Berita Borneotribun.com: Lockdown Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Lockdown. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lockdown. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 Juli 2021

Bangladesh Cabut ‘Lockdown’ untuk Rayakan Idul Adha

Bangladesh Cabut ‘Lockdown’ untuk Rayakan Idul Adha
Bangladesh Cabut ‘Lockdown’ untuk Rayakan Idul Adha. 

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Mengabaikan peringatan banyak pakar medis, pemerintah Bangladesh mencabut kebijakan Lockdown sejak 15 Juli untuk memberi kesempatan bagi Muslim untuk merayakan Idul Adha.

Sejumlah pakar medis mengatakan, meski sejumlah protokol medis tetap diberlakukan, lonjakan kasus diperkirakan akan terjadi dan bukan tidak mungkin menyebabkan ambruknya sistem layanan kesehatan negara itu yang saat ini sudah kewalahan.

Menunggu di antara ratusan sesama pelancong untuk naik feri dari ibu kota Bangladesh, pekerja konstruksi yang sudah lama menganggur Mohammed Nijam tahu bahwa ia berisiko tertular virus corona, tetapi ia merasa lebih berisiko untuk tetap tinggal di Dhaka karena menghadapi kemungkinan lockdown berikutnya.

"Saya harus membayar sewa setiap bulan meskipun saya tidak punya pekerjaan. Saya harus bisa makan dan membayar sewa rumah. Induk semang selalu meminta pembayaran," kata Nijam.

"Sekarang dengan dicabutnya lockdown, saya lebih suka pulang ke desa dan menjalani hidup seperti yang Allah izinkan.

Bagaimana kami bisa bertahan hidup di kota? Kami tidak mendapatkan bantuan apa pun.

Sekarang, saya akan pulang ke desa untuk tinggal bersama keluarga saya dan menjalani hidup semampu saya."  

Nijam adalah salah satu dari puluhan juta orang Bangladesh yang berbelanja dan bepergian pekan ini menyusul jeda lockdown selama delapan hari untuk merayakan Idul Adha.

Seiring penyebaran virus yang merajalela, Bangladesh sebelumnya memberlakukan lockdown nasional sejak 1 Juli. 

Hampir semua kegiatan dihentikan, mulai dari pasar hingga transportasi massal.

Namun, bahkan dengan pembatasan - pembatasan baru, kematian akibat virus masih berkisar sekitar 200 setiap hari dan infeksi harian masih sekitar 11.000.

Kedua angka itu sendiri diduga jauh lebih kecil daripada angka sesungguhnya.

Pada hari Minggu (18/7), 225 kematian dan 11.758 infeksi dilaporkan.  Terlepas dari peringatan dari para ahli, pemerintah mengumumkan bahwa mulai 15 hingga 23 Juli, semua pembatasan akan dicabut dan semua kegiatan publik akan dibuka kembali sehingga rakyat negara itu dapat merayakan Idul Adha yang biasanya menggairahkan perekonomian.  

Walhasil, kerumunan orang terlihat memadati mal-mal dan pasar-pasar untuk berbelanja memenuhi kebutuhan perayaan Idul Adha, dan yang lainnya memadati pelabuhan-pelabuhan dan terminal-terminal untuk mudik ke kampung halaman.

Di antara kerumunan besar orang yang berbelanja di Pasar Baru Dhaka adalah Shah Alam, seorang teknisi gigi. 

"Karena pemerintah telah melonggarkan situasi selama beberapa hari, kami datang ke pasar untuk membeli barang-barang yang diperlukan. Kami mencoba mematuhi pedoman keselamatan kesehatan."  

Penangguhan lockdown tersebut mendapat kecaman para pakar kesehatan.

Mereka memperingatkan bahwa kebijakan itu dapat memperburuk lonjakan berkelanjutan yang dipicu oleh varian Delta yang sangat menular, yang pertama kali terdeteksi di negara tetangga, India. 

Be-Nazir Ahmed, seorang pakar kesehatan masyarakat, mengatakan, “Banyak orang, mungkin jutaan, sudah mudik ke desa mereka untuk merayakan Idul Adha.

