Berita Borneotribun.com: Teroris Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Teroris. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teroris. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 Maret 2021

Menteri Agama, KWI, PGI dan PBNU Kutuk Keras Ledakan di Makassar

Menteri Agama, KWI, PGI dan PBNU Kutuk Keras Ledakan di Makassar
Polisi memeriksa lokasi di luar gereja pasca ledakan di Makassar pada 28 Maret 2021. (Foto: AFP/Indra Abriyanto)

BorneoTribun Jakarta -- Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas mengutuk keras aksi pemboman yang diduga dilakukan oleh seseorang di kompleks Gereja Katedral, Jalan Kartini, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3) pagi.

"Apapun motifnya, aksi ini tidak dibenarkan agama karena dampaknya tidak hanya pada diri sendiri juga sangat merugikan orang lain,” ujar Menag dalam pernyataan tertulis yang diterima VOA.

Menag menilai aksi pemboman tersebut merupakan “tindakan keji yang menodai ketenangan hidup bermasyarakat dan jauh dari ajaran agama.”

Kantor berita Reuters, mengutip pernyataan Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan Kombes Pol. E. Zulpan, melaporkan sejumlah jemaat berada di dalam gereja ketika ledakan terjadi. “Kami lihat ada beberapa korban dan beberapa potongan jenazah manusia. Kami belum tahu apakah jenazah ini dari pelaku atau dari orang-orang yang berada di dekatnya,” ujarnya.

Hingga laporan ini disampaikan, polisi masih mendata jumlah dan identitas korban atau pelaku.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas meminta aparat berwenang dapat segera mengungkapkan latar belakang aksi kekerasan di dekat tempat ibadah ini dan“mengungkap aktor-aktor yang terlibat dalam aksi keji ini.”

Ia menduga “aksi pemboman bunuh diri ini tidak dilakukan tunggal. Sebab seringkali pelaku digerakkan oleh jaringan, namun mereka bekerja dalam senyap dan rapi.”

Minta Seluruh Umat Tenang

Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia PGI Pdt. Gomar Gulton mengimbau seluruh umat untuk tetap tenang dan mempercayakan penanganan aksi pemboman itu pada aparat terkait. “Saya menyerukan seluruh umat untuk tidak takut dan resah, tetapi tetap waspada,” ujarnya.

Polisi berjaga di samping kendaraan yang rusak setelah ledakan di luar sebuah gereja di Makassar pada 28 Maret 2021. (Foto: AFP/Indra Abriyanto)

Ditambahkannya, “saya percaya penuh aparat kita mampu mengusut tuntas kasus ini dan dapat menciptakan suasana aman dan nyaman bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Makassar.”​

Sementara Konferensi Waligereja Indonesia dalam pernyataan, Minggu (28/3), mengimbau seluruh umat Katolik dan masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh aksi peledakan tersebut.

PBNU: Kekerasan dan Teror Bukan Ajaran Agama

Kecaman keras juga disampaikan Pengurus Besar Nadhlatul Ulama. Dihubungi melalui telepon, Ketua PBNU Robikin Emhas mengatakan “kekerasan and teror bukan ajaran agama karena agama apapun tidak mengajarkan dan membenarkan hal itu.”

PBNU, ujar Emhas, menilai “setiap tindakan kekerasan yang mengancam rusaknya harmoni sosial tidaklah bisa dibenarkan. Apalagi berupa teror dalam bentuk bom. Sebaliknya perbuatan seperti itu harus dikutuk.” [em/ah]

Oleh: VOA Indonesia

Tiga Pakar Terorisme Duga JAD Pelaku Pemboman di Makassar

Tiga Pakar Terorisme Duga JAD Pelaku Pemboman di Makassar
Polisi forensik memeriksa lokasi tersebut setelah diduga bom meledak di dekat sebuah gereja di Makassar pada 28 Maret 2021. (Foto: AFP/Indra Abriyanto)

BorneoTribun Jakarta -- Tiga pakar intelijen dan terorisme yang diwawancara VOA secara terpisah menduga pelaku serangan bom di Makassar pada Minggu (28/3) pagi adalah bagian dari jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah atau JAD. Ledakan bom yang diduga dilakukan oleh dua orang itu melukai sedikitnya 14 orang.

Meskipun menemukan sejumlah serpihan tubuh di lokasi kejadian, polisi masih belum mengkonfirmasi apakah merupakan serpihan tubuh pelaku atau korban.

Noor Huda Ismail, visiting fellow di S. Rajaratnam Institute of International Studies, Nanyang Technological University of Singapore. (Foto: Dok Pribadi)

“Diduga kuat, pelaku terkait dengan jaringan JAD yang cenderung melakukan aksi amatiran dibandingkan dengan jaringan Jemaah Islamiah yang lebih rapi dan terarah,” ujar Noor Huda Ismail, visiting fellow di S. Rajaratnam Institute of International Studies, Nanyang Technological University of Singapore saat dihubungi melalui telepon.

Hal senada disampaikan pakar terorisme di Universitas Indonesia, Stanislaus Riyanta. “Dilihat dari karakteristik dan model aksinya, kemungkinan besar pelaku berasal dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah. Model ini sama dengan aksi di Gereja Surabaya pada Mei 2018 dan Polrestabes Medan pada November 2019,” ujarnya.

Pakar terorisme lainnya, Al Chaidar, yang kini sedang melakukan penelitian di Belanda, juga menyampaikan hal serupa.

Pakar terorisme Al Chaidar. (Foto: Dok Pribadi)

“Pelakunya suami istri,” ujarnya melalui telepon, dan meminta merahasiakan sumber informasi yang merinci hal itu. “Ini ciri khas utama mereka. Sama seperti bom di Surabaya tahun 2018, juga bom di Sibolga tahun 2019. Mereka ingin balas dendam terhadap dua teman mereka yang ditembak polisi di Makassar Januari lalu. Awal Februari juga ada 26 orang ditangkap, termasuk dua ditembak. Semua dari jaringan JAD Makassar,” tambahnya.

