Berita Borneotribun: Antariksa Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Antariksa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Antariksa. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Juli 2025

Misteri Mars Terkuak: Aktivitas Vulkanik yang Redup Jadi Penyebab Planet Merah Kehilangan Kehidupan

Misteri Mars Terkuak: Aktivitas Vulkanik yang Redup Jadi Penyebab Planet Merah Kehilangan Kehidupan
Misteri Mars Terkuak: Aktivitas Vulkanik yang Redup Jadi Penyebab Planet Merah Kehilangan Kehidupan.

Kenapa Mars Jadi Gurun Kosong? Ini Penjelasan Ilmiahnya

JAKARTA - Pernah bertanya-tanya kenapa Mars, si Planet Merah, begitu tandus dan tak berpenghuni? Baru-baru ini, sekelompok ilmuwan dari Universitas Chicago menemukan jawaban yang menarik. 

Menurut mereka, penyebab utama Mars kehilangan atmosfer dan akhirnya berubah jadi padang pasir tanpa kehidupan adalah karena aktivitas vulkaniknya yang berhenti terlalu cepat.

Di Bumi, gunung berapi punya peran besar dalam menjaga keseimbangan iklim. Mereka mengeluarkan karbon dioksida (CO₂), yang penting untuk efek rumah kaca alami yang membuat suhu tetap nyaman bagi makhluk hidup. Tapi di Mars, proses ini terhenti. Siklus karbon yang penting untuk iklim stabil tidak bisa berlanjut.

Curiosity Temukan Petunjuk Penting di Mars

Robot penjelajah NASA, Curiosity, belum lama ini menemukan batuan yang kaya karbonat di permukaan Mars. Nah, karbonat ini biasanya terbentuk saat CO₂ bercampur dengan air cair dan mineral. Artinya, dulu Mars pernah punya laut atau danau yang menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Tapi sayangnya, saat itu tidak ada cukup letusan gunung berapi yang bisa menggantikan CO₂ yang hilang, sehingga atmosfer Mars makin menipis.

Matahari Makin Terang, Tapi Mars Tetap Membeku

Misteri Mars Terkuak: Aktivitas Vulkanik yang Redup Jadi Penyebab Planet Merah Kehilangan Kehidupan
Misteri Mars Terkuak: Aktivitas Vulkanik yang Redup Jadi Penyebab Planet Merah Kehilangan Kehidupan.

Para ilmuwan juga menjelaskan bahwa Matahari kita secara perlahan memang semakin terang seiring waktu. Itu seharusnya bisa mencairkan es di Mars dan menciptakan periode hangat sesaat. Tapi karena aktivitas vulkanik di Mars sudah berhenti, periode hangat itu tidak bertahan lama. Tekanan atmosfer turun, air menghilang, dan Mars kembali menjadi dunia beku tanpa kehidupan.

Gunung Berapi Terbesar di Tata Surya Kini Diam

Olympus Mons, gunung berapi terbesar di seluruh tata surya, dulunya mungkin menyemburkan magma dan CO₂ dalam jumlah besar. Tapi gunung ini ‘tertidur’ sekitar 3 miliar tahun yang lalu. Sejak saat itu, Mars hampir tidak punya aktivitas geologi sama sekali. Bandingkan dengan Bumi, di mana gunung berapi masih terus aktif dan membantu menjaga iklim tetap stabil, bahkan setelah bencana besar sekalipun.

Apa Arti Penemuan Ini?

Temuan ini sangat penting karena bisa membantu para peneliti menentukan area di Mars yang dulu mungkin paling ramah untuk kehidupan. Mungkin, kehidupan pernah muncul sebentar di Mars sebelum semuanya berubah drastis. Sekarang, Curiosity terus menjelajahi Gunung Sharp untuk mencari jejak-jejak karbon dan air yang tersisa.

Mars mengajarkan kita satu hal penting: tanpa keseimbangan alam seperti aktivitas vulkanik, atmosfer bisa lenyap, air bisa hilang, dan kehidupan bisa punah. Ini jadi pengingat betapa berharganya sistem alami yang menjaga Bumi tetap hangat dan layak huni.

Foto Langka! ISS Tertangkap di Depan Semburan Matahari Dahsyat, Ini Penjelasan Fenomenanya

Foto Langka! ISS Tertangkap di Depan Semburan Matahari Dahsyat, Ini Penjelasan Fenomenanya
Foto Langka! ISS Tertangkap di Depan Semburan Matahari Dahsyat, Ini Penjelasan Fenomenanya.

Fenomena Langka: ISS Melintas Tepat di Depan Semburan Matahari

JAKARTA - Sebuah momen luar biasa berhasil diabadikan oleh astrofotografer asal Amerika Serikat, Andrew McCarthy. Ia berhasil menangkap gambar unik dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang tampak melintas di depan semburan matahari raksasa. Sekilas, foto tersebut menciptakan ilusi seolah-olah ISS sedang mendekati Matahari, seperti ngengat yang tertarik ke arah cahaya.

Foto langka ini diambil pada tanggal 15 Juni 2025 di Gurun Sonora, negara bagian Arizona, Amerika Serikat. Awalnya, McCarthy hanya berencana memotret "transit biasa" ISS yakni saat stasiun luar angkasa melintas cepat di depan matahari. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Sebuah bintik matahari yang dinamai AR4114 mendadak aktif dan melepaskan semburan besar. Momen itu langsung ia abadikan, dan hasilnya sungguh luar biasa!

“Foto seperti ini mungkin cuma bisa dibuat sekali seumur hidup,” ujar McCarthy. Ia menamai hasil karyanya ini “Kardashev Dreams”, menggambarkan langkah awal umat manusia dalam mengeksplorasi luar angkasa.

Jarak 150 Juta Kilometer dan Ilusi Visual

Foto Langka! ISS Tertangkap di Depan Semburan Matahari Dahsyat, Ini Penjelasan Fenomenanya
Foto Langka! ISS Tertangkap di Depan Semburan Matahari Dahsyat, Ini Penjelasan Fenomenanya.

Meski dalam foto ISS terlihat cukup besar, kenyataannya stasiun luar angkasa itu jutaan kali lebih kecil dari Matahari. Jarak ISS dengan Matahari sekitar 150 juta kilometer, jadi para astronot tetap aman dari efek langsung semburan radiasi tersebut.

McCarthy menyebutkan bahwa ada sesuatu yang sangat menginspirasi saat kita melihat siluet kecil hasil teknologi manusia berdiri di hadapan kekuatan dahsyat alam semesta. Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan langka ini yang merupakan kombinasi antara keterampilan teknis, waktu yang tepat, dan sedikit keberuntungan.

Dampak Semburan Matahari: Gangguan Komunikasi di Amerika Utara

Foto Langka! ISS Tertangkap di Depan Semburan Matahari Dahsyat, Ini Penjelasan Fenomenanya
Foto Langka! ISS Tertangkap di Depan Semburan Matahari Dahsyat, Ini Penjelasan Fenomenanya.

Semburan matahari yang terekam dalam foto McCarthy bukan hanya indah, tapi juga memiliki dampak nyata. Dengan kekuatan magnitudo 8,46, semburan ini memicu gangguan komunikasi radio di beberapa wilayah Amerika Utara. Hal ini disebabkan oleh gangguan di ionosfer, yaitu lapisan atmosfer yang berada lebih dari 50 kilometer di atas permukaan Bumi.

Saat semburan matahari terjadi, plasma dan gelombang elektromagnetik yang dilepaskan bisa memengaruhi teknologi komunikasi, terutama yang berbasis frekuensi tinggi seperti radio.

Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya pengamatan luar angkasa dalam memahami cuaca antariksa yang bisa berdampak langsung ke kehidupan kita di Bumi. Selain itu, momen ini juga mengingatkan kita bahwa di tengah luasnya semesta, manusia sedang belajar dan berkembang. Foto ini bukan hanya indah, tapi juga punya nilai ilmiah dan inspiratif.

Foto ISS di depan semburan matahari bukan sekadar karya seni langit, tapi juga pengingat tentang betapa kecilnya kita di alam semesta, sekaligus betapa besar potensi teknologi dan pengetahuan manusia untuk menjelajah lebih jauh.

Objek Antarbintang Baru Ditemukan! A11pl3Z Diduga Berasal dari Luar Tata Surya

Objek Antarbintang Baru Ditemukan! A11pl3Z Diduga Berasal dari Luar Tata Surya
Objek Antarbintang Baru Ditemukan! A11pl3Z Diduga Berasal dari Luar Tata Surya.

