Berita Borneotribun.com: Rusia Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Rusia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rusia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 Maret 2021

Menlu AS: Akan ada ‘Konsekuensi’ atas Tindakan Rusia

Menlu AS: Akan ada ‘Konsekuensi’ atas Tindakan Rusia
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara di Brussel, Belgia

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan akan ada “biaya dan konsekuensi” bagi Rusia atas aktivitasnya yang diduga jahat terhadap Amerika Serikat.

“Kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membela kepentingan kami pada saat yang dipilih Amerika,” kata Blinken dalam wawancara CNN yang disiarkan Minggu (28/3) tetapi direkam pekan lalu ketika dia selesai melakukan pembicaraan dengan para diplomat NATO lainnya di Brussel.

Dia mengatakan ada “komitmen bersama” di antara negara-negara Barat sekutu Amerika untuk “berpikiran jernih” tentang tindakan Moskow dan meminta pertanggungjawaban Kremlin.

Diplomat tertinggi Amerika itu mengatakan para pejabat “sedang dalam proses” mempertimbangkan sanksi atau tindakan apa yang akan diambil oleh Washington terhadap Moskow, dan dalam konsultasi dengan negara-negara NATO lainnya.

“Kita menjadi lebih kuat bila bisa melakukannya dengan cara yang terkoordinasi,” ujarnya.

Sementara AS dan Rusia dengan cepat setuju untuk memperpanjang kesepakatan tentang pengendalian senjata nuklir yang berakhir tidak lama setelah Presiden AS Joe Biden mengambil alih kekuasaan, Amerika menyalahkan Rusia atas tindakan-tindakan lain, termasuk dugaan menjanjikan hadiah untuk pembunuhan pasukan AS di Afghanistan, ikut campur dalam pemilihan November lalu yang dimenangkan oleh Biden dan meretas sistem komputer AS. [lt/jm]

Oleh: VOA Indonesia

Senin, 01 Februari 2021

Rusia Peringatkan Pendukung Navalny untuk Tidak Demo

Rusia Peringatkan Pendukung Navalny untuk Tidak Demo
Seorang polisi menahan seorang pria, sedang rekannya menyetop seorang perempuan (tengah), saat demo menentang penahanan pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, di Moscow, Rusia, 23 Januari 2021.

BorneoTribun | Internasional
- Polisi Rusia mengeluarkan peringatan keras kepada masyarakat agar tidak berunjuk rasa yang rencananya digelar pada Minggu (31/1). Demo itu untuk menyerukan pembebasan pemimpin oposisi Alexei Navalny.

Melansir berita dari Associated Press, seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri Rusia pada Sabtu (30/1) menyebut pandemi virus corona sebagai alasannya. Dia mengatakan para peserta aksi yang kedapatan melanggar peraturan epidemiologi, bisa menghadapi dakwaan kriminal.

Polisi Moskow berencana membatasi pergerakan di pusat kota itu pada Minggu (31/1).

Sebuah unjuk rasa rencananya akan digelar di Lapangan Lubyanka, lokasi kantor Dinas Keamanan Federal. Navalny mengklaim instansi itu yang memerintahkan agar dia diracun pada Agustus lalu dengan agen saraf era Soviet atas nama Kremlin. Pemerintah Rusia telah membantah terlibat dalam peristiwa yang menimpa pria 44 tahun itu.

Navalny ditangkap pada 17 Januari sekembalinya ke Rusia dari Jerman, di mana dia dirawat selama lima bulan karena diracun. Penahanannya memicu protes-protes nasional sepekan lalu di sekitar 100 kota. Hampir 4.000 orang dilaporkan ditangkap. [vm/ft]

Oleh: VOA Indonesia

Minggu, 31 Januari 2021

Putin Tandatangani Perpanjangan Perjanjian Senjata Nuklir Rusia-AS Terbaru

Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di Forum Ekonomi Dunia virtual melalui tautan video dari Moskow pada 27 Januari 2021. (Foto: Mikhail Klimentyev/Sputnik/AFP)

BorneoTribun | Internasional - Presiden Rusia Vladimir Putin, Jumat (29/1), menandatangani RUU yang memperpanjang perjanjian pengawasan senjata nuklir antara Rusia dan Amerika seminggu sebelum perjanjian itu berakhir.

Kedua majelis di parlemen Rusia, Rabu (27/1), memberikan suara bulat untuk memperpanjang perjanjian START Baru selama lima tahun. Putin dan Presiden AS Joe Biden telah membahas perjanjian nuklir sehari sebelumnya, dan Kremlin mengatakan setuju untuk menyelesaikan prosedur perpanjangan yang diperlukan dalam beberapa hari ke depan.

Perjanjian START baru akan berakhir pada 5 Februari. Perpanjangan perjanjian itu tidak memerlukan persetujuan Kongres di AS, tetapi anggota parlemen Rusia harus meratifikasi langkah tersebut. Diplomat Rusia mengatakan perpanjangan akan sah dengan bertukar catatan diplomatik setelah semua prosedur selesai.

Perjanjian tersebut, yang ditandatangani pada tahun 2010 oleh Presiden Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, membatasi pengerahan setiap negara sampai 1.550 hulu ledak nuklir dan 700 rudal serta pengebom dan mensyaratkan inspeksi di lokasi untuk memverifikasi kepatuhannya.

Biden selama kampanye kepresidenan AS mengisyaratkan ia lebih menyukai perjanjian START baru yang dinegosiasikan selama masa jabatannya sebagai wakil presiden di bawah Obama, berlanjut.

Rusia telah lama mengusulkan perpanjangan perjanjian itu tanpa syarat atau perubahan apa pun, tetapi pemerintahan mantan Presiden Donald Trump menunggu sampai tahun lalu untuk memulai pembicaraan dan membuat perpanjangan dengan serangkaian tuntutan. Pembicaraan terhenti, dan perundingan selama berbulan-bulan gagal mempersempit perbedaan mengenai hal itu. [my/pp]

Oleh: VOA Indonesia

Selasa, 18 Agustus 2020

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador Siap Disuntik Vaksin Corona Buatan Rusia

 

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan pada Senin (17/8) bahwa ia bakal menjadi orang pertama yang menerima vaksin Covid-19 buatan Rusia. (AFP PHOTO / RONALDO SCHEMIDT)


BORNEOTRIBUN | INTERNASIONAL - Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan pada Senin (17/8) bahwa ia bakal menjadi orang pertama yang menerima vaksin Covid-19 buatan Rusia bila terbukti efektif.


Rusia pada pekan lalu menyetujui vaksin buatan mereka sendiri itu dan telah mulai memproduksi meski para ilmuwan Barat masih meragukan serta menyebut diperlukan bukti bahwa vaksin itu aman dan efektif.


"Saya akan jadi yang pertama mendapatkan vaksin, karena itu amat penting bagi saya, namun kita harus...memastikan bahwa itu efektif dan tersedia bagi semuanya," kata Lopez Obrador dalam konferensi pers hariannya.


Pemimpin Meksiko itu menambahkan bahwa ia akan secara personal menghubungi Rusia atau China bila mereka jadi yang pertama mengembangkan sebuah vaksin yang efektif.


"Ini hal yang penting, tidak perlu ada alasan ideologi.. kesehatan adalah yang utama," katanya.


Lopez Obrador menjadi pemimpin selanjutnya yang menyatakan diri siap menerima vaksin buatan Rusia, setelah sebelumnya Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan hal serupa.


Presiden Filipina Rodrigo Duterte menegaskan dirinya memang siap menerima suntikan vaksin Rusia di depan umum, demikian dinyatakan juru bicara kepresidenan, Harry Roque, pada Sabtu (15/8).


Namun, seperti diberitakan Kantor Berita Filipina PNA, Duterte tidak akan mengikuti fase pertama uji klinis vaksin yang akan berlangsung Oktober ini, dan diperkirakan menerima vaksin pada awal Mei 2021.


Pada Selasa (11/8), Rusia mengumumkan telah menyetujui penggunaan vaksin virus corona yang dinamai Sputnik V, meski tidak sedikit pihak yang meragukan terobosan Rusia itu, termasuk WHO sendiri.


Kementerian Kesehatan Rusia mengumumkan proses produksi vaksin untuk virus Covid-19 resmi dimulai pada Sabtu (15/8) dan telah ada 20 negara yang mengajukan permintaan pembelian.


Mengutip RT News, Kementerian Kesehatan memprediksi vaksin dengan nama komersial Sputnik V (nama resmi: Gam-COVID-Vak) bisa mulai dibagikan setidaknya Januari 2021.(cnn/AFP/end)

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pilkada 2024

Lifestyle

Tekno