Jadi, banyak dari mereka yang sebenarnya membawa virus ini dari satu bagian negara ke bagian lain, atau ke daerah mana yang mungkin tidak terpengaruh sebelumnya. Melalui mereka, daerah-daerah itu akan terpengaruh sekarang.

Jadi, ini satu. Kedua, karena pembukaan pasar, banyak orang keluar dari rumah.

Jadi, apa yang akan terjadi adalah penyebaran akan semakin meluas.”  Ahmed juga mengkhawatirkan, kegiatan kurban juga akan menjadi pemicu lonjakan kasus. 

"Mungkin ratusan ribu ternak akan diperdagangkan untuk kegiatan kurban, mulai dari desa yang sangat terpencil hingga kota. 

Dan, Anda tahu, kebanyakan penjual ternak, atau lainnya yang terlibat, berasal dari daerah pedesaan. Dan mungkin, mereka akan pulang membawa virus.” 

Menurut perkiraan Ahmed, 30 juta hingga 40 juta orang akan berkumpul untuk salat di masjid-masjid atau lapangan-lapangan terbuka di berbagai penjuru negeri itu, Rabu. 

Ia mengatakan, sebulan setelah Idul Adha akan menjadi waktu yang kritis bagi negara itu yang hingga Senin (19/7) mencatat hampir 1,1 juta infeksi dan hampir 18.000 kematian akibat pandemi. 

“Ada kelangkaan tempat tidur, dan ICU. Penyedia layanan kesehatan sudah kelelahan setelah lebih dari satu setengah tahun menghadapi pandemi. 

Jadi, jika situasinya memburuk, dan lebih banyak pasien harus datang ke rumah sakit, hampir tidak mungkin bagi penyedia layanan kesehatan untuk menangani situasi ini." [ab/]

VOA

Sabtu, 10 Juli 2021

Warga Malaysia Terdampak Lockdown Kibarkan Bendera Putih

Warga Malaysia Terdampak Lockdown Kibarkan Bendera Putih
Seorang wanita mengibarkan bendera putih setelah dia menerima bantuan dari orang lain di rumahnya selama lockdown, di tengah wabah COVID-19, di Petaling Jaya, Malaysia 6 Juli 2021. (Foto: REUTERS/Lim Huey Teng)

BORNEOTRIBUN - Ketika Hadijah Neamat berjuang untuk bertahan selama lockdown atau karantina wilayah pandemi virus corona, ibu di Malaysia itu menggantung kain putih di luar jendela untuk meminta bantuan.

Kantor berita Reuters melaporkan kampanye #benderaputih makin popular di media sosial dalam upaya mendorong masyarakat membantu orang lain yang mengalami kesulitan selama pemberlakuan karantina wilayah yang berkepanjangan di Malaysia.

Tak lama setelah Hadijah mengibarkan bendera, seorang tetangga datang menawarkan makanan dan barang-barang lainnya.

"Saya pikir orang luar yang akan datang membantu, seperti orang kaya atau menteri atau orang penting," kata ujar perempuan berusia 73 tahun yang tinggal di kawasan padat penduduk Petaling Jaya di negara bagian Selangor, dekat Kuala Lumpur.

"Tapi mereka bilang 'Kita bertetangga. Jika ada yang mengibarkan bendera putih, tentu kami perlu khawatir," tambahnya.

Dia mengaku terkejut dengan kedermawanan yang hadir di depan pintu rumahnya.

Suami Hadijah, Mohd Rusni Kahman, 59, memiliki disabilitas dan belum bisa bekerja sejak kehilangan pekerjaannya tahun lalu. 

"Terkadang saya hanya berpikir.. Jika saya tidak punya pekerjaan, apa yang akan saya lakukan? Saya tidak bisa hanya mengandalkan anak saya," katanya.  

Malaysia telah melaporkan lebih dari 785.000 kasus COVID-19, jumlah kasus tertinggi ketiga di Asia Tenggara, dan telah memberlakukan karantina wilayah sejak 1 Juni.

Pandemi telah berdampak terutama kepada keluarga berpenghasilan rendah. Banyak laporan bermunculan bahwa keluarga-keluarga terpaksa menjatah makanan.