JAKARTA - Dunia astronomi kembali dibuat heboh! Para ilmuwan tengah mengamati sebuah objek misterius yang tengah melintasi tata surya kita. 

Objek ini tak biasa jalur lintasannya menunjukkan bahwa ia bukan berasal dari tata surya. 

Objek tersebut diberi nama sementara A11pl3Z, dan ada kemungkinan besar bahwa benda langit ini berasal dari ruang antarbintang!

Penemuan Langka di Langit

Objek Antarbintang Baru Ditemukan! A11pl3Z Diduga Berasal dari Luar Tata Surya
Objek Antarbintang Baru Ditemukan! A11pl3Z Diduga Berasal dari Luar Tata Surya.

Badan Antariksa Eropa (ESA) menyampaikan bahwa A11pl3Z memiliki lintasan hiperbolik artinya, ia tidak mengorbit matahari seperti planet atau komet biasa. 

Saat ini, benda ini sedang berada di dalam lintasan orbit Jupiter dan diperkirakan akan melintasi Mars sebelum mendekati Matahari pada bulan Oktober.

Para astronom di seluruh dunia sedang memantau pergerakan A11pl3Z melalui teleskop dan juga menelusuri data lama untuk mencari tahu apakah objek ini pernah terlihat sebelumnya tapi terlewatkan.

Apa yang Membuat A11pl3Z Unik?

David Rankin, seorang insinyur dari Universitas Arizona, menjelaskan bahwa nilai eksentrisitas lintasan A11pl3Z mencapai sekitar 6. Untuk perbandingan, orbit lingkaran sempurna memiliki eksentrisitas 0, sedangkan lintasan yang nilainya lebih dari 1 dianggap sebagai hiperbola tanda kuat bahwa objek ini bukan berasal dari tata surya kita.

Sayangnya, saat A11pl3Z mencapai titik terdekatnya dengan Matahari, Bumi akan berada di sisi berlawanan, sehingga kita akan kesulitan untuk mengamati detailnya secara langsung. Tapi tenang saja, kabar baiknya adalah objek ini tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi.

Bukan yang Pertama

Objek Antarbintang Baru Ditemukan! A11pl3Z Diduga Berasal dari Luar Tata Surya
Objek Antarbintang Baru Ditemukan! A11pl3Z Diduga Berasal dari Luar Tata Surya.

Jika benar A11pl3Z berasal dari luar tata surya, maka ini akan menjadi objek antarbintang ketiga yang berhasil kita deteksi. Sebelumnya, dunia sempat dihebohkan dengan:

  • 1I/'Oumuamua pada tahun 2017: objek berbentuk memanjang seperti cerutu, yang hingga kini masih menyimpan misteri mengenai bentuk dan asal-usulnya.

  • 2I/Borisov beberapa tahun kemudian: sebuah komet dengan diameter sekitar 20 kilometer dan memiliki ekor kecil.

Kenapa Ini Penting?

Penemuan benda antarbintang seperti A11pl3Z memberikan wawasan baru tentang alam semesta dan bagaimana objek-objek dari luar bisa melintas ke wilayah kita. Mungkin saja benda-benda ini membawa petunjuk tentang sistem bintang lain atau bahkan komposisi kimia yang tidak kita temui di tata surya kita.

Penemuan A11pl3Z membuka kembali rasa penasaran umat manusia terhadap luar angkasa. Meski belum banyak yang bisa diketahui tentang objek ini, para ilmuwan terus memantau dan menganalisisnya dengan harapan dapat memecahkan misteri asal-usulnya. Siapa tahu, di masa depan kita bisa belajar lebih banyak dari pengembara antarbintang ini!

Foto Langka! Ilmuwan Temukan Bukti Ledakan Ganda dari Bintang Mati, Ini Penjelasannya

Foto Langka! Ilmuwan Temukan Bukti Ledakan Ganda dari Bintang Mati, Ini Penjelasannya
Foto Langka! Ilmuwan Temukan Bukti Ledakan Ganda dari Bintang Mati, Ini Penjelasannya

JAKARTA - Untuk pertama kalinya, para astronom berhasil menangkap gambar sisa-sisa bintang mati yang mengalami dua kali ledakan sebuah fenomena langka yang disebut "detonasi ganda". 

Temuan ini menjadi jawaban penting bagi misteri yang selama ini membingungkan para ilmuwan: mengapa beberapa bintang meledak sebelum mencapai massa kritis.

Bukti Langsung dari Alam Semesta

Foto Langka! Ilmuwan Temukan Bukti Ledakan Ganda dari Bintang Mati, Ini Penjelasannya
Foto Langka! Ilmuwan Temukan Bukti Ledakan Ganda dari Bintang Mati, Ini Penjelasannya

Tim peneliti internasional menggunakan teleskop raksasa VLT (Very Large Telescope) dan alat spektrograf canggih bernama MUSE untuk mengamati sisa-sisa supernova bernama SNR 0509−67.5, yang terletak di konstelasi Dorado (Zaman sekarang dikenal juga sebagai Zodiak Ikan Emas), sekitar 60.000 tahun cahaya dari Bumi.

Setelah dianalisis, objek tersebut ternyata dulunya adalah bintang katai putih yaitu jenis bintang "mati" yang umumnya sudah kehabisan bahan bakar dan mendingin perlahan. Tapi yang satu ini berbeda: ia meledak dua kali sebelum benar-benar hancur.

Apa Itu Detonasi Ganda?

Biasanya, bintang katai putih akan tetap tenang sampai massanya melewati batas yang disebut batas Chandrasekhar sekitar 1,4 kali massa Matahari. Setelah itu, barulah dia akan meledak sebagai supernova tipe Ia.

Namun, dalam kasus detonasi ganda, urutannya sedikit berbeda. Bintang tersebut tidak perlu menunggu sampai massanya mencapai ambang batas. Cukup dengan menyerap sedikit helium dari bintang tetangganya (jika berada dalam sistem bintang ganda), maka lapisan helium itu bisa meledak terlebih dulu. Ledakan awal ini kemudian memicu ledakan kedua di inti bintang, yang menghancurkannya sepenuhnya.

Penemuan yang Menjawab Misteri Kosmik

Selama ini, teori tentang ledakan ganda memang sudah lama ada, tapi belum pernah ada bukti visual yang mendukungnya secara langsung. Nah, itulah yang membuat penemuan ini begitu penting. Sisa-sisa supernova SNR 0509−67.5 yang kini terlihat oleh teleskop merupakan jejak khas dari dua ledakan beruntun yang terjadi sekitar 400 tahun lalu.

Alam Semesta dan Kisah Bintang yang Mati Dua Kali

Penemuan ini bukan hanya mengungkap cara baru bintang mati, tapi juga menunjukkan betapa luar biasanya semesta kita. Kadang, bintang bisa meledak dua kali dan meninggalkan "lukisan langit" yang indah untuk kita kagumi dari Bumi.

Bagi dunia astronomi, ini adalah langkah besar dalam memahami mekanisme ledakan supernova dan evolusi bintang. Selain itu, hal ini juga bisa membantu para ilmuwan dalam mengukur jarak galaksi jauh dengan lebih akurat, karena supernova tipe Ia sering dijadikan "standar jarak" di kosmos.

Jika kamu tertarik dengan dunia antariksa atau ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana bintang bisa "mati dua kali", penemuan ini adalah contoh nyata betapa sains bisa terus memberi kejutan luar biasa. Langit malam ternyata menyimpan lebih banyak cerita daripada yang kita kira!

Teleskop James Webb Buktikan Keberadaan Materi Gelap Lewat Galaksi "Peluru"

Teleskop James Webb Buktikan Keberadaan Materi Gelap Lewat Galaksi "Peluru"
Teleskop James Webb Buktikan Keberadaan Materi Gelap Lewat Galaksi "Peluru"

James Webb Buka Tabir Misteri Alam Semesta: Materi Gelap Ternyata Nyata!

JAKARTA - Pernah dengar soal "materi gelap"? Ini bukan nama film sci-fi, lho, tapi salah satu misteri terbesar di jagat raya. 

Ilmuwan sudah lama menduga bahwa materi gelap itu ada, tapi belum ada bukti langsung yang bisa dilihat dengan mata. 

Nah, kabar terbarunya teleskop luar angkasa James Webb akhirnya memberikan petunjuk penting yang membuktikan keberadaan materi gelap!

Apa Itu Materi Gelap, Sih?

