Berita Borneotribun: MotoGP Hari ini
Tampilkan postingan dengan label MotoGP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MotoGP. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Mei 2025

Kekacauan di MotoGP Prancis Gagalkan Dominasi Ducati, Marquez Nyaris Menang, Pecco Apes!

Kekacauan di MotoGP Prancis Gagalkan Dominasi Ducati, Marquez Nyaris Menang, Pecco Apes!
Kekacauan di MotoGP Prancis Gagalkan Dominasi Ducati, Marquez Nyaris Menang, Pecco Apes!

JAKARTA - Ducati datang ke MotoGP Prancis dengan penuh percaya diri. Mereka tinggal selangkah lagi untuk memecahkan rekor kemenangan beruntun milik Honda tahun 1997-1998 yang mencapai 22 kemenangan. Tapi, apa daya... balapan hari Minggu berubah jadi penuh drama dan kekacauan!

Bukan Ducati, tapi justru Johann Zarco dari tim satelit LCR Honda yang bikin kejutan besar dengan memenangkan balapan di kandang sendiri. 

Sementara itu, Ducati terbaik justru datang dari Marc Marquez yang finis di posisi kedua dan itu pun tertinggal hampir 20 detik dari Zarco.

Manajer Umum Ducati Corse, Gigi Dall’Igna, nggak bisa menahan komentar soal kekacauan balapan ini. Lewat postingannya di LinkedIn, dia bilang, “Balapan ini benar-benar gila. Cuacanya nggak jelas, motor ganti-gantian, banyak yang jatuh. Ini tipe balapan yang mending ditonton aja, daripada dikomentarin.”

Ducati Gagal Pecahkan Rekor, Tapi Hormat untuk Zarco

Meski kecewa karena rekor kemenangan terputus setelah lebih dari setahun tak terkalahkan, Dall’Igna tetap memberikan selamat buat Zarco. 

Ia menyebut kemenangan Zarco di lintasan basah sebagai hasil kerja keras dan sangat layak diapresiasi.

“Kalau ada pembalap yang tampil sempurna di kondisi basah dan menang secara mengejutkan tapi pantas, maka selamat dari hati yang paling dalam buat Johann Zarco!”

Marquez Main Aman, Tapi Cerdas

Gigi juga memuji keputusan Marc Marquez yang memilih bermain aman dan puas dengan posisi kedua, daripada memaksakan diri mengejar Zarco yang sedang "on fire".

“Marc tampil luar biasa. Dia nggak ambil risiko yang nggak perlu. Dia balapan seperti juara sejati, dan hasilnya adalah poin penting karena lawan-lawannya malah jatuh. 

Di kondisi balapan yang terus berubah kayak gitu, Marc udah maksimal banget.”

Pecco Bagnaia Apes, Strateginya Gagal Total

Sayangnya, nasib berbeda dialami oleh rekan setim Marc, Francesco “Pecco” Bagnaia. Setelah jatuh di Sprint Race, Pecco kembali apes di balapan utama. Padahal strateginya sudah tepat tetap memakai ban basah saat balapan diulang. 

Tapi semuanya sia-sia saat dia ditabrak mantan rekan setimnya sendiri, Enea Bastianini, di tikungan pertama. Hasilnya? Pecco hanya mampu finis di posisi ke-16.

“Untuk Pecco, ini benar-benar mengecewakan. Apalagi dia sudah memilih strategi yang benar dan punya potensi untuk berada di depan, kalau saja insiden itu nggak terjadi,” tulis Dall’Igna.

Ducati mengakui, akhir pekan yang dimulai dengan harapan besar justru berubah menjadi bencana buat Bagnaia. Tapi mereka juga janji bakal bekerja keras bareng-bareng buat memperbaiki semuanya dan mengembalikan senyuman di wajah Pecco.

Fermin Aldeguer Jadi Bintang Baru di Gresini

Di tengah kekacauan, muncul satu nama yang bikin Ducati tersenyum: Fermin Aldeguer. Rookie dari tim Gresini ini tampil luar biasa dan berhasil naik podium ketiga di dua balapan sekaligus Sprint dan Grand Prix.

“Sebagai penutup, saya ingin merayakan penampilan luar biasa Aldeguer. Ini podium pertamanya di kelas utama, dan semoga jadi awal dari banyak podium lainnya. Dia benar-benar memberikan kejutan yang menyenangkan di tiap balapan.”

Klasemen Terkini: Marquez Unggul, Pecco Tertinggal Jauh

Dengan hasil ini, Marc Marquez kini memimpin klasemen MotoGP dengan keunggulan 22 poin dari adiknya, Alex Marquez, yang jatuh di balapan utama. Sementara itu, Bagnaia makin tertinggal jauh dengan selisih 51 poin.

Pecco Bagnaia Minta Ducati Beri Solusi untuk Motor 2025: "Saya Nggak Ngerasain Apa-Apa di Motor Ini!

Pecco Bagnaia Minta Ducati Beri Solusi untuk Motor 2025: "Saya Nggak Ngerasain Apa-Apa di Motor Ini!
Pecco Bagnaia Minta Ducati Beri Solusi untuk Motor 2025: "Saya Nggak Ngerasain Apa-Apa di Motor Ini!

JAKARTA - Pecco Bagnaia, juara dunia MotoGP dua kali, lagi-lagi jadi sorotan usai tampil buruk di Grand Prix Prancis akhir pekan lalu. Bukan cuma gagal finis di sprint race, tapi juga terpaksa mengakhiri balapan utama lebih awal setelah ditabrak rekan setimnya sendiri, Enea Bastianini. Hasilnya? Nol poin dan makin tertinggal 51 poin dari Marc Marquez di klasemen sementara.

Yang bikin makin miris, Bagnaia sendiri mengaku udah benar-benar frustrasi sama performa motor Ducati 2025 yang sekarang ia tunggangi. Dalam wawancara resmi dengan MotoGP, rider asal Italia ini blak-blakan bilang kalau dia "nggak ngerasain apa-apa" dari motor barunya."Tim saya harus bantu saya cari solusi. Sekarang ini, feeling saya sama motor sangat buruk. Nggak ada feedback yang saya rasakan. Ma

u saya geber kenceng atau pelan, responsnya ya gitu-gitu aja," kata Bagnaia dengan nada kecewa.

Sejak awal musim 2025, Bagnaia memang belum bisa tampil maksimal. Tapi akhir pekan di Le Mans bisa dibilang jadi titik terendahnya. Ia menyebut sudah "menyentuh dasar" dari permasalahan yang ia alami. Dan menurutnya, ini harus segera dicari jalan keluarnya.

"Tim saya udah coba banyak hal, tapi setelah enam seri balapan, kami belum nemu solusinya. Hari ini kami benar-benar jatuh ke titik paling bawah. Dari sini, semoga bisa naik lagi," tambahnya.

Yang bikin makin menyakitkan, sebenarnya strategi awal Bagnaia di GP Prancis udah tepat. Ia memilih start dengan ban basah karena cuaca memang diprediksi hujan. Tapi nahas, di lap pertama, dia kehilangan grip dan banyak rider lain menyalip. Ketika masuk tikungan ketiga, Enea Bastianini yang pakai ban slick menabraknya.

"Padahal saya udah pilih strategi yang tepat. Tapi motor saya rusak parah setelah insiden itu. Saya harus masuk pit, dan waktu saya balik, motor pengganti belum siap. Jadi makin kacau semuanya," ungkap Bagnaia.

Setelah itu, ia mencoba kembali ke lintasan tapi tetap tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya, ia finis di posisi ke-16 dalam kondisi tertinggal satu lap. Ini jadi salah satu akhir pekan terburuk sepanjang kariernya di era sprint race MotoGP.

"Dari Sabtu sampai Minggu, semuanya nggak berjalan sesuai rencana. Banyak masalah teknis, strategi kacau, dan performa motor yang jauh dari harapan. Pokoknya, benar-benar akhir pekan yang pengen cepat-cepat dilupain."

Sekarang ini, Bagnaia berharap Ducati bisa gerak cepat untuk memperbaiki performa motor 2025. Meski ia sadar harus beradaptasi, tapi menurutnya tim juga harus memberi sesuatu yang lebih agar dia bisa tampil kompetitif lagi.

"Ini bukan cuma soal adaptasi pembalap. Motor juga harus bisa kasih feedback yang jelas. Kalau enggak, ya susah untuk bersaing di level atas," tegasnya.

Jorge Martin Bisa Hengkang dari Aprilia? Ini Dampaknya ke Bursa Rider MotoGP 2026!

Jorge Martin Bisa Hengkang dari Aprilia? Ini Dampaknya ke Bursa Rider MotoGP 2026!
Jorge Martin Bisa Hengkang dari Aprilia? Ini Dampaknya ke Bursa Rider MotoGP 2026!

JAKARTA - Jorge Martin lagi-lagi jadi bahan pembicaraan hangat di paddock MotoGP. Bukan karena performanya di lintasan, tapi karena kabar soal potensi perpisahannya dengan Aprilia bahkan sebelum kontraknya rampung! 

Drama Kontrak Jorge Martin dan Aprilia Bikin Peta Rider MotoGP 2026 Berubah?

Yap, ada ‘clause’ misterius dalam kontraknya yang bisa bikin Martin cabut lebih cepat dari tim barunya.

Apa sih sebenarnya yang lagi terjadi?

Masalah di Balik Layar: Klausul "Keluar" di Tengah Jalan

Kabarnya, Jorge Martin sempat datang diam-diam ke paddock Le Mans bukan buat balapan, tapi buat duduk bareng manajemen Aprilia. Tujuannya? Bahas klausul dalam kontrak yang memungkinkan dia hengkang lebih awal dari durasi dua tahunnya, kalau dia nggak ada di papan atas klasemen dunia saat GP Prancis digelar.

Nah, masalahnya, Martin belum sempat tampil maksimal musim ini karena cedera tulang rusuk yang dia alami di Qatar. Setelah finish ke-16 di Sprint Race, dia malah absen total di race utama. Jadi wajar aja kalau banyak yang heran, kenapa klausul itu nggak otomatis batal karena dia cedera.

Bahkan, kabarnya Martin minta perpanjangan waktu buat klausul itu sekitar enam balapan tambahan. Tapi, permintaan ini katanya kurang disambut baik sama pihak Aprilia. Waduh, makin runyam, ya!

Kalau Jadi Pisah, Ke Mana Martin Akan Berlabuh?

Kalau sampai hubungan Martin dan Aprilia benar-benar retak, efek domino-nya bisa luar biasa. Apalagi buat bursa rider MotoGP 2026. Nah, ini beberapa tim yang kemungkinan bakal buka pintu buat Martin:1. Honda HRC

Kalau Martin tetap ngotot pengen tempat di tim pabrikan, satu-satunya opsi yang kelihatan realistis adalah Honda HRC. Mereka punya slot kosong di samping Joan Mir. Plus, sahabat dekat Martin Aleix Espargaro sekarang jadi test rider di sana.