Stanislaus juga mengatakan peningkatan upaya pemberantasan jaringan teror yang dilakukan aparat keamanan membuat kelompok-kelompok teror semakin terdesak. “Aksi ini kemungkinan bentuk balas dendam atau perlawanan, selain sebagai reaksi karena semakin terdesaknya kelompok ini oleh aparat keamanan.”

Polisi Masih Lakukan Penyelidikan

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol. Argo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta mengatakan pelaku diduga dua orang dan mengendarai sepeda motor.

“Kami belum dapat mengkonfirmasi apakah potongan jenazah yang ditemukan di lokasi semuanya dari pelaku, karena potongan tubuhnya banyak.. Juga apakah pelakunya laki-laki atau perempuan. Semua masih dalam penyelidikan,” ujar Argo, yang meminta agar masyarakat bersabar dan memberi waktu pada polisi untuk melakukan penyelidikan.

Seorang polisi mengatur lalu lintas setelah ledakan di luar sebuah gereja di Makassar pada 28 Maret 2021. (Foto: AFP/Daeng Mansur)

Lebih jauh ia menambahkan bahwa tim Densus 88 Antiteror akan berangkat ke Makassar pada Minggu (28/3) siang, dan berkoordinasi dengan tim Densus dan Poltabes Makassar yang sudah ada di lokasi.

“Kami masih akan menyelidiki lebih jauh sumber ledakan, juga soal high explosive atau bukan. Dari situ akan diketahui jaringan pelaku. Kita masih selidiki temuan alat bukti dan saksi,” ujarnya.

Ledakan bom terbaru ini dikecam keras berbagai kalangan, termasuk Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas, Ketua DPR Puan Maharani, Ketua Umum PBNU Robikin Emhas dan Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia PGI Pdt. Gomar Gultom. Mereka meminta masyarakat waspada, tapi tidak perlu takut menghadapi aksi teror ini. [em/ah]

Oleh: VOA Indonesia

Bom Bunuh Diri di Makassar, Polisi Duga Pelaku Dua Orang

Bom Bunuh Diri di Makassar, Polisi Duga Pelaku Dua Orang
Polisi berjaga di luar gereja pasca ledakan di Makassar pada 28 Maret 2021. (Foto: AFP/Indra Abriyanto)

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Polisi menduga ledakan bom bunuh diri di depan kompleks Gereja Katedral, Jalan Kartini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3) pagi, dilakukan oleh dua orang.

“Pelaku diduga dua orang dengan mengendarai motor. Awalnya pelaku yang diduga menggunakan roda dua akan memasuki pelataran atau pintu gerbang gereja Katedral, yang pada jam itu sudah selesai misa," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol. Argo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta.

"Mungkin melihat banyak yang keluar dari gereja, sesuai protokol kesehatan hanya separuh yang bisa hadir langsung. Ia dicegat security gereja dan terjadilah ledakan,” lanjutnya.

Sedikitnya 14 orang luka-luka dalam ledakan bom ini. Namun, polisi belum mengkonfirmasi berapa korban tewas, juga apakah korban tewas adalah pelaku atau korban lainnya.

“Kami juga belum dapat mengkonfirmasi apakah potongan jenazah ini semuanya dari pelaku, karena potongan tubuhnya banyak. Juga apakah pelakunya laki-laki atau perempuan. Semua masih dalam penyelidikan,” ujar Argo, yang meminta agar masyarakat bersabar dan memberi waktu pada polisi untuk melakukan penyelidikan.

Lebih jauh ia menambahkan bahwa tim Densus 88 Antiteror akan berangkat ke Makassar pada Minggu (28/3) siang, dan berkoordinasi dengan tim Densus dan Poltabes Makassar yang sudah berada di lokasi.

“Kami masih akan menyelidiki lebih jauh sumber ledakan, juga soal high explosive atau bukan. Dari situ akan diketahui jaringan pelaku. Kita masih selidiki temuan alat bukti dan saksi,” ujarnya. [em/ah]

Oleh: VOA Indonesia

Anggota DPRD RI Cornelis Kecam Keras Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar

Anggota DPRD RI Cornelis Kecam Keras Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar
Anggota DPR RI Komisi II, Fraksi PDI Perjuangan, Daerah Pemilihan Kalimantan Barat 1, Drs. Cornelis, MH.

BorneoTribun Jakarta -- Anggota DPR RI Komisi II, Fraksi PDI Perjuangan, Daerah Pemilihan Kalimantan Barat 1, Drs. Cornelis, MH mengecam keras dan menyampaikan duka cita yang mendalam atas ledakan yang terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Minggu (28/3/2021). 

"Saya mengutuk keras dan menyampaikan duka cita yang mendalam atas ledakan yang terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Bagaimanapun dasarnya, tindakan kekerasan seperti itu tidaklah dibenarkan, karena perbuatan seperti itu adalah perbuatan yang tercela, terkutuk dan sangat merendahkan martabat manusia," ujar Cornelis, dihubungi, Minggu malam. 

Cornelis meminta kepada seluruh umat kristiani terkhusus umat Katolik di seluruh Indonesia, untuk tidak mudah terprovokasi dengan kejadian ledakan di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan tersebut. 

"Saya meminta kepada seluruh umat kristiani terkhusus umat Katolik di seluruh Indonesia, untuk tidak mudah terprovikasi dengan ledakan yang terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Dan saya juga menghimbau kepada seluruh umat kristiani yang ada di Indonesia agar tidak takut dan resah dengan kejadian seperti ini, namun kita tetap waspada terhadap ancaman yang serupa," tegasnya.

Menurut Cornelis, kasus tersebut serahkan dan percayakan kepada pihak kepolisian.

"Saya yakin Kepolisian akan mengusut tuntas kasus tersebut dan akan menciptakan suasana aman maupun nyaman bagi masyarakat Indonesia terkhusus masyarakat Makassar. Makassar bukan hanya menjadi keprihatinan umat Katolik semata. Melainkan juga keprihatinan seluruh bangsa dan negara Indonesia ini," ungkap Cornelis. (Uncak/Noto)

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral jaringan JAD

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral jaringan JAD
Sigit saat meninjau lokasi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3/2021) bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. (Foto: Duloupa.id)

BorneoTribun Jakarta -- Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Kota Makassar, Sulawesi Selatan, merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

"Sudah kita dapatkan inisial L, (pelaku). Bersangkutan merupakan kelompok dari beberapa pelaku yang beberapa waktu lalu, telah kita amankan," ujar Kapolri Listyo Sigit Prabowo usai mengunjungi gereja setempat, Minggu malam.

Ia mengatakan, pelaku diketahui tergabung dalam kelompok JAD, dan pernah melaksanakan kegiatan operasi terorisme di Jolo, Philipina pada 2018 lalu.

'Untuk inisial pelaku sudah kita dapatkan, dan kita tindaklanjuti untuk melaksanakan pemeriksaan terkait dengan DNA yang bersangkutan, agar bisa pertanggungjawabkan secara ilmiah," tegasnya.

Sedangkan untuk terduga pelaku bom bunuh diri tersebut, sebut Kapolri, sebanyak dua orang sudah meninggal dunia, dan 19 orang jemaat serta petugas keamanan atau Satpam. Namun demikian, Sigit belum membuka inisial salah satu pelakunya.

Kapolri mengungkapkan, pelaku tersebut merupakan salah seorang bagian dari kelompok JAD yang beberapa waktu lalu ditangkap di Makassar, Sulsel pada kompleks Villa Mutiara, Sudiang dan Kabupaten Enrekang pada Januari 2021.

"Mereka adalah kelompok beberapa waktu yang lalu (ditangkap), ada kurang lebih 20 orang, dari kelompok JAD yang kita amankan. Mereka bagian dari itu. Inisial dan data-datanya sudah kita pastikan sesuai," beber orang nomor satu Polri ini.

Sedangkan aksi yang dilakukan bersangkutan saat ini, merupakan society boomber, dengan membawa ledakan cukup besar sehingga berpengaruh dengan daya ledaknya.

"Jadi kegiatan mereka terjadi saat ini, kita ketahui, adalah ledakan, adalah society bom, menggunakan jenis bom panci, dan itu terkait dengan pengungkapan," ungkap Sigit.

Menurut dia, kepolisian selalu melihat alat bukti dan barang bukti, kemudian halal berkaitan dengan penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut juga menjadi pertimbangan. Sehingga diputuskan, dilakukan pengembangan.

"Hari ini, untuk inisial pelaku sudah tuntas, dan kita sudah kembangkan mencari kelompok yang lain. Kemudian, hari ini juga kita sudah mengamankan kurang lebih 4 orang, di wilayah Bima," katanya.

Penangkapan terduga teroris di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) diamankan terkait dengan kegiatan terorisme.

"Saya harapkan masyarakat seluruhnya tenang, dan tidak panik. Kami polisi Densus terus mengikuti, gerakan mereka. Saya perintah Kepala Densus, lakukan apa bisa dilakukan, apapun itu. Jangan sampai ada ledakan lagi. Jadi masyarakat harus diamankan, tangkap mereka, lakukan tindakan tegas, kalau mereka melawan," tuturnya menegaskan.

Selain Kapolri, hadir pula Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kapolda Sulsel, Irjen Pol Merdisyam dan Pangdam XIV Hasanuddin, Andi Sumangerukka bersama jajaran, serta Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman saat mengunjungi lokasi ledakan gereja setempat.

Sumber: Antaranews

Minggu, 28 Maret 2021

Bom di gerbang Gereja Katedral Makassar, Polisi Sebut ada Korban Jiwa, Pengamat: "Pesan Solidaritas Jaringan Teroris"

Bom di gerbang Gereja Katedral Makassar, Polisi Sebut ada Korban Jiwa, Pengamat: "Pesan Solidaritas Jaringan Teroris"
Ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dinilai membawa pesan solidaritas atas setelah polisi gencar melakukan penangkapan sejumlah terduga teroris. Foto/Tangkapan Layar/Sindonews

BorneoTribun Makassar, Sulsel -- Aksi bom bunuh diri terjadi di pintu gerbang Gereja Katedral di Jalan Kajaolalido, MH Thamrin, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Minggu (28/3) pagi.

Di lokasi ledakan bom bunuh diri ditemukan potongan tubuh dengan kondisi mengenaskan, badannya hancur beserta sepeda motor yang dikendarainya.

Rekaman CCTV sebelum Ledakan (Foto: Ist/iNews)

Menurut saksi mata di sekitar lokasi kejadian, terdengar suara ledakan yang keras yang menyita perhatian warga sekitar.

Kasus ini sedang ditangani aparat kepolisian, jalan di sekitar lokasi kejadian ditutup police line.

Ledakan di Gerbang Gereja Katedral Makassar, Polisi Sebut ada Korban Jiwa

Ledakan di Gerbang Gereja Katedral Makassar, Polisi Sebut ada Korban Jiwa
Petugas kepolisian berjaga di lokasi dugaan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu, 28 Maret 2021. (Beritasatu)

Aparat kepolisian yang terjun langsung ke lokasi kejadian ledakan di Jalan Kajaolalido, Makassar atau sekitar gerbang Gereja Katedral langsung melakukan pengamanan dan memastikan ada korban jiwa dalam insiden itu.

Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) Kombes Pol E Zulpan, di Makassar, Minggu, mengatakan ledakan yang terjadi sekitar pukul 10.28 WITA setelah situasi di sekitar gereja sudah tidak terlalu ramai.

"Anggota sudah lakukan pengamanan dan menutup beberapa akses jalan untuk memperlancar proses penyelidikan dan penyisiran lokasi ledakan," ujarnya.

Dia mengatakan, ledakan yang terjadi itu masih dalam penyelidikan, dan belum diketahui berapa yang menjadi korban meninggal dunia dan juga korban luka-luka.

Pihaknya, bersama yang lainnya sedang berbagi tugas, ada yang melakukan penyelidikan dan ada juga yang mengevakuasi korban luka-luka dengan membawanya ke rumah sakit terdekat.

"Semua masih fokus dulu pada pengamanan keselamatan warga. Ada juga yang bertugas menyisir lokasi dan lainnya. Untuk korban meninggal dan luka-luka itu masih dalam pendataan," ujarnya pula. (Antaranews)

Ledakan Bom di Katedral Makassar, Pengamat: Pesan Solidaritas Jaringan Teroris


Ledakan di Gereja Katedral Makassar (Ibnu Munsir/detikcom)

Ledakan bom bunuh diri mengguncang di kawasan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021). 

Aksi tersebut dinilai membawa pesan solidaritas atas setelah polisi gencar melakukan penangkapan sejumlah terduga teroris.

Pengamat terorisme, Najahan Musyafak mengatakan, ledakan bom yang terjadi sekira pukul 10.28 WITA itu tak lepas dari kasus-kasus sebelumnya. 

Terlebih, sejak awal tahun ini Densus 88 Antiteror Mabes Polri terus memburu jaringan-jaringan teroris.

"Kita ini tidak bisa melihat satu masalah itu menjadi single accident, tetapi kita harus meruntut meskipun hari ini belum ketahuan siapa (pelaku)," kata Najahan, Minggu (28/3/2021).

"Tetapi kalau kita lihat rentetan peristiwa di bulan ini bahkwn mulai awal tahun, mulai ada penangkapan-penangkapan di antaranya Surabaya, terus di Medan, kemudian di Makassar terjadi pengeboman," ujarnya.

Menurutnya, pelaku pengeboman dengan sejumlah terduga teroris yang ditangkap tak selalu saling mengenal. Namun, mereka terikat dalam satu ideologi yang sama untuk menegakkan khilafah.

"Secara person mungkin tidak ada kaitannya, bisa jadi tidak kenal tapi yang menyatukan mereka ideologi. Yang menyatukan mereka berada dalam satu ideologi yang sama," tandasnya. (sindonews)

Hingga berita ini disiarkan, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab terkait bom bunuh diri tersebut, dan pihak kepolisian bekerja di lokasi kejadian. (Yk)

Kamis, 04 Maret 2021

Lagi, Kontak Tembak dengan MIT, 1 Polisi Tewas

Aktivitas Personel TNI POLRI di Pos Komando Taktis Satuan Tugas Operasi Madago Raya, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. (Foto : VOA/Yoanes Litha)

BorneoTribun Sulteng - Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah mengkonfirmasi gugurnya satu anggota Brimob dalam peristiwa kontak tembak antara Satuan Tugas (Satgas) Operasi Madago Raya dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (3/3).

POSO, SULAWESI TENGAH — 
Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah Kombes Didik Supranoto kepada VOA mengatakan kontak tembak dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu terjadi sekira pukul 15 WITA saat petugas Satgas Operasi Madago Raya melakukan pengejaran terhadap kelompok MIT di wilayah pegunungan kilometer 7 desa Gayatri, Kecamatan Poso Pesisir Utara.

“Inikan lanjutan dari pengejaran yang kemarin terjadi pada hari Senin (1/3) kemudian tadi terjadi kontak tembak, kemudian gugur personel Polri dari Brimob Polda Sulawesi Tengah atas nama Briptu Herlis,” jelas Kombes Didik pada Rabu malam.

Dijelaskannya jenazah almarhum Briptu Herlis telah berada di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah yang rencananya akan diterbangkan menuju kampung halamannya di Kolaka Utar, Sulawesi Tenggara pada Kamis (4/3/2021) melalui Bandar Udara Mutiara Sis Aljufri Kota Palu.

Peristiwa ini menambah jumlah aparat keamanan yang gugur dalam upaya perburuan kelompok teroris di Poso. Senin lalu (1/3), satu prajurit TNI gugur setelah terlibat baku tembak yang turut menewaskan dua anggota kelompok MIT di pegunungan Andole, Desa Tambarana.

Kelompok MIT terus diburu oleh aparat keamanan dalam Operasi Madago Raya melibatkan sekitar 700 personel gabungan TNI POLRI. Kelompok MIT itu diduga memiliki persenjataan satu pucuk senjata api laras panjang, dua pucuk senjata api laras pendek serta bom rakitan.

Kelompok teroris itu bergerak secara bergerilya dengan memanfaatkan lebatnya hutan pegunungan untuk bersembunyi.

Harapan Masyarakat, MIT Segera Dituntaskan

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Poso Iskandar Lamuka mengatakan pada VOA, ada harapan yang besar dari warga masyarakat Poso bahwa Satuan Tugas Operasi Madago Raya dapat segera mengakhiri gangguan keamanan yang ditimbulkan oleh kelompok MIT. Berbagai peristiwa kekerasan yang turut mengorbankan warga sipil menimbulkan citra negatif bagi wilayah Sulawesi Tengah yang dianggap sebagai daerah yang tidak aman.

“Karena bayangkan dengan situasi seperti ini sebenarnya bukan cuma Poso yang terganggu, region Sulawesi Tengah itu terganggu karena banyak orang yang mau datang investasi dan lain sebagainya itu kesannya bahwa Sulawesi Tengah itu tidak aman, jadi dampak ini bukan cuma orang Poso yang rasakan tapi juga Sulawesi Tengah,” jelas Iskandar Lamuka kepada VOA pada Rabu siang.

Situasi sulit juga dirasakan oleh mayoritas warga petani yang tidak berani mengolah lahan-lahan kebun yang berada di sekitar wilayah pegunungan.

“Apalagi situasi pandemi begini, pertanian menjadi harapan potensi besar kita, kalau mereka tidak punya lahan mereka mau makan apa, tumpuan harapan mereka hanya ada disana,” kata Iskandar.

Dia berharap di tahun 2021 masalah gangguan keamanan di Poso dapat terselesaikan sepenuhnya. [yl/em]

Oleh: VOA Indonesia

Rabu, 03 Maret 2021

Kontak Tembak di Poso, 1 Prajurit TNI Gugur, Dua Teroris Tewas

Baliho Daftar Pencarian Orang (DPO) Polisi yang memuat nama dan foto anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang terpajang di Desa Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. (Foto: Yoanes Litha/VOA)

BorneoTribun Poso, Sulteng -- Dua anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) tewas dalam kontak tembak dengan Satuan Tugas Operasi Madago Raya hari Senin sore (1/3). Satu prajurit TNI juga gugur akibat luka tembak.

Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Irjen Abdul Rakhman Baso mengatakan kontak tembak di Kabupaten Poso itu terjadi pada Senin sore (1/3/) sekitar pukul 18.20 WITA di wilayah pegunungan Andole, Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara.

“Dalam kontak tembak ini kami dapat menindak kelompok MIT dua orang atas nama Samid alias Alvin kemudian Irul. Kemudian pada kontak tembak tersebut telah gugur salah satu prajurit terbaik kita, TNI atas nama Praka Dedi Irawan” jelas Irjen Abdul Rakhman kepada wartawan, Selasa (2/3).

Personel TNI memeriksa kendaraan yang keluar masuk desa di Kabupaten Poso (foto: dok).

Jenazah kedua teroris tersebut kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulteng di Palu untuk dioutopsi. Sementara jenazah Praka Dedi Irawan langsung diterbangkan menuju Jakarta pada Selasa siang dari Bandar Udara Mutiara Sis Al-Jufri.

Irjen Abdul Rakhman Baso menambahkan dalam peristiwa itu, Satuan Tugas “Operasi Madago Raya” juga mengamankan sejumlah barang bukti berupa 11 butir amunisi, ransel, golok, senter dan gps. Nama “Madago Raya” dalam bahasa daerah setempat berarti “baik hati.” Nama ini menggantikan nama “Tinombala” sejak 1 Januari 2021.

“Lanjutannya kami masih melakukan pengejaran karena pada saat kontak tembak informasi teman-teman di lapangan terdapat empat orang dan dua orang lolos,” tambah Abdul Rakhman Baso.

Dikatakannya untuk menghindari aparat keamanan kelompok MIT yang berjumlah 11 orang berpencar dalam dua kelompok yang masing-masing beranggotakan empat dan tujuh orang. Terakhir kali kelompok itu melakukan pembunuhan terhadap empat orang warga desa Lembantongoa, di Kabupaten Sigi pada akhir November lalu.

Baliho Daftar Pencarian Orang (DPO) Polisi yang memuat nama dan foto anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang terpajang di Desa Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. (Foto: Yoanes Litha/VOA)
“Jadi berdasarkan informasi masyarakat dan lain sebagainya bahwa ada kegiatan dari kelompok ini kemungkinan hendak melakukan kegiatan amaliyah. Jadi kegiatan amaliyah ini kalau mereka ketemu masyarakat tidak mau membantu bahan makanan dan lain sebagainya itu diteror seperti itu,” imbuh Kapolda Sulteng itu.

Dengan tewasnya kedua anggota kelompok teroris itu maka jumlah anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Ali Kalora tersebut tersisa sembilan orang.

Dampak pada Perekonomian

Lian Gogali, Direktur Institut Mosintuwu di Tentena Kabupaten Poso, mengatakan belum tuntasnya pelaksanaan operasi keamanan yang digelar dengan berbagai nama sandi operasi sejak 2012 berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat yang tidak berani mengolah lahan kebun milik mereka.

“Di wilayah operasi keamanan ada ratusan hektar kebun warga, mata pencaharian utama warga. Sejak operasi keamanan, kebun-kebun ditinggalkan tidak bisa diolah karena ketakutan warga. Takut dianggap banpol oleh kelompok bersenjata, dan dituduh polisi membantu kelompok bersenjata. Bukan cuma dampak ekonomi, operasi keamanan yang berlarut-larut menimbulkan teror dan ketakutan pada masyarakat,” kata Lian Gogali.

Sudah 10 Operasi Keamanan Digelar di Poso

Institut Mosintuwu yang meneliti kekerasan di Poso dan di Sulawesi Tengah itu mencatat kelompok MIT setidaknya sudah menewaskan 22 orang warga sipil di Kabupaten Poso, Parigi Moutong dan Sigi sejak organisasi itu berdiri pada 2012.

Aktifitas Personel TNI POLRI di Pos Komando Taktis Satuan Tugas Operasi Madago Raya di Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. (Foto : VOA/Yoanes Litha)

Sejak 2013, tercatat ada 10 operasi keamanan yang digelar di Poso, termasuk “Operasi Tinombala” yang dimulai 2016 hingga 2020, dan dilanjutkan dengan “Madago Raya” sejak 1 Januari 2021 hingga 31 Maret tahun ini yang dapat kembali diperpanjang bila target utama menangkap kelompok MIT belum tercapai.

Pengejaran terhadap kelompok MIT melibatkan sekitar 700 personel gabungan TNI-POLRI. Operasi itu berlangsung tidak mudah karena petugas dihadapkan dengan beratnya medan hutan pegunungan luas yang secara administratif berada di wilayah kabupaten Poso, Sigi dan Parigi Moutong. [yl/em]

Oleh: VOA Indonesia

Jumat, 26 Februari 2021

Istri Terduga Teroris Asal Sekadau Di Pulangkan

RN, Istri terduga teroris menandatangani surat pernyataan setia kepada NKRI.

Borneotribun Sekadau, Kalbar - RN (29) warga Kabupaten Sekadau yang beberapa waktu sebelumnya dijemput tim Densus 88 wilayah Kalimantan Barat saat ini telah dipulangkan, jumat (26/2/21).

Sebelum dipulangkan yang bersangkutan dibawa ke Polres Sekadau untuk menandatangani surat pernyataan setia kepada NKRI dan dimintai keterangan sebagai saksi atas keterlibatan suaminya sebagai terduga teroris.

Kapolres Sekadau AKBP K. Tri Panungko, SIK, MM menyampaikan bahwa RN dipulangkan usai memberikan keterangan kepada tim Densus 88 wilayah Kalimantan Barat.

Kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggal RN, Kapolres berharap agar hal ini dapat dicermati dengan baik, jangan sampai menimbulkan persepsi negatif terhadap yang bersangkutan.

"Masyarakat dapat menerima dengan baik serta memberi pencerahan kepadanya untuk senantiasa setia kepada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945," harap Kapolres.

"Dalam hal ini, Polres Sekadau hanya memback up tim densus 88 wilayah Kalimantan Barat dalam penanganannya," tambah Kapolres.

Kapolres juga menghimbau seluruh masyarakat Sekadau agar dapat menciptakan suasana aman, damai dan kondusif serta tetap setia kepada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. ( Rilis )

Kamis, 18 Februari 2021

Penangkapan 3 Terduga Teroris di Kalbar Oleh Densus 88, Salah Satu Dikawal Ketat Kapal Polairud

Dok. Foto screenshot video.

PONTIANAK, KALBAR - Penangkapan terduga teroris di Kalimantan Barat berada di 3 wilayah. Yaitu Kota Pontianak, Kota Singkawang dan Kabupaten Kubu Raya. Total sebanyak 3 orang berhasil diamankan tim Densus 88 Anti Teror yang bekerjasama dengan Polda Kalbar.

Penangkapan dipimpin langsung Direktur Reskrimum Polda Kalbar Kombes Pol Luthfie Sulistiawan. Dalam penangkapan kali ini Polda Kalbar mengerahkan Brimob, jajaran Reserse hingga Polairud. 

“Karena berada di tiga wilayah, salah satunya lokasi penangkapan berada di perairan. Ada 1 terduga teroris tersebut dibawa dengan kapal dari Polairud” ungkap Kabid Humas Polda Kalbar Kombes Pol Donny Charles Go

Dok. Foto screenshot video.

Untuk penggeledahan, tim Densus 88 bersama tim Polda Kalbar menggeledah 4 rumah dimana salah satu rumah terduga teroris juga ada berada di Kabupaten Sekadau. 

Dok. foto screenshot video.

Adapun yang dimankan petugas yaktu RE 28 tahun di kota Pontianak, M 20 tahun di Kota Singkawang dan MR 27 tahun di Kabupaten Kubu Raya, tepatnya di kecamatan Batu Ampar. 

“Saat ini para terduga teroris sedang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di Mako Brimob Polda Kalbar. Dari informasi Densus ketiga pelaku ini merupakan kelompok dari jaringan JAD” tutup Kabid Humas Polda Kalbar Kombes Pol Donny Charles Go. (Liber)

Rabu, 17 Februari 2021

Ditangkap Pada Lokasi Berbeda, 3 Terduga Teroris Diamankan ke Mako Brimob Polda Kalbar

Ditangkap Pada Lokasi Berbeda, 3 Terduga Teroris Diamankan ke Mako Brimob Polda Kalbar.

Kalbar, Pontianak – Kabid Humas Polda Kalbar Kombes Pol Donny Chalres Go mengungkapkan, setidaknya 3 terduga teroris berhasil diamankan Densus 88 Anti Terror Polri di wilayah Kalbar pada Rabu 16 Februari 2021. Penangkapan tersebut berlangsung di 3 lokasi berbeda. Rabu (15/2)

“Detasemen Khusus 88 Anti Terror Polri, mengamankan 3 terduga teroris. Masing-masing diamankan pada lokasi yang berbeda yaitu Kota Pontianak, Kota Singkawang dan Kabupaten Kubu Raya” ungkap Kombes Pol Donny Charles Go 

Ditangkap Pada Lokasi Berbeda, 3 Terduga Teroris Diamankan ke Mako Brimob Polda Kalbar.

Donny merincikan, adapun terduga teroris berinsial RE (28) diamankan di Kota Pontianak, M (20) di Kota Singkawang dan MR (27) di Kabupaten Kubu Raya. 

Ia juga menyebutkan para terduga teroris ini di bawa ke Mako Brimob Polda Kalbar untuk dilakukan pemeriksaan.

Selain itu terkait barang bukti yang diamankan, menurut Donny, Densus 88 bersama tim dari Polda Kalbar masih melakukan penggeledahan terhadap rumah para terduga teroris. 

“Kami masih menunggu update hasil pemeriksaan dari pihak Densus 88” ucap Donny. (Yk/Lb)

Jumat, 18 Desember 2020

Terduga Operator Al-Shabab Dibawa ke AS Terkait Tuduhan Terorisme

Para kombatan Al-Shabab di Lafofe, sekitar 18 kilometers ke selatan Mogadishu, Somalia, 17 Februari 2011.

Borneo Tribun - Kejaksaan Agung AS mengumumkan, Rabu (16/12) bahwa seorang operator dari kelompok teror Al-Shabab dan dituduh berkonspirasi untuk melakukan sebuah serangan mirip 11 September di Amerika telah dibawa ke New York dan menghadapi tuduhan terorisme.

Cholo Abdi Abdullah, pria berkewarganegaraan Kenya, diterbangkan pada Selasa (15/12) dari Filipina di mana dia telah ditahan sejak ditangkap pada Juli 2019. Filipina menyerahkan dia kepada pihak berwenang Amerika pada Selasa (15/12).

Abdullah dituduh berkonspirasi untuk membajak sebuah pesawat komersial dan menjatuhkannya ke sebuah bangunan di Amerika. Sebagai bagian dari persekongkolan ini, Abdullah, menurut tuduhan itu memperoleh pelatihan pilot di Filipina. Rencana ini disusun oleh pemimpin senior Al-Shabab.

Dia dikenakan enam dakwaan yang diumumkan pada Rabu (16/12), dan akan diajukan kepada hakim federal di New York. Dakwaan itu termasuk memberi dukungan material kepada organisasi teroris asing, konspirasi untuk membunuh warga Amerika, dan konspirasi untuk membajak serta menghacurkan sebuah pesawat.

“Kasus ini, yang melibatkan persekongkolan untuk menggunakan sebuah pesawat untuk membunuh orang-orang yang tidak bersalah, mengingatkan kita pada ancaman maut dari teroris Islamis radikal yang masih terus membayang-bayangi negara kita,” kata asisten penuntut John Demers dalam sebuah pernyataan.

“Di manapun teroris merencanakan serangan yang menyasarkan warga Amerika, kami akan mengidentifikasi mereka dan menyeret mereka ke meja hijau.” [jm/pp]

Oleh: VOA Indonesia

Kamis, 17 Desember 2020

Jokowi Serahkan Kompensasi Rp39 Miliar Kepada Korban Terorisme

Penyerahan dana kompensasi kepada korban terorisme sebagai bentuk tanggung jawab negara di Istana Negara , Jakarta, Rabu (16/12). (biro Setpres)

Setelah menunggu sekian lama, negara akhirnya memberikan dana kompensasi kepada korban tindak pidana terorisme.

BorneoTribun | Jakarta - Presiden Joko Widodo menyerahkan langsung dana kompensasi sebesar Rp39,20 miliar kepada 215 korban terorisme dan ahli waris dari korban yang telah meninggal dunia. Korban-korban tersebut terkait dengan 40 peristiwa tindak pidana terorisme masa lalu.

“Hari ini, tadi sudah disampaikan Bapak ketua LPSK, bahwa pembayaran kompensasi sebesar Rp39,20 miliar secara langsung pada 215 korban terorisme dan ahli waris dari korban yang telah meninggal dunia dan yang telah teridentifikasi dari 40 peristiwa masa lalu,” ungkap Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (16/12).

Jokowi menjelaskan dana kompensasi tersebut merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab negara kepada para korban yang telah menunggu selama puluhan tahun lamanya.


Selain dalam bentuk dana, ujar Jokowi, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sejak tahun 2018 juga telah memberikan berbagai bantuan seperti bantuan medis, layanan psikologis, serta rehabilitasi sosial.

Demi mewujudkan komitmen negara untuk pemulihan korban tindak pidana terorisme, melalui Peraturan Presiden (PP) Nomor 35 tahun 2020 ditegaskan bahwa korban tindak pidana terorisme masa lalu berhak memperoleh kompensasi yang bisa diajukan selain oleh korban tindak pidana terorisme, juga oleh keluarga, atau ahli waris atau kuasanya kepada LPSK.
Presiden Jokowi di Istana Negara , Jakarta, Rabu (16/12) mengatakan dana kompensasi kepada korban terorisme sebagai bentuk tanggung jawab negara (biro Setpres)

“Sebelumnya negara juga telah membayarkan kompensasi pada para korban terorisme yang pelaksanaannya dilekatkan pada putusan pengadilan seperti tadi juga disampaikan ketua LPSK, bom gereja oikumene di Kota Samarinda ini 2016, kemudian bom Thamrin di tahun 2016 juga, kemudian penyerangan Polda Sumatera Utara di 2017, kemudian bom Kampung Melayu di 2017 hingga peristiwa terorisme Sibolga tahun 2019 dan lainnya,” jelasnya.

Lebih jauh, Jokowi menyadari bahwa kompensasi yang diberikan oleh negara tentu tidak sebanding dengan penderitaan para korban yang selama puluhan tahun mengalami penurunan kondisi ekonomi akibat tidak mampu untuk mencari nafkah lagi. Belum lagi trauma psikologis yang tentunya susah untuk dihilangkan.

“Kehadiran negara di tengah-tengah para korban semoga mampu memberikan semangat, memberikan dukungan moril untuk melewati situasi yang sangat berat akibat dampak dari terorisme, agar para korban dapat melanjutkan kehidupan dan menatap masa depan lebih optimis lagi,” paparnya.

Pertama Kali Korban Tindak Pidana Terorisme Dapat Kompensasi

Dalam kesempatan yang sama Ketua LPSK Hasto Atmojo Suroyo menjelaskan peristiwa penyerahan dana kompensasi ini adalah sebagai tonggak sejarah terutama bagi korban atau penyintas tindak pidana terorisme masa lalu yang telah menunggu selama kurang lebih 20 tahun untuk mendapatkan kompensasi dari negara.I.

“Ini adalah peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa ini karena inilah kali pertama negara memberikan kompensasi kepada para korban terutama tindak pidana korban terorisme masa lalu,” ungkap Hasto.
Penyerahan dana kompensasi kepada korban terorisme sebagai bentuk tanggung jawab negara di Istana Negara , Jakarta, Rabu (16/12). (biro Setpres)

Adapun dana kompensasi yang diberikan untuk korban meninggal dunia adalah sebesar Rp250 juta, korban dengan kategori luka berat Rp210 juta, korban dengan kategori luka sedang Rp115 juta dan korban dengan kategori luka ringan sebesar Rp75 juta.

Lanjutnya, penyerahan dana kompensasi ini akan terus diberikan hingga Juni 2021. Sampai saat ini masih terdapat ratusan korban tindak pidana terorisme yang masih dalam inventaris dan dalam proses penyelesaian untuk kemudian diberikan dana kompensasi dari negara.

“Mengapa bulan Juni 2021 karena di dalam undang-undang nomor 5 tahun 2018 disebutkan penyelesaian kompensasi untuk korban tindak pidana masa lalu diberi batas waktu 3 tahun setelah undang-undang nomor 5 tahun 2018 di undangkan,” tuturnya.

Dengan waktu yang terbatas ini, pihak LPSK berharap bisa bekerja sama dengan berbagai instansi seperti Kepolisian RI, Densus 88, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung dan Kementerian Keuangan agar proses penyerahan dana kompensasi ini bisa berjalan dengan lancar.
Presiden Jokowi saat berbincang dengan salah satu korban tindak pidana terorisme di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 16 Desember 2020. (Biro: Setpres)

Selain korban tindak pidana terorisme, jelasnya, LPSK selama ini juga telah melayani para korban dan saksi untuk tindak pidana perdagangan manusia, kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak, penyiksaan dan penganiayaan berat, korupsi, termasuk korban pelanggaran HAM yang berat di masa lalu yang perlahan dipulihkan penderitaannya melalui layanan bantuan medis dan psikologis serta rehabilitasi psikososial yang dilaksanakan oleh LPSK.

“Kompensasi yang didapatkan oleh para korban terorisme tentu patut disyukuri mengingat tidak semua korban seberuntung Bapak dan Ibu para korban tindak pidana terorisme ini. Untuk korban pelanggaran HAM yang berat misalnya kompensasi belum bisa diwujudkan karena terhambat aturan bahwa harus ada proses hukum di pengadilan,” jelasnya.

Ia berharap akan ada solusi terbaik bagi para korban-korban lainnya agar keadilan bisa terwujud melalui proses hukum maupun proses non yudisial. [gi/ab]

Oleh: VOA Indonesia

Jumat, 05 Juni 2020

Densus 88 Polda Kalbar Tangkap Terduga Teroris Jaringan ISIS di Sungai Pinyuh


Fhoto : Penggerebekan Kediaman Terduga Teroris Jaringan Isis Di Sungai Pinyuh, Kalbar/ Ist.

BORNEOTRIBUN I SUNGAI PINYUH - Berawal dari unggahan di media sosial Facebook yang berani tampil sebagai relawan ISIS yang dikenalnya di facebook, terduga teroris AR digeledah dan diamankan oleh tim Gabungan Resmob dan Datasemen Khusus Anti Teror Polda Kalbar. Jumat, 5/6/20.

Pelaku berhasil ditangkap dilokasi Depot Air tempatnya bekerja di Jalan Jurusan Pontianak Kelurahan Sungai Pinyuh, Kecamatan Sungai Pinyuh.
Setelah dilakukan penangkapan selanjutnya tim Gabungan Resmob, Densus, Inafis dan Res Mempawah membawa tersangka ke Polsek Sungai Pinyuh untuk dilakukan pemeriksaan awal dan dilakukan Rapid Tes oleh Satgas Covid 19.

Tersangka kemudian di Bawa ke Pontianak ( Mako Brimob ) oleh sebagian Tim Satgas Densus sedangkan sebagian tim satgas densus lainnya melakukan penggeledehan dirumah kediaman  kakek tersangka di Gg Seroja Rt /Rw 001/004 Kelurahan Sungai Pinyuh dengan disaksikan oleh Lurah Sungai Pinyuh dan Wakil Ketua Rt Setempat.

Alhasil dari penggeledahan Tim Densus 88 Polda Kalbar berhasil mengamankan sejumlah barang bukti yang berkaitan dengan aktifitas tersangka sehari-hari berupa 
Dua Buah Pisau Sangkur, Satu Buah Belati, Satu bungkus Black Powder, Dua Bungkus Belerang, Amunisi Senpi Laras Panjang, Topi berlambang ISIS, Jaket Loreng, Hp andorid, Tab dan Hp Lipat, Buku / Lembaran buku Berisikan Jihad, Satu Box peralatan listrik ( Solder, Baterai, Kabel dll), Identitas tersangka ( KTP dan Paspor) dan Buku Rekening tersangka.


Kapolsek Sungai Pinyuh Kompol M.Pangaribuan,SH,MH melakukan Koordinasi dengan pihak pihak terkait ( Lurah ) untuk menyaksikan penggeledahan dan melakukan penggalangan kepada tokoh agama, Ketua Rt dan  Masyarakat di sekitar lokasi kejadian paska kejadian penangkapan sedangkan Unit Intelkam dan Bhabinkamtibmas melaksanakan pembinaan dan penggalangan kepada pihak keluarga tersangka untuk diberikan penjelasan dan pencerahan tentang langkah upaya hukum yang di laksanakan dari pihak Kepolisian.

Bertempat di Ruang Pertemuan Motel Jumbo Sungai Pinyuh telah dilukan gelar ( Konsolidasi) kembali oleh Dir Krimum Polda Kalbar Kombes Pol Veris Septiansyah,S.I.K,SH,MH kepada Satuan Tugas dari Densus 88, Brimob, Krimum Polda Kalbar, Polres Mempawah dan Polsek Sungai Pinyuh terkait dengan penangkapan tersangka terosis ISIS Arif Ridwan dengan beberapa penekanan.

" kita segera melakukan monitoring situasi pasca penangkapan, menghindari tindakan arogansi dan lakukan pendekatan, tidak melakukan ekspose sendiri tetapi harus melalui jenjang dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada kesatuan yang terlibat didalam proses penangkapan tersebut ". Ujar Kapolsek Sungai Pinyuh Kompol M. Pangaribuan.

Pihak kepolisian memprediksi untuk tidak menutup kemungkinan paska penangkapan terhadap tersangka Arif Ridwan dengan status sebagai Kelompok jaringan ISIS memberikan dampak yang besar bagi pihak keluarga dimana pihak keluarga merasa perbuatan Arif Ridwan telah mencoreng nama baik keluarga dan terhadap upaya penggeledahan rumah dan penyitaan terhadap barang bukti yang dilakukan oleh Kepolisian secara Kejiwaan telah menimbulkan truma bagi pihak keluarga.

Tidak menutup kemungkinan paska penggeledahan tersebut terjadi komplain dari pihak keluarga tersangka kepada pihak Kepolisian yang mengamankan barang bukti milik tersangka baik komplain secara terbuka ( Unjuk Rasa ) Atau melalui Jalur Hukum dan tidak menutup kemungkinan masih adanya jaringan-jaringan Radikal lain yang masih aktif dan  belum tersentuh oleh pihak Kepolisian.


Penulis : Tim Liputan
Editor    : Herman

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pilkada 2024

Lifestyle

Tekno