Jadi begini, menurut para ilmuwan, segala hal yang bisa kita lihat planet, bintang, galaksi, bahkan kita sendiri hanyalah sekitar 5% dari keseluruhan isi alam semesta. Sisanya? Sekitar 27% adalah materi gelap, dan 68% lainnya berupa energi gelap. 

Yang bikin pusing, dua komponen itu nggak bisa dilihat langsung. Tapi keberadaannya bisa dirasakan dari pengaruh gravitasi yang mereka berikan.

Galaksi Peluru Jadi Kunci Jawaban

Salah satu bukti paling kuat datang dari sebuah fenomena luar biasa yang disebut Bullet Cluster atau "Satelit Galaksi Peluru". Ini adalah hasil tabrakan dua gugus galaksi raksasa yang jaraknya sekitar 3,8 miliar tahun cahaya dari Bumi. Nah, dalam foto sinar-X yang diambil dari teleskop luar angkasa Chandra, terlihat bahwa gas panas dari tabrakan itu tertinggal di belakang. Tapi anehnya, sebagian besar massa malah terus bergerak ke depan.

Lho, kok bisa? Jawabannya adalah... materi gelap! Materi ini hampir nggak berinteraksi dengan materi biasa, jadi dia bisa "menembus" tabrakan tanpa melambat, sementara gas biasa tertahan.

James Webb Turun Tangan

Untuk memperkuat bukti ini, tim ilmuwan dari Universitas Yonsei di Korea Selatan dan Caltech di Amerika Serikat menggunakan teleskop James Webb untuk melakukan pengamatan infra merah. Mereka juga menggabungkan datanya dengan observasi dari Chandra X-ray Observatory. Hasilnya? Mereka mampu memetakan ribuan galaksi dan bintang yang terlempar keluar dari sistemnya.

Menariknya, cahaya dari bintang-bintang yang tersebar ini ternyata mengikuti pola distribusi materi gelap yang telah dideteksi sebelumnya. Artinya, cahaya ini bisa dijadikan sebagai “penunjuk jalan” untuk melacak keberadaan materi gelap!

“Kami membuktikan bahwa cahaya antar-galaksi bisa jadi indikator yang akurat untuk memetakan materi gelap, bahkan dalam lingkungan seaktif ini,” ujar Sanjun Cha, mahasiswa doktoral di Universitas Yonsei.

Lebih Dari Sekadar Tabrakan

Ternyata, sejarah dari Bullet Cluster ini juga lebih kompleks dari dugaan sebelumnya. Analisis terbaru menunjukkan bahwa tabrakan besar ini mungkin bukan satu-satunya ada kemungkinan beberapa benturan kecil terjadi sebelum dan sesudah peristiwa utama.

Jadi, Apa Artinya Buat Kita?

Penemuan ini jadi bukti kuat bahwa materi gelap itu bukan sekadar teori di atas kertas. Keberadaannya nyata dan punya pengaruh besar terhadap struktur alam semesta. Meskipun belum bisa kita lihat langsung, sekarang kita punya cara untuk “melihat” jejaknya lewat cahaya yang dipancarkan bintang-bintang liar di angkasa.

Dengan bantuan teleskop James Webb dan observatorium Chandra, dunia astronomi semakin dekat memahami teka-teki kosmos. Keberadaan materi gelap kini semakin tak terbantahkan, dan Bullet Cluster menjadi bukti nyata bahwa alam semesta masih menyimpan banyak rahasia menakjubkan yang siap kita ungkap.

Jumat, 04 Juli 2025

Balik Lagi ke Era Shuttle? Prancis Pamerin Kosmoplan Canggih Bernama VORTEX di Paris Air Show!

Balik Lagi ke Era Shuttle? Prancis Pamerin Kosmoplan Canggih Bernama VORTEX di Paris Air Show!
Balik Lagi ke Era Shuttle? Prancis Pamerin Kosmoplan Canggih Bernama VORTEX di Paris Air Show!

JAKARTA - Dunia antariksa lagi panas-panasnya, dan kali ini datang kabar heboh dari Prancis. Di ajang bergengsi Paris Air Show, publik disuguhi konsep keren bernama VORTEX – singkatan dari Véhicule Orbital Réutilisable de Transport et d’Exploration. Kalau diterjemahin, artinya kira-kira "kendaraan orbit yang bisa dipakai ulang untuk transportasi dan eksplorasi". Gokil, kan?

Si VORTEX ini digadang-gadang bakal jadi kendaraan masa depan buat nganter orang dan barang dari Bumi ke luar angkasa. Jadi nggak cuma astronot doang yang bisa jalan-jalan ke luar angkasa, tapi nanti siapa tahu kita-kita juga bisa nebeng... asal nabung dulu.

Dari Konsep Lama, Tapi Diperbarui Pakai Teknologi Kekinian

Bentuknya kurang lebih kayak kapsul balistik yang udah dikenal sejak zaman perlombaan antariksa antara Amerika dan Uni Soviet. Tapi jangan salah, meskipun konsepnya "jadul", VORTEX ini pakai teknologi masa kini yang jauh lebih canggih dan efisien.

Perusahaan Dassault Aviation yang ngerjain proyek ini juga bukan pemain baru. Mereka dulu sempat bikin pesawat luar angkasa Hermes, dan juga pernah kerja bareng NASA. Sekarang mereka mau ngajak kerja sama European Space Agency (ESA) buat ngebut proyek ini sampai jadi kenyataan.

Proyek VORTEX Bakal Dibagi Jadi 4 Tahap

Biar gak asal jadi, proyek VORTEX dibagi jadi empat fase penting:

  1. Tahap 1 – VORTEX-D
    Ini kayak versi mininya VORTEX, panjangnya cuma 4 meter dengan sayap selebar 2,5 meter. Dipakai buat ngetes konfigurasi masuk atmosfer dengan kecepatan super tinggi.

  2. Tahap 2 – VORTEX-S
    Versi yang lebih gede, sekitar dua pertiga ukuran asli. Tujuannya buat ngetes kemampuan terbang secara bebas dan smart, alias tanpa dikendalikan terus-menerus.

  3. Tahap 3 & 4 – Versi Final
    Dua kosmoplan ukuran penuh, panjangnya 12 meter dan bentang sayap sampai 7 meter. Satu untuk angkut barang (cargo), satu lagi buat penumpang. Siap-siap deh jadi taksi luar angkasa!

Kelebihan VORTEX yang Bikin Pesaing Merinding

  • Bisa diluncurkan pakai roket tanpa pelindung khusus (fairing)

  • Bisa bermanuver bebas di orbit dan saat balik ke atmosfer

  • Bisa mendarat kayak pesawat biasa di bandara umum

  • Bisa dipakai ulang berkali-kali

  • Punya ruang kargo luas buat misi servis satelit, bawa barang, atau jadi platform orbit mandiri

Yang paling menarik, VORTEX dirancang bukan cuma buat misi luar angkasa satu arah, tapi juga bisa bolak-balik Bumi–angkasa kayak naik shuttle. Multifungsi banget.

VORTEX vs Dream Chaser: Siapa Lebih Dulu Ngaspal di Luar Angkasa?

Gak cuma Prancis aja yang kepikiran bikin shuttle masa depan. Dari Amerika, ada juga Sierra Space yang bikin kosmoplan kece bernama Dream Chaser. Mirip VORTEX, si Dream Chaser ini bisa diluncurkan dengan roket dan balik mendarat kayak pesawat. Tapi sampai sekarang, jadwal peluncurannya udah dua kali ditunda. Sierra Space janjiin Dream Chaser bakal terbang sebelum akhir 2025. Kita tungguin aja, siapa yang duluan take off.

Dengan hadirnya VORTEX, bukan gak mungkin dalam beberapa dekade ke depan perjalanan ke luar angkasa bakal sepraktis naik pesawat ke luar negeri. Prancis udah nunjukin keseriusannya, tinggal nunggu giliran negara lain ikut meramaikan persaingan. Kita? Siap-siap dukung dan pantengin terus infonya biar gak kudet.

Senin, 30 Juni 2025

NASA Ungkap Foto Paling Detail Galaksi Andromeda, Tetangga Dekat Bumi di Alam Semesta

NASA Ungkap Foto Paling Detail Galaksi Andromeda, Tetangga Dekat Bumi di Alam Semesta
NASA Ungkap Foto Paling Detail Galaksi Andromeda, Tetangga Dekat Bumi di Alam Semesta.

JAKARTA - Bayangkan kamu bisa melihat tetangga galaksi kita, Andromeda, dengan sangat jelas seolah kamu berada di dekatnya. 