Menanggapi kampanye bendera putih, warga, bisnis, politisi, dan bahkan selebritas telah turun tangan untuk menyumbang.

"Butuh banyak keberanian (untuk mengibarkan bendera putih) ... Karena itu sebenarnya memberi tahu semua orang bahwa Anda ... tidak dapat menghadapinya," kata anggota parlemen Maria Chin Abdullah kepada Reuters.

"Tapi saya pikir saya mengambilnya sisi positifnya – hal itu adalah sesuatu yang sebenarnya dibutuhkan negara ini karena kita tidak dapat menolong semua orang. Jadi ada baiknya bahwa ... Anda menunjukkan bahwa Anda membutuhkan bantuan dan kami akan datang kepada Anda," katanya. (na/ft)

VOA

Minggu, 04 Juli 2021

Malaysia Akan Longgarkan ‘Lockdown’ di 5 Negara Bagian

Malaysia Akan Longgarkan ‘Lockdown’ di 5 Negara Bagian
Malaysia Akan Longgarkan ‘Lockdown’ di 5 Negara Bagian.

BORNEOTRIBUN.COM - Menteri Keamanan Malaysia Ismail Sabri Yaakob, Sabtu, (3/7), mengatakan pemerintah akan melonggarkan penguncian sementara atau lockdown akibat virus corona di lima negara bagian pada pekan depan.

Kelima negara tersebut dianggap telah memenuhi indikator pemerintah dalam pencabutan lockdown.

Malaysia mulai menerapkan kebijakan karantina nasional sejak 1 Juni untuk mengendalikan lonjakan infeksi COVID-19. 

Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengatakan pemerintah akan secara bertahap membuka kegiatan ekonomi dan sosial dalam empat fase, berdasarkan jumlah infeksi, tingkat vaksinasi, dan kapasitas sistem perawatan kesehatan. 

Ismail Sabri Yaakob mengatakan pembatasan akan dicabut sebagian di negara bagian Kelantan, Pahang, Perak, Perlis, dan Terengganu pada hari Senin (5/7) karena mereka telah mencapai target mereka untuk pindah ke fase kedua lockdown.

Komentarnya muncul ketika langkah-langkah yang lebih ketat mulai berlaku pada hari Sabtu (3/7) di Ibu Kota Kuala Lumpur, dan negara bagian Selangor, yang merupakan salah satu daerah yang paling parah dilanda COVID-19 di Malaysia. 

Malaysia mencatatkan 6.658 kasus baru pada hari Sabtu (3/7), menjadikan total kasus COVID-19 mencapai 772.607 dengan 5.327 kematian. [ah]

Oleh: VOA

Sabtu, 19 Juni 2021

Kasus COVID-19 Melonjak, Sultan Yogya Wacanakan ‘Lockdown’

Kasus COVID-19 Melonjak, Sultan Yogya Wacanakan ‘Lockdown’
Petugas dari BPBD DIY melakukan penyemprotan desinfektan di kawasan Stasiun Tugu, Yogyakarta, 22 Maret 2020. (Foto: Courtesy/Humas Pemda DIY)

BORNEOTRIBUN.COM - Dalam satu pekan terakhir, Yogyakarta mencatatkan rekor jumlah kasus positif dan angka kematian terkait COVID-19. Angka pemakaian tempat tidur di rumah sakit juga melonjak, sehingga gubernurnya mewacanakan penutupan wilayah atau lockdown.

Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X. (Foto: Courtesy/Humas DIY)

Sultan Hamengkubuwono X memperlihatkan keprihatinan mendalam terkait apa yang terjadi sepekan terakhir di wilayahnya. Kepada media di Yogyakarta, Jumat (18/6), Sultan mengakui memahami bahwa banyak daerah mengalami kenaikan kasus. Namun dia menilai, apa yang terjadi tidak lepas dari ketidakdisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Berbagai kebijakan sudah diambil, kasus tetap tak terkendali. Jika tak ada lagi pendekatan bisa dilakukan, Sultan membuka kemungkinan akan menerapkan penutupan wilayah atau lockdown.

