Berita Borneotribun.com: Film Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Film. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Film. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 12 Juni 2021

Rencana Film Tentang Serangan Masjid di Selandia Baru Tuai Kritik

Rencana Film Tentang Serangan Masjid di Selandia Baru Tuai Kritik
Rose Byrne, saat menghadiri pemutaran perdana film "The Irishman" di Alice Tully Hall, New York, 27 September 2019. (Foto: dok).

BorneoTribun Jakarta - Rencana tentatif pembuatan film yang menceritakan tanggapan Perdana Menteri Jacinda Ardern terhadap serangan seorang pria bersenjata terhadap jemaah Muslim menuai kritik di Selandia Baru, Jumat (11/6), karena tidak berfokus pada para korban.

Media berita Hollywood "Deadline" melaporkan bahwa aktris Australia Rose Byrne akan berperan sebagai Ardern dalam film "They Are Us" yang sedang ditawarkan oleh FilmNation Entertainment yang berbasis di New York kepada para pembeli internasional.

Film tersebut akan mengambil setting beberapa hari setelah serangan tahun 2019 yang menewaskan 51 orang di dua masjid di Christchurch.

"Deadline" mengatakan film itu akan mengisahkan tanggapan Ardern terhadap serangan itu dan bagaimana orang-orang bersatu mendukung pesan belas kasih dan persatuannya, dan seruannya yang berhasil untuk melarang beredarnya jenis senjata semiotomatis paling mematikan di negara itu.

Judul film tersebut berasal dari kata-kata yang diucapkan Ardern dalam pidatonya segera setelah serangan tersebut. Pada saat itu, Ardern dipuji di berbagai penjuru dunia atas tanggapannya.

Tetapi banyak orang di Selandia Baru menyatakan prihatin tentang rencana film tersebut. Aya Al-Umari, yang kakak laki-lakinya, Hussein, terbunuh dalam serangan itu, menulis singkat di Twitter-nya ”Yeah nah”, sebuah frasa di Selandia Baru yang berarti “Tidak”.

Abdigani Ali, juru bicara Asosiasi Muslim Canterbury, mengatakan bahwa masyarakat mengakui kisah serangan yang perlu diceritakan “tetapi kami ingin memastikan bahwa itu dilakukan dengan cara yang tepat, otentik, dan sensitif.''

Tina Ngata, seorang penulis dan advokat, lebih blak-blakan. Ia mencuitkan di media sosial itu bahwa pembantaian Muslim seharusnya tidak menjadi latar belakang film mengenai “kekuatan wanita kulit putih”.

Kantor Ardern mengatakan dalam sebuah pernyataan singkat bahwa perdana menteri dan pemerintahnya tidak terlibat dalam film tersebut.

"Deadline" melaporkan bahwa warga Selandia Baru Andrew Niccol akan menulis dan menyutradarai proyek tersebut dan bahwa naskah tersebut dikembangkan melalui konsultasi dengan beberapa anggota masjid yang terkena dampak tragedi tersebut.

Andrew Niccol. (Foto: dok/AP).

col mengatakan film itu bukan tentang serangan tetapi lebih pada tanggapannya. “Film ini membahas masalah bersama kemanusiaan, itulah sebabnya saya pikir itu akan didengar orang-orang di seluruh dunia,” kata Niccol kepada Deadline. “Ini adalah contoh bagaimana kita harus merespons ketika ada serangan terhadap sesama manusia.''

Agen Byrne dan FilmNation tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Associated Press. Laporan itu mengatakan proyek itu akan difilmkan di Selandia Baru tetapi tidak mengatakan kapan akan dimulai.

Niccol dikenal karena menulis dan menyutradarai film "Gattaca", dan menulis "The Terminal" dan "The Truman Show", yang membuatnya mendapatkan nominasi Oscar.

Byrne dikenal karena perannya dalam film-film seperti Spy dan Bridesmaids. [ab/uh]

Oleh: VOA

Rabu, 19 Mei 2021

Setelah 35 Tahun, ‘Top Gun’ Diputar Ulang dan Sekuelnya Siap Dirilis

Tom Cruise, menampilkan klip dari "Top Gun: Maverick" pada hari pertama Comic-Con International di San Diego, 18 Juli 2019. (Chris Pizzello/Invision/AP)

BorneoTribun Amerika -- Tahun 2021 merupakan tahun istimewa bagi "Top Gun". Tahun ini menandai 35 tahun perilisan film blockbuster itu. Hollywood pun membawa para penggemar Pete "Maverick" Mitchell mengenang film itu dan bersiap menonton sekuelnya.

Hollywood merayakan 35 tahun perilisan “Top Gun” tanggal 13 Mei lalu dengan mulai memutar film itu secara serentak di lebih dari 150 bioskop layar lebar di berbagai penjuru Amerika. Tanggal itu sengaja dipilih untuk memberi waktu beberapa hari bagi para penggemar film itu untuk menontonnya. “Top Gun” yang melambungkan nama Tom Cruise itu secara resmi dirilis pada 16 Mei 1986.

Tentu, film yang diputar itu merupakan hasil restorasi dari versi aslinya. Yang pasti, para penonton dibuat terpana dengan sistem teknologi audio dan videonya yang jauh lebih maju daripada apa yang disaksikan dari versi 35 tahun lalu.

Don Simpson (kiri) dan Jerry Bruckheimer (kanan) Produser Eksekutif film, "Top Gun" berdiri di luar Cinema 1 Theater di San Diego, California, dalam pemutaran perdana film tersebut, 15 Mei 1986 . (Foto AP / Ken Levine)

Tidak hanya itu, bagi mereka yang belum siap untuk kembali ke bioskop karena pandemi, “Top Gun” saat ini juga tersedia dalam format Digital, 4K Ultra HD, dan Blu-ray. Versi-versi baru ini menghadirkan banyak bonus, termasuk wawancara dengan Cruise dan produser Jerry Bruckheimer.