Nah, itulah yang baru saja dilakukan NASA! Mereka merilis foto paling tajam dan detail dari Galaksi Andromeda, yang jaraknya sekitar 2,5 juta tahun cahaya dari Bima Sakti rumah kita di jagat raya.

Yang membuat gambar ini begitu luar biasa adalah gabungan data dari berbagai teleskop luar angkasa dan observatorium di Bumi. 

Jadi bukan cuma satu alat yang mengambil gambar ini, tapi kolaborasi besar antar teknologi canggih dari seluruh dunia.

NASA Ungkap Foto Paling Detail Galaksi Andromeda, Tetangga Dekat Bumi di Alam Semesta
NASA Ungkap Foto Paling Detail Galaksi Andromeda, Tetangga Dekat Bumi di Alam Semesta.

NASA Rilis Foto Terjelas Galaksi Andromeda, Tampilkan Keindahan Tetangga Kosmis Kita

Gabungan Spektrum Cahaya dari Berbagai Teleskop

NASA memanfaatkan berbagai jenis gelombang cahaya untuk memetakan Andromeda:

  • Sinar-X (yang ditandai dengan warna merah, hijau, dan biru dalam gambar) direkam oleh teleskop luar angkasa Chandra dan XMM-Newton.

  • Cahaya ultraviolet ditangkap oleh satelit GALEX, yang kini sudah pensiun.

  • Cahaya tampak (yang bisa dilihat mata manusia) direkam lewat teleskop dari observatorium di Bumi.

  • Cahaya inframerah, yang menyoroti panas dari bintang dan debu kosmis, berasal dari teleskop Spitzer yang juga sudah menyelesaikan misinya, serta berbagai satelit lainnya.

  • Gelombang radio, yang memunculkan rona merah-oranye, diambil dari Westerbork Synthesis Radio Telescope.

Dengan menggabungkan semua spektrum cahaya ini, para ilmuwan bisa melihat Andromeda secara menyeluruh dan mendalam dari bagian terang hingga bagian yang tersembunyi oleh debu dan gas.

Lebih dari Sekadar Foto: Suara dari Alam Semesta

NASA Ungkap Foto Paling Detail Galaksi Andromeda, Tetangga Dekat Bumi di Alam Semesta
NASA Ungkap Foto Paling Detail Galaksi Andromeda, Tetangga Dekat Bumi di Alam Semesta.

Menariknya, NASA juga menyajikan versi “sonifikasi” dari gambar ini. Artinya, data cahaya yang tak bisa kita lihat diubah menjadi suara!

  • Setiap jenis gelombang elektromagnetik dikonversi menjadi nada tertentu.

  • Semakin terang sumber cahayanya, semakin keras suaranya.

  • Posisi vertikal dalam gambar menentukan tinggi rendahnya nada.

Jadi, kamu bisa mendengar galaksi Andromeda, bukan hanya melihatnya. Ini jadi pengalaman yang benar-benar beda dalam memahami alam semesta.

Dedikasi untuk Ilmuwan Hebat: Vera Rubin

NASA Ungkap Foto Paling Detail Galaksi Andromeda, Tetangga Dekat Bumi di Alam Semesta
NASA Ungkap Foto Paling Detail Galaksi Andromeda, Tetangga Dekat Bumi di Alam Semesta.

Peluncuran gambar menakjubkan ini juga menjadi penghormatan untuk mendiang Dr. Vera Rubin yang genap berusia 88 tahun jika masih hidup. 

Ia adalah ilmuwan yang berjasa besar dalam penelitian materi gelap, sebuah “zat misterius” yang tak terlihat namun memiliki peran penting menjaga galaksi tetap utuh. 

Tanpa materi gelap, bisa jadi Andromeda dan galaksi lain sudah tercerai berai!

NASA Ungkap Foto Paling Detail Galaksi Andromeda, Tetangga Dekat Bumi di Alam Semesta
NASA Ungkap Foto Paling Detail Galaksi Andromeda, Tetangga Dekat Bumi di Alam Semesta.

Foto luar biasa dari galaksi Andromeda ini bukan hanya suguhan visual yang menakjubkan, tapi juga jendela baru untuk memahami semesta. 

Melalui kombinasi teknologi tinggi dan dedikasi para ilmuwan, kita bisa melihat dan mendengar bagaimana alam semesta menyimpan keindahan dan rahasianya.

Oh iya, kalau kamu penasaran seperti apa suara galaksi ini, kamu bisa mencarinya langsung di situs resmi NASA. 

Siapa tahu kamu bisa mendengar simfoni kosmis yang selama ini tersembunyi.

Temuan Menarik di Mars: Lokasi Ideal untuk Koloni Pertama, Tersedia Sumber Air di Dekat Permukaan

Temuan Menarik di Mars: Lokasi Ideal untuk Koloni Pertama, Tersedia Sumber Air di Dekat Permukaan
Temuan Menarik di Mars: Lokasi Ideal untuk Koloni Pertama, Tersedia Sumber Air di Dekat Permukaan.

JAKARTA - Bayangkan kalau suatu hari manusia bisa tinggal di Mars. Tentu bukan hal yang mudah, ya! Ada banyak hal yang harus dipikirkan: mulai dari kebutuhan air, oksigen, makanan, sampai bahan bakar untuk pulang ke Bumi. 

Nah, kabar baiknya, para ilmuwan dari Universitas Mississippi, Amerika Serikat, baru saja menemukan lokasi di Mars yang sangat potensial untuk dijadikan tempat tinggal pertama bagi manusia.

Lokasi ini berada di wilayah bernama Amazonis Planitia, sebuah dataran luas yang terletak di bagian tengah Mars. 

Yang bikin tempat ini istimewa adalah adanya lapisan es tepat di bawah permukaan tanah, bahkan diperkirakan hanya sedalam kurang dari satu meter! 

Temuan ini diperoleh dari kamera canggih bernama HiRISE yang ada di satelit pengorbit Mars.

Kenapa ini penting? Karena membawa air dari Bumi ke Mars itu super mahal biayanya bisa mencapai miliaran rupiah per liter! Maka dari itu, kalau bisa mengambil air langsung dari Mars, itu akan sangat menghemat biaya dan membuat misi luar angkasa jadi lebih efisien.

Amazonis Planitia juga punya keuntungan lain. Daerah ini cukup dekat dengan garis khatulistiwa Mars, jadi sinar mataharinya cukup untuk panel surya. 

Sementara di lokasi lain yang punya banyak es, biasanya sinar mataharinya terbatas dan suhunya terlalu ekstrem. 

Jadi, tempat ini bisa dibilang “pas banget”: ada air dan cukup cahaya untuk energi.

Dari hasil analisis gambar, terlihat adanya kawah-kawah cerah dan pola tanah yang unik. Itu pertanda kuat bahwa ada es di sana. 

Peneliti juga menemukan semacam retakan yang menandakan adanya pelebaran dan penyusutan es seiring perubahan musim. 

Hebatnya lagi, peta geologi menunjukkan bahwa es ini kemungkinan sudah ada di sana selama jutaan tahun!

Bukan cuma penting buat kebutuhan hidup, es ini juga punya nilai ilmiah tinggi. Menurut para ahli astrobiologi, es yang belum tersentuh ini bisa menyimpan jejak kehidupan purba di Mars. 

Siapa tahu, kita bisa menemukan sisa-sisa organisme mikro yang pernah hidup di sana. Bayangkan betapa besarnya dampak temuan itu bagi ilmu pengetahuan!

Namun, semua ini masih butuh pembuktian lebih lanjut. Kita belum benar-benar yakin seberapa banyak es yang bisa diambil dan seberapa mudah mengaksesnya. 

Maka dari itu, ke depannya diperlukan misi tambahan baik itu rover atau modul pendarat untuk mengambil sampel langsung dari lokasi tersebut.

Kalau semua berjalan lancar, bisa jadi wilayah Amazonis Planitia ini akan menjadi lokasi pendaratan misi NASA di masa depan

Untuk gambaran, sebuah tim kecil yang terdiri dari empat astronot diperkirakan akan membutuhkan lebih dari 20 ton air selama tinggal 500 hari di Mars. 

Jadi, keberadaan es di wilayah ini bisa benar-benar jadi penyelamat.

Penemuan ini bukan hanya membuat mimpi tinggal di Mars makin realistis, tapi juga membuka peluang besar dalam eksplorasi luar angkasa. 

Dengan adanya sumber air yang mudah dijangkau, Amazonis Planitia bisa jadi rumah pertama manusia di planet merah.

