Berita Borneotribun.com: Virus Corona Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Virus Corona. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Virus Corona. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Oktober 2020

Mantan Presiden Honduras Terima Vaksin Uji Coba Virus Corona dari Rusia

Mantan Presiden Honduras Terima Vaksin Uji Coba Virus Corona dari Rusia
Mantan Presiden Manuel Zelaya memimpin anggota oposisi terhadap pemerintahan Presiden Juan Orlando Hernandez dalam pawai untuk memprotes keputusan baru-baru ini oleh pemerintah AS untuk mengakhiri status perlindungan sementara. (Foto: AP)


BorneoTribun | Internasional - Mantan Presiden Honduras, Manuel Zelaya, ikut dalam uji coba Tahap 3 bakal vaksin virus corona. Televisi pemerintah Venezuela menunjukkan Zelaya disuntik vaksin percobaan virus corona Sputnik V Rusia di Caracas hari Senin.


Venezuela adalah negara Amerika Latin pertama yang berpartisipasi dalam proses pengujian.


Pakar-pakar di Barat mempertanyakan kesiapan vaksin Sputnik V untuk uji coba massal. Mereka mengutip fakta bahwa Rusia hanya menguji vaksin itu pada sekelompok kecil sukarelawan sebelum meluncurkan pengujian untuk skala luas.


Presiden Venezuela Nicolas Maduro menepiskan kritik itu. Ia menyatakan senang Zelaya ikut dalam uji coba itu.


Sejauh ini, Venezuela telah mengonfirmasi lebih dari 87.000 kasus virus corona dengan setidaknya 736 kematian. (VOA)

Selasa, 20 Oktober 2020

Jumlah Kasus Virus Corona di Dunia Lampaui 40 Juta

Jumlah Kasus Virus Corona di Dunia Lampaui 40 Juta
Seorang perempuan mengenakan masker dan pelindung wajah berdoa saat pemakaman seorang kerabat di pemakaman khusus jenazah pasien Covid-19 di TPU Pondok Rangon, Jakarta, 24 September 2020. (Foto: Reuters)


BorneoTribun - Kasus penularan virus corona yang dikonfirmasi di dunia kini melampaui 40 juta. Menurut Pusat Data Virus Corona Johns Hopkins University, sudah lebih dari 40 juta orang tertular virus tersebut sampai Senin (19/10) pagi, dan lebih dari 1,1 juta orang meninggal.


Di antara yang tertular virus tersebut adalah Saeb Erekat, perunding kawakan Palestina, yang juga sekjen Organisasi Pembebasan Palestina. Ia dilarikan ke rumah sakit Yerusalem pada hari Minggu (18/10), di mana ia dipasangi ventilator. Erekat, usia 65 tahun, yang didiagnosis Covid-19 pada awal bulan ini, menjalani transplantasi paru di Amerika pada 2017. Ini membahayakan sistem kekebalannya dan membuatnya sangat rentan terhadap virus itu.


Juru bicara Hadassah Medical Center mengatakan, Senin (19/10), kondisi Erekat memburuk dan "kini dinyatakan kritis."


Pejabat lain yang mengidap Covid-19 adalah Menteri Kesehatan Afrika Selatan Zweli Mkhize.


Kantor berita Associated Press melaporkan, Iran telah mengkonfirmasi 337 kematian akibat virus baru corona, memecahkan rekor jumlah kematian dalam satu hari di negara itu, 279, yang ditetapkan pada hari Minggu (18/10).


Sementara ilmuwan di seluruh dunia berlomba membuat obat dan akhirnya vaksin bagi virus baru corona itu, Vaxart, satu dari banyak perusahaan yang sedang membuat vaksin, kini dalam penyelidikan federal. Perusahaan bioteknologi berbasis di Amerika itu diduga membesar-besarkan keterlibatannya dalam program pengembangan vaksin bernilai miliaran dolar pemerintahan Trump.


Perusahaan itu mengklaim dalam siaran pers Juni lalu bahwa vaksin oral eksperimental buatannya telah dipilih Operation Warp Speed. Saham perusahaan itu langsung melonjak dari $3 menjadi $17 per saham. (VOA)

Senin, 19 Oktober 2020

Sebanyak 68 Sekolah di Sanggau Siap Belajar Tatap Muka

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sanggau Sudarsono
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sanggau Sudarsono. (Foto: BT/LB)


BorneoTribun | Sanggau, Kalbar - Sebanyak 68 sekolah jenjang SD dan SMP di Kabupaten Sanggau telah melakukan persiapan pembelajaran tatap muka sesuai daftar periksa SKB 4 menteri di tengah pandemi Covid-19. 


