12 Tewas dalam Ledakan di Masjid Kabul
Sejumlah jurnalis memotret dan mengambil gambar di dalam sebuah masjid setelah ledakan di distrik Shakar Dara, di Kabul, Afghanistan, 14 Mei 2021. (Foto: Rahmat Gul/AP) |
-->
Sejumlah jurnalis memotret dan mengambil gambar di dalam sebuah masjid setelah ledakan di distrik Shakar Dara, di Kabul, Afghanistan, 14 Mei 2021. (Foto: Rahmat Gul/AP) |
Warga Afghanistan berada di dekat puing-puing ledakan tanki BBM di pinggiran Kabul, Minggu (2/5). |
Shakila Zareen bersama Perdana Menteri Kanada. (Foto: Courtesy) |
Perempuan Afghanistan korban kekerasan dalam rumah tangga, kini tinggal di Kanada. (Foto: VOA) |
Perempuan Afghanistan korban kekerasan dalam rumah tangga, kini tinggal di Kanada. (Foto: Courtesy) |
Delegasi pemerintah Afghanistan tiba di Doha, Qatar Sabtu (12/9). |
BORNEOTRIBUN -- Perwakilan dari faksi-faksi yang bertikai di Afghanistan telah berkumpul di Qatar untuk negosiasi perdamaian bersejarah yang ditengahi Amerika mulai hari Sabtu (12/9). Pertemuan itu bertujuan untuk menemukan penyelesaian politik bagi perang panjang di negara Asia selatan itu.
Dilansir dari voaindonesia.com, Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo juga tiba Jumat di ibu kota Qatar, Doha, untuk menghadiri upacara khusus akhir pekan ini bersama para pejabat asing lainnya yang menandai dimulainya apa yang secara resmi dikenal sebagai negosiasi intra-Afghanistan.
Dialog itu akan membawa para negosiator pemberontak Taliban yang berbasis di Doha dan delegasi yang ditunjuk pemerintah Afghanistan ke meja perundingan.
Zalmay Khalilzad, utusan Amerika untuk rekonsiliasi Afghanistan, mengatakan kepada para wartawan pada malam pembicaraan bahwa setelah upacara hari Sabtu, warga Afghanistan akan bernegosiasi satu sama lain, tanpa mediator atau fasilitator.
“Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun, warga Afghanistan akan duduk bersama, delegasi pemerintah yang termasuk orang-orang yang bukan bagian dari pemerintah, serta empat wanita, masyarakat sipil, kelompok-kelompok politik yang sangat terhormat akan duduk bersama dengan delegasi resmi Taliban, kata Khalilzad.
Diplomat veteran kelahiran Afghanistan itu mengatakan kedua tim perunding akan berdiskusi dan “mudah-mudahan mencapai kesepakatan tentang peta jalan politik untuk mengakhiri perang destruktif yang telah dialami Afghanistan.”
Salah satu pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, usai menandatangani kesepakatan dengan Amerika Serikat, di Doha, Qatar, 29 Februari 2020. (Foto: AFP) |
BORNEOTRIBUN -- Faksi-faksi yang bertikai di Afghanistan mengumumkan bahwa mereka akan memulai pembicaraan perdamaian langsung pertama mereka pada Sabtu (12/9) di Qatar. Mereka akan membahas penyelesaian politik untuk konflik yang sudah berlangsung lama di negara itu.
Dialog penting itu ditengahi Amerika dan secara resmi dikenal sebagai negosiasi intra-Afghanistan. Kedua pihak mengumumkan pada Kamis (10/9) bahwa tim perunding yang ditunjuk pemerintah Afghanistan dan lawan bicara mereka dari pemberontak Taliban akan duduk di meja perundingan di Doha, ibu kota Qatar.
Di Washington, Presiden Amerika Donald Trump memuji kemajuan dalam proses perdamaian Afghanistan itu dan menyebutnya sebagai hasil "upaya diplomatik yang berani" dari pemerintahannya untuk membantu mengakhiri perang selama hampir 20 tahun di negara Asia Selatan itu.
"Bisa saya sampaikan dengan sangat bangga bahwa Menteri Luar Negeri Mike Pompeo akan berangkat malam ini, dalam perjalanan bersejarah ke Doha untuk awal perundingan perdamaian intra-Afghanistan," kata Trump kepada wartawan.
Pembicaraan itu bermula dari perjanjian yang dicapai Amerika dengan Taliban di Doha pada Februari lalu untuk menarik keluar pasukan Amerika dari Afghanistan dan menyudahi perang terpanjang yang melibatkan Amerika, dan merenggut nyawa lebih dari 2.400 personel Amerika.
Trump mencatat, tidak ada personel militer Amerika yang terbunuh sejak penandatanganan pakta itu.
Kesepakatan itu mengharuskan pemberontak menghentikan segera serangan terhadap pasukan koalisi pimpinan Amerika dan membuka pembicaraan perdamaian dengan kelompok-kelompok yang bertikai di Afghanistan. Kesepakatan itu juga mengikat Taliban untuk tidak menjadikan Afghanistan sebagai tempat melancarkan aksi terorisme internasional.
Sebagai imbalannya, Amerika telah mengurangi pasukannya di Afghanistan menjadi sekitar 8.600 dari sekitar 13.000 pada saat penandatanganan kesepakatan itu. Diperkirakan, semua pasukan asing keluar dari Afghanistan pada Juli 2021.
Sumber: www.voaindonesia.com
Subscribe di situs ini untuk mendapatkan update berita terbaru