Kalau kamu penasaran dengan kehidupan luar angkasa, temuan seperti ini pasti bikin makin semangat, kan?

Minggu, 29 Juni 2025

Curiosity Temukan Struktur "Jaring Raksasa" di Mars, Petunjuk Baru Kehidupan Masa Lalu?

Curiosity Temukan Struktur "Jaring Raksasa" di Mars, Petunjuk Baru Kehidupan Masa Lalu?
Curiosity Temukan Struktur "Jaring Raksasa" di Mars, Petunjuk Baru Kehidupan Masa Lalu?

JAKARTA - Rover NASA Curiosity baru saja mengabadikan pemandangan luar biasa di permukaan Mars: struktur unik yang dijuluki sebagai "jaring raksasa". 

Penemuan ini bukan hanya menarik secara visual, tapi juga bisa membuka petunjuk penting soal kemungkinan adanya kehidupan masa lalu di Planet Merah.

Apa Itu "Jaring Raksasa" di Mars?

Struktur ini sebenarnya adalah formasi geologi yang disebut Boxwork. Bentuknya menyerupai jaring atau anyaman, mirip seperti sarang raksasa jika dilihat dari atas. 

Ukurannya bisa membentang hingga 20 kilometer dan sangat jarang ditemukan di permukaan Mars.

Boxwork terbentuk dari punggungan batuan mineral yang saling menyilang. Struktur ini bukanlah hasil aktivitas makhluk hidup, melainkan terbentuk dari proses alam tepatnya dari aliran air tanah kuno yang mengendapkan mineral di celah-celah batuan. 

Seiring waktu, mineral tersebut mengeras seperti semen. 

Angin Mars kemudian mengikis batuan lunak di sekitarnya, sehingga meninggalkan punggungan mineral yang lebih keras dan menonjol.

Beda dengan "Laba-laba Mars"

Curiosity Temukan Struktur "Jaring Raksasa" di Mars, Petunjuk Baru Kehidupan Masa Lalu?
Curiosity Temukan Struktur "Jaring Raksasa" di Mars, Petunjuk Baru Kehidupan Masa Lalu?

Jangan tertukar, ya! Struktur ini bukan "laba-laba Mars" yang selama ini kita kenal sebagai pola bintang akibat sublimasi es kering di musim semi Mars. "Jaring" ini lebih stabil dan permanen, bukan hasil perubahan musiman.

Kenapa Penemuan Ini Penting?

Meski struktur seperti ini sudah terdeteksi lebih dari 10 tahun lalu, baru kali ini Curiosity berhasil memotret dari dekat dan dalam resolusi tinggi. Video 3D yang dirilis NASA bahkan menunjukkan detailnya dengan sangat jelas.

Yang menarik, struktur serupa pernah ditemukan di gua-gua di Bumi, meski dalam ukuran yang jauh lebih kecil. 

Ini membuka kemungkinan bahwa mekanisme pembentukannya mirip, yaitu melalui aliran air bawah tanah.

Kalau memang benar air tanah yang membentuknya, berarti dulu Mars memiliki sistem air bawah tanah aktif sesuatu yang sangat penting dalam pencarian jejak kehidupan kuno.

Lokasi Penemuan: Gunung Sharp

Curiosity Temukan Struktur "Jaring Raksasa" di Mars, Petunjuk Baru Kehidupan Masa Lalu?
Curiosity Temukan Struktur "Jaring Raksasa" di Mars, Petunjuk Baru Kehidupan Masa Lalu?

Curiosity menemukan "jaring raksasa" ini di lereng Gunung Sharp, yang memiliki ketinggian sekitar 5,5 kilometer dan berada di tengah Kawah Gale, lokasi utama eksplorasi NASA sejak 2012.

Uniknya, struktur seperti ini tidak ditemukan di bagian lain Gunung Sharp, yang membuat area ini sangat spesial dan jadi fokus utama penelitian saat ini.

Penemuan "jaring raksasa" oleh Curiosity adalah salah satu bukti paling menarik bahwa Mars pernah memiliki kondisi geologi yang kompleks, mungkin juga mendukung kehidupan. 

Dengan teknologi terbaru dan data 3D, para ilmuwan kini bisa menganalisisnya lebih dalam.

Kita tinggal menunggu apakah struktur ini benar-benar menyimpan petunjuk kehidupan masa lalu di Mars?

Kamera Digital Terbesar di Dunia Temukan 2.104 Asteroid dan Jutaan Galaksi Hanya Dalam Beberapa Jam

Kamera Digital Terbesar di Dunia Temukan 2.104 Asteroid dan Jutaan Galaksi Hanya Dalam Beberapa Jam
Kamera Digital Terbesar di Dunia Temukan 2.104 Asteroid dan Jutaan Galaksi Hanya Dalam Beberapa Jam.

Kamera Raksasa yang Buka Mata Dunia Astronomi

JAKARTA - Baru-baru ini, dunia ilmu pengetahuan digemparkan dengan hasil mengejutkan dari kamera digital terbesar di dunia yang berhasil memotret lebih dari 2.104 asteroid baru dan jutaan galaksi, hanya dalam hitungan jam!

Kamera ini berada di Observatorium Vera Rubin di Chili dan merupakan bagian dari proyek luar biasa bernama LSST (Legacy Survey of Space and Time). Kamera ini punya resolusi super tinggi — mencapai 3.200 megapiksel, dan beratnya sekitar 3 ton!

Hasil Foto yang Bikin Merinding

Dalam hasil awal yang dipublikasikan, kamera ini berhasil menangkap pemandangan menakjubkan seperti:

  • Trojaya Nebula (Tiga Nebula)

  • Nebula Lagun

  • Bagian dari gugus galaksi Virgo

Salah satu videonya bahkan disusun dari lebih dari 1.100 foto, memperlihatkan 10 juta galaksi! Bayangkan saja, kalau kamu mau melihat satu galaksi per detik, butuh lebih dari 115 hari untuk menyelesaikannya. Dan itu baru 0,5% dari data yang akan dikumpulkan selama 10 tahun proyek berlangsung.

Target: 20 Miliar Galaksi dalam 10 Tahun

Dalam dekade ke depan, proyek LSST menargetkan untuk merekam sekitar 20 miliar galaksi — ini setara dengan sekitar 10% dari semua galaksi yang bisa kita lihat di alam semesta.

Hebatnya lagi, observatorium ini akan memotret langit malam secara menyeluruh setiap 3–4 malam sekali, membuat semacam timelapse raksasa dari alam semesta dalam kualitas super tajam.

Fokus Tak Hanya Galaksi: 2.104 Asteroid Baru Terdeteksi!

Selain menangkap gambar luar angkasa yang menawan, kamera ini juga sudah mendeteksi lebih dari 2.104 asteroid baru hanya dalam waktu kerja sekitar 10 jam!

Para astronom berharap dalam dua tahun pertama, mereka bisa menemukan jutaan asteroid baru, termasuk benda-benda langit lain seperti komet, bahkan objek antarbintang yang melintasi tata surya.

Apa Sih Tujuan Besar dari Proyek Ini?

Kamera Digital Terbesar di Dunia Temukan 2.104 Asteroid dan Jutaan Galaksi Hanya Dalam Beberapa Jam
Kamera Digital Terbesar di Dunia Temukan 2.104 Asteroid dan Jutaan Galaksi Hanya Dalam Beberapa Jam.

Nama observatorium ini diambil dari Vera Rubin, seorang astronom Amerika yang berjasa dalam membuktikan teori materi gelap — salah satu unsur misterius yang mengisi alam semesta kita.

Melalui LSST, para ilmuwan berharap bisa:

  • Memahami asal-usul dan evolusi galaksi

  • Menyingkap rahasia materi dan energi gelap

  • Memprediksi dan melacak objek-objek berbahaya yang mendekati Bumi

Tapi, Ada Ancaman: Pemotongan Dana dari Pemerintah AS

Sayangnya, meski hasilnya sangat menjanjikan, masa depan proyek ini masih terancam. Pemerintah AS melalui National Science Foundation dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk memotong anggaran yang sangat dibutuhkan proyek ini.

Ini bisa menghambat kelanjutan pengumpulan data yang luar biasa penting bagi dunia astronomi.

Langit Malam Tidak Pernah Sebegitu Terbuka

Kamera Digital Terbesar di Dunia Temukan 2.104 Asteroid dan Jutaan Galaksi Hanya Dalam Beberapa Jam
Kamera Digital Terbesar di Dunia Temukan 2.104 Asteroid dan Jutaan Galaksi Hanya Dalam Beberapa Jam.