Puluhan sekolah itu pun sudah diminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat untuk dilakukan verifikasi oleh Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sanggau.


“Hampir semua sekolah baik SD maupun SMP sudah mengirim data daftar periksa sesuai SKB 4 menteri ke kami. Dari data itu kami menyeleksi kembali sekolah mana saja yang kita usulkan untuk diverifikasi oleh Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sanggau,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sanggau Sudarsono, Jumat (16/10/2020).


Ia menyebut, pihaknya juga sudah menyurati Bupati Sanggau selaku Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sanggau tertanggal 7 Oktober 2020. Surat tersebut terkait permohonan verifikasi kesiapan sekolah dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas.


“Ada 68 sekolah jenjang SD maupun SMP yang kami rekomendasikan untuk uji coba pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas. Puluhan sekolah baik negeri dan swasta ini sebelumnya telah memenuhi persyaratan setelah dilakukan seleksi administrasinya terhadap daftar periksa yang dikirim sekolah ke kami,” jelas Sudarsono.


Tim Satgas Penanganan Covid-19, lanjut dia, akan melakukan pengecekan langsung ke sekolah terkait persiapan sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19 pada SKB 4 menteri.


“Ketika sudah terpenuhi semuanya, maka akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab. Yang kita minta untuk diprioritaskan adalah guru dan tenaga pendidik,” ujar Sudarsono.


Pemeriksaan Swab, sambung Sudarsono juga akan dilakukan kepada peserta didik.


“Kemungkinan siswanya kita sampel juga karena tidak semua siswa yang kita rekomendasikan untuk ikut pembelajaran tatap muka. Untuk SD siswa kelas atas yakni kelas 6, begitu juga dengan SMP untuk siswa kelas 9. Itu nanti yang kita minta dilakukan swab,” pungkasnya. (YK/LB)

Pangdam XII/TPR : Penanganan Covid-19 Libatkan Segenap Penthahelix

Pangdam XII/TPR : Penanganan Covid-19 Libatkan Segenap Penthahelix
rapat secara virtual membahas tentang perkembangan penanganan Covid-19 di wilayah Kogabwilhan I dari ruang rapat Puskodalopsdam XII/Tpr. (Foto: HMS/LB)


BorneoTribun | Kubu Raya, Kalbar - Senin (18/10/20) - Panglima Kodam XII/Tanjungpura, Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad didampingi Kasdam XII/Tpr, Brigjen TNI Djaka Budhi Utama serta PJU Kodam XII/Tpr mengikuti rapat secara virtual membahas tentang perkembangan penanganan Covid-19 di wilayah Kogabwilhan I dari ruang rapat Puskodalopsdam XII/Tpr.


Sedangkan rapat dipimpin oleh Panglima Kogabwilhan I Laksamana Madya I Nyoman Gede Ariawan, S.E, M.M. Diikuti juga oleh Pangdam I/Bukit Barisan, Pangdam II/Sriwijaya, Pangdam III/Siliwangi, Pangdam IM, Pangdam Jaya, Pangkormada I, Pangkoops AU I dan Pangkohanudnas.


Pangkogabwilhan I Laksda Nyoman Gede Ariawan, S.E, M.M., dalam kesempatan tersebut menyampaikan, trend kasus terkonfirmasi Covid-19 di wilayah Kogabwilhan I masih mengalami kenaikan. 


Menurut Pangkogabwilhan I hal tersebut terjadi karena ketidakdisiplinan, menganggap remeh bahkan ada sebagian masyarakat yang meyakini bahwa Covid-19 tidak ada. 


Untuk itu Pangkogabwilhan I menekankan kepada para Pangkotama beserta jajarannya untuk  melaksanakan operasi pendisiplinan protokol kesehatan secara terus menerus dan berkelanjutan.


"Sosialisasikan 3 M memakai masker menjaga jarak dan mencuci tangan secara terus menerus kepada keluarga, lingkungan tempat tinggal dan di lingkungan dinas para prajurit kita. Hindari kerumunan dan jauhi keramaian," tegas Pangkogabwilhan I.


