Berita Borneotribun.com: Amerika Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 September 2021

Pistol Pembunuh Billy the Kid Terjual $6 Juta

Pistol Pembunuh Billy the Kid Terjual $6 Juta
Pistol Pembunuh Billy the Kid Terjual $6 Juta. 

BorneoTribun Amerika - Pistol yang membunuh penjahat legendaris Amerika, Billy the Kid, terjual lebih dari $6 juta atau setara dengan Rp86,4 miliar di sebuah lelang di Los Angeles pada Jumat (27/8). 

Angka tersebut melebihi dua kali lipat dari perkiraan pra-penjualan. 

Juru lelang Bonhams mengatakan pistol Colt yang digunakan Sheriff Pat Garrett untuk menjatuhkan Billy the Kid pada 1881 dibeli melalui telepon oleh seseorang yang tidak ingin disebutkan namanya. 

Bonhams menggambarkan senjata itu sebagai "harta paling ikonik dalam sejarah Barat awal.” Mereka mengatakan harga $6,03 juta itu merupakan rekor dunia untuk senjata api apa pun. 

Padahal sebelumnya pistol tersebut hanya diharapkan meraup antara $2 juta dan $3 juta. Billy the Kid adalah seorang buron di Arizona dan New Mexico. Ia membunuh delapan orang. 

Setelah pengejaran selama berbulan-bulan, Garrett melacaknya ke sebuah peternakan di Fort Sumner, New Mexico. Ia berhasil menembak dan membunuhnya pada 14 Juli 1881. 

Saat itu Billy the Kid berusia 21 tahun. Pistol itu berasal dari koleksi pasangan asal Texas Jim dan Theresa Earle, yang mengumpulkan senjata api Barat dan artefak lainnya selama sekitar 50 tahun. Jim Earle meninggal pada 2019. [ah]

VOA

Sabtu, 28 Agustus 2021

Pembunuh Robert F. Kennedy Diberi Pembebasan Bersyarat

Pembunuh Robert F. Kennedy Diberi Pembebasan Bersyarat
Pelaku.

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Pembunuh Robert F. Kennedy (RFK), Jumat (27/8), diberi pembebasan bersyarat setelah dua putra RFK mendukung pembebasan Sirhan Sirhan, sementara tim jaksa menolak berargumen bahwa ia seharusnya tetap ditahan di balik jeruji besi. 

Keputusan itu merupakan kemenangan besar bagi tahanan berusia 77 tahun itu, meski tidak menjamin pembebasannya. 

Putusan oleh panel yang terdiri dari dua orang dalam sidang pembebasan bersyarat ke-16 bagi Sirhan Sirhan itu akan dikaji dalam 90 hari ke depan oleh staf Dewan Pembebasan Bersyarat California. 


Hasil kajian itu akan dikirim ke gubernur, yang memiliki waktu 30 hari untuk memutuskan apakah akan memberikan pembebasan bersyarat yang disetujui itu, menolak atau memodifikasinya. 

Douglas Kennedy, yang masih kanak-kanak ketika ayahnya ditembak mati tahun 1968, mengatakan ia menangis mendengar penyesalan Sirhan dan mengatakan jika Sirhan tidak lagi menjadi ancaman bagi orang lain maka seharusnya ia dibebaskan. 

Robert F. Kennedy, senator New York yang juga saudara laki-laki Presiden John F. Kennedy, adalah kandidat presiden dari Partai Demokrat ketika ia ditembak mati pada 6 Juni 1968 di Ambassador Hotel di Los Angeles, beberapa saat setelah menyampaikan pidato kemenangan dalam pemilihan pendahuluan yang penting di California. 

Sirhan, yang dihukum karena pembunuhan tingkat pertama, mengatakan ia tidak ingat pembunuhan itu. Pengacaranya, Angela Berry, menilai Dewan Pembebasan Bersyarat seharusnya mendasarkan putusannya pada siapa Sirhan hari ini.


Berdasarkan kebijakan Jaksa Distrik Los Angeles George Gascon, seorang mantan polisi yang menjabat tahun lalu setelah mendorong reformasi, jaksa menolak untuk menyetujui atau menentang pembebasan Sirhan Sirhan. 

Gascon, yang mengatakan ia mengidolakan keluarga Kennedy dan berduka dengan pembunuhan RFK, yakin bahwa peran jaksa berakhir ketika vonis dijatuhkan, dan bahwa jaksa seharusnya tidak mempengaruhi keputusan untuk membebaskan tahanan. [em/pp]

VOA

Minggu, 22 Agustus 2021

Kedutaan AS Imbau Warga AS Agar Tidak Mendatangi Bandara Kabul

Kedutaan AS Imbau Warga AS Agar Tidak Mendatangi Bandara Kabul
Kedutaan AS Imbau Warga AS Agar Tidak Mendatangi Bandara Kabul. 

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Kedutaan Besar Amerika Seritkat (AS) di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, mengeluarkan peringatan keamanan pada Sabtu (21/8) mengimbau warga AS untuk tidak datang ke bandara tanpa "instruksi tertentu dari seorang perwakilan pemerintah AS." 

Peringatan itu juga menyebut kemungkinan adanya ancaman keamanan oleh ISIS di luar gerbang bandara. 

Kedutaan Jerman mengeluarkan peringatan serupa, mengatakan pasukan Taliban melakukan kontrol yang semakin ketat di area itu. Seorang pejabat AS mengatakan, Sabtu (21/8), seperti dikutip oleh Associated Press bahwa berbagai ancaman keamanan telah memicu militer AS untuk mencari cara-cara untuk membawa warga yang akan dievakuasi menuju bandara. 

Salah satu solusinya, kata sumber itu, adalah melibatkan kelompok-kelompok kecil berkumpul di titik-titik tertentu dimana militer AS akan menjemput mereka. 