Kamera digital terbesar di dunia ini bukan cuma prestasi teknologi, tapi juga jendela baru bagi manusia untuk memahami semesta. Dari asteroid dekat Bumi sampai galaksi yang berjarak miliaran tahun cahaya, proyek ini memberikan harapan besar untuk ilmu pengetahuan.

Kalau kamu tertarik dengan eksplorasi luar angkasa, galaksi-galaksi misterius, dan masa depan sains, pastikan terus ikuti perkembangan dari observatorium Vera Rubin dan proyek LSST ini.

Rabu, 25 Juni 2025

ESA Ungkap Rencana Masa Depan: Permukiman Manusia Mandiri di Bulan dan Mars Sebelum 2040

ESA Ungkap Rencana Masa Depan: Permukiman Manusia Mandiri di Bulan dan Mars Sebelum 2040
ESA Ungkap Rencana Masa Depan: Permukiman Manusia Mandiri di Bulan dan Mars Sebelum 2040.

JAKARTA - Pernah membayangkan hidup di Bulan atau Mars? Mungkin terdengar seperti cerita fiksi ilmiah, tapi hal itu kini makin dekat jadi kenyataan. 

Badan Antariksa Eropa (ESA) baru saja mengumumkan rencana besar bertajuk Technology 2040 sebuah peta jalan ambisius yang memproyeksikan bagaimana manusia bisa tinggal secara mandiri di luar angkasa, tepatnya di Bulan dan bahkan Mars, sebelum tahun 2040!

Permukiman Mandiri di Luar Angkasa: “Oasis” Baru Manusia

ESA Ungkap Rencana Masa Depan: Permukiman Manusia Mandiri di Bulan dan Mars Sebelum 2040
ESA Ungkap Rencana Masa Depan: Permukiman Manusia Mandiri di Bulan dan Mars Sebelum 2040.

ESA menyebutkan bahwa dalam 15 tahun ke depan, mereka ingin membangun semacam “oasis luar angkasa”—lingkungan yang bisa menopang kehidupan manusia secara mandiri. 

Bayangkan tempat tinggal di Bulan atau Mars yang punya sistem pengelolaan sumber daya sendiri, jadi para astronot bisa tinggal lebih lama tanpa harus terus-menerus bergantung pada Bumi.

Kalau sekarang astronot biasanya hanya bertahan di luar angkasa selama enam bulan, di masa depan mereka mungkin bisa menetap bertahun-tahun berkat teknologi baru yang canggih.

Apa Saja Teknologi yang Akan Dipakai?

Untuk mewujudkan ini, ESA akan mengandalkan banyak inovasi, seperti:

  • Material khusus dan printer 3D yang bisa membangun fasilitas langsung di permukaan Bulan atau Mars.

  • Robot dan kecerdasan buatan (AI) yang akan membantu dalam operasional harian, perbaikan sistem, dan bahkan melatih kru.

  • Sistem logistik super cepat seperti akselerator massal, yang bisa mengirimkan suplai dari Bumi ke luar angkasa dengan efisien.

  • Teknologi komunikasi antarplanet, termasuk internet luar angkasa dan satelit komunikasi baru, supaya koneksi tetap lancar hingga ke wilayah jauh di Tata Surya bahkan sampai Saturnus!

Ramah Lingkungan, Bahkan di Luar Bumi

Salah satu nilai penting dari proyek ini adalah keberlanjutan. ESA ingin memastikan bahwa misi luar angkasa di masa depan tidak hanya fokus pada teknologi, tetapi juga menjaga lingkungan baik di Bumi maupun di luar angkasa. 

Mereka berencana menerapkan sistem daur ulang bahan, mengurangi limbah, dan menjaga ekosistem sekitar.

Menariknya, pendekatan ini juga bisa membuka peluang bisnis baru bagi perusahaan-perusahaan di Eropa yang ingin terlibat dalam ekonomi luar angkasa yang sedang tumbuh pesat.

Tantangan Tetap Ada, Tapi Peluang Lebih Besar

ESA Ungkap Rencana Masa Depan: Permukiman Manusia Mandiri di Bulan dan Mars Sebelum 2040
ESA Ungkap Rencana Masa Depan: Permukiman Manusia Mandiri di Bulan dan Mars Sebelum 2040.

ESA menyadari bahwa perjalanan menuju 2040 bukan tanpa tantangan. Biaya tinggi dan risiko teknis adalah hal yang tidak bisa dihindari. 

Tapi dengan kerjasama internasional dan perkembangan teknologi yang terus melaju cepat, mereka percaya misi ini sangat mungkin terwujud.

Jika semuanya berjalan lancar, Eropa bisa menjadi pemain utama dalam industri luar angkasa global yang nilainya diprediksi bisa mencapai satu triliun euro di tahun 2040!

Rencana ESA ini menunjukkan bahwa eksplorasi luar angkasa bukan lagi sekadar mimpi. Dalam waktu kurang dari dua dekade, manusia bisa mulai tinggal di “rumah kedua” di luar angkasa. 

Siapkah kamu menyambut era baru kehidupan antarplanet?

Honda Luncurkan dan Mendaratkan Roket Daur Ulang Pertamanya: Menantang Dominasi SpaceX?

Honda Luncurkan dan Mendaratkan Roket Daur Ulang Pertamanya: Menantang Dominasi SpaceX?
Honda Luncurkan dan Mendaratkan Roket Daur Ulang Pertamanya: Menantang Dominasi SpaceX?

JAKARTA - Honda, perusahaan otomotif yang selama ini kita kenal lewat mobil dan motornya, kini mulai melangkah ke luar angkasa. Pada tanggal 18 Juni 2025, Honda berhasil meluncurkan dan mendaratkan roket eksperimental daur ulang pertamanya dengan sukses di kota kecil Taiki, Jepang.

Uji coba ini merupakan langkah besar Honda dalam menjajaki dunia antariksa. Dengan tinggi 6,4 meter dan bobot sekitar 1,3 ton, roket tersebut berhasil terbang setinggi 271 meter, mengudara selama 56,6 detik, lalu mendarat dengan akurat hanya 37 cm dari titik pendaratan yang ditargetkan. Pendaratannya pun mulus, dengan empat kaki pendarat yang bisa dilipat seperti milik SpaceX!

Teknologi Otomotif yang Masuk ke Dunia Roket

Yang menarik, Honda menggabungkan teknologi dari dunia otomotif ke dalam proyek luar angkasa ini. Sistem seperti kendali otomatis dan teknologi navigasi kendaraan otonom digunakan untuk mengendalikan roket secara presisi. Artinya, pengalaman Honda dalam membuat mobil pintar kini digunakan untuk menciptakan roket pintar.

Tujuan utama Honda bukan sekadar pamer teknologi, melainkan untuk memenuhi kebutuhan akan satelit yang dapat mendukung berbagai aspek bisnisnya, termasuk konektivitas dan kendaraan otonom. Namun, hingga saat ini, Honda belum mengungkap secara rinci bagaimana mereka akan mengkomersialisasikan proyek luar angkasa ini.

Target Besar di Tahun 2029

Meski saat ini masih dalam tahap penelitian dasar, Honda punya target besar: melakukan penerbangan sub-orbital (lebih dari 100 km di atas permukaan bumi) pada tahun 2029. Jika berhasil, Honda bisa menjadi penantang serius bagi SpaceX dan Blue Origin dalam pasar peluncuran roket ringan yang semakin kompetitif.

Apa Artinya Ini bagi Masa Depan?

Langkah Honda ini menunjukkan bahwa eksplorasi luar angkasa bukan hanya milik perusahaan teknologi besar seperti SpaceX atau NASA. Perusahaan otomotif seperti Honda pun kini mulai ikut ambil bagian. Ini membuka peluang baru di masa depan, di mana mobil, satelit, dan roket bisa saling terhubung dalam satu ekosistem teknologi.

Keberhasilan uji coba roket daur ulang Honda menunjukkan bahwa masa depan eksplorasi luar angkasa semakin terbuka lebar, bahkan untuk perusahaan dari luar industri antariksa. Kita bisa berharap lebih banyak inovasi yang mengejutkan datang dari nama-nama besar yang sebelumnya tidak kita duga. Siapa tahu, mungkin di masa depan, roket buatan Honda bisa meluncurkan satelit yang menghubungkan mobil-mobil pintar kita!