Sedangkan Pangdam XII/Tpr, Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad dalam kesempatan tersebut melaporkan kepada Pangkogabwilhan I bahwa pelaksanaan penanganan Covid-19 di wilayah Kodam XII/Tpr saat ini mengerahkan segenap komponen penthahelix yang ada di wilayah kodam. 


"Salah satunya yang kami lakukan,  sekarang memberikan pendampingan terhadap 4 sekolah SMU di Pontianak. Saat sekarang ini sudah berjalan satu bulan melaksanakan belajar tatap muka. Dengan adanya kita bentuk pelatihan Satgas Disiplin Protokol Kesehatan dilingkungan sekolah maupun pesantren pelaksanaannya berjalan lancar dan tidak ada guru maupun murid yang terkonfirmasi Covid-19," ungkap Pangdam.


Selain itu, Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad juga melaporkan terkait dengan penanganan PMI di tiga PLBN di Kalbar yaitu Aruk, Entikong dan Nanga Badau.


"Sampai dengan saat sekarang ini Kodam XII/Tpr sudah berhasil melaksanakan evakuasi PMI dari perbatasan baik itu dari Aruk, Entikong dan Badau. Kurang lebih 44. 274 PMI,  berjalan aman dan lancar, serta semuanya bisa kembali ke daerah masing-masing," pungkas Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad. (Yk/Lb/Pendam XII/Tpr)

Minggu, 18 Oktober 2020

Cegah Penyebaran Covid-19, Koramil Entikong Terapkan Protokol Kesehatan Bagi PMI

Cegah Penyebaran Covid-19, Koramil Entikong Terapkan Protokol Kesehatan Bagi PMI
Koramil 1204-21/Entikong terapkan protokol kesehatan kepada para PMI yang masuk ke wilayah Indonesia melalui PLBN Entikong. (Foto: BT/LB)


BorneoTribun | Sanggau, Kalbar - Minggu (18/10/20) - Dalam rangka adaptasi kebiasaan baru untuk mencegah penyebaran Covid-19, Koramil 1204-21/Entikong terus melakukan upaya memutus mata rantai penyebaran virus dengan menerapkan protokol kesehatan kepada para PMI yang masuk ke wilayah Indonesia melalui PLBN Entikong.


Dalam hal ini, Koramil 1204-21/Entikong bersama dengan Polri, Imigrasi, P4TKI dan Karantina Kesehatan bersama melakukan pemeriksaan terhadap para PMI. Petugas gabungan menerapkan protokol kesehatan yang ketat mulai dari pintu kedatangan. 


Para PMI diwajibkan mencuci tangan, kemudian memasuki chumber disinfektan, berikut barang bawaan juga disemprot disinfektan. Selanjutnya, selain diperiksa secara administrasi mereka juga dilakukan rapid test untuk deteksi dini.


Danramil 21/Entikong, Mayor Inf Arman S., mengungkapkan, hari ini sebanyak 102 orang PMI masuk melalui wilayah Entikong, 101 orang melalui PLBN Entikong dan 1 orang masuk melalui jalur tidak resmi.


Masih ditemukannya PMI yang masuk melalui jalur tidak resmi, Danramil berharap kepada PMI yang akan masuk ke wilayah Indonesia agar melewati PLBN yang sudah ada.


"Dengan begitu akan memudahkan petugas melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan ini penting dilakukan karena mereka PMI berasal dari daerah pandemi. Jangan sampai mereka kembali ke Indonesia dalam kondisi terpapar virus, sehingga akan menambah jumlah orang terkonfirmasi Covid-19," harap Kapten Arman S., mengakhiri. (Yk/Lb/Pendam XII/Tpr)

Sabtu, 17 Oktober 2020

Diduga Terkena Setelah Mengamankan Demo, 5 Polisi di Bekasi Positif Covid-19

Diduga Terkena Setelah Mengamankan Demo, 5 Polisi di Bekasi Positif Covid-19
Ilustrasi polisi mengamankan aksi dmeo. (Agung Pambudhy/detikcom)


BorneoTribun | Bekasi - Lima anggota Polres Metro Bekasi yang melaksanakan pengamanan demo omnibus law UU Cipta Kerja dinyatakan positif Corona. Saat ini kelima personel tersebut menjalani isolasi mandiri.