Menurut Bruckheimer, sebetulnya Tom Cruise ragu untuk mengambil peran Pete "Maverick" Mitchell – tokoh sentral dalam film itu. Ia berhasil membujuk Cruise, yang saat itu belum populer, setelah mengundang Cruise ikut dalam penerbangan skuadron udara Angkatan Laut AS, Blue Angels. Asal tahu saja, Blue Angels sendiri sulit dibujuk untuk mengizinkan Cruise ikut terbang.

“Benar-benar perjuangan karena saya butuh waktu untuk membujuk Blue Angels mengizinkan Cruise untuk ikut penerbangan di El Centro, California, sebelum ia berkomitmen untuk membintangi film itu. Segera setelah mendarat, Tom Cruise lari ke bilik telepon -- ada bilik telepon pada masa itu -- dan dia menelepon saya dan berkata, 'Jerry, saya bersedia. Saya akan main untuk film itu’. Ia rupanya senang berada di pesawat itu. Dan sekarang ia adalah pilot yang ulung. Ia bisa menerbangkan hampir apa saja," jelasnya.

Hasilnya sungguh luar biasa. Saat dirilis tahun 1986, film yang diarahkan mendiang Tony Scott itu menduduki puncak box office dan berhasil meraup pendapatan 356 juta dolar dari hasil pemutarannya di berbagai penjuru dunia. Angkatan Laut AS sendiri diuntungkan dengan publisitas itu dan pada tahun-tahu berikutnya rekrutmen mereka meningkat.

Strategi Hollywood untuk memutar ulang film Top Gun tentu terkait dengan rencananya merilis sekuelnya menjelang akhir tahun. Film yang diberi judul “Top Gun: Maverick” ini masih akan dibintangi Tom Cruise dan sejumlah aktor lain yang juga tampil sebelumnya dalam film “Top Gun,” termasuk Rick Rossovich, yang berperan sebagai Slider.

Produser Jerry Bruckheimer berpose di karpet merah pemutaran perdana film "Bad Boys for Life" di bioskop Zoo Palast, Berlin, Jerman, 7 Januari 2020. (REUTERS / Hannibal Hanschke)

Mengapa pula menunggu 35 tahun untuk membuat sekuelnya? Rossovich menjelaskan, "Tom Cruise tidak akan melakukan apa pun kecuali ia merasa sreg dan Anda tahu, film ini bayinya. Saya kira film ini menjadi pekerjaan yang benar-benar menguras tenaga. Dan ia benar-benar mempertimbangkannya. Dan, Anda tahu, ia adalah orang yang menerbangkan jetnya sendiri, kan? Saya kira, film ini akan benar-benar menjadi salah satu film yang mendominasi tahun ini."

“Top Gun: Maverick” akan dirilis 19 November mendatang di bioskop-bioskop Amerika. [ab/uh]

Oleh: VOA

Senin, 26 April 2021

'Mortal Kombat', 'Demon Slayer' Pimpin Box Office

'Mortal Kombat', 'Demon Slayer' Pimpin Box Office
Film Mortal Kombat terbaru kembali hadir di layar lebar (dok: "Mortal Kombat" / Warner Bros. Pictures)

BorneoTribun.com -- Film versi baru atau reboot film "Mortal Kombat" produksi Warner Bros dan film anime Jepang "Demon Slayer: Mugen Train" bersaing untuk posisi teratas di box office Amerika Utara. "Mortal Kombat" menempel ketat "Demon Slayer". Menurut perkiraan studio, "Mortal Kombat" dengan rating “R” atau “Terbatas” diperkirakan akan meraup $22,5 juta, sedangkan "Demon Slayer" dari Funimation diperkirakan mengantongi $19,5 juta.

Menurut perusahaan data Comscore, seperti dikutip oleh Associated Press, kedua versi tersebut memicu akhir pekan terbaik di bioskop selama pandemi, dengan perkiraan total penjualan tiket mencapai $ 54,2 juta.

"Mortal Kombat", seperti film-film produksi Warner Bros lainnya pada 2021, memulai debutnya secara bersamaan di HBO Max. Film itu menjual lebih banyak tiket di AS daripada film apa pun selain "Godzilla vs. Kong" milik studio - yang pada Minggu (25/4) meraup $ 400 juta di seluruh dunia. Pada Maret tahun ini, "Godzilla vs. King Kong" mencapai rekor terbaik dalam pandemi dengan meraup $48.5 juta dari penayangan selama lima hari.

Penampilan "Demon Slayer - Kimetsu No Yaiba - the Movie: Mugen Train" lebih mengejutkan. Film Jepang ini ditayangkan dengan sulih suara (dubbing) dan sulih teks (subtitle) dan merupakan kelanjutan dari serial TV "Demon Slayer" yang awalnya merupakan serial manga populer. Film itu sudah mencetak hit besar secara internasional. Di Jepang, film itu menjadi film terlaris sepanjang masa, dengan meraup penjualan tiket lebih dari $350 juta.

Kedua rilis tersebut, meski bukan film dengan kualitas untuk enghargaan, memberi Hollywood kabar baik menjelang malam penghargaan Academy Awards pada Minggu (25/4). Prakiraan untuk bisnis bioskop makin cerah. Industri bioskop mengharapkan musim panas yang kembali semi-normal, mungkin pada akhir Mei atau awal Juni. “A Quiet Place Part II” dan “Cruella” milik Walt Disney Co. ditetapkan untuk rilis akhir pekan Memorial Day.