Tapi jangan lupa, Johann Zarco juga udah dalam tahap negosiasi lanjut buat posisi ini. Luca Marini juga katanya lagi diskusi perpanjangan kontrak. Ditambah lagi ada rumor soal Pedro Acosta dan Toprak Razgatlioglu. Persaingannya ketat banget!

2. Prima Pramac Racing

Kalau Martin kangen tim lamanya, bisa jadi comeback ke Pramac adalah opsi yang nyaman. Tapi ada twist: Pramac udah putus hubungan sama Ducati dan sekarang gandeng Yamaha.

Jack Miller saat ini cuma dikontrak semusim, jadi masih ada slot kosong untuk 2026. Tapi performa Miller belakangan ini oke banget, jadi bukan hal mudah buat geser dia. Oh ya, Razgatlioglu juga disebut-sebut jadi kandidat kuat di sini.

3. Pertamina Enduro VR46

Buat yang belum tahu, Martin pernah jadi raja di atas motor Ducati. Delapan kemenangan MotoGP, 32 podium, dan gelar juara dunia 2024 sebagai rider tim independen. Nah, kalau dia pengen balik ke Ducati, satu-satunya jalan adalah gabung tim VR46, karena Franco Morbidelli cuma dikontrak setahun.

Tapi... ini bisa dibilang langkah mundur, karena dia pernah tinggalkan Ducati justru karena gagal dapat kursi di tim pabrikan. Walaupun bisa jadi Ducati tawarin motor GP25 nanti, Martin tetap bakal "balik lagi ke titik awal" kayak di Pramac dulu.

4. LCR Honda Castrol

Alternatif kedua di Honda adalah tim LCR. Zarco saat ini masih negosiasi buat pindah ke HRC, dan kalau dia cabut, bisa jadi ada tempat buat Martin. Tapi ingat, LCR adalah tim satelit, dan secara finansial pasti lebih kecil dari pabrikan Aprilia sekarang.

Somkiat Chantra juga punya opsi buat 2026, jadi ini bukan jalan yang mulus juga buat Martin.

Kalau Martin Pergi, Siapa yang Gantikan di Aprilia?

Kalau Martin benar-benar angkat kaki dari Aprilia, otomatis ada satu tempat kosong yang cukup "seksi" di tim pabrikan—tepat di samping Marco Bezzecchi. Nah, ini beberapa nama yang mungkin jadi pengganti:

  • Luca Marini – Dikenal dengan feedback teknis yang oke, bisa jadi andalan untuk bikin line-up full Italia.

  • Franco Morbidelli – Sudah pernah naik podium di 2025 dan punya pengalaman juara runner-up.

  • Jack Miller – Pengalaman di Ducati, KTM, dan Yamaha bikin dia jadi paket komplet.

  • Johann Zarco – Meski katanya pengen stay di Honda, tapi kalau nggak dapet kursi di HRC, bisa aja berubah pikiran.

Kalau Aprilia pengen promosi dari dalam, ada satu nama yang kemungkinan besar dipertimbangkan: Ai Ogura dari tim Trackhouse. Si rookie ini tampil cukup menjanjikan dan bisa jadi proyek jangka panjang yang menarik.

Drama Jorge Martin dan Aprilia ini masih terus bergulir. Entah akan berakhir dengan damai atau justru perpisahan, yang jelas ini bisa mengubah peta persaingan rider MotoGP musim 2026. Jadi, siap-siap aja ngikutin kabar terbarunya, karena bursa rider tahun depan bisa jadi yang paling seru dalam beberapa tahun terakhir!

Drama Strategi Ban di MotoGP: Luca Marini Kecewa Berat, Johann Zarco Bawa Honda Raih Kemenangan Bersejarah

Drama Strategi Ban di MotoGP: Luca Marini Kecewa Berat, Johann Zarco Bawa Honda Raih Kemenangan Bersejarah
Drama Strategi Ban di MotoGP: Luca Marini Kecewa Berat, Johann Zarco Bawa Honda Raih Kemenangan Bersejarah.

JAKARTA - Di saat Johann Zarco bersuka cita membawa Honda meraih kemenangan pertamanya di MotoGP sejak 2023, suasana hati Luca Marini justru jauh berbeda. Pembalap tim Repsol Honda itu merasa kesal dengan keputusannya sendiri setelah salah memilih strategi ban di tengah kondisi lintasan yang tak menentu.

Marini sebenarnya sempat mengambil keputusan awal yang cukup tepat dengan memilih ban basah. Tapi sayangnya, dia berubah pikiran di lap-lap awal dan memutuskan masuk pit untuk mengganti motor dengan ban kering. Sayangnya, hujan kembali turun hanya empat lap kemudian. Akibatnya, Marini harus kembali ke pit untuk menukar motor lagi di lap ke-8. Waktu yang terbuang karena dua kali pit stop membuatnya kesulitan mengejar ketertinggalan dan harus puas finis di posisi ke-11.

"Jujur aja, hari ini tuh kesempatan besar banget dan gue frustrasi karena kayaknya semua keputusan gue malah berlawanan arah sama yang seharusnya," curhat Marini. "Kalau dilihat sekarang, jelas banget kalau tetap pakai ban basah dari awal itu pilihan terbaik."

Keputusan awalnya untuk mengganti motor ternyata dipengaruhi oleh kecepatan para pembalap yang memakai ban slick (kering) di lap-lap awal. Marini mengira lintasan akan tetap kering, jadi dia merasa nggak bakal bisa menyelesaikan 26 lap pakai ban basah.

"Aku start-nya bagus, bahkan sempat di belakang rider-rider yang pakai slick. Waktu itu aspal kelihatan kering total dan aku mikir, ‘Gak mungkin nih bisa tahan 26 lap dengan ban basah’. Eh, baru empat lap hujan turun lagi!" lanjutnya dengan nada kecewa.

Setelah itu, Marini hanya bisa fokus buat menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan. Meskipun perasaannya cukup baik setelah restart, jarak yang sudah terlalu jauh bikin dia nggak bisa masuk persaingan di barisan depan.

"Feeling-nya nggak terlalu buruk pas udah balik lagi ke lintasan, tapi aku harus lebih percaya sama insting awal dan nggak gampang berubah pikiran," kata dia sambil merenung. "Sebelum balapan, aku udah yakin pilih ban basah karena ramalan cuaca bilang bakal hujan. Tapi pas lap pertama, aku malah ragu dan itu kesalahan besar."

Marini yakin kalau dia tetap stick dengan rencana awalnya, bisa jadi dia ada di barisan terdepan bareng Zarco. Bahkan mungkin bisa ikut bertarung untuk kemenangan.

"Bisa aja loh, soalnya Johann itu sempat terakhir banget di sektor pertama. Aku waktu itu sekitar posisi 8. Kalau nggak jatuh kayak Jack Miller yang juga pakai ban basah, mungkin aku bisa rebut podium atau minimal posisi dua, karena pace-ku bagus banget hari ini," tambahnya.

Sebagai catatan, Zarco memang sempat turun ke posisi paling belakang setelah terlibat insiden dengan Joan Mir di tikungan pertama. Mir sendiri mengalami cedera tangan kanan dan rasa sakit di bagian leher akibat tabrakan itu.

Hasil finis ke-11 ini membuat Luca Marini kini berada di posisi ke-13 dalam klasemen sementara MotoGP jelang seri selanjutnya di Sirkuit Silverstone, Inggris.

Minggu, 11 Mei 2025

Francesco Bagnaia Terjatuh di Sprint MotoGP Le Mans 2025: Persaingan Gelar Makin Berat!

Francesco Bagnaia Terjatuh di Sprint MotoGP Le Mans 2025: Persaingan Gelar Makin Berat!
Francesco Bagnaia Terjatuh di Sprint MotoGP Le Mans 2025: Persaingan Gelar Makin Berat!

JAKARTA - Francesco Bagnaia kembali menghadapi kenyataan pahit dalam usahanya mengejar gelar juara MotoGP 2025. Di Sprint Race Le Mans yang digelar Sabtu kemarin, rider Ducati ini harus rela mengakhiri balapan lebih awal setelah mengalami crash di lap kedua.

Sebenarnya, musim ini Bagnaia belum tampil secepat rekan barunya di Ducati, Marc Marquez. Tapi setidaknya, dia masih konsisten mengumpulkan poin tanpa kecelakaan sampai akhirnya momen apes itu datang juga di Prancis.

Crash tersebut terjadi saat Bagnaia berada di posisi keempat. Ia kehilangan kendali di tikungan Dunlop dan tergelincir, membuatnya harus berjalan kembali ke paddock dengan wajah kecewa dan tangan menutupi kepala. Gigi Dall’Igna, bos teknis Ducati, juga tampak kecewa berat di pit box.

Kecelakaan ini sekaligus memutus rekor sepuluh balapan beruntun Bagnaia yang selalu berhasil finis dan meraih poin. Sekarang, dia tertinggal 29 poin dari Alex Marquez dan makin jauh, 31 poin dari Marc Marquez yang sedang ‘on fire’.

Yang bikin makin rumit, Bagnaia ternyata belum bisa klop dengan motor barunya, GP25. Sejak pra-musim, ia terus bermasalah dengan bagian depan motor khususnya dalam hal feeling dan stabilitas. Bahkan, eksperimen menggunakan tangki bahan bakar baru pun ditolaknya karena tidak memberikan solusi yang berarti.

“FP2 tadi pagi sebenarnya bagus banget. Feeling-nya oke dan saya siap untuk kualifikasi. Tapi ya... di kualifikasi saya kacau,” ujar Bagnaia kepada MotoGP.com. “Saya memang kesulitan saat pakai ban depan soft, nggak bisa nge-push seperti yang saya mau. Tapi posisi enam juga nggak buruk di sirkuit ini.”

Soal crash-nya, Bagnaia bilang tidak ada tanda-tanda yang jelas sebelum kehilangan grip depan. “Nggak ada tanda-tanda. Saya malah sedikit lebih pelan dan sudut kemiringan motor juga nggak ekstrem, tapi ban depan tetap kehilangan cengkeraman. Dari awal musim, saya memang belum dapet rasa percaya dari ban depan,” jelasnya.

Kini, Bagnaia hanya bisa berharap bisa tampil lebih baik di balapan utama hari Minggu. Ia merasa punya peluang untuk finis dua besar asal bisa melewati dua lap pertama dengan selamat. 

“Kalau saya bisa lolos dari dua lap pertama, terutama Tikungan 3, saya yakin bisa bersaing di depan. Feeling sama motor cukup oke, selain bagian depan aja yang bikin repot. Tapi saya percaya bisa kasih perlawanan dan pelan-pelan perbaiki semuanya,” ujarnya.