“Kita kan sudah bicara PPKM Mikro. Ini sudah bicara menangani di tingkat RT /RW, di tingkat pedukuhan. Kalau itupun gagal, mobilitasnya seperti ini, kalau akhir pekan, terus mau apa lagi? Ya lockdown,” tegas Sultan.

Jokowi bersama sejumlah seniman yang menerima vaksin di PSBK Yogyakarta. (Foto: Courtesy/Humas Pemda DIY)

Hari Senin (21/6) Sultan mengundang kepala daerah di Yogyakarta dan para tenaga kesehatan. Salah satu yang ingin dipastikan gubernur adalah kesanggupan pemerintah daerah untuk menerapkan kebijakan yang sudah dibuat. Secara spesifik, Sultan ingin pemerintah kabupaten dan kota lebih ketat membatasi aktivitas masyarakat. Begitu prihatin Sultan dengan situasi yang terjadi, dia bahkan mengulang wacana soal lockdown itu hingga dua kali.

“Kita sudah bicara mengontrol (aktivitas) di tingkat RT/RW. Kalau gagal mau apa lagi? Kita belum tentu bisa cari jalan keluar, satu-satunya cara ya lockdown totally,” tambah Sultan lagi.

Sultan memang belum lama mengeluarkan instruksi baru terkait aktivitas masyarakat. Dia mewajibkan seluruh acara yang melibatkan warga cukup banyak, harus memperoleh izin di tingkat kepanewonan, istilah bagi kecamatan di Yogyakarta. Namun instruksi itu dia nilai sendiri hasilnya tidak maksimal. Buktinya kasus positif harian justru kini mencapai hampir 600. Angka yang jauh di atas rata-rata kasus sejak pandemi tiba setahun yang lalu. Sultan minta masyarakat mengapresiasi diri sendiri agar mampu disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Sultan juga khawatir rumah sakit di Yogyakarta tidak akan mampu lagi merawat pasien jika kasus meninggi.

“Kita kemarin sudah 36 persen bed occupancy ratio (BOR)-nya. Sekarang sudah 75 persen, hanya dalam waktu satu minggu. Jumlah kasus di atas 500. Kalau terus begini kan enggak mungkin,” lanjutnya.

Penambahan Kasus Signifikan

Kepala Bagian Humas Pemda DIY, Ditya Nanaryo Aji menyebut, Yogyakarta mengalami penambahan kasus positif COVID-19 sebanyak 592 kasus dengan 12 kasus kematian.

“Dari jumlah itu, menurut riwayatnya kasus yang diperoleh melalui tracing kontak kasus positif sebanyak 469 kasus,” tambah Ditya.

Dengan jumlah 592 kasus pada Jumat, selama tujuh hari terakhir Yogyakarta mengalami penambahan 3.489 kasus positif COVID-19. Jika dirata-rata setiap harinya ada 498 kasus baru. Sementara untuk pasien meninggal ada 85 orang selama periode waktu yang sama.

Dalam keterangan pada Kamis (17/6), juru bicara Satgas COVID-19 nasional, Prof Wiku Adisasmita menyebut Yogyakarta masuk lima besar penyumbang kenaikan kasus mingguan.

“Kenaikan kasus positif sebesar 38,3 persen secara nasional di minggu ini. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan. Kenaikan ini dikontribusikan oleh DKI Jakarta naik 7.132 kasus, Jawa Tengah naik 4.426 kasus, Jawa Barat naik 2.050 kasus, Daerah Istimewa Yogyakarta naik 973 kasus, dan Jawa Timur naik 939 kasus,” kata Wiku.

Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito di Jakarta, Kamis (25/3) mengatakan kasus kematian akibat Corona di Indonesia turun, global naik (humas BNPB).

Selain itu, Yogyakarta juga menjadi satu dari lima provinsi dengan jumlah kematian tertinggi di Indonesia pekan lalu. Angka itu terus tercatat tinggi di pekan ini, seperti tercatat pada 15 Juni ada 17 kematian, 16 Juni 15 kematian dan 17 Juni mencapai 18 kematian. Jumlah 18 kematian dalam satu hari itu menjadi yang tertinggi selama pandemik. Baik angka kasus maupun angka kematian di Yogyakarta menjadi perhatian, karena provinsi ini sangat kecil. Jumlah penduduknya sekitar 3,6 juta, hanya sepuluh persen jumlah penduduk Jawa Tengah.