“Mortal Kombat” yang dibuat berdasarkan gim, pertama kali diproduksi menjadi sebuah film pada 1995 dan meraup penghasilan sebesar $27,6 juta secara internasional. [na/ft]

Oleh: VOA

Rabu, 24 Maret 2021

Film Seri Berjudul "Tyson" akan di Bintangi Jamie Foxx

Film Seri Berjudul "Tyson" akan di Bintangi Jamie Foxx
Mike Tyson (kiri) di Dana Point, California, 2 Agustus 2019 (Foto: Willy Sanjuan/Invision/AP) dan Jamie Foxx di Beverly Hills, California, 24 Februari 2019 (Foto: Evan Agostini/Invision/AP).

BorneoTribun Hiburan -- Film seri itu berjudul "Tyson". Belum jelas kapan dan di jaringan atau layanan streaming mana akan diputar. Namun yang pasti, Antoine Fuqua siap untuk mengarahkannya dan menjadi produser eksekutif melalui Fuqua Films, dengan Martin Scorsese juga menjadi produser eksekutif melalui Sikelia Productions.

Mike Tyson mengaku senang dengan rencana tersebut. Dalam sebuah pernyataannya di media-media Hollywood, baru-baru ini ia mengatakan, "Saya sudah lama ingin menceritakan kisah saya. Dengan peluncuran 'Legends Only League' baru-baru ini dan kegembiraan dari para penggemar setelah saya kembali ke ring, sekarang terasa seperti saat yang tepat," jelas Tyson.

Wasit Arthur Mercante menunjukkan jalan ke sudut netral untuk Mike Tyson (kana) setelah dia menjatuhkan Steve Zouski di ronde ketiga dari sepuluh ronde pertandingan tinju di Nassau Coliseum di Uniondale, NY, 11 Maret 1986. (AP Photo/Ray Stubblebine, File)

"Saya berharap dapat berkolaborasi dengan Martin, Antoine, Jamie, dan seluruh tim kreatif untuk menghadirkan film seri yang tidak hanya menceritakan perjalanan profesional dan pribadi saya, tetapi juga menginspirasi dan menghibur,” imbuhnya.

Penulis Colin Preston saat ini sedang sibuk menggarap naskahnya. Jamie Foxx tidak hanya akan membintangi tapi juga akan menjadi produser eksekutif film itu.

Foxx sendiri sebetulnya telah membahas keterlibatannya dalam proyek Tyson ini selama beberapa waktu. Tahun lalu, ia pernah menyatakan, ia sedang sibuk berlatih untuk peran barunya tersebut, meskipun pada saat itu ia menyebutnya sebagai film biografi dan bukan film seri.

Mike Tyson (kanan) melakukan pukulan di ronde keempat melawan Roy Jones Jr., dalam pertandingan tinju Mike Tyson vs Roy Jones Jr. di Staples Center, Los Angeles, California, 28 November 2020. (Foto oleh Joe Scarnici / Getty Images Amerika Utara / AFP)

Ini merupakan film seri kedua mengenai Tyson yang diumumkan selama satu bulan terakhir. Layanan streaming Hulu sebelumnya mengumumkan bahwa mereka telah memesan film seri terbatas, yang terdiri dari delapan episode, tentang petinju itu. Tyson kabarnya sangat menentang film seri berjudul "Iron Mike" itu ketika diumumkan dan mengatakan ia sama sekali tidak terlibat di dalamnya.

Tyson menjadi berita utama di seluruh dunia ketika ia menjadi juara kelas berat termuda dalam sejarah tinju pada tahun 1986 pada usia 20 tahun. Ia tetap menjadi kekuatan utama dalam dunia tinju selama bertahun-tahun dan secara luas dianggap sebagai salah satu petarung kelas berat terbesar sepanjang masa.

Mike Tyson, pemeran dalam "The Hangover Part II," berpose di pemutaran perdana film tersebut, di Los Angeles, 19 Mei 2011. (Foto AP / Chris Pizzello)

Tapi hidupnya di luar ring mungkin menarik lebih banyak perhatian. Ia dituduh melakukan pelecehan mental dan fisik yang serius terhadap istrinya, Robin Givens, dan pernah dihukum karena pemerkosaan pada 1992, yang menjebloskannya ke penjara selama kurang dari tiga tahun.

Namanya kembali mencuat dalam beberapa tahun terakhir, setelah muncul dalam film waralaba "The Hangover" sebagai dirinya sendiri dan tampil dalam pertunjukan tunggal mengenai dirinya di Broadway. Ia juga terbuka tentang perjuangannya mengatasi penyakit mental serta penyalahgunaan narkoba dan minuman keras.

November lalu, Tyson melakukan pertarungan eksibisi delapan ronde melawan Roy Jones Jr. yang berakhir imbang. Acara tersebut berfungsi sebagai pembuka bagi program televisi karyanya bersama rumah produksi Eros Innovations berjudul Legends Only League, sebuah kompetisi olahraga untuk atlet-atlet senior. [ab/uh]

Oleh: VOA Indonesia

Jumat, 12 Maret 2021

Dalami Peran Justin Timberlake Film Terbarunya

Dalami Peran Justin Timberlake Film Terbarunya
Justin Timberlake.

BorneoTribun Hiburan -- Dalam film “Palmer” Justin Timberlake memerankan seorang mantan bintang olahraga “football” SMA yang dipenjara akibat salah langkah. 

Sejumlah keputusan buruk tersebut kemudian mengakibatkannya tidak memiliki banyak pilihan sekeluarnya dari penjara.

Ia kemudian pulang ke rumah neneknya di sebuah kota kecil di bagian selatan Amerika untuk membangun kehidupan baru. Pada saat itulah ia berkenalan dengan Sam, seorang anak laki-laki karismatik berusia delapan tahun yang sering mengalami perundungan karena menampilkan sisi kefemininannya.