Astronom Tampilkan Gambar Super Detil Galaksi Sculptor dalam 1000 Warna!

Astronom Tampilkan Gambar Super Detil Galaksi Sculptor dalam 1000 Warna!
Astronom Tampilkan Gambar Super Detil Galaksi Sculptor dalam 1000 Warna!

JAKARTA - Para ilmuwan berhasil menciptakan citra paling detil dari galaksi Sculptor (NGC 253), mengungkap keindahan luar angkasa dengan lebih dari 1000 gradasi warna. Begini penjelasannya!

Galaksi Sculptor atau dikenal juga sebagai NGC 253 kembali mencuri perhatian dunia astronomi. Kali ini, para astronom berhasil menampilkan gambar paling detil dari galaksi ini—dan yang bikin luar biasa, gambarnya disajikan dalam 1000 warna berbeda! Gambar ini memberikan pandangan yang belum pernah kita lihat sebelumnya tentang galaksi yang sedang aktif membentuk bintang.

Apa Itu Galaksi Sculptor?

Galaksi Sculptor terletak sekitar 8 hingga 11 juta tahun cahaya dari Bumi, dan saat ini sedang mengalami masa "sibuk" dalam membentuk bintang-bintang baru. Bisa dibilang, galaksi ini sedang berada di puncak produktivitasnya!

Bagaimana Gambar Ini Dibuat?

Untuk menciptakan gambar super detil ini, para ilmuwan menggunakan teleskop raksasa bernama Very Large Telescope (ELT) milik European Southern Observatory (ESO) yang dilengkapi dengan alat canggih bernama MUSE.

Berbeda dari foto-foto langit biasa yang hanya menggunakan filter warna standar seperti merah, biru, dan hijau, gambar ini dibuat dengan setiap warna mewakili panjang gelombang cahaya tertentu. Ini memungkinkan para ilmuwan melihat perbedaan halus antara cahaya yang dipancarkan oleh bintang, gas, dan debu kosmik.

Prosesnya Nggak Main-Main

Untuk menghasilkan gambar menakjubkan ini, para ilmuwan butuh waktu lebih dari 50 jam pengamatan, terdiri dari lebih dari 100 eksposur terpisah yang disatukan dengan presisi tinggi. Hasilnya? Sebuah gambar yang mencakup hampir seluruh galaksi dengan diameter sekitar 65.000 tahun cahaya. Gede banget, kan?

Apa yang Ditemukan?

Salah satu penemuan penting dari gambar ini adalah sekitar 500 nebula planet—yaitu cangkang gas dan debu yang dikeluarkan oleh bintang yang sekarat seperti Matahari kita. Ini adalah jumlah terbanyak yang pernah ditemukan di luar galaksi Bima Sakti!

Menurut Enrico Congiu, penulis utama studi ini, Galaksi Sculptor adalah objek yang sempurna untuk diteliti karena cukup dekat untuk melihat detail kecil, tapi juga bisa diamati secara keseluruhan.

Katherine Kreckel dari Universitas Heidelberg menambahkan:

“Kita bisa memperbesar gambar untuk melihat tempat lahirnya bintang, atau menjauh untuk melihat keseluruhan galaksi. Ini memberi kita wawasan unik tentang bagaimana sistem sebesar ini bekerja.”

Apa Selanjutnya?

Penelitian ini baru awal. Tim ilmuwan berencana melanjutkan eksplorasi untuk mempelajari bagaimana gas panas bergerak di dalam galaksi dan bagaimana pergerakan itu memengaruhi pembentukan bintang baru.

Congiu menyimpulkan dengan kalimat yang menggugah:

“Bagaimana proses-proses kecil bisa memengaruhi galaksi sebesar ini masih menjadi misteri yang baru mulai kita pecahkan.”

Kenapa Ini Penting?

Penemuan ini membuka jalan bagi pemahaman lebih dalam tentang evolusi galaksi dan proses pembentukan bintang, yang tentunya juga membantu kita memahami asal usul alam semesta dan bahkan masa depan galaksi kita sendiri.

Minggu, 22 Juni 2025

Misteri Materi Hilang di Alam Semesta Terpecahkan Berkat Sinyal Aneh dari Luar Angkasa

Misteri Materi Hilang di Alam Semesta Terpecahkan Berkat Sinyal Aneh dari Luar Angkasa
Misteri Materi Hilang di Alam Semesta Terpecahkan Berkat Sinyal Aneh dari Luar Angkasa.

JAKARTA -- Pernah dengar soal "materi hilang" di alam semesta? Bukan, ini bukan cerita fiksi ilmiah, tapi fakta yang bikin para ilmuwan garuk-garuk kepala selama puluhan tahun. Tapi tenang, sekarang misteri itu mulai terkuak berkat sinyal-sinyal misterius dari luar angkasa!

Jadi begini ceritanya...

Tim peneliti dari Universitas Harvard dan Caltech (California Institute of Technology) akhirnya menemukan petunjuk penting soal keberadaan materi biasa yang selama ini "menghilang" tanpa jejak. Yang mereka temukan bukan alien, tapi sinyal luar angkasa bernama Fast Radio Bursts atau disingkat FRB. Ini adalah kilatan gelombang radio super cepat yang datang dari ujung-ujung terdalam alam semesta.

Apa Itu Materi Biasa dan Kenapa Bisa Hilang?

Materi biasa itu, simpelnya, adalah segala sesuatu yang terbentuk dari proton dan neutron termasuk manusia, planet, bintang, dan galaksi. Tapi faktanya, cuma sekitar 5% dari seluruh alam semesta yang terdiri dari materi biasa ini. Nah, dari 5% itu, separuhnya sempat menghilang dari pantauan ilmuwan karena nggak bisa dilihat secara langsung. Gila, kan?

Lalu Gimana FRB Bisa Membantu?

Nah, di sinilah FRB jadi pahlawan. Ilmuwan menganalisis 69 ledakan FRB yang perjalanannya menembus ruang antar galaksi. Ternyata, saat sinyal ini melewati gas tipis di ruang antargalaksi, kecepatannya sedikit melambat. Dari situ, para peneliti bisa mengukur kepadatan dan "berat" dari gas yang dilalui. Jadi walaupun nggak kelihatan, materinya bisa dihitung!

Hasilnya? Wow Banget!

Hasil analisis mereka menunjukkan:

  • Sekitar 76% materi biasa ternyata tersebar sebagai gas panas di antara galaksi.

  • Sekitar 15% berada di halo gas panas yang menyelimuti galaksi.

  • Sisanya berada di bintang, planet, dan galaksi itu sendiri.

Bisa dibilang, FRB ini berperan kayak senter kosmik nyorot bagian-bagian alam semesta yang selama ini nggak kelihatan.

Langkah Selanjutnya? Makin Seru!

Tim ilmuwan ini nggak berhenti sampai di situ. Mereka berencana pakai teknologi canggih bernama Deep Synoptic Array-2000 jaringan berisi 2.000 radio teleskop yang akan memantau langit selama 5 tahun penuh. Targetnya? Menangkap hingga 10.000 sinyal FRB per tahun! Ini bakal kasih informasi yang lebih akurat dan detail soal bagaimana sebenarnya materi biasa tersebar di jagat raya.

Berkat sinyal aneh dari luar angkasa yang namanya FRB, para ilmuwan berhasil membuka tabir keberadaan materi biasa yang selama ini menghilang. Penemuan ini nggak cuma menambah pengetahuan kita soal struktur alam semesta, tapi juga membuka jalan buat eksplorasi ilmiah yang lebih luas di masa depan. Siapa sangka, sinyal secepat kilat dari ujung galaksi bisa jadi kunci misteri terbesar di kosmos?

Kamis, 19 Juni 2025

Teleskop James Webb Temukan “Iklim Baru” di Pluto yang Bikin Ilmuwan Takjub

Teleskop James Webb Temukan “Iklim Baru” di Pluto yang Bikin Ilmuwan Takjub
Teleskop James Webb Temukan “Iklim Baru” di Pluto yang Bikin Ilmuwan Takjub.

JAKARTA -- Pluto, planet kerdil yang dulu dianggap cuma bongkahan es beku di ujung tata surya, ternyata menyimpan rahasia mengejutkan! Berkat teknologi canggih dari teleskop luar angkasa James Webb, para ilmuwan menemukan bahwa Pluto punya sistem iklim unik yang belum pernah ditemukan sebelumnya di tata surya kita.

Bukan Bongkahan Mati, Tapi Dunia Dinamis

Semuanya bermula pada tahun 2015, saat wahana New Horizons milik NASA melintas dekat Pluto. 