Rumah Sakit Bisa Kolaps

Dalam perbincangan terkait Langkah pengendalian kasus pasca Lebaran oleh BNPB, Dr Masdalina Pane, dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia meminta pemerintah lebih serius menangani hulu masalah. Artinya, masyarakat harus didisiplinkan agar mereka tidak tertular dan masuk rumah sakit.

Dr Masdalina Pane, dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia dalam tangkapan layar.

“Jika kita terus-menerus konsentrasi mengendalikan di rumah sakit, itu tidak pernah bisa menyelesaikan masalah. Mencegah itu jauh lebih baik daripada kita mengobati,” kata Masdalina.

Program-program, seperti 3T dan 5 M, yang digaungkan terus menerus sebenarnya sudah baik. Namun implementasinya di lapangan butuh keseriusan. Jauh lebih baik jika pemerintah bisa menemukan sebanyak-banyaknya kasus dalam skala ringan di masyarakat agar penularan bisa dikendalikan.

Masdalina mengakui, Indonesia pernah memiliki kemampuan untuk mengendalikan kasus. Namun kemudian, seperti yang saat ini terjadi, angkanya justru naik terus. Konsentrasi penanganan sebenarnya hanya di Jawa dan Sumatera, sebagai wilayah dengan jumlah kasus yang tinggi. Indonesia Timur sudah memiliki pembatas alami, karena terdiri dari banyak pulau, yang membantu wilayah ini mengendalikan jumlah kasus.

Karena itulah di Jawa, yang dihuni sekitar 55 persen penduduk Indonesia, pembatasan mobilitas dan aktivitas warga selama pandemi menjadi krusial. Masdalina menggarisbawahi, pengendalian kasus masih bisa dilakukan tergantung implementasi regulasi yang telah ditetapkan.

Dia mengingatkan, rumah sakit tidak akan bisa bertahan jika strategi tepat tidak diterapkan.

“Jika tidak ada pengendalian yang tepat dan cepat, saya bisa katakan dua minggu sampai satu bulan lagi kita sudah akan kolaps. Strategi untuk mengatasi masalah ini tidak bisa hanya dengan terus menambah tempat tidur,” ujar Masdalina.

Strategi yang dimaksud Masdalina, antara lain adalah kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan, atau pembatasan mobilitas. [ns/ab]

Oleh: VOA

Rabu, 14 April 2021

Seniman Cilik Buat Komik Selama 'Lockdown'

Anak-anak membaca buku komik di pameran buku di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis, 9 September 2010. (Foto AP/Lai Seng Sin)

BorneoTribun.com -- Nadja Pivoff, perempuan berusia 9 tahun dari Boston, negara bagian Massachusetts, telah menggambar sejak bisa memegang pensil. Menggambar adalah aktivitas yang penting baginya selama pembatasan sosial berskala besar akibat pandemi COVID-19.

Nadja Pivoff senang menggambar dan menyukai komik. Dia memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya dan menggambarnya di kertas.

"Ini adalah caranya mengubah segala sesuatu di sekelilingnya menjadi karakter dan dunia komiknya sendiri. Dia menambahkan humor dan sarkasme, dan sedikit ironi terhadap apa yang ia lihat, situasi, orang... dan saya yakin itu sangat unik!" kata Olga Sushkova, ibu Nadja.

Lembaran komik strip empat panel 'Toko Kue Koguma', terlihat di ruang kerjanya di Tokyo, Jepang 8 Oktober 2020. Nadja Pivoff, perempuan berusia 9 tahun dari Boston, negara bagian Massachusetts. (Foto: Reuters/Issei Kato)

Kesepian karena pandemi dilampiaskan ke dalam komik. Bahkan buku matematikanya penuh dengan gambar-gambar.

"Makaroni ini saling berbicara satu sama lain, lalu ada orang yang ingin memakan mereka. Dan Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi...," kata Nadja.

Selama lockdown, Nadja memulai kelas menggambar komik secara online yang menjadi hobi serius. Seniman muda ini bahkan mendapat sedikit penghasilan dari karyanya.