"Iya, jadi gini, kemarin ada lima orang, (terdiri) dari 3 orang dari (Polsek) Cikarang Barat, 1 dari Kapolsek Serang, 1 dari Kapolsek Muara Gembong (diduga terpapar) setelah demo," kata Kapolres Metro Bekasi Kombes Hendra Gunawan saat dilansir dari detikcom, Sabtu (17/10/2020).


Hal ini diketahui setelah personel yang melaksanakan unjuk rasa dilakukan swab test pascademo selama tiga hari berturut-turut pada 5-8 Oktober. Swab test dilaksanakan pada Minggu (11/10).


"Ini masih di-tracing ya, apakah terpaparanya dari tempat demo atau bukan. Tapi yang jelas hasil swab test-nya didapatkan pascademo," kata Hendra.


"Ada yang di-swab-nya tanggal 11 Oktober. Swab-nya mandiri ya, di-swab pascademo. Baru keluar hasilnya tanggal 13 Oktober," sambung Hendra.


Selain kelima orang tersebut, ada tiga lainnya yang dinyatakan positif Corona, sehingga total personel Polres Metro Bekasi yang terpapar Corona ada delapan personel.


"Yang lainnya ada tiga orang lagi. Tiga itu swab test tanggal 6 Oktober. Yang tiga itu sebelum kan itu prademo ya, kita lakukan pengamanan juga dan pascademo lima (polisi) lagi (kena Corona)," kata Hendra.


Hendra mengatakan saat ini seluruh personel tersebut menjalani isolasi. "Saat ini semuanya isolasi mandiri," tandasnya.


Seperti diketahui, demo penolakan omnibus law UU Cipta Kerja terjadi selama sepekan berturut-turut sejak Kamis (8/10). Demo massa buruh yang digelar di Bekasi terjadi di kawasan industri EJIP, Jababeka, hingga MM 2100.


Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana mengingatkan kepada massa untuk mewaspadai munculnya klaster demo akibat kerumunan massa ini.


"Jangan sampai para pengunjuk rasa menjadi klaster penyebaran atau penularan karena sudah pasti mereka berkerumun, sehingga penularan cepat dan jangan mengorbankan pengunjuk rasa ini," ujar Nana di Mapolda Metro Jaya, Jalan Sudirman, Jakarta, Senin (12/10/2020). (red)

WHO: Kasus Baru Covid-19 Per Hari Mencatat Rekor Tertinggi di Dunia

WHO: Kasus Baru Covid-19 Per Hari Mencatat Rekor Tertinggi di Dunia
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memberikan keterangan pers di Jenewa, Swiss


BorneoTribun | Internasional - Kasus Covid-19 per hari telah memecahkan rekor di seluruh dunia, khususnya di Eropa dan Amerika. Demikian dinyatakan oleh WHO pada hari Jumat (16/10).


Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam sebuah briefing di Jenewa, kasus yang memecahkan rekor dilaporkan dalam empat hari terakhir.


“Kita harus ingat bahwa ini adalah pandemi yang tidak merata,” kata Ghebreyesus.


“Negara-negara memberi tanggapan berbeda, dan masing-masing negara juga mengalami dampak (pandemi) yang berbeda pula. Hampir 70% dari semua kasus yang dilaporkan secara global minggu lalu berasal dari 10 negara, dan hampir setengahnya berasal dari hanya tiga negara,” tambahnya.


Amerika menyaksikan paling banyak kasus baru dalam kurun 24 jam dibandingkan negara lain. Hari Jumat (16/10), AS melaporkan 63.610 kasus baru dan secara keseluruhan telah mencapai sedikitnya 7,98 juta kasus, demikian dilaporkan oleh Johns Hopkins University Coronavirus Resource Center.


Amerika memimpin dalam jumlah korban tewas akibat COVID 19, dan Johns Hopkins melaporkan 820 kematian baru, sehingga menaikkan total korban tewas pada Jumat paling sedikit 218 ribu.


Kenaikan di Amerika diawali dengan laju infeksi yang meningkat di negara bagian Texas, Illinois, Wisconsin, Florida, dan California, demikian menurut data Johns Hopkins.


Sementara itu Maria van Kerkhove dari WHO memberi tahu reporter bahwa 80% dari negara-negara Eropa juga menyaksikan kenaikan kasus COVID 19.


Di Inggris, menurut Johns Hopkins University, hampir 19 ribu kasus baru diidentifikasi pada Jumat. PM Boris Johnson mengancam akan memaksa Manchester memberlakukan pembatasan paling ketat setelah pejabat disana menolak memberlakukan pembatasan di daerah dengan laju infeksi tinggi. (VOA)

Kamis, 15 Oktober 2020

Senyawa Potensial Calon Penyembuh COVID-19 Unair untuk Diuji pada Manusia

Senyawa Potensial Calon Penyembuh COVID-19 Unair untuk Diuji pada Manusia
Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Mohammad Nasih.

BorneoTribun | Surabaya - Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Mohammad Nasih menyampaikan perkembangan potensi senyawa calon obat COVID-19. Atau obat baru yang sedang diteliti oleh tim peneliti Unair.

Senyawa ini diuji secara in vitro (uji pada media buatan), uji lab memiliki kekuatan yang lebih baik dari pada obat yang telah diuji.

"Dalam beberapa minggu ke depan kami siap meminta izin uji klinis. Artinya akan terus diproses mendekati final agar uji coba pada manusia bisa dilakukan. Prosesnya pasti lama sekali untuk obat baru ini," M Nasih kepada wartawan di Gedung Rektorat, Kampus C Universitas Airlangga, Kamis (15/10/2020).

Kini, lanjut Nasih, obat baru ini mendekati final untuk in vitro. Tinggal beberapa langkah lagi, Unair bisa melakukan uji klinis selanjutnya.

Dari lima senyawa yang sudah diolah, hanya satu yang menjanjikan, yaitu Unair Tiga. Kemudian Unair akan mematenkannya.

“Obat baru sudah kita invensi dari awal dan kita patenkan. Sekarang kita kerja sama dengan Kimia Farma untuk bisa memproses paten ini, karena beberapa alasan karena kita butuh konsultan untuk proses patennya,” jelasnya.

Menurutnya, meski nantinya sudah dipatenkan pun, masih menjadi bakal calon obat COVID-19. Sebab, belum diuji klinis dan masih tahap in vitro. “Karena masih perlu beberapa langkah untuk menjadi calon obat,” ujarnya.

Tetapi, kata Nasih, Unair harus mempatenkan terlebih dulu. Sehingga, ketika ada orang lain yang akan menggunakan senyawa tersebut, harus meminta izin kepada yang punya paten, yakni Unair.

“Harus disebutkan di tabel bahwa ramuan Unair Tiga adalah zat anti virus yang kita temukan. Sedangkan namanya Unair Tiga. Kemarin ada Unair Satu, dua, tiga, empat dan lima. Hasilnya Unair Tiga proses jalannya bagus , "pungkasnya. (YK/ER)

Rabu, 14 Oktober 2020

Tahun 2021 Inggris Setuju Kirim 100jt Vaksin Korona ke Indonesia

Tahun 2021 Inggris Setuju Kirim 100jt Vaksin Corona ke Indonesia
Ilustrasi/Foto: iStock


BorneoTribun | Jakarta - Perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca telah bersedia menyediakan 100 juta vaksin korona untuk Indonesia. 


Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi saat melakukan kunjungan ke Inggris bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.


Retno mengatakan vaksin korona tersebut baru akan tersedia 2021. Pengiriman akan dilakukan secara bertahap dan diharapkan bisa dikirim mulai semester pertama tahun depan.


"Pertemuan dengan jajaran pimpinan AstraZeneca telah berjalan dengan baik. 


Indonesia sudah mengajukan permintaan 100jt vaksin korona untuk tahun 2021, AstraZeneca menyambut baik permintaan tersebut. Pengiriman pertama diharapkan dilakukan pada semester pertama 2021 dan dilakukan bertahap, ”kata Retno dalam konferensi virtual, Rabu (14/10/2020).


Retno menjelaskan bahwa vaksin korona AstraZeneca merupakan salah satu kandidat vaksin korona yang tercatat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasuki tahap uji klinis ketiga. 


Selain vaksin korona, AstraZeneca juga disebut-sebut siap menjalin kerja sama jangka panjang, termasuk kerja sama dengan Indonesia.


"AstraZeneca juga sangat tertarik untuk membangun kerja sama dan kolaborasi strategis jangka panjang dengan Indonesia," tuturnya.


Dalam pertemuan tersebut, kedua menteri juga bertemu dengan CEO CEPI untuk membahas peluang kerjasama strategis yang bisa dilakukan keduanya.


Retno mengatakan Bio Farma akan menggelar uji tuntas dengan CEPI (Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi) yang nantinya akan memperluas jaringan kerja sama pengembangan vaksin.


"Bio Farma berencana melakukan kerja sama dengan CEPI. Pengembangan manufacturing vaksin," jelasnya. (YK/ER)

Pakar Pertanyakan Rencana Pemerintah Lakukan Vaksinasi November

Pakar Pertanyakan Rencana Pemerintah Lakukan Vaksinasi November
Seorang tenaga medis memegang botol kecil dengan stiker bertuliskan "Vaksin Covid-19" dan suntikan dalam foto ilustrasi, 10 April 2020. (Foto: Reuters)


BorneoTribun | Jakarta
- Pemerintah Indonesia akan mulai menerima kiriman vaksin pada November 2020. Sejumlah persiapan telah dilakukan, termasuk memilih fasilitas kesehatan untuk pemberian vaksin tersebut, bulan itu juga.


Namun, muncul keraguan dari pakar mengenai keputusan tersebut. Tidak ketinggalan Prof Dr Kusnandi Rusmil, yang merupakan Ketua Tim Uji Riset Vaksin Covid 19, Universitas Padjajaran, Bandung.


“Kalau kita kan berpikir secara ilmiah, kalau presiden dan yang lain-lainnya berpikir bagaimana caranya supaya penyakit ini cepat hilang. Karena penyakit ini walapun bagaimana, di dunia itu sudah 20 juta (yang terinfeksi) dan yang meninggal banyak. Jadi itu menyebabkan gangguan ekonomi, gangguan segala macam, tidak stabil dan sebagainya. Tapi kalau menurut saya ya, vaksin yang dicoba di kita itu memang belum selesai. Jadi kita harus menunggu sampai bulan Januari, kalau menurut saya begitu. Sebaiknya ya, sebaiknya,” ujar Kusnandi.


Kusnandi menyampaikan pendapatnya itu, di akhir acara pemaparan hasil survei "Pemahaman dan Kepercayaan Masyarakat terhadap Vaksin dan Obat Covid 19". Survei itu sendiri dilakukan oleh peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Magisten Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta, dan Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Resiko Bencan (FPT PRB). Pemaparan dilakukan secara daring pada Selasa (13/10) dengan menghadirkan sejumlah peneliti dan penanggap.


Tiga Bulan Terlalu Cepat


Lebih jauh, Kusnandi mengatakan ada tiga hal yang harus menjadi perhatian dalam tahap ujicoba vaksin. Ketiganya adalah keamanan vaksin, imunogenisitas, dan efikasi.


Imunogenisitas adalah kemampuan vaksin memicu respons imun dari tubuh manusia, sedangkan efikasi adalah kemampuan vaksin memberikan manfaat bagi penerima imunisasi. Kondisi tersebut, lanjut Kusnandi, tidak dapat diketahui dalam ujicoba selama bulan, setidaknya harus menunggu enam bulan dan bahkan waktu setengah tahun ini masih bisa dianggap terlalu singkat.


Apalagi untuk mengetahui efikasi, menurut Kusnandi, harus ada kontak dengan seseorang yang terkena infeksi. Apakah seseorang tertular setelah menjalani kontak, dan pemeriksaan dilakukan melalui swab. Sekali lagi, Kusnandi mengatakan waktu tiga bulan tidak cukup. Banyak pihak, termasuk WHO dan pemerintah yang meminta proses itu dapat dipercepat karena kondisi pandemi.


“Pengembangan vaksin itu biasanya belasan tahun, asal tahu saja semuanya, ya. Biasanya pengamatan itu belasan tahun. Sekarang kita diperintahkan untuk satu tahun, itu loh Itu kasarnya. Uji fase ketiga ini analisa hasilnya paling cepat Januari 2021, kalau kita mau bener-bener,” tambah Kusnandi.


Tim yang dipimpin Kusnadi saat ini tengah menjalankan fase ketiga ujicoba vaksin buatan Indofarma dan Sinovac. Mereka akan membuat laporan kepada Biofarma, yang kemudian meneruskannya ke BPOM. Lembaga inilah yang akan memutuskan, apakah vaksin lolos atau tidak. Kusnandi mengingatkan, di seluruh dunia sampai saat ini belum ada produk vaksin yang menyelesaikan tahap ujicoba ketiga.


Vaksin Tindakan Hati-Hati


Ahli Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia, dr Pandu Riono juga mempertanyakan soal rencana vaksin ini.


“Sampai sekarang belum ada vaksin. Walaupun sampai November, belum ada vaksin. Itu yang dibeli pemerintah itu baru kandidat, itu trik dagang, hati-hati. Semacam ijon, itu bahaya sekali. Menurut saya, sabar saja, kan WHO sudah memberikan fasilitas akses pada vaksin,” ujar Pandu.


Kehati-hatian luar biasa harus diterapkan, lanjut Pandu, sambil memberi contoh uji vaksin demam berdarah yang tengah berjalan. Vaksin demam berdarah telah diujicoba di berbagai negara dan lolos fase ketiga. Saat akan diluncurkan untuk fase keempat, ditemukan situasi yang membahayakan. Pandu menyebut, pemerintah Filipina bahkan harus menerima gugatan karena problem efek samping ini.


“Ini bukan main main, kita memasukkan virus dan zat lainya ke tubuh. Walaupun secara teori aman, tetapi belum tentu aman. Kita perlu hati-hati luar biasa,” lanjutnya.


Setiap tindakan, kata Pandu harus didasarkan pada otoritas keilmuan, bukan pemerintah. Karena itulah, menurut Pandu akan sangat berbahaya jika November mendatang vaksin akan masuk dan digunakan. Dia ingin seluruh proses dibicarakan secara terbuka oleh para ahli, karena ini adalah masalah bersama.


Responden Ragukan Obat dan Vaksin


Sementara itu, survei menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat ragu-ragu hingga tidak setuju jika harus menggunakan obat atau vaksin Covid 19. Dari penelitian ini terungkap data, 70 persen responden menyatakan keragu-raguan hingga ketidakbersediaaan, jika mengkonsumsi obat Covid-19 hasil kerjasama Universitas Airlangga, Badan Intelijen Negara (BIN) dan TNI Angkatan Darat.


Terkait vaksin, sebanyak 69 persen responden menyatakan keragu-raguan hingga ketidakbersediaan, ketika harus mengonsumsi vaksin hasil kerja sama Biofarma dan Sinovac. Sementara 56 persen responden mengungkapkan hal yang sama, terkait vaksin Merah Putih dari Biofarma dan Lembaga Biologi Molekular Eijkman.


Mengenai kenyataan bahwa proses penyediaan obat dan vaksin masih membutuhkan waktu lama, responden juga memahami.


“Kecenderungannya lebih ke setuju, ketika ditanya tentang proses penyediaan kedua intervensi ini masih panjang,” kata Irma Hidayana Ph D, dari LaporCovid19 yang turut memaparkan hasil penelitian.


Sementara, peneliti yang lain, Dicky Pelupessy Ph D menyebut, penelitian ini juga mengungkap bahwa masyarakat memahami pandemi berdampak pada kondisi kesehatan. Namun di sisi yang lain mereka masih ragu terhadap pemakaian obat dan vaksin Covid 19.


“Menurut kami, perlu ada langkah evaluatif dari pemerintah terkait pengembangan dan pembuatan vaksin, terutama janji ketersediaan vaksin,” kata Dicky.


Para peneliti juga memandang masyarakat perlu diyakinkan sehingga penerimaan mereka lebih baik dalam soal obat dan vaksin. Namun upaya itu harus berbasis langkah ilmiah. Rekomendasi lain dari peneliti adalah bahwa penyediaan vaksin dan obat hanya salah satu upaya. Perlu strategi menyeluruh pengendalian Covid 19, baik itu testing, tracing dan isolasi, intervensi sosial serta penerapan protokol kesehatan 3M. (YK/VOA)

Hukum

Peristiwa

Pilkada 2024

Kesehatan

Lifestyle

Tekno