Saat itu, ilmuwan dibuat takjub dengan penemuan atmosfer tipis yang membungkus Pluto, lengkap dengan lapisan-lapisan kabut (atau disebut juga haze) yang menjulang hingga lebih dari 300 kilometer dari permukaan.

Awalnya, kabut itu hanya dianggap efek visual biasa. Tapi kini, dengan bantuan instrumen inframerah dari teleskop James Webb, kabut tersebut terbukti menjadi mekanisme utama pengatur iklim di Pluto. 

Artinya, Pluto nggak “mati” seperti yang dikira sebelumnya malah punya sistem iklim aktif yang cukup kompleks!

Cara Kabut Pluto Mengatur Suhu

Menurut hasil penelitian, kabut organik ini terbentuk dari reaksi antara sinar matahari dengan gas metana dan nitrogen di atmosfer Pluto. 

Partikel kecil dalam kabut menyerap panas matahari di siang hari, lalu memancarkannya kembali ke luar angkasa dalam bentuk sinar inframerah di malam hari. 

Proses ini membuat atmosfer di bagian atas jadi sangat dingin suhunya bisa mencapai -203°C, sekitar 30 derajat lebih dingin dari yang diperkirakan sebelumnya!

Uniknya, fenomena ini membuat Pluto punya semacam "sistem pendingin alami" yang belum pernah ditemukan di tempat lain di tata surya.

Konfirmasi dari Teleskop James Webb

Sebenarnya, dugaan soal peran kabut sebagai pengatur iklim sudah muncul sejak tahun 2017. 

Tapi karena data dari Pluto dan bulan besarnya, Charon, sering tercampur, ilmuwan belum bisa memastikan.

Nah, baru pada tahun 2022, teleskop James Webb akhirnya berhasil memisahkan sinyal dari Pluto dan Charon. 

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa cahaya inframerah yang dipancarkan kabut Pluto benar-benar sesuai dengan model yang pernah dibuat para ilmuwan. 

Ini jadi bukti kuat bahwa kabut tersebut memang punya peran besar dalam menjaga suhu di atmosfer Pluto.

Fenomena Langka di Tata Surya

Menurut Tanguy Bertrand, ilmuwan utama dari Observatorium Paris yang memimpin studi ini, penemuan ini bisa disebut sebagai "jenis iklim baru" yang belum pernah diamati di objek mana pun di tata surya.

“Ini benar-benar unik. Bisa dibilang, ini adalah bentuk iklim yang baru di sistem tata surya kita,” ujarnya.

Kabut seperti ini diduga juga bisa muncul di tempat lain, misalnya di bulan-bulan misterius seperti Triton (bulan Neptunus) atau Titan (bulan Saturnus), yang juga memiliki atmosfer dan kabut tebal.

Apa Manfaatnya Bagi Kita di Bumi?

Penemuan ini bukan cuma bikin heboh di dunia astronomi, tapi juga bisa kasih wawasan soal bagaimana atmosfer di planet termasuk Bumi bisa berkembang. 

Ilmuwan percaya bahwa kabut serupa mungkin pernah menyelimuti Bumi di masa awal, sebelum atmosfer kita dipenuhi oksigen. 

Dengan memahami mekanisme ini, kita bisa dapat petunjuk tentang bagaimana kondisi yang mendukung kehidupan terbentuk di planet kita.

Teleskop James Webb sekali lagi membuktikan kemampuannya dalam mengungkap misteri alam semesta. 

Dari yang awalnya dianggap “bongkahan es mati”, kini Pluto menjadi objek penuh kejutan dengan sistem iklim yang kompleks dan unik. 

Penemuan ini membuka peluang baru untuk mengeksplorasi bagaimana atmosfer planet bisa bekerja bahkan di tempat yang paling dingin sekalipun.

Minggu, 15 Juni 2025

Solar Orbiter Rekam Kutub Selatan Matahari untuk Pertama Kalinya, Begini Penampakannya!

Solar Orbiter Rekam Kutub Selatan Matahari untuk Pertama Kalinya, Begini Penampakannya!
Solar Orbiter Rekam Kutub Selatan Matahari untuk Pertama Kalinya, Begini Penampakannya!

JAKARTA -- Halo sobat langit! Ada kabar super menarik dari dunia antariksa nih. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kutub selatan Matahari berhasil direkam secara langsung! Yup, momen langka ini diabadikan oleh wahana luar angkasa milik European Space Agency (ESA) yang bernama Solar Orbiter. Penasaran gimana ceritanya? Yuk, simak!

Kenapa Kutub Matahari Baru Bisa Difoto Sekarang?

Jadi gini, selama ini para ilmuwan memang sudah sering mengamati Matahari, tapi bagian kutubnya khususnya kutub selatan selalu jadi ‘daerah misterius’. Hal ini terjadi karena sebagian besar pesawat luar angkasa cuma bisa mengorbit di sekitar garis ekuator Matahari, mengikuti jalur rotasi Bumi. Artinya, sudut pandang kita terbatas.

Nah, dengan menggunakan bantuan manuver gravitasi saat melewati planet Venus, Solar Orbiter berhasil mengubah sudut orbitnya hingga mencapai 17 derajat dari ekuator Matahari. Alhasil, wahana ini bisa ‘mengintip’ bagian bawah Matahari yang selama ini tersembunyi dari pandangan!

Tiga Alat Canggih, Satu Tujuan

Solar Orbiter Rekam Kutub Selatan Matahari untuk Pertama Kalinya, Begini Penampakannya!
Solar Orbiter Rekam Kutub Selatan Matahari untuk Pertama Kalinya, Begini Penampakannya!

Menariknya, perekaman kutub selatan ini dilakukan dengan tiga alat canggih sekaligus. Masing-masing punya tugas khusus:

  • PHI (Polarimetric and Helioseismic Imager): buat menangkap pola magnetik di permukaan Matahari.

  • EUI (Extreme Ultraviolet Imager): untuk melihat korona Matahari yang super panas.

  • SPICE (Spectral Imaging of the Coronal Environment): alat ini bisa mendeteksi distribusi partikel bermuatan seperti hidrogen, oksigen, dan neon.

Gabungan dari ketiganya ngasih kita gambaran komplit: dari permukaan yang tampak polos, medan magnet yang berantakan, sampai korona yang bergolak kayak badai luar angkasa!

Temuan yang Mengejutkan Para Ilmuwan

Profesor Sami Solanki dari Max Planck Institute sampai bilang, “Kami benar-benar nggak tahu apa yang akan kami lihat. Ini seperti menjelajah daerah yang benar-benar belum terjamah.” Dan ternyata, hasilnya memang mind-blowing!

Gambar pertama menunjukkan permukaan Matahari di area kutub yang tampak ‘tenang’, tapi gambar berikutnya memperlihatkan kondisi yang jauh lebih kompleks: medan magnet yang nggak merata dan korona dengan gangguan intens akibat elemen-elemen seperti hidrogen, oksigen, dan neon.

Apa Selanjutnya?

Menurut ilmuwan misi, Daniel Müller, ini baru permulaan. Data lengkap, termasuk rekaman dari kutub utara Matahari, rencananya akan dirilis ke publik pada Oktober nanti. Dan yang lebih wow, tahun 2026 nanti Solar Orbiter bakal punya sudut pandang 24 derajat, lalu meningkat lagi jadi 33 derajat pada tahun 2029. Artinya, bakal ada lebih banyak ‘potret langka’ dari Matahari yang bisa kita lihat!

Kenapa Penemuan Ini Penting Banget?

Nggak cuma keren buat dipajang di poster, data-data ini juga krusial buat memahami banyak hal penting kayak:

  • Asal-usul angin matahari

  • Perilaku medan magnetik

  • Prediksi cuaca antariksa, yang bisa berpengaruh besar terhadap satelit, komunikasi, bahkan sistem listrik di Bumi

Daniel Müller menambahkan, “Kita baru saja mulai mendaki tangga menuju pemahaman lebih dalam tentang bintang kita.” Wah, kalimatnya puitis juga ya!

Nah, itulah sob, kabar luar biasa dari luar angkasa yang bisa bikin kita makin kagum sama semesta. Kutub selatan Matahari yang dulunya misterius, sekarang mulai terkuak berkat teknologi dan semangat eksplorasi para ilmuwan. Jadi, yuk terus dukung sains dan eksplorasi antariksa. Siapa tahu, suatu hari nanti kamu yang akan menemukan rahasia alam semesta selanjutnya!