Sementara itu, Marc Marquez tampil superior dengan meraih kemenangan keenamnya musim ini, sekaligus mempertahankan dominasinya di Sprint Race. Di sisi lain, Fabio di Giannantonio dari tim VR46 yang juga menggunakan motor spek pabrikan GP25—mengalami masalah serupa dengan bagian depan, tapi masih bisa menyelamatkan posisi ketujuh meski start dari P17.

Sebagai catatan, ini adalah pertama kalinya Bagnaia jatuh di Sprint Race sejak seri Sepang tahun lalu—yang kala itu jadi titik balik penting dalam persaingannya dengan Jorge Martin.

Marc Marquez Ungkap Pelajaran Berharga dari Jerez yang Jadi Kunci Kemenangan Sprint MotoGP Prancis

Marc Marquez Ungkap Pelajaran Berharga dari Jerez yang Jadi Kunci Kemenangan Sprint MotoGP Prancis
Marc Marquez Ungkap Pelajaran Berharga dari Jerez yang Jadi Kunci Kemenangan Sprint MotoGP Prancis.

JAKARTA - Marc Marquez kembali bikin gebrakan! Pembalap andalan Ducati ini berhasil tampil gemilang di balapan sprint MotoGP Prancis 2025 di Le Mans, Sabtu kemarin. Kemenangan ini makin spesial karena menurut Marquez, kemenangan tersebut nggak lepas dari pelajaran pahit yang dia alami waktu crash di Jerez.

Sejak awal musim 2025, Marquez memang selalu jadi favorit di setiap seri. Tapi nyatanya, dia baru bisa mengamankan tiga kemenangan karena sempat jatuh di GP Amerika dan GP Spanyol. Nah, di Le Mans, Marquez akhirnya membuktikan kalau dia belum habis!

Belajar dari Kesalahan, Marquez Kini Lebih Matang

Balapan sprint di Le Mans sebenarnya nggak langsung berjalan mulus buat Marquez. Dia sempat memimpin di start awal, tapi sedikit melebar di tikungan kedua dan harus merelakan posisi ke Fabio Quartararo yang langsung tancap gas.

Namun, Marquez nggak gegabah. Dia memilih untuk bermain aman di beberapa lap pertama. Alasannya? Dia ingat betul insiden di Jerez, di mana dia terlalu agresif saat ban masih baru dan malah kehilangan grip depan.

“Di Jerez aku belajar, dengan ban baru kamu harus hati-hati karena ban belakang bisa dorong bagian depan dan bikin motor nggak stabil,” ungkap Marquez ke MotoGP.com.

Strategi Sabar yang Berbuah Manis

Alih-alih memaksakan diri sejak awal, Marquez memilih menunggu waktu yang pas. Setelah ban mulai ‘panas’, dia mulai mengejar dan akhirnya menyalip Quartararo. Begitu sudah di depan, Marquez langsung ngegas dua sampai tiga lap untuk menciptakan jarak dan menjaga ritme sampai garis finis.

Nggak lupa, Marquez juga kasih pujian buat Quartararo yang tampil luar biasa dengan motor Yamaha-nya.

“Apa yang dia lakukan di atas Yamaha itu luar biasa. Dia super bertalenta. Salut buat dia,” ujar Marquez.

Target Marquez: Jadi 'Mr. Sunday' Bukan Cuma 'Mr. Saturday'

Meski sukses meraih enam kemenangan sprint secara beruntun musim ini — rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya Marquez mengaku tetap punya ambisi yang lebih besar. Dia ingin performa hari Minggunya bisa sebagus saat sprint.

“Sabtu memang selalu jadi hari terbaikku. Tapi aku pengin bisa jadi ‘Mr. Sunday’ karena hari Minggu itu poinnya lebih banyak,” tambahnya.

Menurut Marquez, Ducati masih perlu sedikit perbaikan, apalagi kalau kondisi trek kering dan suhu tinggi seperti di Le Mans. Dia bilang feeling motornya agak beda karena temperatur yang tinggi membuat grip ban dan traksi sedikit berubah.

“Kita harus cari solusi kecil untuk beberapa area, supaya bisa lebih maksimal besok. Tapi secara keseluruhan, pace-nya sudah bagus,” tutupnya.

Marc Marquez membuktikan kalau pengalaman pahit bisa jadi pelajaran berharga. Kemenangannya di sprint MotoGP Prancis 2025 bukan cuma soal skill, tapi juga soal strategi dan kedewasaan di lintasan. Kini, tinggal tunggu, apakah Marquez bisa mengubah julukan dari ‘Raja Sprint’ jadi ‘Raja Minggu’? Kita tunggu aksinya di race utama!

Kamis, 08 Mei 2025

Pedro Acosta Siap Balapan di MotoGP Prancis Usai Operasi Arm Pump

Pedro Acosta Siap Balapan di MotoGP Prancis Usai Operasi Arm Pump
Pedro Acosta Siap Balapan di MotoGP Prancis Usai Operasi Arm Pump.

JAKARTA – Akhir pekan ini, para pecinta MotoGP akan kembali disuguhkan aksi seru dari para pembalap terbaik dunia di Grand Prix Prancis. 

Salah satu kabar yang paling ditunggu-tunggu akhirnya datang: Pedro Acosta, pembalap muda berbakat dari tim pabrikan KTM, dinyatakan fit untuk balapan setelah menjalani operasi arm pump beberapa hari lalu.

Apa Itu Arm Pump dan Apa yang Terjadi pada Acosta?

Arm pump adalah kondisi medis yang cukup sering dialami oleh pembalap motor. Gejalanya berupa rasa nyeri, kaku, atau bahkan mati rasa di bagian lengan bawah karena tekanan berlebih saat pengereman keras dan berulang kali, hal yang sangat umum dalam balapan MotoGP. 

Kondisi ini bisa sangat mengganggu performa karena membatasi kemampuan pembalap untuk mengendalikan motor dengan presisi.

Pedro Acosta mulai merasakan gejala ini setelah tes di Sirkuit Jerez. Untuk mengatasinya, ia langsung menjalani operasi pada hari Senin setelah tes selesai. 

Karena operasi dilakukan hanya beberapa hari sebelum Grand Prix Prancis, Acosta diwajibkan menjalani pemeriksaan medis tambahan di Le Mans sebelum diizinkan turun ke lintasan.

Kabar baiknya, Acosta berhasil melewati pemeriksaan medis tersebut dan resmi dinyatakan fit oleh tim medis MotoGP. Artinya, ia akan tampil dalam sesi latihan, kualifikasi, hingga balapan utama akhir pekan ini.

Nasib Berbeda Dihadapi Pembalap Lain

Namun tidak semua pembalap seberuntung Acosta. Somkiat Chantra, pembalap dari tim LCR Honda yang juga menjalani operasi arm pump baru-baru ini, terpaksa mundur dari Grand Prix Prancis karena belum pulih sepenuhnya. 

Ini menunjukkan bahwa proses pemulihan dari operasi semacam ini sangat bervariasi, tergantung kondisi fisik masing-masing pembalap dan waktu yang tersedia untuk rehabilitasi.

Awal Musim 2025 yang Tidak Mudah untuk Acosta

Musim 2025 ini bukanlah awal yang ideal bagi Pedro Acosta. Harapan tinggi sempat disematkan padanya setelah penampilan cemerlang di musim rookie tahun lalu. Namun sejauh ini, Acosta baru berhasil menempati posisi ke-10 dalam klasemen sementara pembalap MotoGP.

Hasil terbaiknya musim ini hanyalah finis di posisi keenam. Walaupun itu pencapaian yang lumayan bagi pembalap muda, banyak yang berharap lebih darinya terutama pihak KTM yang telah menunjuknya sebagai pembalap pabrikan.

Kesulitan yang dihadapi membuat Acosta mengambil keputusan yang cukup mengejutkan: ia kembali menggunakan motor versi 2024 mulai seri Qatar. Ia merasa bahwa motor versi terbaru tidak memberinya feeling yang pas, terutama saat melakukan pengereman—salah satu kekuatan utamanya di musim lalu.

“Poin terkuat saya tahun lalu adalah pengereman dan bagaimana saya melepas rem secara bertahap (trail braking). Tapi hal itu benar-benar hilang musim ini. Saya bahkan kesulitan untuk menyalip siapa pun. Karena itu, saya pikir keputusan untuk kembali ke motor lama adalah keputusan yang tepat,” ungkap Acosta.

Kenapa Motor Lama Bisa Lebih Cocok?

Dalam balapan MotoGP, detail teknis kecil bisa berdampak besar pada performa. Setiap pembalap memiliki gaya balap yang unik. Untuk Acosta, motor versi 2024 memberinya kestabilan dan rasa percaya diri dalam pengereman dan manuver.

Menariknya, rekan setimnya di keluarga KTM Maverick Viñales dari tim Tech3 GasGas justru tampil luar biasa dengan motor versi 2025. Viñales bahkan beberapa kali naik podium dalam dua seri terakhir.

Ini menunjukkan bahwa setiap pembalap punya kecocokan tersendiri dengan motor yang digunakan. Kuncinya adalah menemukan setup yang paling sesuai dengan gaya membalap masing-masing.

Kilasan Penampilan Acosta di GP Prancis Tahun Lalu

Sirkuit Le Mans bukan tempat asing bagi Pedro Acosta. Tahun lalu, dalam musim debutnya, ia berhasil mencatatkan hasil yang cukup baik. Ia start dari posisi ketujuh, finis keenam di Sprint Race, tapi sayangnya harus crash di balapan utama dan gagal menyelesaikan lomba.

Dengan pengalaman lebih dan motor yang lebih familiar, Acosta jelas mengincar hasil lebih baik di Prancis kali ini. Apalagi ia sudah mendapat lampu hijau untuk balapan, dan semangatnya tentu tinggi untuk membuktikan diri setelah masa pemulihan yang singkat.

Apa Artinya Ini Bagi Penggemar dan Tim KTM

Kabar bahwa Pedro Acosta bisa kembali membalap tentu menjadi angin segar bagi para penggemar MotoGP, terutama fans setia KTM. Acosta masih dianggap sebagai salah satu talenta muda paling menjanjikan di dunia balap motor. Setiap lap yang ia jalani adalah bagian dari proses menuju puncak.

Meskipun belum bersaing untuk podium secara konsisten, Acosta menunjukkan dedikasi tinggi untuk berkembang. Operasi, rasa sakit, pergantian motor semua itu adalah bagian dari perjuangannya. 

Dengan kondisi fisik yang mulai membaik dan setup motor yang nyaman, tidak mustahil ia akan mulai merangkak naik ke barisan depan.