Eddie Palmer, karakter yang diperankan Justin dalam Film tersebut, bersifat pendiam dan selalu menahan diri atau menjaga jarak setelah menebus kesalahan-kesalahannya pada masa lalu. 

Justin mempelajari gaya berperan para ‘pahlawannya’ dalam dunia akting untuk membangkitkan intensitas serupa. Film-film yang dibintangi oleh aktor legendaris Paul Newman berada pada peringkat teratas daftar tontonan Justin.

Justin mengatakan bahwa beberapa bintang idolanya adalah Paul Newman, Marlon Brando dan James Dean. Para aktor itu mampu menyembunyikan, bahkan seolah kesulitan, untuk melepaskan emosi mereka.

Sementara itu, Fisher Stevens adalah aktor sekaligus sutradara film tersebut. Latar belakangnya yang berasal dari kota New York banyak mempengaruhi pilihan bintang film yang menjadi pujaannya. Menurutnya, cara ia memerankan karakter lebih bergaya etnis. 

Ia bersama Justin Timberlake sering membahas gaya akting Paul Newman, bahkan menyaksikan bersama sejumlah film karya Paul Newman.

Fisher mengatakan bahwa kebanyakan bintang idolanya adalah juga idola orang lain, aktor-aktor legendaris seperti Al Pacino, Robert DeNiro, John Cazale, yang membintangi film “The Godfather." 

Jadi sebenarnya para bintang yang ia idolakan lebih bergaya laki-laki New York.

Film “Palmer” kini dapat disaksikan secara streaming melalui layanan televisi Apple TV Plus. [aa]

Oleh: VOA Indonesia

Minggu, 07 Maret 2021

Akan Tayang di Bioskop Dunia, Film Restorasi Charlie Chaplin

Charli Chaplin /The Guardian/Caplin

BorneoTribun Film -- Setelah seratus tahun berlalu sejak Charlie Chaplin menyutradarai dan membintangi film panjang perdananya berjudul "The Kid", kini beberapa film bisu paling terkenal dari sang komedian sedang direstorasi untuk ditayangkan di bioskop-bioskop di seluruh dunia.

Perusahaan film Prancis mk2 dan distributor internasional Piece of Magic mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah bekerja sama dalam rangka perayaan seratus tahun tersebut. Film yang akan direstorasi meliputi "The Gold Rush", "City Lights", "The Circus", "Modern Times", dan "The Great Dictator".

Dilansir Reuters, mk2 akan merilis restorasi 4K "The Kid" di Prancis pada musim gugur sementara Piece of Magic akan bekerja dengan jejaring lain untuk merilis karya lainnya di sekitar 50 wilayah serta berkolaborasi dengan mitra distribusi mk2.

"'The Kid' tahun 1921 mengukuhkan ketenaran dan keterampilan luar biasa Chaplin dalam seni perfilman," kata Kepala Eksekutif mk2 Nathanaël Karmitz dalam sebuah pernyataan.

"Rasanya pas tahun ini kami bekerja sama dengan Piece of Magic untuk mengembalikan Chaplin ke bioskop di seluruh dunia dan terus mempertahankan warisan karyanya, merayakan modernitas dan emosi yang hidup saat ini."

Kedua perusahaan tersebut mengatakan akan ada poster dan trailer baru yang "dirancang untuk penonton kontemporer" untuk menandai ulang tahun tersebut.

Oleh: Antara

Senin, 21 Desember 2020

Film "Prom" Angkat Tema Broadway ke Layar Kaca

James Corden di acara Tony Awards ke-73 di Radio City Music Hall, New York, tahun 2019.

BorneoTribun | Internasional - Netflix merilis film bertema komedi musikal yang diadaptasi dari pentas Broadway di Amerika Serikat, berjudul “Prom.” Film ini menampilkan sederetan bintang terkenal, seperti Meryl Streep, James Corden, Nicole Kidman, dan Kerry Washington.

Film arahan sutradara Ryan Murphy ini bercerita tentang sekelompok pemain teater yang karirnya mulai merosot. Suatu hari mereka mengetahui tentang keberadaan seorang siswi SMA bernama Emma, yang tinggal di sebuah kota kecil. Ia tidak diperbolehkan untuk menghadiri pesta dansa di sekolahnya atau prom, dengan kekasihnya yang sesama jenis. 

Para pemain teater ini pun lalu bertekad untuk menolong siswi tersebut, dengan mengadakan pesta dansa atau prom yang inklusif, sebagai cara mereka untuk menaikkan kembali karir dan reputasi mereka. 

Dalam film ini, aktris kenamaan Meryl Streep yang berusia 71 tahun, berperan sebagai salah satu pemain teater bernama Dee dee Allen. 

Lewat sebuah wawancara dengan Associated Press, aktris pemenang piala Oscar ini mengungkapkan, bahwa film Prom ini adalah salah satu film dengan proses penggarapan yang sangat menyenangkan. Ia tidak merasakan ada sesuatu yang buruk, yang bisa diceritakan, dari awal hingga akhir penggarapan. 

"Benar-benar menyenangkan dari awal sampai akhir penggarapan. Tidak ada hal buruk yang bisa diceritakan,” ujar Merryl Streep.

Meryl Streep di ajang piala Oscar 2018 di Los Angeles. (dok: Jordan Strauss/Invision/AP)

Menurut Meryl Streep, sutradara Ryan Murphy yang juga dikenal lewat karya arahannya, sperti serial televisi “Glee,” adalah sosok sutradara yang mau beradaptasi dengan berbagai kondisi yang ada. 

"Saya sangat menyukainya,” tambah Meryl Streep.

Merryl Streep menambahkan, antusiasme Ryan Murphy yang terkesan tak terkendali itulah yang membuatnya sukses. 

"Ryan selalu mengiakan. Ia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang optimistis seperti dirinya,” katanya lagi.

Aktor pemenang penghargaan Tony, James Corden, yang juga terlibat dalam film ini mengatakan, perannya sebagai pemain teater bernama Barry Glickman adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. 

Meryl Streep saat menghadiri pemutaran perdana film Mamma Mia! Here We Go Again di London, July 2018.

Menurutnya dialog yang kocak ditulis secara cemerlang dalam naskah film ini. Selain itu, banyak juga berbagai hal yang menarik, dengan penuh kedalaman emosional yang nyata di dalamnya. 

"Dialognya dalam naskah ini kocak dan ditulis dengan cemerlang. Banyak juga berbagai hal menarik, dengan kedalaman emosi yang nyata di dalamnya. Rasanya seperti mimpi. Saya merasa tersanjung bisa ikut terlibat dalam penggarapan film ini,” ujar James Corden kepada Associated Press.

Aktris Kerry Washington yang berperan sebagai ketua persatuan orang tua murid dalam film ini juga merasakan hal yang sama. 

Aktris Kerry Washington di acara Golden Globes Award, Januari 2020 (Dok: AP)

Sambil bercanda, ia mengatakan telah mendapatkan satu keistimewaan dari sang sutradara, yaitu, ia boleh bersikap jahat terhadap aktris legendaris Meryl Streep, dalam film. 

"Dia bilang, kamu boleh jahat kepada Meryl di hampir seluruh adegan. Sungguh menyenangkan,” canda Kerry Washington.

Film “Prom” merupakan salah satu diantara berbagai karya sutradara Ryan Murphy, yang ditayangkan melalui layanan streaming Netflix, selain serial “Ratched” dan Hollywood.” Film berdurasi 131 menit ini juga menampilkan aktris Jo Ellen Pellman dan Ariana DeBose. [di]

Oleh: VOA Indonesia

Jumat, 04 Desember 2020

Buku Detektif Klasik “The Hardy Boys” Diadaptasi Jadi Film Televisi

Buku Detektif Klasik “The Hardy Boys” Diadaptasi Jadi Film Televisi - foto Hardyboys fandom

BorneoTribun - Serial buku detektif klasik “The Hardy Boys” telah diadaptasi menjadi film misteri di televisi, dengan latar masa kini.

Film ini menggambarkan bagaimana kakak-adik Frank Hardy, yang berusia 16 tahun, dan Joe Hardy, 12 tahun. Mereka mengalami tragedi keluarga dan  pindah ke Bridgeport, Connecticut, untuk tinggal bersama bibi mereka. Tokoh Frank dan Joe diperankan oleh Rohan Campbell dan Alexander Elliot. 

Ayah mereka, Fenton, – yang diperankan oleh Joe Tupper – adalah seorang detektif, dan mereka terobsesi dengan salah satu kasus yang sedang ditangani ayahnya dan berupaya memecahkannya sendiri.

“Saya kira ini berbeda dengan versi bukunya. Ini lebih menceritakan kisah tersebut secara panjang lebar. Ini salah satu misteri yang dikisahkan dalam episode sepanjang 13 jam. Ini jelas lebih suram, lebih nyata dan lebih manusiawi dibanding yang pernah diadaptasi bagi film televisi sebelumnya,” ujar Campbell.

Tupper mengatakan ia adalah penggemar buku “The Hardy Boys” yang besar dengan kisah-kisahnya.

“Saya kira sebagai seorang remaja laki-laki, buku itu mengajar kita untuk berani. Ketika menghadapi tragedi ini, mereka berjuang memecahkan misteri dengan menggunakan kepandaian dan keberanian untuk menyelesaikan kasus itu. Jadi saya benar-benar menikmatinya. Saya salu menjadi penggemar mereka,” ujarnya.

Sejak buku “The Hardy Boys” dirilis pada 1927, serial baru ini merupakan adaptasi TV keenam.

“The Hardy Boys” akan ditayangkan di Hulu pada 4 Desember, tetapi juga akan ditayangkan di Kanada pada 2021. [VOA/em/ft]

Jumat, 27 November 2020

Wakili Indonesia di Oscar, Juri Oscar: Perempuan Tanah Jahanam “Punya Nilai yang Berbeda”

Film "Perempuan Tanah Jahanam" atau "Impetigore" wakili Indonesia di Oscar 2021 (dok: Joko Anwar/AP)


Film "Perempuan Tanah Jahanam" atau "Impetigore" yang menjadi perwakilan Indonesia untuk bersaing meraih nominasi di kategori film internasional terbaik di ajang Academy Awards 2021, ternyata memiliki kelebihan tersendiri. Juri Oscar pun menyebut, film ini "punya nilai yang berbeda."


BorneoTribun | Washington, DC - Terpilihnya film “Perempuan Tanah Jahanam” atau “Impetigore” sebagai perwakilan film Indonesia untuk bersaing meraih nominasi di kategori film internasional terbaik di ajang Academy Awards 2021 atau Oscar ke-93 mendatang merupakan sebuah kejutan bagi insan perfilman Indonesia.

Pasalnya, ini adalah film horor pertama dalam sejarah, yang pernah diikutsertakan oleh Indonesia, dalam perhelatan ajang bergengsi ini.

“Saya senang, karena berarti genre horor sekarang sudah dianggap bukan film dengan kasta rendah lagi ya, jadi sekarang memang ada pergeseran di dunia, bahwa film horor juga sekarang dianggap film dengan genre yang serius,” papar Joko Anwar dalam wawancara melalui Skype dengan VOA belum lama ini.
(Ki-ka) sutradara Joko Anwar, aktris Maera Panigoro, aktor Chicco Jerikho, dan aktris Tara Basro, saat mewakili film "A Copy Of My Mind" di ajang Venice Film Festival ke-27 di Venesia, Italia, 11 September 2015 (Dok: Joel Ryan/Invision/AP)

Judul “Impetigore” yang digunakan untuk film ini di luar negeri sebenarnya diambil dari kata yang diciptakan sendiri oleh Joko Anwar, untuk menggambarkan kondisi dari anak-anak yang ada di dalam film.

“Nama penyakit yang mereka alami itu saya kasih nama “Impetigore.” Jadi satu nama yang saya ciptakan sendiri,” jelas Joko Anwar.

Film “Perempuan Tanah Jahanam” bercerita tentang kisah Maya yang diperankan oleh Tara Basro, yang pada suatu malam saat tengah bekerja sebagai pegawai tol hampir dibunuh oleh seseorang yang mengetahui latar belakang keluarganya.

Maya pun teringat akan fotonya bersama kedua orang tuanya di depan sebuah rumah besar yang terletak di desa terpencil. Dihadapi kesulitan keuangan, Maya berusaha menelusuri misteri latar belakang keluarganya, dengan harapan bahwa rumah besar tersebut bisa membantu hidupnya.

Ia pun lalu diantar oleh sahabatnya, Dini, yang diperankan oleh Marissa Anita, untuk pergi ke desa tersebut. Siapa yang menyangka jika berbagai misteri dan teror pun telah menanti mereka di desa yang ternyata terkutuk itu. Anehnya, tidak ada satu pun anak kecil yang hidup di desa tersebut.

Film ini menampilkan ketegangan yang intens di setiap adegan, ditambah dengan alunan musik dan pengambilan gambar yang bisa membuat bulu kuduk penonton berdiri setiap saat.

Film Horor di Oscar


Dalam sepanjang sejarah Oscar, hanya ada 10 film horor yang pernah berjaya dan meraih nominasi, yaitu “Rosemary’s Baby,” “The Exorcist,” “Jaws,” “Alien,” “The Fly,” “Misery,” “The Silence of the Lambs,” “The Sixth Sense,” “The Swan,” dan “Get Out.”

Di ajang Academy Awards yang diselenggarakan pada tahun 2018, film “Get out,” berhasil meraih empat nominasi bergengsi dan bahkan memenangkan satu diantaranya, yakni naskah asli terbaik.

“Kalau kita lihat, memang sekarang sudah enggak ada lagi tuh, genre. Film horor kalau dikerjakan dengan baik, tentunya hasilnya juga akan baik juga,” tambah Joko Anwar.
Amelia Hapsari, anggota the Academy of Motion Picture Arts and Sciences asal Indonesia pertama (dok: Amelia Hapsari)

Walau memang sangat jarang ada film horor di ajang sebesar Oscar, khususnya untuk kategori film internasional terbaik atau yang dulu disebut sebagai kategori film berbahasa asing terbaik, menurut salah satu anggota dari Academy of Motion Picture Arts and Sciences (A.M.P.A.S) asal Indonesia pertama, Amelia Hapsari, “kesempatan itu selalu terbuka.”

“Enggak ada rules-nya bahwa itu enggak bisa atau enggak akan mungkin,” jawab Amelia Hapsari saat diwawancara melalui Skype dengan VOA.

Ini adalah tahun pertama Amelia menjadi anggota (A.M.P.A.S) khusus bidang dokumenter, namun selain itu, ia juga bertugas untuk melakukan voting atau menjadi juri di kategori animasi pendek, film pendek, film terbaik, dan film internasional terbaik di ajang Academy Awards.

Promosi dan Kampanye Oscar


Setelah resmi terpilih sebagai perwakilan film suatu negara yang akan dikirim untuk bersaing mendapatkan nominasi Oscar, sebuah film masih harus melalui proses yang panjang, hingga akhirnya bisa mendapat nominasi.

“Banyak yang enggak tahu, pada saat kita mengirim film, itu enggak cuman mengirim film gitu aja. Ada budget lagi yang harus dikeluarkan untuk promote this film di sana, kepada juri-juri yang ada di sana. Mereka harus mengadakan screening-screening ke juri-juri, jadi istilahnya harus ada biaya tambahan untuk itu, gitu,” jelas aktor Lukman Sardi kepada reporter VOA, Made Yoni.

Hal ini dibenarkan oleh Amelia Hapsari yang mengatakan, selain perlu menarik perhatian ribuan anggota A.M.P.A.S untuk akhirnya mau menonton dan memberikan nominasi kepada sebuah film, ada hal-hal lain yang juga berlu dilakukan.

“Biasanya, dalam kompetisi untuk menjadi nominasi ini, banyak hal yang dilakukan untuk film-film itu (untuk) promosi. Pastinya dia harus kemudian mengusahakan supaya ditulis oleh kritikus-kritikus utama dari seluruh dunia, diberitakan di media-media, sehingga film-film ini masuk ke dalam kesadarannya para anggota Academy (A.M.P.A.S.red). Karena kan pastinya ya, ada banyak, ada puluhan film-film yang berusaha untuk masuk menjadi nominasi,” jelas Amelia.
Aktor Lukman Sardi (Courtesy: FFI)

Lukman Sardi menambahkan, maka dari itu film tersebut perlu mendapat dukungan yang kuat, misalnya dari pemerintah, seperti yang dilakukan sebelumnya saat film karya sutradara Mouly Surya, “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak,” menjadi perwakilan Indonesia untuk Oscar tahun 2018.

“Nah, ini pasti juga akan pemerintah akan men-support itu sih, menurut aku ya, karena melihat potensinya. Dan memang harus seperti itu. Enggak bisa cuman didiemin aja, ya udah kirim, abis itu didiemin aja, enggak bisa,” tegas Lukman Sardi.