Bersama ibunya, Nadja memutuskan topik apa yang akan dibahas dan bagaimana menyajikannya dalam kelas.

Sushkova mengatakan berkat perencanaan dan latihan, keterampilannya semakin berkembang.

"Dia membuat dunia komiknya semakin dalam dan lebih rumit; dia memperluas kumpulan gagasan dan alat yang digunakan untuk menyalurkan pikiran dan emosi. Wajah-wajah karakternya semakin detil, dia sangat memperhatikan mimik. Dia mengembangkan gaya sendiri, membuatnya lebih bernuanasa," kata Olga.

Pada awal karantina, Nadja membuat komik mengenai virus corona yang tiba di Bumi dari Bulan - dan dinosaurus berlarian menghindarinya. Kini, setahun kemudian, dia memusatkan perhatian pada seorang Superhero baru.

"Saya mulai menggambar komik mengenai Superhero bernama VaXine yang berperang melawan virus corona. Dia menunjukkan kepada semua orang betapa kerennya dia," kata Nadja.

Dalam dunia imajinasi Nadja, VaXine melacak virus corona dan memberantasnya. Dengan melakukan hal itu, VaXine membebaskan dunia dan membuat Nadja bisa menemui teman-temannya lagi secara langsung. [vm/jm]

Oleh: VOA

Senin, 22 Maret 2021

Dengan Belajar Bermusik, Sekelompok orang muda Yazidi hilangkan rasa Bosan dan Frustrasi

Dengan Belajar Bermusik, Sekelompok orang muda Yazidi hilangkan rasa Bosan dan Frustrasi
Yazidi muda dan wanita Muslim berlatih lagu tradisional Kurdi diiringi oleh Daf, drum kerangka Kurdi besar, di sebuah pusat komunitas di Dahuk, Irak, pada 25 Juni 2019. (Foto: AFP/Safin Hamed)

BorneoTribun Internasional -- Sekelompok orang muda Yazidi mengatasi perasaan bosan dan frustrasi mereka karena lockdown dan penutupan sekolah dengan cara belajar bermusik.

Mereka membentuk sebuah band di kamp orang-orang telantar di Irak Utara, dan menamai band mereka itu Sinjar.

Sinjar sendiri adalah tempat asal para anggota band tersebut. Daerah itu dikenal sebagai tempat tinggal warga agama minoritas Yazidi. Kaum minoritas ini mengalami penyiksaan yang brutal dari kelompok ISIS sewaktu kelompok tersebut menyerbu daerah itu pada tahun 2014.

Para anggota band itu menyanyikan lagu-lagu cinta yang mewakili budaya Kurdi dan Yazidi.

Mereka baru membentuk band itu pada November lalu sewaktu sekolah-sekolah ditutup karena wabah virus corona.

"Kami membentuk kelompok ini bagi para penghuni kamp karena sekolah-sekolah ditutup akibat virus corona. Banyak di antara para anggota band itu merasa tertekan dan ini memengaruhi situasi kejiwaan mereka. Kami membentuk band ini untuk memberi semacam kenyamanan bagi orang-orang itu, dan pada saat bersamaan, mengajari mereka sesuatu yang baik," kata pelatih musik mereka, Qawwal Hajji.

Para anggota band itu kebanyakan adalah anak-anak yatim piatu Yazidi dan penyintas yang lolos dari penahanan ISIS di Irak dan Suriah.

Kaum perempuan dan lelaki muda itu juga menampilkan tari-tarian tradisional, dan mereka berpartisipasi dalam beberapa acara musik kecil di kamp-kamp pengungsi yang menampung warga Yazidi di Dohuk, wilayah Kurdi Irak.

“Kami marah karena kami tinggal di tenda-tenda dalam kamp. Tetapi setelah bergabung dengan kursus ini, dan dengan dukungan dari para guru, Qawwal dan Raed, kami belajar banyak hal dan ini menggembirakan. Kami belajar musik dan seni. Berada di sini benar-benar menyenangkan," kataDhikra Hussein, seorang pengungsi Yazidi asal Sinjar.