Hal-Hal Menarik yang Patut Dicermati Akhir Pekan Ini

Bagi kamu yang akan menonton GP Prancis akhir pekan ini, berikut beberapa hal yang patut diperhatikan:

  • Performa Pedro Acosta pasca-operasi: Apakah ia bisa tampil kompetitif setelah operasi? Apakah ada dampak pada stamina dan kendali motornya?

  • Perbandingan dengan Maverick Viñales: Menarik untuk melihat bagaimana performa Acosta dengan motor lama dibandingkan Viñales dengan versi baru.

  • Strategi KTM: Akankah tim pabrikan mengevaluasi pilihan motor jika Acosta menunjukkan hasil lebih baik dengan versi 2024?

  • Pergerakan klasemen sementara: Akankah Acosta mampu naik dari posisi ke-10 dan mulai mengejar grup terdepan?

Semangat Juang Acosta Layak Diacungi Jempol

Kembalinya Pedro Acosta ke lintasan Le Mans menunjukkan mentalitas pejuang sejati. Di usia muda, ia sudah menunjukkan kedewasaan dalam mengambil keputusan sulit dan berani menghadapi tantangan.

Apakah ia akan langsung meraih podium? Mungkin belum. Tapi setiap langkah yang ia ambil termasuk menghadapi rasa sakit dan memilih jalan yang tidak populer membawa dia lebih dekat menuju puncak persaingan.

Bagi penggemar MotoGP, penampilan Acosta selalu layak dinantikan. Jangan lupa saksikan aksi pembalap bernomor 31 akhir pekan ini. Siapa tahu, Le Mans akan menjadi titik balik dalam perjalanannya musim ini.

Rabu, 07 Mei 2025

Pecco Bagnaia Bawa Komponen Baru ke MotoGP Prancis, Tiru Strategi Marc Marquez?

Pecco Bagnaia Bawa Komponen Baru ke MotoGP Prancis, Tiru Strategi Marc Marquez?
Pecco Bagnaia Bawa Komponen Baru ke MotoGP Prancis, Tiru Strategi Marc Marquez?

JAKARTA - Le Mans bakal panas banget akhir pekan ini! Soalnya, Pecco Bagnaia datang ke MotoGP Prancis 2025 bukan dengan tangan kosong. Rider andalan Ducati itu siap tampil dengan senjata baru yang bikin penasaran. Yang bikin makin seru, ternyata komponen yang dibawa Bagnaia ini udah lebih dulu dipakai sama… siapa lagi kalau bukan Marc Marquez!

Yap, lo nggak salah baca. Sang juara bertahan ini seolah ngintip strategi Marquez dan coba mengadaptasi gaya mainnya demi bisa makin kompetitif di paruh awal musim ini. Setelah berhasil rebut podium di MotoGP Spanyol meskipun sebagian besar karena Marc jatuh Pecco jelas makin pede buat kejar poin yang masih tertinggal.

Tertinggal 20 Poin, Tapi Masih On Fire

Saat ini, Bagnaia masih terpaut 20 poin dari pemuncak klasemen, Alex Marquez. Tapi di dunia MotoGP, selisih segitu belum ada apa-apanya. Apalagi dengan performa Ducati GP25 yang terus dapet update, kans buat naik ke puncak masih terbuka lebar.

Di Le Mans nanti, Pecco bakal pakai versi terbaru dari GP25 miliknya. Meski doi belum mau bocorin semua detail, tapi dia ngaku udah ngetes satu komponen penting di Jerez dan ngerasa cocok banget. Yang bikin heboh, ternyata part itu sebelumnya udah pernah dipakai Marc Marquez!

“Ada satu hal yang kita bawa ke Le Mans. Itu sebenarnya udah pernah dipakai Marc,” ujar Bagnaia santai tapi penuh arti.

Feeling is King, Bukan Cuma Ikutin Tren

Buat yang mikir Pecco cuma ikut-ikutan Marquez, jangan salah. Doi bukan tipe yang asal tempel strategi orang. Bagnaia itu pembalap yang sangat mengutamakan feeling di atas motor. Bahkan waktu ngetes komponen itu di Thailand, dia ngerasa belum klik. Tapi setelah tes ulang di Jerez, baru deh dia nemuin feeling yang pas.

Ini nunjukin bahwa pengembangan motor di Ducati tuh bener-bener personal. Setiap pembalap punya preferensi masing-masing. Dan ternyata, gaya bawa motor Pecco beda banget sama Marc.

“Saya masih pakai swingarm dari tahun lalu. Marc pakai yang baru. Saya udah coba sih, tapi rasanya nggak jauh beda, jadi saya balik lagi ke yang lama,” lanjutnya.

Tapi bukan berarti dia nutup kemungkinan buat ganti nanti. Kalau suatu saat swingarm baru itu bisa kasih performa lebih, ya siapa tahu bisa dipakai juga. Namanya juga dunia balap, adaptasi itu penting!

Tes di Jerez Jadi Game Changer

Tes di Jerez kemarin bisa dibilang jadi turning point buat Bagnaia. Dia nemuin dua hal penting yang katanya bakal ngebantu dia bersaing lebih kuat. Sayangnya, doi masih rahasiain detailnya. Cuma bilang, dua hal itu bisa jadi kunci buat bawa Ducati balik dominan.

Yang jelas, salah satu masalah utama Pecco selama ini adalah start yang kurang oke tiap race weekend. Dia sering kesulitan dapet ritme dari hari Jumat, dan itu ngaruh ke performa di hari Minggu. Nah, dia berharap banget komponen baru ini bisa ngatasin masalah itu.

“Kuncinya ada di Le Mans. Kalau motor baru ini bisa atasi masalah yang biasa saya alami tiap race weekend, musim ini bisa berubah drastis,” kata Pecco optimis banget.

Balapan di Le Mans Jadi Momen Penentuan

Le Mans bukan cuma jadi tempat debut buat upgrade motor Ducati-nya Bagnaia, tapi juga jadi momen penting buat ngebuktiin kalau dirinya masih pantas dijagokan jadi juara dunia. Dengan semangat baru setelah naik podium di Spanyol, semua mata pasti bakal tertuju ke dia.

Pertanyaannya sekarang: mampukah Pecco meniru sukses Marc Marquez dengan perangkat yang sama, tapi dengan sentuhan khas Bagnaia?

Kalau iya, bisa jadi Alex Marquez bakal mulai ngerasa panas di puncak klasemen. Tapi kalau belum maksimal, Ducati harus putar otak lagi biar motor mereka makin nyatu sama gaya balap Pecco.

Satu hal yang pasti, balapan di Le Mans kali ini dijamin nggak bakal ngebosenin. Dengan banyaknya drama, strategi baru, dan rivalitas yang makin seru, kita tinggal duduk manis dan nikmatin aksi gila-gilaan dari para jagoan MotoGP!

Jangan lupa ikuti terus update terbaru MotoGP di Borneotribun.com, karena drama belum selesai sampai bendera finis dikibarkan! 

Senin, 05 Mei 2025

Pembalap MotoGP yang Kekuatan Terbarunya "Sedikit Mengejutkan" Tahun Ini

Pembalap MotoGP yang Kekuatan Terbarunya "Sedikit Mengejutkan" Tahun Ini
Pembalap MotoGP yang Kekuatan Terbarunya "Sedikit Mengejutkan" Tahun Ini.

JAKARTA - Pada awal musim ini, ada satu pembalap MotoGP yang mencuri perhatian dengan penampilan mengejutkan. Jack Miller, yang sebelumnya hampir mengakhiri kariernya di MotoGP, justru menunjukkan performa luar biasa yang berhasil memikat banyak orang.

Kembalinya Jack Miller ke Puncak

Jack Miller, yang musim lalu hampir berakhir di MotoGP, berhasil membalikkan keadaan dengan bergabung dengan tim Pramac. Keputusannya untuk bergabung dengan Pramac terjadi setelah kesepakatan pertukaran tim Ducati ke Yamaha musim panas lalu, saat masa depannya dalam kejuaraan MotoGP sangat diragukan.

Bergabung dengan Yamaha ternyata memberikan hasil yang luar biasa. Dalam waktu singkat, Jack Miller mampu kembali ke performa terbaiknya, bahkan berperan besar dalam kemajuan yang signifikan bagi Yamaha. Banyak pihak yang tidak menyangka bahwa Miller akan segera menemukan ritme yang sangat baik dengan motor Yamaha.

Penampilan Mengejutkan di Awal Musim

Miller mendapatkan pujian atas penampilannya yang luar biasa, bahkan sejak balapan di Buriram. "Sangat bagus. Dia langsung nyetel dengan Yamaha," kata analis TNT Sports, Sylvain Guintoli. Menurutnya, Miller sangat nyaman dengan motor Yamaha, dan performanya semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Bahkan, di beberapa sesi awal musim ini, Miller sempat lebih cepat dari Fabio Quartararo, pembalap andalan Yamaha.

Meskipun mengalami kesulitan di Qatar dengan beberapa kali jatuh, Miller tetap menunjukkan bahwa ia adalah pembalap yang tak bisa dianggap remeh. "Jack, bisa dibilang, sedikit mengejutkan. Saya rasa tidak ada yang mengira dia bisa sekuat ini begitu cepat," lanjut Guintoli.

Karier Miller yang Penuh Perubahan

Perjalanan karier Jack Miller di MotoGP memang penuh dengan lika-liku. Ia memulai kariernya dengan Honda, kemudian pindah ke Ducati sebagai pembalap pabrik, dan terakhir bergabung dengan KTM sebelum akhirnya beralih ke Yamaha. Meskipun sempat dianggap kurang cocok dengan KTM, keputusan untuk bergabung dengan Pramac dan Yamaha kini terbukti menjadi langkah yang tepat.

Sebagai bagian dari tim Pramac, Miller telah memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan proyek Yamaha, yang saat ini sedang mengembangkan mesin V4 di latar belakang, dengan fokus utama pada mesin inline-4 yang lebih baik.

Masa Depan Cerah Bersama Yamaha

Saat ini, Yamaha tengah mengembangkan mesin inline-4 terbaru yang diuji oleh Jack Miller di Jerez pekan lalu. Hasilnya cukup positif, dan ini memberikan harapan besar bagi perkembangan tim Yamaha di masa depan. Pada balapan berikutnya di Le Mans, Miller dan tim Yamaha akan kembali berlomba dengan mesin baru ini, mengikuti jejak pembalap pabrik Fabio Quartararo yang berhasil meraih pole position dan podium di Jerez.

Dengan performa impresif Miller di awal musim ini, banyak yang berharap bahwa musim ini akan menjadi awal dari kebangkitan kariernya yang penuh warna. Ini juga menunjukkan bahwa keputusan Miller untuk bergabung dengan Yamaha bisa jadi adalah langkah terbaik dalam karier MotoGP-nya.

Jack Miller memang memberikan kejutan yang menyenangkan di MotoGP musim ini. Dari hampir kehilangan tempat di kejuaraan, ia berhasil menemukan kembali kekuatan dan performanya dengan Yamaha, menjadi salah satu pembalap yang paling diperhatikan di musim ini. Dengan pengalaman dan kemampuan mengembangkan motor, Miller kemungkinan besar akan terus berperan besar dalam perkembangan Yamaha di masa depan.

Bagi para penggemar MotoGP, perjalanan karier Jack Miller yang penuh lika-liku ini tentu menjadi kisah inspiratif. Siapa yang menyangka, setelah melalui banyak perubahan tim dan tantangan, Miller kini berada dalam posisi yang cukup kuat untuk memberikan kejutan lebih banyak lagi di musim ini.

Pecco Bagnaia Masih Punya Peluang Rebut Gelar Asal Bisa Perbaiki Masalah di Tikungan dan Salip Marc Marquez

Pecco Bagnaia Masih Punya Peluang Rebut Gelar Asal Bisa Perbaiki Masalah di Tikungan dan Salip Marc Marquez
Pecco Bagnaia Masih Punya Peluang Rebut Gelar Asal Bisa Perbaiki Masalah di Tikungan dan Salip Marc Marquez.

JAKARTA - Musim 2025 kayaknya belum sepenuhnya berpihak ke Pecco Bagnaia. Tapi jangan salah, doi masih tetap nempel ketat di klasemen sementara dan belum kehabisan peluang buat rebut gelar juara dunia MotoGP.

Pecco yang jadi andalan tim pabrikan Ducati sekarang ini cuma terpaut 20 poin aja dari pemuncak klasemen sementara, Alex Marquez. Nggak jauh-jauh banget sih, karena dari rekan setimnya sendiri, Marc Marquez, Pecco cuma beda 19 poin. Cuma ya itu... masalahnya musim ini belum benar-benar klik sama motor GP25.

Tapi kabar baiknya, dua crash fatal yang dialamin Marc Marquez – pertama di Texas dan yang terakhir di Jerez – bikin peluang Pecco dan pembalap lain terbuka lebar. Tinggal gimana mereka bisa manfaatin kesempatan ini.

Pecco Disuruh Gaspol Abis Setelah Blunder Marc

Sejumlah pengamat MotoGP mulai bersuara, salah satunya nyaranin Pecco buat cepet-cepet “nemuin sesuatu” yang bisa ngubah performanya musim ini.

“Untung buat Pecco, Marc udah bikin dua kesalahan besar di balapan. Jadi situasinya nggak seburuk yang dikira,” kata salah satu analis.

“Kalau Pecco bisa nemuin sesuatu di sesi tes... semua pembalap emang lagi nyari setting terbaik juga, tapi gua percaya Pecco itu cuma kekurangan di bagian masuk tikungan.”

Masalahnya ada di corner entry, yang memang jadi titik krusial di MotoGP. Dan sayangnya, waktu race weekend itu bukan saat yang tepat buat eksperimen karena tekanan tinggi dan waktunya mepet banget. Jadi harapannya emang di sesi tes, kayak yang mereka lakukan Senin lalu.

“Kalau Pecco bisa nemuin bagian yang hilang itu, setelah dua blunder dari Marc, bisa aja kita bakal lihat perebutan gelar yang lebih seru!”

Harapan Masih Ada, Tapi Butuh Aksi Nyata

Walau musim ini kelihatan berat buat Pecco, doi tetap tunjukin semangat positif. Di GP Spanyol minggu lalu, doi sukses naik podium dan itu jadi sinyal kalau potensinya masih ada. Dan usai tes di hari Senin, Pecco keliatan makin optimis.

Emang sih dia nggak ngasih tahu secara spesifik bagian apa yang dites, tapi dia bilang bakal ngebawa hasil tes itu ke seri berikutnya di Le Mans. Sayangnya, cuaca di sesi tes bikin dia nggak bisa fokus ke perubahan setting motor, dan malah nyobain part lama yang sebelumnya udah dibuang pas pramusim – ironisnya, part itu masih dipakai sama Marc Marquez!

Eropa Jadi Penentu?

Sekarang MotoGP udah masuk ke fase Eropa nih, artinya sirkuit-sirkuit yang udah lebih dikenal Pecco bakal banyak ditemuin. Buat rider sekelas dia, ini bisa jadi kesempatan buat bangkit dan ngejar poin yang hilang.

Le Mans bisa jadi titik balik. Kalau Pecco bisa nemuin “potongan yang hilang” itu di sirkuit Prancis nanti, bukan nggak mungkin dia bisa ngegas pol dan ngacak-ngacak dominasi duo Marquez.

Siapakah Raja Sebenarnya?

Balapan musim ini makin seru karena klasemennya ketat banget. Alex Marquez masih di atas, tapi dengan margin yang tipis. Dan meskipun Marc sempat bikin kesalahan, dia masih konsisten ngumpulin poin besar.

Yang jelas, MotoGP 2025 belum selesai. Dan dunia balap masih nunggu kapan Pecco bener-bener “meledak”. Dia udah ngaku kalau saat ini belum bisa ngelakuin overtake seenaknya kayak musim-musim sebelumnya. Tapi kalau semua klik dan setup GP25 ketemu, bisa jadi cerita musim ini bakal berubah drastis.

So, siap-siap aja buat drama perebutan gelar yang makin panas! Pecco, waktunya lo tunjukin siapa raja sesungguhnya di Ducati!

Jumat, 02 Mei 2025

Alex Marquez Pimpin Klasemen MotoGP Usai Menang di Jerez, Siap Tantang Marc Race demi Race

Alex Marquez Pimpin Klasemen MotoGP Usai Menang di Jerez, Siap Tantang Marc Race demi Race
Alex Marquez Pimpin Klasemen MotoGP Usai Menang di Jerez, Siap Tantang Marc Race demi Race.

JAKARTA - Setelah sukses besar menang di kandang sendiri di MotoGP Jerez, Alex Marquez nggak buang waktu lama buat kembali ke lintasan. Besok paginya, dia langsung gas lagi buat ikut sesi tes resmi di sirkuit yang sama bareng tim Gresini Ducati-nya.

Di sesi tes tersebut, Alex nyelesaiin 47 lap, dan catatan waktunya yang terbaik bikin dia nangkring di posisi ke-10.

Bukan cuma pemanasan biasa, tes ini jadi ajang buat Alex nyoba beberapa ubahan setelan motor GP24-nya. Kondisi trek saat itu punya daya cengkeram (grip) yang luar biasa tinggi, dan itu cukup ngasih tantangan tersendiri.

“Hari ini grip-nya gila banget, tinggi banget,” kata Alex. “Biasanya, setelan dasar motor kami udah bagus banget buat dapetin traksi, bahkan bisa dibilang kami paling unggul dalam hal itu dibanding rider Ducati lain. Tapi kalau grip-nya terlalu tinggi kayak gini, motor malah susah diajak belok dan keseimbangannya kurang enak.”

Makanya, timnya nyoba ubah beberapa setting, termasuk bagian elektronik, demi nyari solusi kalau kondisi serupa kejadian lagi di akhir pekan balapan.

“Kadang punya grip terlalu besar juga jadi masalah. Jadi kita coba beberapa perubahan yang agak ekstrem, biar tahu mana arah terbaiknya,” tambahnya.

Coba Ban Depan Baru dari Michelin, Tapi Belum Meyakinkan

Selain tes setting motor, Alex juga nyobain ban depan baru dari Michelin yang rencananya bakal dipake tahun 2026. Tapi sayangnya, dia ngerasa performanya nggak se-oke waktu dia coba di Misano, Montmelo, Malaysia, atau Buriram.

“Di Jerez ini agak kurang positif dibanding tempat lain. Mungkin karena sirkuitnya lebih lambat ya. Tapi ya, ada sisi bagusnya juga. Bukan masalah besar sih,” ujarnya.

Ban baru ini sebenarnya ditujukan buat mengurangi masalah tekanan ban yang naik drastis saat ngikutin motor lain dari jarak dekat. Tapi menurut Alex, solusi total kayaknya belum bisa didapat cuma dari ban aja. 

“Karet ya tetap karet. Kalau di depan kita ada motor lain yang panas, ya tekanan ban kita juga naik. Sulit buat sepenuhnya ngilangin masalah itu,” jelasnya.

Apalagi, dalam waktu sekitar satu setengah tahun lagi, MotoGP bakal ganti pemasok ban dari Michelin ke Pirelli. Jadi, belum pasti juga apakah ban ini bakal dipakai beneran atau enggak.

Fokus Lanjutkan Performa: “Kita Jalani Satu per Satu”

Kemenangan di Jerez kemarin jadi momen spesial banget buat Alex Marquez. Itu adalah kemenangan pertamanya di kelas utama MotoGP, dan langsung nganterin dia ke puncak klasemen.

Yang menarik, saingan terdekatnya di klasemen bukan orang jauh melainkan kakaknya sendiri, Marc Marquez, yang cuma terpaut satu poin. “Itu hari Minggu yang sempurna: kemenangan pertama dan langsung pimpin klasemen. Tapi jujur, kami masih sedikit di belakang Marc, mungkin cuma setengah langkah. Dia masih lebih kuat di beberapa aspek,” aku Alex.

Akhir pekan depan, seri MotoGP bakal lanjut ke Prancis, tepatnya di Le Mans. Sirkuit itu bukan tempat favorit Alex, tapi Jerez pun dulunya juga bukan dan nyatanya dia menang di sana.

“Jerez dan Le Mans itu dua trek yang biasanya sulit buat aku. Tapi sekarang aku bisa menang di Jerez, jadi kenapa nggak coba lagi di Le Mans? Setelah itu ada Silverstone, Mugello, Aragon tempat-tempat di mana aku lebih cepat.”

“Yang penting sekarang, kita jalanin satu balapan demi satu,” tutup Alex.

MotoGP Sprint: Risiko Tinggi, Poin Minim – Pembalap Kini Lebih Hati-Hati?

MotoGP Sprint: Risiko Tinggi, Poin Minim – Pembalap Kini Lebih Hati-Hati?
MotoGP Sprint: Risiko Tinggi, Poin Minim – Pembalap Kini Lebih Hati-Hati?

JAKARTA - MotoGP Sprint awalnya digadang-gadang sebagai ajang balapan setengah panjang dengan aksi gila-gilaan dan penuh kejutan. Tapi belakangan, yang terjadi justru sebaliknya. Aksi seru yang diharapkan justru makin jarang terlihat, dan para pembalap mulai memilih main aman daripada ambil risiko besar.

Contohnya bisa kita lihat di Sprint Race MotoGP Spanyol. Dari lap ke-2 sampai finish, posisi sepuluh besar nggak berubah sama sekali! Hal yang sama juga pernah kejadian di Buriram, di mana lima pembalap teratas mempertahankan posisi sejak lap ke-2. Bahkan di beberapa seri seperti Termas, COTA, dan Qatar, urutan podium sudah bisa ditebak sejak lap pertama.

Luca Marini: “Risikonya Gede, Tapi Poinnya Kecil”

Salah satu suara yang cukup vokal soal kondisi ini datang dari Luca Marini, pembalap HRC. Menurut dia, sistem poin yang hanya memberikan setengah dari balapan utama bikin para pembalap mikir dua kali sebelum ambil risiko.

“Sekarang para rider udah mulai terbiasa dengan Sprint Race,” kata Marini. “Mereka sadar kalau risikonya besar, tapi poinnya kecil.”

Marini juga menyinggung bagaimana Pecco Bagnaia kehilangan banyak poin tahun lalu gara-gara crash di Sprint Race. Pengalaman itu, katanya, jadi pelajaran buat semua pembalap.

“Ya semua rider pasti tetap pengen podium. Tapi kalau jatuh cuma buat dapetin tambahan satu poin yang gak ngaruh banyak, dan malah bikin hasil jadi nol, itu malah rugi banget,” tambahnya.

Data dan Konsistensi Kini Jadi Fokus

Selain risiko cedera, hal lain yang bikin pembalap lebih berhati-hati adalah kehilangan data penting untuk balapan utama kalau mereka crash di Sprint. Data dari Sprint biasanya jadi bekal buat strategi saat race penuh di hari Minggu.

Marini juga menyebutkan kalau sekarang semua pembalap mulai lebih kalem karena takut kena penalti. Menurut dia, pendekatan ini juga dibantu sama kerja sama yang bagus antara rider, Dorna, IRTA, dan Komisi Keselamatan.

“Kita semua kerja bareng untuk bikin balapan lebih seru tapi juga lebih aman. Dan sejauh ini, menurutku kita berada di jalur yang tepat,” ujarnya.

Solusi? Mungkin Poin Penuh untuk Sprint?

Soal solusi biar Sprint Race makin seru lagi, Marini punya usulan menarik. “Kalau Sprint dikasih poin penuh, pasti bakal lebih menarik!” katanya dengan antusias.

MotoGP Sprint memang punya potensi besar buat ngasih tontonan seru. Tapi kenyataannya, saat risiko terlalu tinggi dan poin yang diperebutkan nggak sepadan, wajar aja kalau para pembalap pilih main aman. Mungkin, sudah saatnya Dorna dan FIM mempertimbangkan ulang sistem poin biar Sprint bisa kembali jadi ajang yang benar-benar menggigit.

Marc Marquez Main Aman di MotoGP Jerez, Ingat Kecelakaan Parah Tahun 2020

Marc Marquez Main Aman di MotoGP Jerez, Ingat Kecelakaan Parah Tahun 2020
Marc Marquez Main Aman di MotoGP Jerez, Ingat Kecelakaan Parah Tahun 2020.

JAKARTA - Marc Marquez kembali balapan di Jerez dengan semangat tinggi, tapi kali ini dia lebih hati-hati. Bukan tanpa alasan pikiran Marquez masih dihantui insiden mengerikan tahun 2020 yang hampir mengakhiri kariernya.

Di MotoGP Spanyol 2025 akhir pekan lalu, Marquez sebenarnya tampil garang di awal. Ia sempat adu cepat dengan Fabio Quartararo dan rekan setimnya di Ducati, Francesco Bagnaia, dalam tiga lap pertama yang super intens. Sayangnya, saat sedang bertarung memperebutkan posisi ketiga, Marquez terjatuh.

Tapi bukan Marquez namanya kalau menyerah. Ia langsung bangkit dan lanjut balapan dari posisi ke-22. Meski motornya terlihat rusak, pembalap bernomor 93 itu berhasil menyalip satu per satu rider di depannya. Bahkan, kecepatannya sempat lebih cepat dari pembalap-pembalap terdepan!

Namun, saat jarak ke grup di depan yang diisi oleh Johann Zarco dan Alex Rins tersisa sekitar tiga detik, Marquez memilih untuk tidak memaksakan diri.

“Ya, saya memang sempat lihat grup berikutnya setelah Rins. Tapi saya langsung ingat kejadian tahun 2020 dan berkata ke diri sendiri, ‘Saya nggak mau maksa. Nggak mau jatuh lagi,’” ucap Marquez jujur.

Kejadian yang ia maksud adalah kecelakaan hebat di Tikungan 3 Jerez tahun 2020, ketika ia sempat naik dari posisi 16 ke 3 sebelum akhirnya terlempar dari motor dan mengalami patah lengan kanan. Kejadian itu memicu rangkaian operasi dan masa pemulihan panjang yang sangat berat bagi Marquez.

Crash di Jerez kali ini memang jadi yang kedua buat Marquez di musim ini, tapi dia menegaskan bahwa dirinya nggak terlalu memaksakan motor, dan insiden itu bukan karena tekanan ban depan.

“Saya nggak nekat banget bawa motornya. Lagian itu masih lap ketiga, terlalu cepat buat masalah tekanan ban muncul,” kata Marquez.

Salah satu momen yang cukup panas terjadi saat Marquez sempat bersenggolan dengan Bagnaia di sektor stadion lokasi yang sama tempat mereka bertarung sengit untuk kemenangan di musim 2024 lalu. Tapi menurut Marquez, itu bukan insiden agresif, cuma momen yang bikin dia berubah pikiran.

“Keluar dari Tikungan 10, saya sempat wheelie dan nggak nyangka dia bakal di sebelah saya. Saya pikir mau tutup jalur di Tikungan 11, eh dia udah sejajar. Dari situ saya bilang, ‘Oke, saatnya tarik napas dan tenang’,” jelasnya.

Walaupun finish di posisi 12 dan sempat terjatuh, hari itu tetap spesial buat keluarga Marquez. Sang adik, Alex Marquez, berhasil meraih kemenangan perdananya di kelas MotoGP dan kini memimpin klasemen kejuaraan!

“Itu satu-satunya hal yang bikin saya senyum hari ini. Alex luar biasa! Dia bukan cuma menang di sini, tapi musim ini juga tampil luar biasa. Saya bangga banget sama dia,” kata Marc dengan mata berbinar.

Kini, Marc Marquez hanya tertinggal satu poin dari adiknya di klasemen dan siap menyambut seri berikutnya di Le Mans dengan semangat baru.

Takaaki Nakagami Comeback di MotoGP Prancis 2025, Honda Turunkan Wildcard Kedua Musim Ini

Takaaki Nakagami Comeback di MotoGP Prancis 2025, Honda Turunkan Wildcard Kedua Musim Ini
Takaaki Nakagami Comeback di MotoGP Prancis 2025, Honda Turunkan Wildcard Kedua Musim Ini.

JAKARTA - Honda kembali bikin kejutan di MotoGP 2025! Setelah sebelumnya menurunkan Aleix Espargaro sebagai wildcard di GP Spanyol, kini giliran Takaaki Nakagami yang bakal turun balapan di seri Prancis akhir pekan depan. Ini jadi penampilan perdana Nakagami di lintasan MotoGP sejak akhir musim lalu.

Comeback Sang Mantan Andalan LCR Honda

Nama Takaaki Nakagami udah gak asing lagi buat para fans MotoGP. Pembalap asal Jepang ini pernah jadi andalan LCR Honda sejak debutnya di kelas utama tahun 2018. Selama tujuh musim, Nakagami dikenal sebagai pembalap yang konsisten nangkring di 10 besar. Sayangnya, ia belum pernah naik podium, meski sempat tiga kali finis keempat—hasil terbaiknya sepanjang karier.

Tahun lalu, sempat muncul kabar kalau Nakagami bakal tetap bertahan bersama LCR Honda. Tapi semua berubah saat Somkiat Chantra secara mengejutkan naik ke kelas utama dan mengisi slot yang sebelumnya diharapkan buat Nakagami. Alhasil, pria Jepang ini harus rela melepas kursinya dan memilih beralih menjadi pembalap tes dan pengembang untuk tim HRC (Honda Racing Corporation).

Balapan Perdana Setelah Lama Vakum

Kembalinya Nakagami ke lintasan bakal terjadi di GP Prancis 2025. Honda menyebut keikutsertaan Nakagami ini sebagai wildcard kedua mereka musim ini. Dalam pernyataan singkatnya, Honda menyebutkan:

“Tambahan tangan untuk membantu perjalanan kami kembali ke puncak! Takaaki Nakagami dan tim tes Honda HRC akan ikut turun di GP Prancis lewat jatah wildcard kedua musim ini. Semua pihak akan memberikan usaha maksimal!”

Sebelumnya, Nakagami terakhir kali ikut balapan di Solidarity GP 2024. Terakhir ia terlihat turun ke lintasan dalam sesi tes resmi di Jerez, Senin lalu. Jadi bisa dibilang, comeback ini udah dipersiapkan dengan matang.

Honda Maksimalkan Status Konsesi

Sebagai salah satu tim yang mendapat status konsesi musim ini, Honda punya hak untuk menurunkan maksimal enam wildcard sepanjang tahun 2025. Jadi, keikutsertaan Nakagami di Prancis ini baru langkah kedua, setelah Aleix Espargaro di Spanyol.

Buat yang belum tahu, Espargaro sendiri tampil cukup solid di GP Spanyol lalu. Ia finis di posisi 14 sebelum akhirnya terkena penalti karena tekanan ban di bawah standar.

Masih belum jelas siapa yang bakal turun di sisa wildcard Honda musim ini. Tapi melihat ada jadwal tes pasca-race di Aragon dan Misano, kemungkinan besar kita bakal lihat aksi Espargaro atau Nakagami lagi dalam waktu dekat.

Comeback yang Dinantikan

Kembalinya Nakagami ke lintasan MotoGP pastinya jadi kabar menggembirakan buat fans, apalagi buat yang sudah kangen lihat aksinya. Honda juga menunjukkan keseriusannya memanfaatkan status konsesi untuk mempercepat pengembangan motor dan kembali kompetitif.

Yuk, kita nantikan aksinya di GP Prancis nanti siapa tahu comeback ini bisa jadi pembuktian buat Nakagami dan bikin Honda makin percaya diri untuk bersaing di papan atas lagi!

Kolaborasi Kompak Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Bikin Ducati Makin Ngebut di MotoGP 2025

Kolaborasi Kompak Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Bikin Ducati Makin Ngebut di MotoGP 2025
Kolaborasi Kompak Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Bikin Ducati Makin Ngebut di MotoGP 2025.

JAKARTA - Ducati lagi-lagi jadi sorotan di MotoGP, tapi kali ini bukan cuma karena hasil balapan, melainkan soal kekompakan dua jagoannya: Marc Marquez dan Francesco "Pecco" Bagnaia. Meski keduanya dikenal punya rivalitas sengit, ternyata di balik layar mereka justru kompak banget pas uji coba resmi MotoGP 2025 di Jerez, Spanyol.

Setelah balapan dramatis di GP Spanyol Marquez sempat jatuh tapi tetap finis ke-12, sedangkan Bagnaia sedikit kecewa karena cuma dapat podium ketiga di belakang Fabio Quartararo duo Ducati ini langsung tancap gas lagi di tes hari Senin (28 April 2025).

Davide Tardozzi, bos tim Ducati, buka suara soal kerja sama keduanya. “Kami coba beberapa setelan berbeda untuk kedua pembalap. Marc kami fokusin ke bagian depan motor, biar dia lebih percaya diri saat masuk tikungan. Sementara Pecco, lebih ke soal keseimbangan motor, karena dia ngerasa nggak puas sepanjang akhir pekan kemarin,” ujar Tardozzi ke MotoGP.com.

Nggak cuma setelan motor yang diuji, Ducati juga nyobain part baru berupa swingarm yang katanya masih perlu dites ulang. Tapi hasil tes ini udah kasih gambaran awal yang menarik: Marc Marquez berhasil jadi yang tercepat dengan catatan waktu 1 menit 35.876 detik satu-satunya pembalap yang bisa tembus ke 1 menit 35 detik! Sedangkan Bagnaia ada di posisi ke-19, karena dia lebih fokus ngerjain daftar panjang pengaturan motor, bukan ngejar waktu.

Meski banyak yang awalnya ragu apakah dua juara dunia bisa akur di satu tim, ternyata Marquez dan Bagnaia justru menunjukkan sikap dewasa dan saling dukung. “Mereka biasanya lebih banyak ngobrol di hari-hari kayak gini, pas lagi pengembangan motor. Dan itu justru bagus banget buat Gigi Dall’Igna (direktur teknis Ducati) dan tim teknik lainnya,” lanjut Tardozzi.

“Awalnya banyak yang pesimis mereka bisa kerja sama, tapi ternyata bukan cuma juara, mereka juga cerdas. Mereka tahu kalau kerja bareng bisa bikin pengembangan motor jadi lebih cepat.”

Saat ini, Marc Marquez cuma terpaut satu poin dari adiknya, Alex Marquez, di klasemen sementara. Sementara Bagnaia masih berada di posisi ketiga, tertinggal 20 poin dari puncak klasemen.

Menjelang MotoGP Prancis minggu depan, semua mata bakal tertuju ke duo Ducati ini apakah kerja sama mereka bakal terus berbuah manis? Kita tunggu aja aksinya di lintasan!

Enea Bastianini Ungkap Tantangan di MotoGP Jerez: "Kalau Nggak Nyaman, Sulit Maksimalin Motor"

Enea Bastianini Ungkap Tantangan di MotoGP Jerez: "Kalau Nggak Nyaman, Sulit Maksimalin Motor"
Enea Bastianini Ungkap Tantangan di MotoGP Jerez: "Kalau Nggak Nyaman, Sulit Maksimalin Motor"

JAKARTA - Enea Bastianini lagi-lagi harus menerima kenyataan pahit saat menjalani tes resmi MotoGP di Jerez. Walau ada sedikit perkembangan, pembalap asal Italia ini masih belum bisa tampil maksimal bersama motor KTM RC16 milik tim Tech3. Sementara rekan setimnya, Maverick Vinales, tampil garang dan nyaris menyaingi catatan waktu Marc Marquez, Bastianini justru masih mencari rasa nyaman di atas motor barunya.

Di balapan utama Grand Prix Spanyol, Bastianini finis di posisi ke-9. Tapi di tes resmi yang digelar setelahnya, dia cuma mampu mencatatkan waktu terbaik ke-14—selisih satu detik dari Vinales. Padahal, catatan waktunya itu didapat saat mencoba time attack di sesi akhir.

"Sebenernya laptimenya nggak buruk-buruk amat, tapi gue belum puas. Gue masih belum nyaman sama motor ini. Kalau lo nggak nyaman, lo nggak bisa maksa terlalu banyak di lintasan," ujar Bastianini.

Tapi dia optimis, kok. Katanya, dalam beberapa minggu ke depan, dia yakin bisa mulai beradaptasi lebih baik. "Ini cuma masalah waktu. Gue yakin, pelan-pelan bisa nemu feeling yang pas sama motor ini," lanjutnya.

Meski sempat mencoba beberapa kombinasi part baru dari KTM, hasilnya masih belum konsisten. Ada yang terasa lebih baik, tapi ada juga yang nggak ngaruh sama sekali. Salah satu masalah utama yang dia alami adalah kecepatan di tikungan. Menurutnya, itulah titik lemah yang paling terasa saat ini.

"Kami udah coba beberapa solusi. Ada yang bikin gue lebih cepat, tapi langkahnya masih kecil. Beberapa part oke, tapi ada juga yang malah bikin bingung," jelasnya lagi.

Masalah lain yang cukup bikin frustrasi adalah grip ban. Biasanya, ban baru harusnya bikin motor lebih lengket di aspal. Tapi anehnya, menurut Bastianini, grip-nya tetap sama kayak ban bekas. "Gue nggak ngerti kenapa. Tapi rasanya nggak ada bedanya, entah itu ban baru atau lama," katanya.

Di sisi lain, performa Vinales justru jadi titik terang buat tim. Vinales berhasil jadi pembalap tercepat kedua di tes, hanya terpaut 0,361 detik dari Marc Marquez yang pakai motor Ducati. Bastianini mengakui, hasil rekan setimnya itu jadi motivasi tambahan.

"Maverick lagi-lagi tampil kencang banget. Mereka buktikan kalau motor ini punya potensi besar. Gue sendiri masih belum bisa manfaatin semuanya, tapi ini jadi semangat buat terus berkembang," tutupnya.

Selanjutnya, Bastianini dan Tech3 akan bersiap menuju seri kandang mereka, Grand Prix Prancis di Le Mans yang bakal digelar tanggal 9 sampai 11 Mei mendatang. Semoga di sana, Bastianini bisa mulai menemukan rasa percaya diri dan kenyamanan di atas RC16.

Raul Fernandez Temukan Kepercayaan Diri Usai Tes MotoGP Jerez, Siap Bangkit di Le Mans

Raul Fernandez Temukan Kepercayaan Diri Usai Tes MotoGP Jerez, Siap Bangkit di Le Mans
Raul Fernandez Temukan Kepercayaan Diri Usai Tes MotoGP Jerez, Siap Bangkit di Le Mans.

JAKARTA - Raul Fernandez akhirnya bisa bernapas lega setelah tes resmi MotoGP di Jerez hari Senin lalu. Pembalap Trackhouse Aprilia ini berhasil menemukan rasa percaya diri yang sudah lama hilang berkat perubahan signifikan pada motornya, terutama dalam hal kenyamanan dan performa.

Musim 2025 sejauh ini memang belum bersahabat bagi Fernandez. Dari lima seri awal, ia belum sekali pun menembus posisi sepuluh besar dan hanya bertengger di peringkat ke-19 klasemen sementara. Tapi semua itu mulai berubah di Jerez.

Dalam sesi tes pasca-balapan, Fernandez berhasil mencatatkan waktu yang cukup kompetitif dan finis di posisi kesembilan secara keseluruhan—hanya terpaut 0,15 detik dari Aprilia tercepat yang dikendarai Marco Bezzecchi. Menariknya, semua itu ia capai dengan menggunakan ban bekas, lho!

"Tes hari ini penting banget buat kami setelah lima balapan pertama yang cukup berat," ujar Fernandez.

Ia menjelaskan bahwa timnya melakukan banyak eksperimen sejak pagi, termasuk mengutak-atik sasis dan menguji ban Michelin di sesi sore.

"Aku jujur belum merasa nyaman dengan motor selama ini. Tapi hari ini, kami benar-benar kerja bagus. Aku nggak mau terlalu yakin dulu, tapi setidaknya kami menemukan sesuatu yang bikin aku lebih rileks dan bisa pakai gaya balapku sendiri dengan lebih baik."

Bukan cuma soal kecepatan, Fernandez juga menyebut bahwa timnya fokus pada skenario realistis, seperti memakai ban medium yang sudah aus dan tangki bahan bakar penuh. Hasilnya? Ia mencatat waktu terbaik 1 menit 36,9 detik dengan kondisi ban yang sudah terpakai—cukup jauh dibanding catatan terbaiknya saat balapan Minggu (1:38,450) yang hanya cukup untuk finis ke-15.

Lalu, apa sebenarnya yang bikin performanya melonjak?

"Aprilia kasih aku sesuatu yang baru pagi ini, dan itu langsung kerasa bedanya. Selain itu, kami juga ubah sedikit setting motor. Sekarang, aku bisa bilang kami sudah punya ‘basis’ yang solid buat motor ini," katanya penuh semangat.

Sang kepala kru, Noe Herrera, juga ikut menjelaskan bahwa timnya memang memulai tes dari setup dasar yang biasa mereka pakai di Jerez.

"Begitu kami tahu di mana titik lemahnya, kami coba beberapa solusi yang awalnya nggak memberikan hasil. Tapi akhirnya kami juga eksperimen dengan sasis di motor kedua, dan itu sangat membantu," ungkap Herrera.

Walau kondisi lintasan cukup tricky karena angin kencang, terutama di tikungan-tikungan cepat, mereka tetap bisa mendapatkan banyak pelajaran dari sesi tersebut.

Kini, semua mata tertuju pada GP Prancis di Le Mans yang digelar pada 9–11 Mei mendatang. Fernandez berharap apa yang mereka temukan di Jerez bisa terkonfirmasi di sana, dan jadi titik balik musimnya.

"Aku yakin malam ini bisa tidur nyenyak. Tim benar-benar kerja keras untuk bikin aku nyaman lagi di atas motor," tutup Fernandez dengan senyum optimis.

Aprilia Fokus Tingkatkan Stabilitas Motor Usai Balapan Sulit Marco Bezzecchi di Jerez

Aprilia Fokus Tingkatkan Stabilitas Motor Usai Balapan Sulit Marco Bezzecchi di Jerez
Aprilia Fokus Tingkatkan Stabilitas Motor Usai Balapan Sulit Marco Bezzecchi di Jerez.

JAKARTA - Setelah hasil mengecewakan di MotoGP Spanyol, tim Aprilia langsung tancap gas melakukan uji coba di Jerez demi membenahi performa motor Marco Bezzecchi. Fokus utamanya? Meningkatkan stabilitas bagian belakang motor dan memperbaiki performa saat kualifikasi.

Bezzecchi sendiri mengakui balapan hari Minggu lalu bukanlah hari terbaiknya. “Balapan kemarin cukup kacau. Aku melebar di awal dan langsung terlempar ke posisi paling belakang,” ujar Bezzecchi yang akhirnya finish di posisi ke-14. “Padahal pace-ku lumayan bagus di akhir-akhir, tapi balapan udah keburu rusak sejak awal. Sayang banget. Tapi kami langsung kerja keras lagi di tes hari Senin.”

Nah, di sesi tes pasca-race itu, Aprilia nggak main-main. Mereka membawa beberapa pembaruan, mulai dari swingarm berbahan karbon sampai bagian aerodinamika baru yang langsung dites oleh Bezzecchi. Tujuannya jelas: bikin motor lebih stabil saat pengereman dan akselerasi – dua hal yang menurut mereka selama ini bikin Bezzecchi kesulitan saat time attack alias kualifikasi.

“Kalau pakai ban baru yang soft, grip-nya gede banget, tapi motor jadi nggak stabil. Sulit banget dikendalikan,” ujar Bezzecchi. “Tapi swingarm baru yang kita coba lumayan bagus, dan ada beberapa ubahan aero juga.”

Menariknya, kondisi trek Jerez yang makin ‘lengket’ karena bekas ban dari balapan sehari sebelumnya ternyata juga membantu pengujian. “Grip-nya lebih bagus, motor jadi lebih responsif dan berasa lebih bertenaga,” tambah Bezzecchi.

Oh iya, angin kencang di sore hari juga sempat bikin pengujian jadi lebih menantang. Tapi menurut Bezzecchi, justru kondisi ini bikin tes aero makin efektif. “Kalau part aero bisa jalan dengan baik pas angin kencang, kemungkinan besar juga bakal oke pas kondisi normal,” katanya santai.

Hasilnya pun nggak buruk-buruk amat. Bezzecchi mencatat waktu tercepat ketujuh dan jadi pembalap Aprilia tercepat di sesi tes itu, hanya terpaut 0,739 detik dari Marc Marquez yang jadi yang tercepat.

Lorenzo Savadori, test rider Aprilia yang juga sempat turun sebagai rekan setim sementara Bezzecchi, bilang kalau arah pengembangan tim sudah tepat. “Kami fokus memperbaiki kestabilan saat pengereman dan akselerasi. Tujuannya biar motor nggak terlalu banyak goyang,” jelas Savadori.

Sementara itu, bos tim Aprilia, Massimo Rivola, tetap percaya pada potensi Bezzecchi. Dia yakin masalah utama saat ini adalah performa saat kualifikasi. “Kalau kamu start dari posisi 15 dan finish di posisi 8, itu udah termasuk balapan yang bagus,” katanya. “Tapi pertanyaannya, kalau Marco start dari posisi 8, bisakah dia menang? Itu yang pengin kita buktikan.”

Sejauh ini, hasil terbaik Bezzecchi musim ini adalah finish keenam. Dia menempati posisi kesembilan klasemen sementara MotoGP, cuma terpaut satu poin dari rookie Trackhouse, Ai Ogura. Selanjutnya, Bezzecchi bakal kembali bertarung di GP Prancis yang digelar pada 9-11 Mei mendatang.

Rabu, 30 April 2025

Francesco Bagnaia Temukan Dua Rahasia Penting Jelang MotoGP Le Mans

Francesco Bagnaia Temukan Dua Rahasia Penting Jelang MotoGP Le Mans
Francesco Bagnaia Temukan Dua Rahasia Penting Jelang MotoGP Le Mans.

JAKARTA - Francesco Bagnaia mungkin cuma finis di posisi ke-19 dalam tes resmi MotoGP di Jerez, tapi jangan salah sangka pembalap Ducati ini justru merasa puas banget karena berhasil nemuin dua hal penting yang katanya bakal bantu performanya di seri selanjutnya di Le Mans.

Setelah balapan hari Minggu yang cukup bikin frustasi karena cuma bisa finis ketiga tanpa berhasil nyalip Fabio Quartararo, Bagnaia datang ke sesi tes hari Senin dengan misi khusus: fokus benahin set-up motor biar makin nyaman saat masuk tikungan cepat.

“Tadinya, rencana kita mau seriusin set-up motor biar feeling saya lebih enak pas di tikungan-tikungan cepat,” kata Bagnaia. “Tapi angin yang nggak menentu bikin semuanya jadi susah ditebak.”

Karena cuaca yang nggak bersahabat itu, Bagnaia dan kru Ducati Lenovo akhirnya ambil keputusan buat balik lagi ke set-up standar. Mereka juga nyoba beberapa komponen yang sebelumnya udah dipakai Marc Marquez sejak awal musim.

“Kondisinya nggak ideal buat utak-atik set-up,” lanjut Bagnaia. “Jadi kami pilih kembali ke set-up dasar dan nyobain part yang sebenarnya Marc udah pake sejak tes pramusim. Dulu saya sempat copot karena tes di Thailand waktu itu berantakan banget.”

Meski hasil di catatan waktu nggak begitu mengesankan, Pecco sapaan akrab Bagnaia tetap pulang dari Jerez dengan perasaan optimis.

“Saya senang karena ada dua hal yang bisa langsung kita bawa ke Le Mans,” ujarnya. “Ada juga beberapa hal lain yang mungkin bakal saya coba lagi kalau hari pertama di Le Mans cerah, misalnya swingarm. Tapi secara keseluruhan, saya puas karena dapet dua hal yang saya yakin bisa bantu.”

Sayangnya, Bagnaia masih merahasiakan dua temuan penting itu. Tapi ia menegaskan kalau itu bukan soal sasis.

“Sulit dijelasin, tapi ini bukan tentang sasis,” katanya. “Marc udah nyoba komponen itu pas pramusim karena dia dalam kondisi yang lebih siap waktu itu, sementara saya lagi fokus ke hal lain.”

Sementara itu, Marc Marquez jadi yang tercepat di tes Jerez. Sayangnya, kesalahannya di balapan membuatnya kini tertinggal satu poin dari sang adik, Alex Marquez, di klasemen sementara. Bagnaia sendiri duduk di posisi ketiga, terpaut 19 poin dari Alex.

Menjelang seri Le Mans, para penggemar tentu berharap dua temuan Bagnaia bisa membawa perubahan besar. Apakah strategi baru ini akan membantunya merapat ke puncak klasemen? Kita tunggu saja aksinya di lintasan nanti!

Marc Marquez Gagal Menang di MotoGP Jerez 2025 Akibat Terlalu Percaya Diri di Tikungan Kiri

Marc Marquez Gagal Menang di MotoGP Jerez 2025 Akibat Terlalu Percaya Diri di Tikungan Kiri
Marc Marquez Gagal Menang di MotoGP Jerez 2025 Akibat Terlalu Percaya Diri di Tikungan Kiri.

JAKARTA - Marc Marquez harus rela kehilangan peluang menang ganda di MotoGP Jerez 2025 setelah mengalami crash saat balapan utama, Minggu (27/4). Padahal sebelumnya, pembalap Gresini Ducati itu berhasil tampil gemilang dan menjuarai Sprint Race di hadapan pendukung tuan rumah.

Sayangnya, Marquez kehilangan kendali di Tikungan 8 pada lap ketiga saat sedang berjuang mempertahankan posisi ketiga dari tekanan Fabio Quartararo dan Francesco Bagnaia. Ia mengaku bahwa kepercayaan dirinya yang berlebihan menjadi penyebab insiden tersebut.

“Kemarin itu jatuh yang sebenarnya bisa dihindari. Saya masuk tikungan terlalu cepat dan saya sadar akan hal itu. Tapi karena itu tikungan kiri, saya merasa sangat nyaman di sana. Jadi saya pikir, ‘Oke, saya bisa tetap di jalur ini,’ tapi ternyata nggak bisa. Terlalu percaya diri. Saya harus lebih hati-hati ke depannya,” ungkap Marquez setelah mengikuti sesi tes resmi di Jerez, Senin (28/4).

Meski motornya sempat rusak dan harus kembali dari posisi paling belakang, juara dunia delapan kali itu tetap menunjukkan mental baja. Ia berhasil menyelesaikan balapan di posisi ke-12 dan bahkan mencatatkan lap tercepatnya di lap ke-18 dari total 25 putaran.

Musim Ini Lebih Stabil, Tapi Masih Ada Pelajaran Berharga

Kalau dibanding musim 2024, musim ini Marquez memang jauh lebih stabil. Dalam lima seri awal, ia hanya terjatuh tiga kali berkurang hampir setengahnya dari tujuh kali musim lalu. Tapi sayangnya, dua dari tiga kecelakaan tersebut terjadi di momen penting, yaitu saat balapan utama di COTA dan Jerez.

“Aneh banget sih, ini musim di mana saya jarang banget jatuh, tapi dua kali malah pas hari Minggu,” ucap Marquez. “Motornya sebenarnya bagus banget, bahkan tanpa winglet pun saya bisa tetap cepat. Tapi kalau mau bertarung untuk gelar juara dunia, saya harus belajar dari kesalahan ini.”

Satu kecelakaan lainnya terjadi saat latihan di COTA, ketika Marquez mengalami highside cukup keras dalam kondisi lintasan basah.

Persaingan Antar Saudara di Klasemen Sementara MotoGP 2025

Menariknya, meskipun terjatuh dan finish di luar 10 besar di Jerez, Marquez tetap berada di posisi kedua klasemen MotoGP 2025. Ia hanya tertinggal satu poin dari pemuncak klasemen sementara yang tak lain adalah adiknya sendiri, Alex Marquez, yang keluar sebagai juara di GP Spanyol.

Kini Marc bersiap untuk menghadapi seri selanjutnya di Le Mans, Prancis pada 9-11 Mei mendatang. Pertarungan dua bersaudara asal Spanyol ini dipastikan bakal semakin panas, apalagi dengan selisih poin yang begitu tipis.

Meski masih jadi salah satu pembalap paling kompetitif musim ini, Marc Marquez sadar bahwa mentalitas dan keputusan di lintasan sangat memengaruhi peluangnya meraih gelar juara dunia. Kesalahan kecil karena terlalu percaya diri bisa berdampak besar, apalagi di level persaingan seketat MotoGP.

Kini tinggal bagaimana Marquez memperbaiki diri dan tampil lebih matang di seri-seri selanjutnya. Fans tentu berharap, aksi agresif khas Marc tetap ada, tapi dengan perhitungan yang lebih tajam. Apakah Marquez bisa belajar dari kesalahannya dan kembali mendominasi? Kita tunggu saja di Le Mans!