Menurut Joko Anwar, walau telah terpilih menjadi perwakilan film dari Indonesia, kalau tidak ada yang mengetahui keberadaannya dan tidak ada yang menonton, tidak akan ada gunanya.

Namun, Joko Anwar juga menyadari, bahwa untuk mengadakan kampanye tentunya membutuhkan dana yang sangat besar.

“Kita kan film kecil ya, budget-nya saja mungkin enggak sampai satu juta US Dollars gitu. Jadi ya, saya rasa sih enggak bakal ada campaign,” ucap Joko Anwar.

Kelebihan “Perempuan Tanah Jahanam”


Prestasi film “Perempuan Tanah Jahanam” di industri film memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Film ini telah memborong 17 nominasi di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2020 mendatang, jumlah nominasi terbanyak yang pernah diraih oleh sebuah film dalam sepanjang sejarah FFI.

“Perempuan Tanah Jahanam menurut aku layak (jadi perwakilan film Indonesia di Oscar.red),” tegas Lukman Sardi, yang menjabat sebagai ketua FFI, kepada VOA.


Tidak hanya berprestasi di dalam negeri, film ini juga sudah diputar di berbagai festival film internasional, seperti Sitges Film Festival di Spanyol, International Film Festival Rotterdam di Belanda, Bucheon International Fantastic Film Festival di Korea Selatan, dan Sundance Film Festival di Amerika Serikat, Januari lalu.

Walau tidak mau berkomentar mengenai peluangnya, sebagai juri Oscar, Amelia Hapsari melihat “Perempuan Tanah Jahanam” sebagai film yang “punya nilai yang berbeda,” jika dibandingkan dengan perwakilan film-film Indonesia sebelumnya di ajang Oscar.

“Dia sudah datang ke Sundance ya, berarti sudah lebih dekat kan ke industri (film.red) di Amerika. Karena kan, Oscar itu tempatnya di Amerika. Mau enggak mau, amat banyak si anggota Academy (A.M.P.A.S.red) itu adanya di Amerika dan tentu saja amat banyak dari mereka yang sering datang ke Sundance,” ujar Amelia.


Film “Perempuan Tanah Jahanam” juga bisa ditonton secara online di Amerika Serikat, melalui platform layanan streaming berbayar, Shudder.

“”Impetigore” atau “Perempuan Tanah Jahanam” sudah masuk di berbagai list di Amerika, sebagai salah satu film horor terbaik tahun ini. Bahkan dibanding-bandingkan dengan beberapa judul film Amerika yang punya prestasi tahun ini, termasuk “Midsommar,” ungkap Joko Anwar.

“Ini membuat banyak publik Amerika kepengin menonton film “Perempuan Tanah Jahanam,” dan mudah-mudahan anggota Academy Awards juga, karena memang "Perempuan Tanah Jahanam" atau "Impetigore" sudah punya gaung, mereka juga ingin menontonnya, tanpa ada campaign dari kita,” tambahnya.

Dilirik Kritikus Film AS


Film “Impetigore” atau “Perempuan Tanah Jahanam” sudah banyak diberitakan di berbagai media bergengsi di Amerika Serikat, seperti Variety dan Hollywood Reporter. Banyak kritikus film Amerika yang juga telah mengulasnya. Salah satunya adalah situs ternama, RogerEbert.com, yang didirikan oleh mendiang kritikus film pemenang Pulitzer asal Amerika, Roger Ebert.

Melansir dari RogerEbert.com, situs ini memberi film "Perempuan Tanah Jahanam" 3,5 bintang, dan memuji Joko Anwar yang telah menciptakan suasana tegang di setiap adegan, juga kekuatan tokoh utama, Maya, yang diperankan oleh Tara Basro yang sangat memikat. Situs ini menyebut, "ketika darah mulai mengalir, para penonton akan ketagihan. Joko Anwar juga dianggap telah menghasilkan karya film yang efektif, cerdas, dan provokatif, namun juga menyeramkan."
Rama Tampubolon (kiri) bersama aktor Iko Uwais (dok: Rama Tampubolon)

Pengamat sekaligus kritikus film di California, Rama Tampubolon, untuk RamaScreen.com yang telah banyak mengulas film Hollywood, memuji gaya pembuatan film Joko Anwar yang “berani dan penuh gaya,” ditambah lagi dengan “sinematografinya yang menarik.”

“Mengingat faktanya bahwa ini adalah film Indonesia, telah memberikan nilai tambah,” tutur Rama Tampubolon kepada VOA belum lama ini.

“Saya berharap “Impetigore” sukses. Semoga film ini bisa terus maju di musim penghargaan kali ini. Walau bagaimana pun nantinya, kita tahu kebenarannya. Joko dan sineas Indonesia lainnya telah membuat kami, orang Indonesia, sangat bangga,” tambah kritikus film asal Indonesia ini.

Kolaborasi Dengan Rumah Produksi Asing


Selain Rapi Films dan Base Entertainment Film, rumah produksi Ivanhoe Pictures dan CJ Entertainment ikut memproduksi film ini. Asal tahu saja, Ivanhoe Pictures – yang berbasis di AS – terlibat dalam pembuatan film-film blockbuster seperti “Crazy Rich Asians.”

Sedangkan CJ Entertainment yang berbasis di Korea Selatan, adalah rumah produksi untuk film "Parasite," yang pernah mencetak sejarah di panggung Academy Awards. "Parasite" adalah film berbahasa asing pertama, yang berasih meraih piala Oscar untuk kategori film terbaik.