"Kami telah belajar banyak hal setelah bergabung dengan band ini. Kami juga menambah teman baru di sini," tambahpengungsi Yazidi lainnya yang berasal dari Sinjar, Randa Ali.

Proyek band ini didanai oleh manajemen kamp Sharia, kegubernuran Dohuk dan Sinjar Organization for Social Development, SOSD, atau Organisasi Sinjar untuk Pembangunan Sosial, yang menyediakan tempat untuk berlatih bagi band tersebut, berikut alat-alat musiknya.

Sebagian besar warga Yazidi, yang trauma oleh pembunuhan massal dan perbudakan yang dilakukan ISIS terhadap mereka, telah lari meninggalkan kampung halaman mereka di Irak Utara.

ISIS memerintah di beberapa bagian wilayah di Irak Utara dari tahun 2014 hingga 2017.

Para ekstremis itu tidak dapat menerima kehadiran agama lain dan berusaha menghabisi Yazidi, minoritas agama dengan keyakinan yang membedakan mereka dari Muslim dan umat Kristen di kawasan tersebut. [uh/ab]

Oleh: VOA Indonesia

Rabu, 16 September 2020

3 Bintang Film Inggris Produktif Mengisi Lockdown

Aktris Katherine Waterston menghadiri Festival Film Venesia di Venesia, Italia, 6 September 2020. (Foto: Invision via AP)


BORNEOTRIBUN -- Sebagian besar industri di dunia, termasuk industri film dan TV, terhenti pada awal tahun karena pandemi virus corona. Namun, tiga pemeran utama dalam film drama "The Third Day”, yaitu Naomie Harris, Jude Law dan Katherine Waterston, bersyukur penggarapan film itu tuntas sebelum pandemi.


Jude Law menghadiri penayangan perdana film "Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald," di London, 13 November 2018.


Selama diterapkan pembatasan wilayah atau lockdown, ketiga bintang film mengaku, hanya diam di rumah, mematuhi imbauan pemerintah. Namun, mereka tidak tinggal diam. Mereka mengisi waktu dengan mengerjakan proyek-proyek kecil.


Waterston mengakui bahwa ia sempat mengidap Covid-19. Setelah pulih, ia mengisi hari-harinya dengan menjadi relawan untuk badan amal. Ia mengajak Jude Law untuk juga menjadi sukarelawan.

Jude Law menghadiri penayangan perdana film "Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald," di London, 13 November 2018.


"Kami bekerja untuk organisasi yang membuat pakaian bagi petugas medis. Hasil produksi kami bawa ke rumah-rumahsakit. Kami juga mengantar makanan kepada siswa yang tinggal di rumah. Siswa biasanya bergantung pada makan siang sekolah, yang gratis," kata Waterston yang memerankan Jess dalam film itu.


Aktris Naomie Harris menghadiri acara di Spago, Beverly Hills, California, 6 Februari 2017.


Naomie Harris juga menemukan cara produktif untuk mengisi hari-harinya ketika Inggris memberlakukan, yaitu dengan menulis. Padahal, sebelum lockdown, Naomie mengaku "Tidak ada waktu" saat seorang teman memintanya menulis. 


"Lockdown membuat saya punya waktu untuk menulis. Saya dan teman itu menulis satu proyek dan kini kami mendapat dana untuk proyek itu. Jadi, sekarang saya adalah seorang penulis. Saya keluar dari masa lockdown sebagai penulis," ujar Naomie.

Aktris Naomie Harris menghadiri acara di Spago, Beverly Hills, California, 6 Februari 2017.


Film "The Third Day" dibagi menjadi tiga, dengan jalan cerita yang saling terkait. "Summer" dibintangi Jude Law, "Winter," dibintangi Naomie Harris, "Autumn" direncanakan menjadi pertunjukan langsung selama 12 jam dan dibintangi Jude Law. Syuting film ini dilakukan sekaligus dan akan ditayangkan pada 3 Oktober.


Proyek ini dibuat dengan bekerja sama dengan perusahaan teater interaktif Punchdrunk. "The Third Day" akan tayang di Amerika mulai 14 September, dan di Inggris mulai 15 September.


Sumber: www.voaindonesia.com

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno