Berita Borneotribun.com: India Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label India. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label India. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 April 2021

Inggris akan Kirim Bantuan Peralatan Medis untuk India

Inggris akan Kirim Bantuan Peralatan Medis untuk India
Kerabat menunggu di samping pasien virus corona yang berbaring di tandu di kompleks rumah sakit untuk masuk di New Delhi, 23 April 2021. (Foto: AFP/Maude BRULARD)

BorneoTribun.com -- Inggris akan berbuat “apapun yang bisa dilakukan untuk mengurangi penderitaan” rakyat India, kata menteri pertahanan Inggris hari Senin (26/4), sewaktu sistem layanan kesehatan India berjuang keras untuk mengatasi gelombang baru kasus virus corona.

Inggris akan mengirim 600 unit perangkat medis termasuk ventilator untuk India untuk membantu negara itu dalam perang melawan gelombang terbaru wabah virus corona.

Departemen Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan menyatakan bahwa satu dari sembilan pesawat bermuatan kit kesehatan itu akan tiba di New Delhi pada hari Selasa (27/4).

India pada hari Minggu (25/4) mencatat rekor global penambahan kasus baru COVID-19 untuk hari keempat berturut-turut, sementara negara itu berjuang menghadapi lonjakan perebakan virus, yang dipicu oleh kemunculan varian baru yang berbahaya di sana.

Para pejabat kesehatan bergegas meluaskan unit-unit perawatan kritis dan menimbun persediaan oksigen yang kian menipis sementara orang-orang yang putus asa mengantre, kadang-kadang hingga ke luar di jalan-jalan, menunggu untuk diperiksa dokter.

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan Inggris akan menggunakan pesawat-pesawat militer atau pesawat carter untuk membawa pasokan itu ke India, guna membantu negara itu “pada saat mereka membutuhkannya.” Paket bantuan itu mencakup 495 konsentrator oksigen, 120 ventilator noninvasif dan 20 ventilator manual dari kelebihan cadangan Inggris. [uh/ab]

Oleh: VOA

Rabu, 21 April 2021

India Laporkan Rekor 273.810 Kasus Harian COVID-19

India Laporkan Rekor 273.810 Kasus Harian COVID-19
Seorang pasien di luar rumah sakit khusus COVID-19 di tengah lonjakan virus corona, di Ahmedabad, India, Senin, 19 April 2021.

BorneoTribun India -- Kementerian Kesehatan India, Senin (19/4), mengumumkan rekor 273.810 kasus baru COVID-19 dalam periode 24 jam sebelumnya, sementara pejabat di ibu kota, New Delhi, mengumumkan penutupan wilayah selama seminggu.

Jumlah infeksi yang dilaporkan pada Senin (19/4) itu adalah yang tertinggi di negara itu dalam satu hari, sejak pandemi dimulai.

Pejabat kota itu mengatakan, Minggu (18/4), sekitar satu dari tiga orang yang dites COVID-19 di New Delhi baru-baru ini dinyatakan positif.

"Kekhawatiran yang lebih besar adalah bahwa dalam 24 jam terakhir, tingkat positif meningkat menjadi sekitar 30 persen dari 24 persen," kata Arvind Kejriwal, menteri utama New Delhi, dalam jumpa pers, Minggu (18/4).

"Kasusnya meningkat sangat cepat. Tempat tidur rumah sakit terisi dengan cepat," katanya.

Penduduk New Delhi beralih ke media sosial untuk mengeluhkan kurangnya tabung oksigen dan tempat tidur rumah sakit serta obat-obatan.

Dengan total 15 juta lebih infeksi, India berada pada urutan kedua setelah Amerika Serikat, yang mencatat 31,6 juta kasus.

Mantan perdana menteri India Manmohan Singh, 88, Senin (19/4), dirawat di rumah sakit New Delhi setelah dinyatakan positif COVID-19.

Menurut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center, lebih dari 1 persen populasi India telah mendapat vaksinasi.

Pejabat India, Senin (19/4), mengumumkan mulai 1 Mei orang yang berusia 18 tahun atau lebih akan memenuhi syarat untuk mendapat vaksin. [my/ka]

Oleh: VOA

Senin, 19 April 2021

India Dilanda Pandemi COVID-19 Gelombang Kedua

India Dilanda Pandemi COVID-19 Gelombang Kedua
Warga Muslim India melakukan shalat jenazah korban COVID-19 sebelum dimakamkan di New Delhi (foto: Reuters).

BorneoTribun India -- Untuk kedua kalinya sejak pandemi COVID 19 dimulai, migran dari pedesaan di India memadati bus-bus dan kereta api untuk pulang ke kampung mereka sementara kota-kota besar seperti Delhi dan Mumbai memberlakukan kembali pembatasan guna mengendalikan kenaikan infeksi yang memecahkan rekor.

Hanya beberapa bulan yang lalu, jutaan pekerja migran berdatangan ke kota besar untuk bekerja di pabrik-pabrik, restoran-restoran, dan pasar-pasar yang mulai beroperasi kembali setelah terjadi lockdown di seluruh India yang diberlakukan pada Maret tahun lalu.

Tetapi sekali lagi mereka didera oleh PHK besar-besaran di tengah-tengah pembatasan di kota-kota besar ketika India diguncang oleh gelombang kedua pandemi virus corona.

Dalam beberapa hari terakhir, infeksi harian di India telah naik melampaui 200 ribu kasus, angka tertinggi di dunia dan dobel angka-angka pada puncak dari gelombang pertama pada September.

Hari Minggu, kementerian kesehatan melaporkan 261.394 kasus, sebuah catatan rekor, dan kota-kota seperti Delhi dan Mumbai, yang menampung jutaan pekerja migran dari pedesaan, terpukul paling keras.

Sepertinya pendulum berayun ke sisi lainnya sejak awal tahun, ketika itu kasus infeksi menurun dan memicu optimisme bahwa pandemi sudah berlalu di India, dan harapan muncul ekonomi, yang terpukul oleh lockdown yang panjang, mulai pulih kembali.

Kota-kota besar India mulai kembali normal ketika konsumen berdatangan ke pusat-pusat belanja dan restoran, dan orang-orang mulai menuju ke tempat-tempat berlibur dan bisnis bangkit kembali.

Kota-kota itu kini sunyi kembali. Delhi memberlakukan jam malam sampai akhir bulan, Mumbai menutup sebagian besar industri dan pasar, serta menghentikan semua kegiatan konstruksi.

Jumlah orang miskin di India, mereka yang berpenghasilan hanya $2 atau kurang per hari atau kurang, ditaksir sudah naik 75 juta orang akibat resesi yang diakibatkan COVID-19 ini, demikian temuan dari PEW Research Center. Angka itu mewakili 60% dari kenaikan kemiskinan global.

Namun, meskipun India dilanda gelombang COVID 19 yang parah ini, PM Inggris Boris Johnson akan tetap melangsungkan lawatan ke India.

Menteri Lingkungan Inggris George Eustice memberi konfirmasi itu. “Untuk sesuatu seperti ini, saya berpendapat, ya ini tepat. Tetapi, yang pasti, langkah-langkah diambil guna memastikan lawatan ini aman dari serangan COVID.”

Ditambahkan oleh Menteri Lingkungan itu, lawatan ini penting karena alasan bisnis dan politik. [jm/lt]

Oleh: VOA

Selasa, 13 April 2021

India Lampaui Brazil Sebagai Negara Terpukul Parah ke-2 oleh COVID-19

India Lampaui Brazil Sebagai Negara Terpukul Parah ke-2 oleh COVID-19
Umat berkumpul untuk berdoa di tepi sungai Gangga saat berlangsungya Kumbh Mela, atau Festival Pitcher, di tengah pandemi COVID-19, di Haridwar, India, 10 April 2021. (REUTERS / Danish Siddiqui)

BorneoTribun.com -- India, Senin (12/4) mengambil alih posisi Brazil sebagai negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua, sewaktu melaporkan rekor harian baru lebih dari 168 ribu kasus.

Negara berpenduduk 1,3 miliar orang itu telah melaporkan peningkatan kasus baru yang pesat dalam beberapa pekan ini, dengan lonjakan yang menyebabkan total kasus mencapai 13,5 juta, melebihi Brazil yang mencatat 13,48 juta.

Para pakar memperingatkan bahwa kerumunan orang dalam jumlah besar, yang kebanyakan tidak mengenakan masker dan berdesak-desakan pada berbagai rapat umum politik di negara bagian-negara bagian yang menyelenggarakan pemilu, festival keagamaan besar-besaran dan di berbagai tempat umum lainnya telah memicu gelombang baru infeksi.

Warga antre saat mendaftarkan diri untuk tes COVID-19 di pusat pengujian di Allahabad, 12 April 2021, menyusul meningkatnya kasus terinfeksi virus tersebut di negara itu. (Foto: Sanjay KANOJIA / AFP)

Umat berkumpul untuk berdoa di tepi sungai Gangga saat berlangsungya Kumbh Mela, atau Festival Pitcher, di tengah pandemi COVID-19, di Haridwar, India, 10 April 2021. (REUTERS / Danish Siddiqui)
“Negara seluruhnya telah berpuas diri – kita membiarkan pertemuan sosial, keagamaan dan politik,” kata Rajib Dasgupta, profesor kesehatan di Jawaharlal Nehru University kepada AFP. “Tak seorang pun yang antre untuk menjaga jarak sosial lagi.”

India telah mencatat lebih dari 873 ribu kasus dalam tujuh hari terakhir suatu peningkatan 70 persen dibandingkan dengan pekan sebelumnya, berdasarkan data yang dikumpulkan AFP.

People sit in an observation room after getting a dose of the Covishield, AstraZeneca-Oxford's Covid-19 coronavirus vaccine at the Saifee Hospital after vaccinations restarted at all city private hospitals, in Mumbai on April 12, 2021. (Photo by Indranil)

Sebagai perbandingan, Brazil mencatat sedikit di atas 497 ribu kasus dengan tren kenaikan 10 persen dari pekan sebelumnya.

AS, yang paling parah terpukul karena pandemi ini, melaporkan sedikit di bawah 490 ribu kasus dengan tren peningkatan sembilan persen.

Lonjakan di India, setelah mencatat penambahan kasus harian turun di bawah 9.000 pada awal Februari, telah menyebabkan banyak negara bagian dan teritori yang terimbas parah memberlakukan pembatasan pada pergerakan dan aktivitas.

Negara bagian terkaya, Maharashtra, yang menjadi penggerak utama lonjakan kasus, pekan lalu memberlakukan lockdown akhir pekan dan jam malam.

Jembatan JJ terlihat sepi saat pemerintah memberlakukan lockdown di tengah meningkatnya kasus virus COVID-19 di Mumbai, 10 April 2021. (Foto: Punit PARANJPE / AFP)

Tetapi Maharashtra telah memperingatkan bahwa lockdown total, suatu langkah drastis yang diupayakan dihindari oleh pemerintah nasional dan negara bagian untuk melindungi ekonomi yang telah hancur, dapat diberlakukan dalam beberapa hari mendatang karena jumlah kasus terus meningkat.

“Solusinya adalah semua orang tinggal di rumah selama dua bulan dan mengakhiri pandemi ini selamanya. Tetapi masyarakat tidak menyimak,” kata Rohit, pelayan di sebuah restoran populer di Mumbai. “Tidak seorang pun mengikuti peraturan di restoran. Kalau kami memberitahu pelanggan untuk mengenakan masker, mereka bersikap kasar dan tidak sopan kepada kami.”

Menteri utama ibu kota India, New Delhi, di mana jam malam diberlakukan, hari Minggu mengatakan bahwa 65 persen pasien baru COVID-19 berusia kurang dari 45 tahun. Pemerintah setempat tidak mendukung lockdown, tetapi akan mempertimbangkan pemberlakuannya apabila rumah sakit mulai kekurangan tempat tidur. [uh/ab]

Oleh: VOA

Rabu, 31 Maret 2021

India Batasi Ekspor Vaksin COVID-19, Negara-negara Asia Berebut Pasokan

Seorang perawat bersiap memberikan vaksinasi COVID-19 produksi AstraZeneca / Oxford di bawah skema COVAX, di Rumah Sakit Umum Eka Kotebe, Addis Ababa, Ethiopia, 13 Maret 2021. (REUTERS / Tiksa Negeri)

BorneoTribun Jakarta -- Sejumlah negara Asia bergegas mencari sumber-sumber alternatif vaksin COVID-19, Selasa (30/3), setelah pembatasan ekspor vaksin oleh India mengakibatkan program vaksinasi global yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) kekurangan pasokan vaksin.

Indonesia, Korea Selatan, dan Filipina termasuk di antara negara-negara yang terkena imbas penundaan pengiriman vaksin yang telah dijanjikan melalui program COVAX. Program tersebut digagas terutama untuk memastikan pasokan vaksin ke negara-negara yang lebih miskin.

“Rencana kami untuk meningkatkan vaksinasi harian akan terpengaruh,” Carlito Galvez, Kepala Vaksinasi Filipina, mengatakan kepada wartawan, seperti dikutip oleh Reuters.

Upacara serah terima vaksin COVID-19 produksi Oxford / AstraZeneca di bawah skema COVAX, di Bandara Internasional Phnom Penh, Kamboja, 2 Maret 2021. (REUTERS)

India, pembuat vaksin terbesar di dunia, menghentikan sementara ekspor vaksin AstraZeneca yang diproduksi oleh Serum Institute of India (SII), karena fokus untuk memenuhi permintaan domestik yang meningkat.

The Serum Institute tadinya dijadwalkan mengirimkan 90 juta dosis vaksin untuk COVAX selama Maret dan April. Meski belum jelas berapa dosis vaksin yang akan dialihkan untuk penggunaan domestik, para fasilitator program memperingatkan bahwa penundaan pengiriman tidak bisa dihindari.

Korea Selatan mengonfirmasi hanya akan menerima 432 ribu dosis dari 690 ribu yang dijanjikan. Namun pengirimannya akan ditunda hingga sekitar minggu ketiga April.

“Ada ketidakpastian mengenai pasokan vaksin global, tetapi kami sedang membuat rencana untuk memastikan tidak ada gangguan pada kuartal kedua dan berupaya untuk mengamankan lebih banyak vaksin,” Kim Ki-nam, Kepala Tim Satuan Tugas Vaksinasi COVID-19 Korea Selatan. Para pejabat mengatakan mereka sedang dalam pembicaraan dengan AstraZeneca untuk mempercepat pengiriman yang diperoleh melalui kesepakatan terpisah.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte melonggarkan pembatasan pemerintah pada impor vaksin sektor swasta. Ia memohon kepada perusahaan untuk mendapatkan pasokan vaksin, berapapun biayanya saat negaranya berjuang melawan kemunculan kembali pandemi.

Di Vietnam, para pejabat juga meminta sektor swasta untuk turun tangan setelah pasokan COVAX mereka dipangkas sebesar 40 persen menjadi 811.200 dosis dan pengiriman diundur beberapa minggu.

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi. (Foto: VOA)

Di Indonesia, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan kepada Reuters bahwa pengiriman 10,3 juta dosis dari COVAX kemungkinan ditunda hingga Mei.

India belum memberikan pemerincian tentang lamanya pembatasan ekspornya, tetapi Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), yang juga mitra distribusi COVAX, mengatakan pada akhir pekan bahwa pengiriman diperkirakan akan dilanjutkan pada Mei.

Keputusan India adalah yang terbaru dari serangkaian kemunduran fasilitas COVAX, yang diandalkan oleh 64 negara miskin. Sebelumnya program tersebut juga mengalami gangguan produksi dan kurangnya kontribusi pendanaan dari negara-negara kaya. [ah/ft]

Oleh: VOA Indonesia

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pilkada 2024

Lifestyle

Tekno