Para pejabat AS yang berbicara dengan syarat identitasnya dirahasiakan menolak merincikan tentang ancaman ISIS itu, tapi mengatakan ancaman itu signifikan, meski belum ada konfirmasi terjadinya serangan. 

AS juga terus berkomunikasi dengan komandan Taliban setempat untuk mengizinkan orang-orang melalui pos pemeriksaan mereka. 

Militer AS mengevakuasi sekitar 3.000 orang dari Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul dalam 24 jam belakangan, kata Gedung Putih pada Sabtu (21/8), dan 17.000 sejak 14 Agustus, sebelum Taliban memasuki Kabul. 

Gedung Putih mengatakan sekitar 22.000 orang telah dievakuasi sejak akhir Juli. [vm/ft]

VOA

Kamis, 19 Agustus 2021

Bahas Afghanistan, Merkel Telepon Biden

Bahas Afghanistan, Merkel Telepon Biden
Bahas Afghanistan, Merkel Telepon Biden. 

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Kantor Kanselir Jerman, Rabu (18/8), mengatakan Kanselir Angela Merkel berbicara melalui telpon dengan Presiden Joe Biden tentang situasi di Afghanistan. 

Dalam pembicaraan telpon itu, Merkel menekankan pentingnya mengevakuasi sebanyak mungkin warga Afghanistan yang mendukung upaya militer dan masyarakat madani Jerman selama ini. 

Kedua pemimpin “setuju untuk menerbangkan sebanyak mungkin orang yang membutuhkan perlindungan,” tambah kantor Merkel. 

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan sejak hari Minggu lalu (15/8) Jerman telah menerbangkan lebih dari 500 orang keluar dari Afghanistan, termasuk 200 warga Afghanistan, dan “kami akan terus melanjutkan hal itu dalam jumlah yang sama selama beberapa hari mendatang.” 

Maas mengatakan ada asumsi bahwa jangka waktu untuk penerbangan evakuasi itu akan terbatas, “tetapi semua yang berada di lapangan dalam posisi siaga, khususnya Amerika, yang berupaya menggunakan waktu ini sebaik mungkin.” 

Ditambahkannya, menurut informasi yang diperolehnya, saat ini ada ratusan – atau mungkin ribuan orang – yang berkumpul di luar gerbang bandara, dan terjadi aksi kekerasan sporadis. 

Maas mengatakan Jerman juga berusaha membawa pasokan makanan ke Kabul bagi mereka yang menunggu proses evakuasi, dan memiliki sebuah pesawat Medevac di kawasan itu. 

Menteri Pertahanan Annegret Kram-Karrenbauer mengatakan Jerman akan “melakukan apapun yang dapat dilakukan untuk mengevakuasi sebanyak mungkin staf lokal dari Kabul.” [em/jm]

VOA

Minggu, 01 Agustus 2021

Jutaan Warga Amerika Terancam Diusir dari Rumah

Jutaan Warga AS Terancam Diusir dari Rumah
Jutaan Warga AS Terancam Diusir dari Rumah. 

BorneoTribun Internasional -- Larangan pengusiran dari rumah yang diberlakukan oleh pemerintah karena pandemi akan habis masa berlakunya Sabtu (31/7) tengah malam. 

Akibatnya jutaan warga AS berisiko diusir dari rumah mereka. Pada Jumat (30/7), DPR AS melakukan reses tanpa meninjau isu perlindungan pengontrak setelah seorang anggota Kongres dari Partai Republik memblok upaya untuk memperpanjangnya hingga 18 Oktober. 

Para pemimpin Demokrat mengatakan mereka kekurangan dukungan yang cukup untuk menggulirkan usulan menjadi pemungutan suara resmi. 

Senat AS mengadakan sesi Sabtu (31/7), tapi para pemimpin tidak memberi indikasi mereka akan mempertimbangkan untuk memperpanjang larangan pengusiran itu.

Gedung Putih telah mengambil sikap bahwa pihaknya tidak akan memperpanjang perlindungan itu secara sepihak, karena tak punya otoritas hukum untuk melakukannya. 

Lebih dari 15 juta orang dalam 6.5 juta rumah tangga AS menunggak biaya kontrakan, menurut sebuah studi oleh Aspen Institute dan COVID-19 Eviction Defense Project. 

Secara kolektif, mereka mengutang lebih 20 milyar dolar kepada pemilik kontrakan. Kelompok-kelompok pemilik kontrakan menentang moratorium itu. 

Dan sebagian pemilik kesulitan membayar KPR, pajak dan premi asuransi terkait properti tanpa pendapatan dari sewa. [vm/ft]

VOA

Minggu, 18 Juli 2021

Los Angeles Kembali Wajibkan Pemakaian Masker

Los Angeles Kembali Wajibkan Pemakaian Masker
Los Angeles Kembali Wajibkan Pemakaian Masker. 

BORNEO TRIBUN INTERNASIONAL -- Mulai akhir pekan ini, Los Angeles County akan mewajibkan semua penduduk kembali memakai masker di dalam ruangan di tempat umum, tidak peduli apakah mereka sudah atau belum divaksinasi.

Peningkatan cepat dan berkelanjutan kasus di county itu mengharuskan mandat masker lagi di dalam ruangan, kata Dr. Muntu Davis, pejabat kesehatan masyarakat county dengan 10 juta penduduk itu.

Perintah itu akan berlaku Sabtu, tepat sebelum tengah malam. Dalam tiga minggu ini, kasus COVID-19 naik dua kali lipat di 36 rumah sakit Kaiser Permanente di California, menjadi lebih dari 400.

Dengan varian delta yang sangat menular menyebar dengan cepat, kasus di Amerika naik sekitar 70% pada minggu lalu, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit naik sekitar 36% dan kematian naik 26%, kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Jumat (16/7). 

Ketakutan sebagian rumah sakit adalah mereka harus kembali menunda perawatan non-COVID-19 yang berisiko memperburuk kesehatan pasien.

Kematian COVID-19 dan infeksi baru yang dikonfirmasi di seluruh Amerika masih jauh lebih rendah daripada selama musim dingin. 

Namun untuk pertama kali sejak itu, kasus meningkat di seluruh 50 negara bagian. 

Upaya vaksinasi nasional melambat. Hanya sekitar 48% populasi yang sepenuhnya terlindungi. Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky memperingatkan bahwa wabah di Amerika menjadi "pandemi orang yang tidak divaksinasi" karena hampir semua pasien dan kematian di rumah sakit adalah mereka yang belum diimunisasi.[ka/pp]

VOA

Minggu, 11 Juli 2021

Amerika Kirim Pejabat FBI dan Keamanan Dalam Negeri Untuk Bantu Haiti

Amerika Kirim Pejabat FBI dan Keamanan Dalam Negeri Untuk Bantu Haiti
Amerika Kirim Pejabat FBI dan Keamanan Dalam Negeri Untuk Bantu Haiti.

BORNEO TRIBUN - Pemerintah Biden mengirim pejabat senior Biro Penyidik Federal FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri DHS ke Ibu Kota Port-au-Prince, menjawab permintaan pemerintah Haiti untuk memberikan bantuan keamanan dan penyelidikan pasca pembunuhan Presiden Jovenel Moise. 

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki pada Jumat (9/7) mengatakan pada wartawan bahwa sejumlah pejabat Amerika akan “mengkaji situasi dan bagaimana kami dapat membantu.” 

Ditambahkannya, “Amerika masih melakukan konsultasi erat dengan mitra-mitra internasional dan di Haiti untuk mendukung rakyat Haiti pasca pembunuhan presiden itu.”  

Haiti berada dalam kekacauan sejak Moise ditembak mati di kediaman pribadinya, Rabu (7/7) dini hari. Pejabat-pejabat Haiti telah meminta bantuan Amerika untuk menjaga keamanan dan membantu penyelidikan untuk menemukan mereka yang bertanggungjawab atas pembunuhan itu.

Duta Besar Haiti Untuk Amerika Bocchit Edmond telah mengirim surat kepada Menteri Luar Negeri Amerika Anthony Blinken, meminta dijatuhkannya sanksi terhadap mereka yang terlibat dalam kejahatan itu. 

“Selanjutnya kami meminta pemerintahan Biden untuk menjatuhkan sanksi berdasarkan UU Magnitsky Global terhadap semua pelaku yang secara langsung bertanggungjawab atau membantu dan bersekongkol dalam eksekusi pembunuhan Presiden Moise.  

Kami berharap dapat bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika di Port-au-Prince saat mencari kebenaran dan keadilan bagi Presiden Moise dan rakyat Haiti,” demikian petikan surat tersebut. 

Psaki mengatakan Haiti tahun ini sedianya menerima bantuan bernilai 75,5 juta dolar dari Amerika, untuk menjalankan “pemerintahan yang demokratis, layanan kesehatan, pendidikan, pembangunan pertanian, penguatan kegiatan pra-pemilu, penguatan perdamaian, dan penegakan hukum.” 

Ditambahkannya, memperkuat “kapasitas penegakan hukum” tetap menjadi prioritas utama Amerika.

Pemerintahan Biden telah mengalokasikan sekitar lima juta dolar untuk pasukan Kepolisian Nasional Haiti PNH, yang telah menerima bantuan dari Biro Urusan Penegakan Hukum dan Narkotika Internasional di Departemen Luar Negeri Amerika.

Anggaran itu akan digunakan untuk mengatasi kekerasan antar geng. Dalam beberapa tahun terakhir ini Kepolisian Haiti telah dikecam karena pelanggaran HAM, korupsi dan salah urus sumber daya.

Di bidang imigrasi, Psaki mengatakan Amerika telah memperpanjang Status Perlindungan Sementara TPS untuk warga Haiti yang saat ini tinggal di Amerika dan telah memenuhi syarat.

Keputusan itu diumumkan oleh Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro Mayorkas bulan Mei lalu.

Untuk membantu Haiti mengatasi lonjakan Covid-19 sejak bulan lalu, Psaki mengatakan Amerika berencana mengirimkan vaksin virus corona ke Haiti “paling cepat minggu depan.” 

Bandara Haiti ditutup beberapa jam setelah pembunuhan presiden ketika aparat penegak hukum berupaya memotong rute pelarian para tersangka.

Psaki mengatakan pengiriman vaksin akan tergantung pada status bandara. [em/ah]

VOA

Sabtu, 10 Juli 2021

Terbuki Memeras, Pengacara Terkenal Divonis 2,5 Tahun Penjara

Terbuki Memeras, Pengacara Terkenal Divonis 2,5 Tahun Penjara
Michael Avenatti (kiri) bersama pengacaranya, Danya Perry (kanan), dalam konferensi pers di Pengadilan Federal Manhattan, Rabu, 8 Juli 2021.

BORNEOTRIBUN - Seorang hakim New York, Kamis (8/7), telah menjatuhkan hukuman 2,5 tahun penjara terhadap seorang pengacara terkenal dari California, Michael Avenatti, karena terbukti bersalah melakukan pemerasan bernilai $25 juta terhadap Nike.

Pengacara berusia 50 tahun tahun lalu dinyatakan bersalah atas beberapa tuduhan termasuk usaha pemerasan dan penipuan terkait dengan perwakilannya untuk liga bola basket remaja LA yang marah kepada Nike karena mengakhiri pemberian sponsor kepada liga itu.

Hakim distrik Paul G. Gardephe mengumumkan hukuman itu di Manhattan, di mana tim juri pada awal 2020 menyatakan Avenatti bersalah atas tuduhan yang mencakup pemerasan dan penipuan. 