Namun, Joko Anwar menegaskan bahwa filmnya ini dipilih sebagai perwakilan film Indonesia di Academy Awards, bukan karena semata-mata diproduksi oleh perusahaan-perusahaan internasional. Hal ini juga tidak menentukan bagaimana nanti persaingannya di perhelatan Academy Awards.

“Belum tentu nanti perusahaan-perusahaan besar ini akan bikin campaign sih,” kata Joko Anwar sambil tertawa.

“Bagaimana nantinya dengan produser,” tambahnya.

Walau begitu, Amelia Hapsari melihat hal ini lagi-lagi sebagai salah satu nilai tambah dari film ini.

“Jadi di belakang “Perempuan Tanah Jahanam” ini ada mesin-mesin yang sudah pernah melakukan kampanye Oscar sebelumnya. Kemudian mereka pasti juga akan mengusahakan supaya “Perempuan Tanah Jahanam bisa kemudian lolos sebagai nominasi,” ujar Amelia Hapsari.

Terobosan di Dunia Film

Bagi Joko Anwar, terpilihnya film “Perempuan Tanah Jahanam” sebagai perwakilan film Indonesia di Academy Awards merupakan sebuah “terobosan” baru bagi Indonesia. Tidak hanya itu, film ini juga mendapatkan apresiasi yang baik di luar negeri.

“Banyak yang bilang, bahwa mereka pertama kali nonton film Indonesia dan mereka sangat menikmati “Perempuan Tanah Jahanam.” Jadi mereka kepengin lagi tahu film-film Indonesia yang lain, ‘seperti apa sih?’” ucap Joko Anwar.


Hal ini tentu membuat Joko Anwar senang bahwa hasil karyanya ini bisa menjadi “representasi yang baik untuk film Indonesia.”

“Kalau film horor, di setiap negara itu memang punya fans yang jumlahnya sama. Maksudnya, tidak pernah tidak ada,” tambahnya.

Walau perjalanan untuk meraih nominasi piala Oscar masih jauh bagi “Perempuan Tanah Jahanam,” Joko Anwar berharap, orang-orang di luar negeri akan tertarik untuk menontonnya.

“Ada antusiasme dari orang Amerika, terutama Academy Awards’ members, untuk menonton “Perempuan Tanah Jahanam,” itu sudah sesuatu yang menurut saya, misi “Impetigore” untuk jadi representasi film Indonesia sudah tercapai,” pungkas Joko Anwar.

Ajang Academy Awards ke-93 rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 25 April 2021 mendatang, di Los Angeles, California. Acara ini terpaksa mundur dua bulan, karena dampak dari penutupan bioskop, yang menunda banyak perilisan film, terkait pandemi COVID-19. Rencananya, nominasi akan diumumkan tanggal 15 Maret 2021.

(VOA/DI/AD)

Kamis, 17 September 2020

Putrinya Jet Li Ingin Ayahnya Berperan dalam Film 'Mulan'

 

Aktor Jet Li dan kedua putrinya: Jane dan Jada Li, dalam pemutaran perdana film "Mulan" di Dolby Theatre, Los Angeles, AS (foto: dok).


BORNEOTRIBUN -- Tentunya hampir semua orang sudah mengenal “Mulan”, film animasi musikal karya Walt Disney yang dirilis pada tahun 1998. Kini, lebih dari 20 tahun kemudian, film tersebut dirilis kembali dalam bentuk drama live-action, menampilkan sederet bintang laga ternama seperti Jet Li dan Donnie Yen. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa awalnya Jet Li tidak tertarik untuk bermain dalam film tersebut. Ia akhirnya bergabung setelah diminta putrinya, remaja usia 15 tahun.


Kepada kantor berita Associated Press, Jet Li mengatakan, kisah dalam film Mulan telah sering diceritakan di China. Jadi, ia tidak yakin film itu bisa diolah kembali menjadi sesuatu yang baru.


Jet memuji sutradara Niki Caro dan seluruh timnya karena membuat versi live-action dari film tersebut sehingga menampilkan hasil akhir yang detil namun berisikan arti yang jelas dan sederhana.


“Saya sudah tahu seluruh kisahnya. Bagaimana menjadikan kisah itu sesuatu yang baru untuk abad ke-21 dan bagi seluruh dunia? Putri saya, usia 15 tahun, meminta saya berperan dalam film ini. Saya tanya dia, apakah tahu tentang Mulan? Ia menjawab, ‘saya besar dengan Mulan’. OK!,” katanya.


Aktor kawakan Jet Li berperan sebagai kaisar dalam film ini. Ia mengaku sangat terkesan pada satu pesan yang disisipkan film tersebut dalam legenda Mulan yang sudah berabad-abad dikenal masyarakat China yaitu: Jujurlah pada diri sendiri.


"Kamu sangat unik. Kamu tidak perlu belajar menjadi orang lain. Kamu harus menjadi diri sendiri. Itu pesan yang ingin disampaikan film kepada anak-anak perempuan. Menurut saya, pesan itu sangat bermakna untuk situasi dunia saat ini," tambah Jet Li.


Donnie Yen, bintang film laga asal Hong Kong, berperan sebagai komandan militer yang kemudian memandu karakter Mulan dalam film ini. “Bagian dari peran itu adalah penampilan fisik - tubuh saya. Jadi, bagi saya, berperan sebagai komandan dalam film ini, yang mengharuskan saya mengayunkan pedang atau mengajarinya, itu hanyalah cara untuk sampai ke tujuan itu.”


Dengan biaya tambahan, film Mulan versi drama live-action yang diproduksi kembali oleh Disney, sudah bisa disaksikan melalui layanan streaming Disney Plus mulai 4 September. Mulan juga akan diputar secara terbatas di bioskop di sejumlah negara.


Sumber: www.voaindonesia.com

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno