik keluar pasukan Amerika dari Afghanistan dan menyudahi perang terpanjang yang melibatkan Amerika, dan merenggut nyawa lebih dari 2.400 personel Amerika.


Trump mencatat, tidak ada personel militer Amerika yang terbunuh sejak penandatanganan pakta itu.


Kesepakatan itu mengharuskan pemberontak menghentikan segera serangan terhadap pasukan koalisi pimpinan Amerika dan membuka pembicaraan perdamaian dengan kelompok-kelompok yang bertikai di Afghanistan. Kesepakatan itu juga mengikat Taliban untuk tidak menjadikan Afghanistan sebagai tempat melancarkan aksi terorisme internasional.


Sebagai imbalannya, Amerika telah mengurangi pasukannya di Afghanistan menjadi sekitar 8.600 dari sekitar 13.000 pada saat penandatanganan kesepakatan itu. Diperkirakan, semua pasukan asing keluar dari Afghanistan pada Juli 2021.


Sumber: www.voaindonesia.com

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pilkada 2024

Lifestyle

Tekno