Ia menyebut perilaku Avenatti memalukan. Avenatti, menurutnya, telah “membajak klaim kliennya dan menggunakan klaim tersebut untuk memajukan agenda pribadinya berupa pemerasan jutaan dolar dari Nike.” 

Ditambahkannya, Avenatti “telah menjadi mabuk dengan kekuatan dari platform yang dimilikinya, atau apa yang dipersepsikannya adalah kekuatan platformnya. Dia menjadi seseorang yang beroperasi seakan-akan hukum dan aturan yang berlaku untuk orang lain tidak berlaku untuk dirinya.” 

Sebelum hakim menyampaikan putusannya, Avenatti diberi kesempatan berbicara, dan secara emosional dan berlinang air mata dia mengatakan “Yang Mulia, saya telah belajar bahwa semua ketenaran, ketenaran dan uang di dunia tidak ada artinya. TV dan Twitter, Yang Mulia, tidak ada artinya.” 

Avenatti menjadi terkenal ketika dia mewakili bintang pornografi Stormy Daniels dalam penuntutan terhadap Presiden Donald Trump ketika itu.

Vonis ini menandai bab lainnya dalam jatuhnya seorang tokoh yang tiga tahun lalu cukup populer di media sosial dan program televisi sampai-sampai dia mempertimbangkan mencalonkan diri untuk jadi presiden. [jm/em]

VOA

RUU Baru Usulkan Cara Melidungi Media Secara Lebih Baik

RUU Baru Usulkan Cara Melidungi Media Secara Lebih Baik
Sejumlah awak media menunggu berita hasil pilpres AS 2020 di Gedung Putih, 5 November 2020.

BORNEO TRIBUN - Diungkapkannya fakta bahwa Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) dalam tahun-tahun terakhir mengeluarkan subpoena catatan telepon wartawan dari sedikitnya tiga media berita, telah memicu usaha untuk meningkatkan perlindungan atas media di seluruh Amerika.

Sebuah rancangan undang-undang (RUU) – yang disebut sebagai The Protect Reporters from Excessive State Supression Act atau PRESS Act – yang disusun Senator Ron Wyden, seorang Demokrat dari negara bagian Oregon, akan membatasi kemampuan pemerintah untuk mengakses catatan wartawan.

RUU ini akan mendukung produk legislatif yang sudah ada dalam melindungi jurnalis seperti Privacy Protection Act. 

“RUU ini menciptakan perlindungan paling kuat yang pernah diusulkan untuk dokumen dan komunikasi para wartawan,” kata Wyden. Kepada VOA, ia menyampaikan rencananya untuk memperkenalkan proposal ini dalam beberapa minggu ke depan.

DPR pada Selasa (6/7) juga telah memperkenalkan sebuah RUU yang mirip dengan proposal Wyden.

Langkah ini datang ditengah-tengah kritik dari kelompok hak-hak media seputar peningkatan penerbitan subpoena dan penyelidikan terhadap para pelapor tindak pidana atau whistleblowers.

Angka-angka yang dikumpulkan oleh US Press Freedom Tracker, sebuah usaha yang mendokumentasikan pelanggaran terhadap media, memperlihatkan lebih dari 100 subpoena dan perintah hukum serta delapan penyelidikan kebocoran yang berdampak pada media AS antara 2017 dan 2021.

Biden dan Departemen Kehakiman telah mengatakan bahwa mereka akan mengakhiri praktik untuk mengambil catatan wartawan. [jm/em]

VOA

Kamis, 01 Juli 2021

Taman-Taman Hiburan di Amerika Serikat Kesulitan Cari Pegawai

Taman-Taman Hiburan di Amerika Serikat Kesulitan Cari Pegawai
Foto: Presiden Santa Cruz Beach Boardwalk Karl Rice (depan) dan saudara ipar Tom Canfield, wakil presiden eksekutif, bekerja di rollercoaster Giant Dipper, di tengah pandemi COVID-19 di California, AS, 19 Juni 2021. (REUTERS)

BORNEOTRIBUN AMERIKA - Banyak pengelola taman hiburan di Amerika Serikat menyambut musim panas dengan perasaan campur aduk. 

Mereka senang bahwa bisnis mereka kembali beroperasi, namun mereka juga khawatir karena jumlah pegawai mereka tidak memadai sehingga tidak bisa beroperasi secara optimal.

Sejak dibuka April lalu setelah penutupan karena pandemi selama setahun, Santa Cruz Beach Boardwalk yang berlokasi sekitar beberapa jam dari San Francisco, sibuk menyambut pengunjung. 

Pada musim panas ini, kesibukan para pegawainya bahkan makin menjadi-jadi.

Bagaimana tidak? Taman hiburan berusia 114 tahun ini terpaksa beroperasi hanya dengan sekitar 1.000 pegawai, setengah dari jumlah pegawai pada musim panas yang normal. 

Walhasil semua pegawai, termasuk direktur utamanya, Karl Rice, ikut turun ke lapangan sebagai pekerja operasional.

"Saya harus mengatakan, di akhir shift: satu, saya merasa telah berkontribusi dan saya merasa bangga dengan kerja keras yang saya lakukan hari itu. Dan dua, saya sangat ingin segera duduk karena punggung dan kaki saya lelah. Jadi tidak ada salahnya untuk mengangkat kaki setelah seharian bekerja keras,” jelasnya.

Rice, yang keluarganya memiliki taman hiburan itu, bekerja dua hari seminggu sebagai petugas operasional. 

Setiap harinya, sebagai pekerja operasional, ia harus memenuhi shift selama delapan jam. 

Tugasnya mengatur pengunjung keluar masuk wahana permainan rollercoaster yang dijuluki The Giant Dipper. 

Para eksekutif di perusahaannya itu juga terpaksa bekerja sedikitnya sekali seminggu untuk menjadi operator wahana permainan atau pelayan kedai makanan.

Meski demikian, beberapa strategi yang digelarnya tidak memadai. Ia pun mengurangi jam operasi taman hiburan itu, dan bahkan berencana menutup sejumlah wahana permainan.

“Seperti yang saya katakan, kami kesulitan mencari pekerja pada musim panas ini. Kita kemungkinan sulit mengoperasikan semua wahana permainan dan kedai makanan. Kami mengutamakan mengoperasikan wahana permainan ketimbang kedai makanan. Mudahan-mudah kami bisa mengoperasikan semua wahana permainan, paling tidak pada setiap akhir pekan saja,” jelasnya.

Foto: Para pengunjung berjalan melewati wahana rollercoaster Giant Dipper di Santa Cruz Beach Boardwalk, di tengah pandemi COVID-19, di Santa Cruz, California, AS 28 Juni 2021. (REUTERS/Nathan Frandino)

William Spriggs, dosen di Howard University, mengatakan, ada banyak alasan mengapa banyak bisnis, seperti taman hiburan dan restoran, kesulitan mencari pegawai. 

Namun, menurutnya, yang paling utama adalah banyak orang yang kini lebih mengandalkan tunjangan yang diberikan pemerintah ketimbang upah yang mereka terima jika bekerja.

Apalagi, saat ini juga ada banyak bantuan pemerintah federal atau negara bagian yang membuat banyak rumah tangga bisa beroperasi pada masa sulit, seperti kredit pajak untuk orangtua yang memiliki anak, tunjangan kesehatan, dan bantuan sewa apartemen.

Foto: Presiden Santa Cruz Beach Boardwalk Karl Rice duduk di mobil depan rollercoaster Giant Dipper di tengah pandemi COVID-19 di California, AS, 19 Juni 2021. (REUTERS/ Ann Saphir)

Dalam usaha merekrut pegawai Santa Cruz Beach Boardwalk menawarkan iming-iming berupa bonus 300 dolar setiap dua pekan bagi mereka yang bekerja sedikitnya 30 jam per minggu. 

Banyak orang ternyata tertarik dengan tawaran itu. Namun, menurut Sabra Reyes, direktur sumber daya manusia taman hiburan itu, perlu waktu panjang untuk melatih mereka sementara musim panas bergerak dengan cepat. 

Ia mengatakan, bukan tidak mungkin para pegawai yang baru direkrut itu tidak dibutuhkan pada saat mereka siap pakai.

Taman-taman hiburan lain di berbagai penjuru Amerika juga mengalami kesulitan serupa. 

Tak sedikit di antara mereka yang memotong jam operasi atau menonaktifkan sejumlah wahana permainan mereka meski jumlah pengunjung membludak. [ab/uh]

Oleh: VOA

Kamis, 24 Juni 2021

Korea Utara: Pertemuan dengan AS Hanya Buang-Buang Waktu

Korea Utara: Pertemuan dengan AS Hanya Buang-Buang Waktu
Korea Utara: Pertemuan dengan AS Hanya Buang-Buang Waktu.

BorneoTribun Internasional - Korea Utara tidak mempertimbangkan untuk menjalin kontak dengan Amerika Serikat (AS) karena itu hanya akan membuang-buang waktu. Hal itu dikatakan oleh Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Son Gwon pada Rabu (23/6).  

“Kami bahkan tidak mempertimbangkan kemungkinan kontak apa pun dengan AS, apalagi melakukannya, karena tidak akan membawa kami ke mana-mana, hanya membuang-buang waktu yang berharga,” kata Ri dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah, KCNA.  

Dia membuat pernyataan itu setelah utusan baru AS untuk Korea Utara mengatakan di Seoul pada Senin (21/6) bahwa dia menantikan “tanggapan positif segera” dari Pyongyang untuk berdialog.  

Program senjata nuklir Korea Utara telah menjadi masalah yang sulit bagi Washington selama bertahun-tahun dan dalam upaya untuk mengubahnya, pemerintahan baru Presiden Joe Biden melakukan tinjauan kebijakan dan mengatakan akan mencari cara-cara yang “disesuaikan dan praktis” untuk membujuk Pyongyang melakukan denuklirisasi.  

Pada Selasa (22/6), saudara perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa AS tampaknya keliru menafsirkan sinyal dari Korea Utara. 

Kim Yo Jong, seorang pejabat senior partai yang berkuasa di Korea Utara, menanggapi penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan, yang pada Minggu (20/6) mengatakan dia melihat “sinyal menarik” dari pidato Kim Jong Un baru-baru ini tentang persiapan konfrontasi dan diplomasi dengan AS. [lt/mg]

Oleh: VOA

Senin, 21 Juni 2021

New York Tawarkan Undian Biaya Kuliah untuk Remaja yang Divaksinasi

Orang-orang menikmati hari yang cerah di Times Square di New York, Rabu, 10 Maret 2021. (Foto: AP)

BORNEOTRIBUN.COM - Sejak akhir bulan Mei, remaja usia 12 hingga 17 berkesempatan memenangkan beasiswa penuh untuk belajar di universitas dan perguruan tinggi negeri di New York. Gubernur Andrew Cuomo menyampaikan pesan tersebut kepada pelajar di negara bagian itu baru-baru ini.

Gubernur New York Andrew Cuomo akhir Mei lalu mengatakan negara bagiannya akan mengundi 50 beasiswa, yang akan mencakup biaya empat tahun kuliah, asrama dan makan, buku serta perlengkapan.

"Kami mengumumkan program 'Suntik vaksin dan raih masa depan.' Setiap minggu kita akan mengundi biaya kuliah sepenuhnya, beasiswa untuk asrama dan tempat tinggal di setiap perguruan tinggi negeri atau universitas negeri mana pun selama empat tahun. Hanya untuk usia 12 hingga 17 tahun yang datang dan divaksinasi," kata Cuomo.

New York sejak itu mengadakan pengundian mingguan untuk memilih 10 pemenang secara acak. Orang tua atau wali bisa mendaftarkan anak-anak yang sudah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19 sejak 12 Mei.

Gubernur New York Andrew Cuomo. (Foto: AP)

Cuomo mengatakan anak-anak yang divaksinasi lebih awal akan berpeluang terbaik untuk menang.

“Orang yang menerima vaksin lebih awal memiliki peluang lebih besar untuk menang karena mereka memenuhi syarat untuk setiap undian setiap minggu. Bukan hanya orang-orang yang mendapatkannya minggu itu," katanya.

"Begitu mendapatkan vaksin, mereka akan masuk dalam undian. Tapi, jika mendapatkan vaksin lebih awal akan lebih banyak peluangnya untuk menang karena mereka berada di kelompok minggu pertama, kelompok minggu kedua, kelompok minggu ketiga,kelompok minggu keempat, dan seterusnya," ujar Cuomo.

Upaya tersebut merupakan yang terbaru dari negara bagian agar lebih banyak warganya divaksinasi pada saat pejabat kesehatan negara bagian mengatakan banyak warga New York yang bersemangat kemungkinan sudah divaksinasi.

Menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) sekitar 45% dari 20 juta penduduk New York telah divaksinasi penuh, dibandingkan dengan rata-rata nasional 39,5% pada pertengahan Mei.

Sekelompok siswa SMA New York City yang beruntung juga mendapat kesempatan untuk bertemu dengan beberapa mantan pemain Liga Utama Baseball (Major League Baseball/MLB) saat menerima vaksin COVID-19 pertama akhir Mei lalu.

Para siswa itu adalah pelajar Christo Rey High School di lingkungan Harlem Manhattan, sebuah sekolah Katolik yang melayani keluarga berpenghasilan rendah.

Kembang api terlihat di Pelabuhan Kota New York, saat Negara Bagian New York merayakan pencapaian ambang batas vaksinasi 70 persen untuk COVID-19, seperti yang terlihat dari Jersey City, New Jersey, AS, 15 Juni 2021. (Foto: Reuters)

Para siswa yang divaksinasi pada hari Rabu menyatakan lega karena vaksinasi akan membantu mengembalikan kehidupan normal mereka setelah terpisah dari teman dan keluarga dalam waktu yang rentan secara emosional dalam hidup mereka.

"SMU, benar-benar masa pendidikan yang luar biasa. Menyiapkan kita bertemu orang lain dan menghadapi dunia nyata. Jadi sekarang dengan vaksin, saya bisa benar-benar mengalaminya lebih banyak, terutama pada tahun kedua. Jadi sangat baik bagi saya untuk mendapat vaksinasi," jelas Stephanie Reyes.

Yonder Alonso, mantan baseman pertama tim baseball MLB juga turut menyapa para pelajar yang divaksinasi dan mengatakan langkah tersebut merupakan langkah kecil untuk melakukan apa yang benar dan menjaga agar bukan hanya anak muda yang sehat, tetapi tentu juga orang tua atau kakek-nenek mereka. [my/lt]

Oleh: VOA

Minggu, 20 Juni 2021

Menhan AS Ingatkan Potensi Kebangkitan Al-Qaida dan ISIS di Afghanistan

Menhan AS Ingatkan Potensi Kebangkitan Al-Qaida dan ISIS di Afghanistan
Para militan ISIS yang menyerahkan diri kepada pemerintah Afghanistan hadir di hadapan media di Jalalabad, Provinsi Nangarhar, Afghanistan, 17 November 2019. (Foto: Reuters)

BorneoTribun Internasional - Pejabat tinggi Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) memberi peringatan yang serius tentang bahaya kelompok teroris terhadap AS, kalau pasukan AS dan koalisi sudah meninggalkan negara itu dalam bulan-bulan mendatang.

Menteri Pertahanan Lloyd Austin, Kamis (17/6), mengatakan kepada anggota Kongres, diperkirakan dibutuhkan waktu “mungkin dua tahun” bagi kelompok seperti Al-Qaida atau ISIS untuk menyusun kekuatan dan kapabilitas merencanakan serangan terhadap AS dan sekutu Barat.

Perwira militer tertinggi Amerika yang juga Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley lebih jauh memperingatkan potensi kebangkitan organisasi-organisasi teroris ini bisa lebih cepat lagi, tergantung pada nasib pemerintahan Afghanistan yang sekarang.

“Kalau pemerintah ambruk atau pembubaran dari pasukan keamanan Afghanistan, risiko itu sudah tentu semakin besar,” kata Milley.

Presiden Joe Biden pada April lalu mengumumkan keputusan untuk menarik semua sisa pasukan dari Afghanistan, di mana ia mengatakan AS telah mencapai sasarannya, yakni menuntut pertanggungjawaban Al Qaida dan pemimpinnya Osama bin Laden atas serangan mematikan pada 11 September 2001 terhadap Gedung WTC di New York dan Pentagon. [jm/em]

Oleh: VOA

Jumat, 18 Juni 2021

Klaim Tunjangan Pengangguran di AS Naik Sedikit Pertengahan Juni 2021

Klaim Tunjangan Pengangguran di AS Naik Sedikit Pertengahan Juni 2021
Warga AS yang menganggur akibat pandemi mencari informasi pekerjaan di kantor tenaga kerja di Omaha, Nebraska (foto: ilustrasi)

BorneoTribun Amerika - Lebih banyak pekerja AS yang menganggur minggu lalu mengajukan tunjangan pengangguran, mengakhiri penurunan jumlah klaim enam minggu berturut-turut. Demikian seperti dilaporkan oleh Departemen Tenaga Kerja AS hari Kamis (17/6).

Ekonomi terbesar di dunia itu berada di jalur pemulihan dari pandemi virus corona, tetapi 412.000 pekerja yang baru dirumahkan mengajukan kompensasi pengangguran pekan lalu, naik 37.000 dari angka minggu sebelumnya, kata badan tersebut. Ini pertama kalinya dalam tiga minggu, angka mingguan mencapai 400.000.

Beberapa gubernur negara bagian dan pejabat kota di seluruh AS telah mengakhiri pembatasan virus corona, yang memungkinkan bisnis untuk pertama kalinya kembali buka sepenuhnya melayani para pelanggan. Keadaan demikian berdampak pada perekrutan lebih banyak pekerja.

California, negara bagian terpadat di AS membuka aktivitas ekonomi dan kembali beroperasi sepenuhnya minggu ini.

Hampir 55% orang dewasa AS telah sepenuhnya divaksinasi COVID-19, meningkatkan pemulihan ekonomi, meskipun laju inokulasi telah menurun tajam dari puncaknya beberapa minggu lalu. Para pejabat di banyak negara bagian sekarang menawarkan berbagai insentif untuk menarik mereka yang belum divaksinasi agar bersedia disuntik, termasuk tawaran lotere yang menguntungkan.

AS menambahkan 559.000 pekerjaan pada Mei 2021, dua kali lipat melebihi angka 266.000 pada April lalu. Namun, sekitar 9,3 juta orang tetap menganggur di AS, menurut pemerintah.

Banyak pengusaha melaporkan kekurangan pekerja ketika sejumlah bisnis kembali beroperasi, terutama pekerjaan dengan upah yang rendah seperti pelayan restoran dan pegawai toko.

Banyak bisnis mengeluh tidak cukup mendapatkan pelamar untuk lowongan pekerjaan yang mereka tawarkan. Tingkat pengangguran turun menjadi 5,8% bulan Mei tahun ini, masih lebih tinggi dibandingkan angka 3,5% pada Maret 2020 sebelum pandemi COVID-19.

Pemerintah federal menyetujui pemberian tunjangan pengangguran tambahan sebesar $300 per minggu kepada para pekerja yang menganggur hingga awal September 2021 sebagai tambahan tunjangan pengangguran dari pemerintah negara bagian yang jumlahnya berbeda dari satu negara bagian ke negara bagian lainnya.

Sedikitnya 25 dari 50 negara bagian, yang seluruhnya dipimpin oleh gubernur dari Partai Republik, mulai mengakhiri keikutsertaan dalam program pembayaran tunjangan federal dengan alasan sebagian pekerja menerima lebih banyak uang dari tunjangan pengangguran daripada penghasilan yang diterima jika kembali bekerja. Mereka menilai hal itu merusak pemulihan ekonomi dengan tidak mengisi sejumlah lowongan pekerjaan yang dibutuhkan.

Sebagian ekonom berpendapat, faktor-faktor lain yang mencegah orang kembali bekerja, termasuk kurangnya jasa pengasuhan anak atau ketakutan tertular virus corona.

Pemerintah federal AS menyatakan tidak berwewenang untuk memaksa negara bagian untuk terus memberikan tunjangan pengangguran hingga September mendatang. Presiden Joe Biden baru-baru ini menegaskan kembali aturan untuk menerima bantuan federal tambahan tersebut sehingga pekerja yang menganggur tidak dapat mempermainkan sistem. [mg/lt]

Oleh: VOA

Bertemu di Jenewa, Pertemuan Biden-Putin Berlangsung Konstruktif

Bertemu di Jenewa, Pertemuan Biden-Putin Berlangsung Konstruktif
Presiden AS Joe Biden (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pertemuan puncak di Villa La Grange di Jenewa, Swiss hari Rabu (16/6).

BORNEOTRIBUN INTERNASIONAL - Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin Rabu (16/6) melangsungkan pertemuan di Jenewa. Dalam konferensi pers usai pertemuan, Putin menyebut pertemuan itu “konstruktif,” sementara Biden mengatakan “pertemuan tatap muka ini penting agar tidak ada salah sangka” di antara kedua pemimpin.

Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin hari Rabu (16/6) mengakhiri pertemuan puncak di Jenewa, Swiss, yang dipilih sebagai lokasi pembicaraan karena sejarah netralitas politik negara itu.

Joe Biden mengatakan pertemuan tatap muka selama empat jam dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Jenewa berlangsung “baik” dan “positif.” Sebagaimana dilaporkan Associated Press, dalam konferensi pers seusai pertemuan itu Biden menyatakan ada beberapa isu yang disepakati dan ada pula yang tidak. Namun yang pasti “pertemuan tatap muka ini penting agar tidak ada salah sangka” di antara kedua pemimpin.

Presiden AS Joe Biden memberikan konferensi pers usai pertemuan di Jenewa, Rabu (16/6).

“Penting untuk melangsungkan pertemuan secara langsung sehingga tidak ada kesalahan atau kesalahpahaman tentang apa yang ingin saya sampaikan. Saya telah melakukan apa yang harus saya lakukan. Pertama, mengidentifikasi bidang-bidang di mana kedua negara dapat mencapai kemajuan demi kepentingan bersama dan juga menguntungkan dunia. Kedua, mengkomunikasikan secara langsung, secara langsung apa yang menjadi kepentingan kita dan sekutu kita. Ketiga, menjabarkan secara jelas apa prioritas dan nilai-nilai kita; sehingga ia mendengarnya langsung dari saya.”

Lebih jauh Biden memuji suasana pertemuan di mana ia dan Putin sama-sama dapat langsung menyampaikan hal-hal yang mereka sepakati dan tidak “dalam suasana yang tidak hiperbolik.”

Putin Puji Pertemuan yang “Konstruktif”

Dalam konferensi pers terpisah, Putin juga memuji pertemuan yang disebutnya berlangsung “konstruktif,” dan bahwa pertemuan itu akan ditindaklanjuti dengan pertemuan duta besar dan diplomat kedua negara untuk membahas beberapa isu yang telah diangkat kedua pemimpin. Antara lain perjanjian soal pembatasan senjata nuklir atau dikenal sebagai perjanjian START yang baru dan akan berakhir pada 2026.
Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan konferensi pers terpisah usai pertemuan di Jenewa, Rabu (16/6).

“Kami telah sepakat bahwa konsultasi tentang pembatasan hulu ledak nuklir akan dimulai di tingkat antar-kementerian di bawah wewenang Departemen Luar Negeri Amerika dan Kementerian Luar Negeri Rusia. Mitra-mitra kami akan bekerja untuk menentukan komposisi delegasi ini, lokasi dan frekuensi pertemuan itu.”

START adalah singkatan dari Strategic Arms Reduction Treaty atau Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis. Perjanjian yang ditandatangani pada 2010 ini merupakan landasan pengendalian senjata di dunia. Perjanjian ini membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang ditempatkan oleh Amerika dan Rusia, yaitu masing-masing 1.550 hulu ledak. Demikian pula jumlah rudal di darat dan di kapal selam, serta pesawat-pesawat pembom.

Departemen Luar Negeri pada awal Februari 2021 mengatakan Amerika akan menggunakan perpanjangan perjanjian START yang baru itu untuk memastikan pembatasan seluruh senjata nuklir Rusia. Perpanjangan ini berlaku untuk lima tahun, dan disepakati setelah pemerintahan Trump menarik diri dari dua perjanjian serupa, yang merupakan bagian dari pengunduran diri Amerika dari perjanjian-perjanjian internasional.

Putin Juga Sepakat Kembalikan Posisi Dubes Rusia & AS

Putin juga menyampaikan tercapainya kesepakatan awal untuk mengembalikan duta besar masing-masing ke posisinya. Rusia telah menarik pulang Duta Besar Rusia Untuk Amerika Anatoly Antonov tiga bulan lalu, sementara Duta Besar Amerika Untuk Rusia John Sullivan telah meninggalkan Moskow dua bulan lalu seiring memburuknya hubungan kedua negara. Putin mengatakan kedua duta besar diperkirakan akan segera kembali ke posisi semula dalam beberapa hari mendatang. Kedua hal ini menjadi isyarat pemulihan hubungan ke arah yang lebih baik.

Biden: Banyak Hal Tercapai dalam Perjalanan Pertama Ini

Pertemuan dengan Putin ini merupakan agenda terakhir Biden dalam lawatan selama lebih dari satu minggu ke Eropa untuk menghadiri KTT G-7 di Inggris, serta KTT NATO dan KTT Amerika-Uni Eropa di Brussels. Biden mengatakan dalam semua pertemuan penting itu ia telah menunjukkan kepada dunia bahwa Amerika telah kembali.

“Dalam seminggu terakhir ini, saya yakin, saya berharap, Amerika telah menunjukkan pada dunia bahwa kami telah kembali! Berdiri bersama sekutu-sekutu kami. Kami menggalang demokrasi untuk menunjukkan komitmen, menyelesaikan tantangan terbesar yang dihadapi dunia, dan kini menetapkan landasan yang jelas tentang bagaimana kami ingin berhubungan dengan Rusia, hubungan Amerika-Rusia. Bagaimana pun juga masih banyak pekerjaan di depan. Saya tidak mengatakan ini sudah selesai. Tetapi kita telah melakukan banyak hal dalam perjalanan kali ini.” [em/lt]

Oleh: VOA

AS Awasi Pengaruh China di PBB

AS Awasi Pengaruh China di PBB
Dubes AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield di Ankara, Turki, 4 Juni 2021.

BorneoTribun Internasional - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Rabu (16/6), memastikan kepada Kongres bahwa ia akan memantau dan menindak apa yang disebutnya “pengaruh tidak baik” China terhadap lembaga dunia itu.

China bersikap agresif dan memaksa dalam memanfaatkan kekuatannya di PBB,” kata Dubes Linda Thomas-Greenfield kepada Komite Urusan Luar Negeri DPR Amerika.

Ditambahkannya, Beijing memberlakukan sebuah “pendekatan yang otoriter terhadap multilateralisme.”

Thomas-Greenfield mengacu pada serangkaian tindakan, termasuk pengaruh China di tiga organisasi PBB di mana warga mereka berperan, dan pemanfaatan diplomasi vaksin COVID-19 oleh Beijing untuk menekan negara-negara yang lebih miskin.

“Kami akan melawan secara keras terhadap usaha-usaha seperti itu,” katanya.

Dia mendesak para anggota Kongres agar melakukan investasi di PBB guna memulihkan pengaruh AS di sana, yang menurun selama masa pemerintahan Trump.

“Musuh-musuh dan pesaing-pesaing kita melakukan investasi di PBB. Kita tidak bisa bersaing kecuali kalau kita melakukan hal itu pula,” kata Thomas Greenfield.

Lebih dari 40 anggota Kongres menanyai diplomat veteran itu selama lebih dari empat jam ketika berlangsung sidang dengar seputar prioritas pemerintahan Biden untuk terlibat dengan PBB.

Banyak dari mereka mengungkapkan keprihatinan dengan persekusi minoritas Muslim Uighur di Provinsi Xijiang, China.

Kelompok-kelompok HAM telah menuduh China mengirim lebih dari satu juta warga Uighur ke kamp-kamp tahanan. China mengatakan fasilitas itu dimaksudkan sebagai “pusat pendidikan kejuruan” dan untuk mencegah penyebaran ekstremisme keagamaan dan serangan teroris. [jm/em]

Hukum

Peristiwa

Pilkada 2024

Kesehatan

Lifestyle

Tekno