Berita Borneotribun: Antariksa Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Antariksa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Antariksa. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Juni 2025

Misi Bersejarah! Zond Jepang Resilience Siap Mendarat di Bulan, Tampilkan Video dari Ketinggian 100 Km

Misi Bersejarah! Zond Jepang Resilience Siap Mendarat di Bulan, Tampilkan Video dari Ketinggian 100 Km
Misi Bersejarah! Zond Jepang Resilience Siap Mendarat di Bulan, Tampilkan Video dari Ketinggian 100 Km.

JAKARTA -- Halo sobat luar angkasa! Dunia antariksa lagi ramai banget nih. Kali ini datang kabar super menarik dari Jepang. Sebuah perusahaan swasta asal Negeri Sakura, ispace, lagi-lagi bikin gebrakan dengan misi luar angkasa mereka. Nama misinya? Resilience yang artinya “ketangguhan”. Cocok banget sama semangat mereka yang nggak nyerah walau sempat gagal sebelumnya.

Tampil Beda: Video Bulan dari Dekat Banget!

Menjelang momen penting, ispace ngerilis sebuah video yang bikin mata terpukau. Video ini diambil dari jarak hanya 100 kilometer dari permukaan Bulan! Bayangin deh, kamu bisa lihat jelas banget kawah-kawah dan permukaan Bulan yang biasanya cuma terlihat buram dari Bumi. Gambarannya bener-bener detail, sampai-sampai serasa kita ada di sana.

Target: Mendarat di "Laut Dingin"

Rencananya, modul pendarat Resilience ini bakal mendarat di daerah yang disebut Mare Frigoris alias "Laut Dingin"—lokasinya ada di belahan utara Bulan yang menghadap ke Bumi. Kalau semuanya sesuai rencana, pendaratan akan dilakukan pada 6 Juni pukul 04.24 waktu Jepang (atau 5 Juni pukul 22.24 WIB). Kabar baiknya, momen ini bakal disiarkan langsung lewat YouTube, jadi kamu bisa ikut nonton bareng dunia!

Misi Kedua, Tekad Lebih Kuat

Kalau kamu ingat, ini bukan kali pertama ispace mencoba mendarat di Bulan. Di tahun 2023, mereka udah nyoba lewat Hakuto-R Mission 1, tapi sayangnya gagal. Tapi namanya juga Resilience, mereka belajar dari kesalahan dan balik lagi dengan persiapan yang lebih matang. Kali ini, mereka pakai jalur perjalanan dengan konsumsi energi rendah. Artinya? Perjalanan jadi lebih lama, tapi lebih efisien. Resilience berhasil masuk ke orbit Bulan pada 6 Mei lalu, dan sekarang tinggal selangkah lagi menuju sejarah.

Ada Apa di Dalam Resilience?

Bukan cuma sekadar mendarat, Resilience juga bawa rover kecil bernama Tenacious. Beratnya cuma 5 kilogram, tapi tugasnya nggak main-main: meneliti langsung permukaan Bulan! Selain itu, ada juga disk khusus berisi data UNESCO dalam 275 bahasa, sebagai simbol warisan pengetahuan manusia. Keren banget, kan?

Gimana Kalau Gagal Lagi?

Tenang, mereka udah siapin rencana cadangan. Kalau kondisi di tempat utama nggak mendukung, mereka masih punya dua titik alternatif untuk mendarat. Jadi, misi ini tetap punya peluang sukses walau rintangannya cukup besar.

Ayo Saksikan Sejarah Terjadi!

Kalau berhasil, Resilience akan jadi tonggak penting bukan cuma buat Jepang, tapi juga buat dunia antariksa global. Ini bukti kalau bukan cuma lembaga pemerintah kayak NASA atau ESA yang bisa ke Bulan, tapi juga perusahaan swasta yang punya visi besar.

Jadi, siap-siap begadang ya! Siapa tahu, kamu jadi saksi sejarah saat manusia makin dekat dengan masa depan eksplorasi luar angkasa. Jangan lupa pantengin YouTube buat nonton live-nya!

Misteri Garis Gelap di Mars Terpecahkan: Bukan Air, Tapi Angin dan Debu!

Misteri Garis Gelap di Mars Terpecahkan: Bukan Air, Tapi Angin dan Debu!
Misteri Garis Gelap di Mars Terpecahkan: Bukan Air, Tapi Angin dan Debu!

JAKARTA -- Kamu mungkin pernah lihat foto Mars dengan garis-garis gelap misterius yang memanjang di permukaannya. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan menduga bahwa garis-garis itu terbentuk oleh aliran air di masa lalu. Tapi, ternyata kenyataannya berbeda jauh dari dugaan awal!

Sebuah tim peneliti dari Brown University di Amerika Serikat baru aja bikin gebrakan lewat penelitian mereka. Dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (AI), mereka menemukan bahwa garis-garis gelap ini terbentuk bukan karena air, tapi karena angin kencang dan debu halus yang menumpuk di lereng-lereng curam Mars.

Penemuan ini bermula dari data yang dikumpulkan sejak misi NASA "Viking" pada tahun 1976. Saat itu, kamera wahana berhasil menangkap formasi gelap aneh di dinding kawah dan tebing-tebing Mars. 

Banyak ilmuwan mengira itu adalah sisa-sisa sungai kuno. Tapi teknologi sekarang membawa kita pada kesimpulan baru yang lebih akurat.

Para ilmuwan mengembangkan algoritma AI yang dilatih khusus untuk mengenali pola garis-garis gelap itu. 

Dengan memproses lebih dari 86.000 gambar satelit, algoritma ini berhasil memetakan sekitar 500.000 fitur permukaan Mars yang serupa. Luar biasa, bukan?

Nah, dari pemetaan itu, mereka lalu mencocokkannya dengan data suhu, kecepatan angin, tingkat kelembaban, dan aktivitas longsor. 

Hasilnya? Semua mengarah pada satu kesimpulan: angin Mars yang kencang dan debu halus adalah biang keladinya. 

Debu-debu ini bergerak turun di lereng curam dan menciptakan garis-garis gelap yang kita lihat dari Bumi.

Misteri Garis Gelap di Mars Terpecahkan: Bukan Air, Tapi Angin dan Debu!
Misteri Garis Gelap di Mars Terpecahkan: Bukan Air, Tapi Angin dan Debu!

Yang menarik, beberapa garis ini muncul berulang saat musim hangat di Mars disebut juga "Recurring Slope Lineae" atau RSL. 

Dulu, RSL sempat bikin heboh karena diduga sebagai aliran air asin yang muncul musiman. 

Kalau benar ada air, tentu daerah itu bakal jadi target utama misi penjelajahan Mars selanjutnya. Tapi sekarang, teori tersebut harus dikaji ulang.

Menurut para peneliti, temuan ini sangat penting karena bisa menyaring berbagai hipotesis sebelum kita benar-benar kirim misi baru ke sana. Jadi, kita nggak buang-buang waktu dan sumber daya untuk mengejar "fatamorgana" di Planet Merah.

“Penemuan ini membuka jalan untuk memahami proses geologi Mars dengan lebih tepat. Kita bisa fokus pada hal-hal yang benar-benar menjanjikan,” kata salah satu penulis studi tersebut.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa Mars masih penuh teka-teki, tapi perlahan-lahan kita mulai membuka tirainya satu per satu. Dan siapa tahu, dengan kemajuan teknologi seperti AI, misteri lainnya juga akan segera terungkap!

Bukan dari Big Bang? Teori Baru Ungkap Asal Usul Alam Semesta dari Lubang Hitam Raksasa

Bukan dari Big Bang? Teori Baru Ungkap Asal Usul Alam Semesta dari Lubang Hitam Raksasa
Bukan dari Big Bang? Teori Baru Ungkap Asal Usul Alam Semesta dari Lubang Hitam Raksasa.

JAKARTA -- Kalau selama ini kamu mengira bahwa alam semesta terbentuk dari Big Bang, mungkin sudah saatnya kita buka pikiran untuk kemungkinan lain yang nggak kalah menarik. 

Sebuah teori baru dari para ilmuwan di Universitas Portsmouth, Inggris, yang dipimpin oleh fisikawan Enrique Gaztañaga, menyebutkan bahwa alam semesta kita bisa jadi lahir dari lubang hitam supermasif bukan dari ledakan besar seperti yang selama ini diyakini.

Teori Baru: Alam Semesta "Memantul" dari Fase Sempit

Jadi begini, menurut teori konvensional, Big Bang adalah awal dari segalanya ruang, waktu, dan materi muncul dari titik kecil yang superpadat. 

Tapi teori ini punya kelemahan, terutama soal "singularitas", yaitu kondisi ekstrem dengan kerapatan tak terbatas dan hukum fisika yang tidak berlaku.

Nah, di sinilah teori baru ini mulai menarik perhatian. Tim ilmuwan Portsmouth memadukan dua dasar ilmu paling kuat saat ini relativitas umum dan mekanika kuantum untuk menciptakan model alam semesta yang tidak dimulai dari singularitas, tapi dari fase kompresi yang sangat padat, lalu "memantul" dan mulai mengembang. 

Proses ini tetap berada dalam batasan hukum fisika yang kita kenal, tanpa harus membuat asumsi aneh atau pakai teori yang belum terbukti.

Dua Fase Perluasan Alam Semesta Terjelaskan Secara Alami

Bukan dari Big Bang? Teori Baru Ungkap Asal Usul Alam Semesta dari Lubang Hitam Raksasa
Bukan dari Big Bang? Teori Baru Ungkap Asal Usul Alam Semesta dari Lubang Hitam Raksasa.

Yang bikin teori ini makin keren adalah bagaimana ia bisa menjelaskan dua fase perluasan alam semesta:

  1. Inflasi cepat sesaat setelah “lahir”, dan

  2. Percepatan ekspansi sekarang ini, yang biasanya dikaitkan dengan energi gelap.

Biasanya, para ilmuwan butuh variabel tambahan seperti "medan inflasi" atau energi misterius untuk menjelaskan dua fase ini. 

Tapi di dalam teori "pantulan lubang hitam", semua itu muncul sebagai bagian alami dari siklus kosmik. Nggak perlu tambahan elemen eksotis—cukup hukum fisika yang sudah kita kenal.

Prediksi dan Cara Pembuktian

Teori ini nggak cuma bersifat filosofis. Ada prediksi nyata yang bisa diuji. Salah satunya: bentuk ruang alam semesta seharusnya sedikit melengkung, mirip permukaan bola

Ini dianggap sebagai "jejak" dari fase kompresi sebelum terjadinya pemantulan.

Dan kabar baiknya, teleskop luar angkasa seperti Euclid bisa mendeteksi lengkungan ini. Kalau hasil pengamatan cocok dengan prediksi teori, ini bisa menjadi dukungan kuat bahwa memang benar, semesta kita berasal dari proses semacam ini.

Bahkan, kecepatan perluasan alam semesta yang dihitung dari teori ini sudah sesuai dengan yang diamati para astronom saat ini. Jadi bukan sekadar teori liar ada dasar matematis dan data yang mendukungnya.

Bisa Jelaskan Banyak Misteri Kosmos

Teori ini juga bisa menjawab banyak pertanyaan besar yang sampai sekarang masih bikin para ilmuwan garuk-garuk kepala:

  • Dari mana asalnya lubang hitam supermasif yang ditemukan di pusat galaksi?

  • Bagaimana gelapnya materi gelap terbentuk?

  • Kenapa galaksi bisa tersusun seperti sekarang?

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu mungkin terkait dengan objek-objek yang berhasil “selamat” dari fase kompresi sebelum alam semesta memantul dan mengembang kembali.

Alam Semesta Kita Ada di Dalam Lubang Hitam?

Bagian paling mencengangkan dari teori ini adalah kemungkinan bahwa kita semua sedang hidup di dalam lubang hitam. Lubang hitam ini mungkin terbentuk di alam semesta lain yang jauh lebih besar. 

Artinya, apa yang kita lihat dan alami sekarang ini hanyalah bagian kecil dari siklus kosmik tanpa akhir semacam daur ulang raksasa yang diatur oleh gravitasi dan mekanika kuantum.

Waktu Untuk Melihat Alam Semesta Dari Perspektif Baru

Teori ini masih akan terus diuji melalui misi luar angkasa seperti ARRAKIHS dan pengamatan teleskop modern lainnya. 

Tapi satu hal jelas: semakin dalam kita menyelami misteri kosmos, semakin besar kemungkinan kita harus merombak cara kita memahami awal mula segala sesuatu.

Jadi, siapa tahu, Big Bang bukanlah awal segalanya. Bisa jadi, itu cuma pemantulan dari siklus kosmik yang tak pernah benar-benar berakhir.

Jumat, 13 Juni 2025

Penemuan Mengejutkan! Planet Raksasa TOI-6894b Mengorbit Bintang Mini, Bikin Ilmuwan Tercengang

Penemuan Mengejutkan! Planet Raksasa TOI-6894b Mengorbit Bintang Mini, Bikin Ilmuwan Tercengang
Penemuan Mengejutkan! Planet Raksasa TOI-6894b Mengorbit Bintang Mini, Bikin Ilmuwan Tercengang.

JAKARTA -- Teman-teman, pernah kepikiran nggak sih, kalau bintang kecil yang ukurannya cuma secuil dari Matahari ternyata bisa punya planet raksasa? Nah, baru-baru ini, para astronom dikejutkan oleh penemuan sebuah planet gas raksasa bernama TOI-6894b yang mengorbit bintang mini banget bernama TOI-6894. Ukuran bintangnya? Cuma seperlima dari Matahari, lho!

Biasanya, menurut teori lama, bintang sekecil itu dianggap nggak punya cukup “bahan bangunan” buat membentuk planet sebesar Saturnus. Tapi nyatanya, TOI-6894b ini punya ukuran sekitar 86% dari radius Jupiter udah kayak Saturnus, tapi mengelilingi bintang kecil banget.

Menurut Edward Bryant, seorang astrofisikawan dari University of Warwick yang memimpin tim peneliti internasional, penemuan ini benar-benar di luar dugaan. “Kami nggak nyangka bintang sekecil itu bisa punya planet sebesar ini,” ujarnya.

Gimana para ilmuwan nemuin planet ini? Jadi, mereka pakai bantuan satelit TESS dari NASA buat mendeteksi adanya transit yaitu saat planet lewat di depan bintangnya dan menghalangi cahaya yang datang ke kita. Nah, saat TOI-6894b lewat, cahaya dari bintangnya langsung turun drastis hingga 17%. Angka ini tergolong sangat besar dan jarang ditemukan dalam pencarian eksoplanet.

Menariknya lagi, meski ukurannya besar, massa TOI-6894b cuma 17% dari massa Jupiter. Ini artinya, planet ini kemungkinan punya atmosfer yang ringan dan “mengembang”, kayak balon gas raksasa di luar angkasa. Karena sifatnya yang unik ini, planet ini dianggap calon ideal untuk penelitian atmosfer, termasuk menggunakan teleskop James Webb yang terkenal itu.

Para ilmuwan juga memperkirakan bahwa atmosfer TOI-6894b mungkin mengandung banyak metana, yang bikin planet ini makin menarik buat dipelajari lebih lanjut.

Lalu kenapa ini penting? Karena penemuan ini bikin para ilmuwan mulai berpikir ulang soal teori pembentukan planet yang selama ini mereka yakini. Kalau planet raksasa bisa muncul di sekitar bintang sekecil itu, bisa jadi masih banyak hal yang belum kita pahami soal cara kerja sistem tata surya baik di luar angkasa sana, maupun di sistem kita sendiri.

Penemuan TOI-6894b ini bukan cuma sekadar berita luar angkasa biasa. Ini adalah pengingat bahwa alam semesta masih penuh misteri dan kejutan. Planet sebesar Saturnus yang mengorbit bintang kecil? Dulu cuma angan-angan. Sekarang, kenyataan. Dan siapa tahu, dari penemuan ini, kita bisa lebih dekat memahami asal-usul kehidupan dan tata surya lainnya.

Mau tahu kabar sains menarik lainnya? Yuk, terus pantengin info luar angkasa terbaru yang bikin kita makin kagum sama semesta!

Pesona Bumi dari Luar Angkasa: Astronot NASA Bagikan Video Timelapse Menakjubkan dari ISS

Pesona Bumi dari Luar Angkasa: Astronot NASA Bagikan Video Timelapse Menakjubkan dari ISS
Pesona Bumi dari Luar Angkasa: Astronot NASA Bagikan Video Timelapse Menakjubkan dari ISS.

Bumi Kita Ternyata Sebegitu Indahnya Kalau Dilihat dari Luar Angkasa!

JAKARTA -- Baru-baru ini, astronot NASA Johnny Kim bikin heboh warganet setelah membagikan video timelapse pertamanya yang direkam langsung dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Dalam video berdurasi 68 detik itu, kita bisa melihat betapa cantiknya Bumi dari ketinggian sekitar 402 kilometer di atas permukaan tanah.

Apa aja sih yang bisa dilihat di video itu? Banyak banget! Mulai dari kelap-kelip cahaya kota-kota besar di malam hari, aurora atau cahaya utara yang berpendar dengan warna mencolok, sampai cahaya hijau misterius dari kapal nelayan di kawasan Asia. Semua elemen ini bikin videonya terasa magis dan bikin merinding saking kerennya.

Oh iya, di akhir video, terlihat juga salah satu panel surya ISS yang seolah jadi "bingkai penutup" dari pemandangan luar biasa itu. Kayak lukisan alam yang nggak bisa diulang.

Johnny Kim: "Rasanya Kayak Mancing Ikan!"

Johnny Kim sendiri ngaku kalau proses membuat video timelapse ini mirip banget kayak lagi mancing. "Kita harus siapin kamera, tentuin sudut yang pas, atur pengaturan teknisnya, pasang semuanya, lalu tinggal nunggu hasilnya sambil berharap-harap cemas," katanya. Dan begitu hasilnya memuaskan, dia merasa langsung “ketagihan.” Bisa dibilang, dia udah "kena pancing."

Nggak Cuma Timelapse, Foto dari Luar Angkasa Juga Nggak Kalah Keren

Sebelum Johnny Kim, astronot NASA lainnya, Don Pettit, juga sempat mencuri perhatian dengan hasil jepretannya dari ISS. Salah satu fotonya bahkan dianggap sebagai salah satu gambar paling fantastis yang pernah diambil dari luar angkasa. Bayangin aja, dalam satu frame dia berhasil menangkap:

  • Galaksi Bima Sakti

  • Jejak satelit Starlink

  • Ribuan bintang

  • Cahaya atmosfer (glow hydroxyl)

  • Dan gemerlap kota-kota di malam hari

Semua itu jadi bukti betapa luar biasanya pandangan dari luar angkasa dan betapa kecilnya kita dibandingkan alam semesta yang luas ini.

Langit Malam Bukan Cuma Gelap, Tapi Penuh Keajaiban

Video dan foto-foto dari para astronot NASA ini jadi pengingat penting buat kita semua bahwa planet tempat kita tinggal ini luar biasa indahnya. Kadang, kita cuma butuh melihatnya dari perspektif yang berbeda dari luar angkasa misalnya buat benar-benar menyadari betapa berharganya Bumi ini.

Kalau kamu penasaran kayak apa video timelapse dari Johnny Kim itu, kamu bisa cari langsung di kanal resmi NASA atau media sosialnya. Siapa tahu, kamu juga ikutan “ketagihan” lihat keindahan luar angkasa kayak Johnny!

NASA Prediksi Asteroid 2024 YR4 Bisa Tabrak Bulan pada 2032, Apakah Bumi Aman?

NASA Prediksi Asteroid 2024 YR4 Bisa Tabrak Bulan pada 2032, Apakah Bumi Aman?
NASA Prediksi Asteroid 2024 YR4 Bisa Tabrak Bulan pada 2032, Apakah Bumi Aman?

Asteroid 2024 YR4 Diprediksi Berpotensi Tabrak Bulan, Ini Kata NASA

JAKARTA -- Sebuah kabar menarik datang dari dunia antariksa. NASA baru-baru ini mengumumkan bahwa peluang asteroid bernama 2024 YR4 menabrak Bulan mengalami sedikit peningkatan. Peristiwa ini diperkirakan bisa terjadi pada 22 Desember 2032, meskipun tingkat risikonya masih tergolong sangat rendah.

Asteroid 2024 YR4 sebelumnya sempat mengundang perhatian karena sempat diperkirakan berpotensi menabrak Bumi. Namun, perhatian ilmuwan kini beralih ke kemungkinan tabrakan asteroid ini dengan satelit alami Bumi, yaitu Bulan.

Terdeteksi oleh Teleskop James Webb

Walau posisinya sangat jauh dari Bumi, asteroid ini sempat tertangkap oleh teleskop luar angkasa James Webb pada bulan Mei lalu. Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Andy Rivkin dari Johns Hopkins Applied Physics Laboratory memanfaatkan kamera inframerah jarak dekat untuk mengamati lintasan asteroid tersebut.

Dari hasil pengamatan tersebut, mereka berhasil memperbarui data prediksi lintasannya. Dan hasilnya, kemungkinan tabrakan asteroid dengan Bulan meningkat dari 3,8% menjadi 4,3%. Walaupun naik, angkanya tetap kecil dan tidak menjadi ancaman serius untuk saat ini.

Apakah Bumi Ikut Terancam?

Jawabannya: tidak. Para ahli memastikan bahwa walaupun asteroid ini menabrak Bulan, tidak akan ada dampak besar ke orbit Bulan, apalagi ke Bumi. Bahkan jika terjadi tabrakan dan ada pecahan asteroid yang terlempar ke luar angkasa, kemungkinan besar serpihannya akan terbakar habis di atmosfer Bumi sebelum menyentuh permukaan.

Artinya, tidak ada ancaman nyata bagi keselamatan Bumi atau penghuninya. Ini menjadi semacam pengingat bahwa walau luar angkasa penuh dengan objek bergerak, sistem pemantauan kita terus bekerja untuk mendeteksi ancaman lebih awal.

Seberapa Besar Asteroid 2024 YR4?

Asteroid ini pertama kali ditemukan pada 27 Desember 2024, dan berdasarkan pengukuran, ukurannya diperkirakan berkisar antara 53 hingga 67 meter. Kalau dibayangkan, ukurannya setara dengan gedung 10 lantai. Nggak heran kalau langsung menarik perhatian para ilmuwan saat pertama kali ditemukan, apalagi karena sempat punya kemungkinan lebih dari 1% untuk menabrak Bumi.

Dalam skala astronomi, itu cukup besar untuk dikategorikan sebagai objek yang wajib dipantau secara serius.

Terus Pantau, Tapi Nggak Perlu Panik

Meski peluang tabrakan asteroid 2024 YR4 dengan Bulan naik tipis, tidak ada alasan untuk panik. Ilmuwan NASA dan tim di seluruh dunia terus memantau pergerakan objek-objek langit seperti ini secara berkala.

Kita sebagai masyarakat cukup mengikuti perkembangan terbaru dari sumber tepercaya, dan kalau kamu tertarik dengan luar angkasa, ini bisa jadi momen seru buat belajar lebih banyak tentang asteroid dan cara kerja sistem pemantauan antariksa.

Teleskop James Webb Bikin Peta Alam Semesta Terbesar Sepanjang Sejarah, Ungkap 13 Miliar Tahun Cahaya

Teleskop James Webb Bikin Peta Alam Semesta Terbesar Sepanjang Sejarah, Ungkap 13 Miliar Tahun Cahaya
Teleskop James Webb Bikin Peta Alam Semesta Terbesar Sepanjang Sejarah, Ungkap 13 Miliar Tahun Cahaya.

JAKARTA -- Bayangin deh, kamu bisa ngelihat ke masa lalu hingga 13 miliar tahun yang lalu. Kedengarannya kayak fiksi ilmiah, ya? Tapi kenyataannya, itulah yang baru aja dilakukan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST). Lewat proyek riset bernama Cosmic Evolution Survey (COSMOS), para ilmuwan berhasil bikin peta alam semesta terbesar yang pernah dibuat manusia!

Gak main-main, peta ini mencakup sekitar 800.000 galaksi dari berbagai sudut alam semesta bahkan banyak di antaranya berada begitu jauh sehingga cahayanya yang sampai ke kita adalah cahaya dari miliaran tahun lalu. Artinya, kita sekarang bisa melihat wujud galaksi-galaksi itu seperti saat mereka masih muda banget.

Hanya Seukuran Tiga Bulan Purnama, Tapi Berisi Sejuta Cerita

Lucunya, walau peta ini terkesan "raksasa", area yang dipetakan sebenarnya hanya seluas 0,54 derajat persegi di langit. Bandingin aja, itu cuma sekitar tiga kali lebih besar dari ukuran Bulan kalau kita lihat dari Bumi. Tapi justru karena area ini dikenal sebagai COSMOS field, yang minim gangguan dari bintang, gas, atau debu kosmik, tempat ini ideal banget buat menelusuri alam semesta yang jauh dan dalam.

Selama 255 jam pengamatan tanpa henti, JWST bekerja mengumpulkan data dari wilayah itu. Dan hasilnya? Peta luar biasa yang membuka tabir tentang bagaimana alam semesta terbentuk dan berkembang dari masa ke masa.

Kenapa James Webb Bisa Lebih Hebat dari Hubble?

Karena alam semesta terus mengembang, cahaya dari galaksi-galaksi jauh jadi "terulur" dan bergeser ke sinar inframerah. Nah, teleskop seperti Hubble kesulitan menangkap sinyal ini. Tapi JWST? Dia diciptakan khusus buat menangkap sinyal-sinyal samar yang hanya bisa dilihat lewat inframerah.

Dan hasilnya memang mengejutkan banget: teleskop ini berhasil menemukan 10 kali lebih banyak galaksi jauh daripada yang diperkirakan para ilmuwan sebelum peluncurannya. Bahkan JWST juga bisa melihat lubang hitam supermasif yang sebelumnya gak kelihatan sama sekali oleh teleskop-teleskop lain.

Dua Tahun Proses, Sekali Lihat Langsung Takjub

Data mentah dari pengamatan ini butuh waktu dua tahun untuk diolah jadi peta yang bisa dinikmati. Tapi hasilnya luar biasa banget — kamu bisa melihat evolusi galaksi, interaksi kosmik, bahkan struktur besar alam semesta dalam bentuk yang belum pernah kita lihat sebelumnya.

Kamu penasaran mau lihat petanya? Tim ilmuwan udah menyediakannya dalam format interaktif yang bisa diakses publik. Dijamin, buat kamu yang suka astronomi atau sekadar ingin tahu seberapa kecil kita di tengah semesta, ini pengalaman yang mind-blowing!

Melihat ke Masa Lalu Lewat Langit Malam

Dengan bantuan teknologi canggih seperti Teleskop James Webb, kita bukan cuma menatap bintang, tapi juga melihat sejarah. Sejarah tentang bagaimana galaksi terbentuk, bagaimana lubang hitam lahir, dan bagaimana semuanya saling terhubung dalam struktur kosmos yang luar biasa rumit tapi indah.

Buat kamu yang suka eksplorasi luar angkasa, pencapaian ini bukan cuma kabar baik, tapi juga pengingat: alam semesta masih punya banyak misteri yang menunggu untuk diungkap.

Jumat, 30 Mei 2025

Misteri Sinyal dari Luar Angkasa Setiap 44 Menit: Apa Itu ASKAP J1832−0911?

Misteri Sinyal dari Luar Angkasa Setiap 44 Menit: Apa Itu ASKAP J1832−0911?
Misteri Sinyal dari Luar Angkasa Setiap 44 Menit: Apa Itu ASKAP J1832−0911?

JAKARTA -- Pernah kebayang nggak sih, ada sinyal dari luar angkasa yang muncul secara rutin setiap 44 menit? 

Bukan dari satelit atau buatan manusia, tapi dari suatu objek misterius yang belum sepenuhnya dipahami para ilmuwan. 

Nah, baru-baru ini astronom menemukan hal super menarik: sebuah sumber sinyal di luar angkasa yang bisa jadi bakal mengubah pemahaman kita soal alam semesta!

Objek ini dinamai ASKAP J1832−0911, dan pertama kali terdeteksi oleh teleskop radio asal Australia bernama ASKAP (Australian Square Kilometre Array Pathfinder). 

Yang bikin unik, sinyal yang dipancarkan bukan cuma gelombang radio biasa, tapi juga sinyal sinar-X dan ini sangat langka banget!

Sinyalnya Muncul Tiap 44 Menit

Benda langit ini memancarkan sinyal yang datang setiap 44 menit sekali. Nggak cuma muncul sekilas, sinyalnya bertahan selama dua menit penuh. 

Awalnya, para ilmuwan agak bingung karena sinyal semacam ini jarang banget ditemukan. 

Setelah penemuan awal oleh ASKAP, tim dari NASA ikut turun tangan dan mengamati sinyal ini lewat teleskop sinar-X Chandra. 

Dan hasilnya? Sama persis. Sinyal itu emang nyata dan super misterius.

Benda Langit yang Nggak Biasa

Misteri Sinyal dari Luar Angkasa Setiap 44 Menit: Apa Itu ASKAP J1832−0911?
Misteri Sinyal dari Luar Angkasa Setiap 44 Menit: Apa Itu ASKAP J1832−0911?

Menurut Andy Wang, peneliti utama dari Curtin University di Australia, benda ini beda banget dari semua objek yang selama ini kita kenal. 

Ada dua dugaan utama: bisa jadi ini magnetar (inti bintang mati yang punya medan magnet super kuat), atau mungkin juga sistem bintang ganda di mana salah satu bintangnya adalah white dwarf (katai putih) dengan medan magnet yang sangat besar. 

Tapi, jujur aja, dua dugaan itu juga belum bisa jelasin semua keanehannya.

Termasuk dalam Kategori Langka: Long Period Transients (LPT)

ASKAP J1832−0911 termasuk dalam kelompok yang super langka bernama Long Period Transients atau LPT. 

Artinya, benda-benda ini memancarkan sinyal dengan jeda waktu yang panjang bisa menit, bahkan jam. Sampai sekarang, baru ada sekitar 10 LPT yang berhasil terdeteksi oleh para ilmuwan. 

Bandingkan aja dengan pulsar, yang sinyalnya muncul tiap detik atau bahkan milidetik. Jadi jelas banget kan, LPT ini masih jadi misteri besar.

Yang bikin penemuan ini makin keren, ASKAP J1832−0911 adalah LPT pertama yang terdeteksi dalam dua spektrum sekaligus: radio dan sinar-X. 

Biasanya, teleskop radio bisa lihat area langit yang luas, sementara teleskop sinar-X kayak Chandra cuma bisa pantau bagian kecil. Jadi, keberhasilan keduanya menangkap objek ini dalam waktu yang sama adalah keberuntungan luar biasa.

Apa Artinya Buat Ilmu Pengetahuan?

Dengan adanya penemuan ini, para astronom sekarang berencana mencari lebih banyak objek serupa. Caranya? Mereka bakal gabungkan pengamatan dari dua jenis teleskop radio dan sinar-X buat memperluas jangkauan pencarian.

Menurut Nanda Rea, astrofisikawan dari Institut Penelitian Antariksa Catalonia, penemuan ini bisa jadi bukti bahwa benda-benda seperti ASKAP J1832−0911 mungkin lebih umum daripada yang kita kira. 

Kalau kita bisa paham lebih dalam soal cara kerja objek ini, bisa jadi kita bakal belajar hal-hal baru tentang bagaimana materi berperilaku dalam kondisi ekstrem, bahkan mungkin membuka jalan ke fisika baru yang belum pernah kita kenal sebelumnya.

Penemuan sinyal misterius dari ASKAP J1832−0911 ini bukan cuma menarik, tapi juga sangat penting untuk dunia astronomi. 

Dengan teknologi yang terus berkembang dan kolaborasi antara teleskop radio dan sinar-X, siapa tahu kita akan segera menemukan rahasia besar di balik sinyal luar angkasa ini. 

Siap-siap aja, bisa jadi dalam waktu dekat kita akan mendengar lebih banyak cerita seru dari ujung alam semesta!

Kamis, 29 Mei 2025

Misteri Besar di Mars: Jejak Debu Vulkanik dan Air di Kawah Raksasa Deuteronilus Cavus

Misteri Besar di Mars: Jejak Debu Vulkanik dan Air di Kawah Raksasa Deuteronilus Cavus
Misteri Besar di Mars: Jejak Debu Vulkanik dan Air di Kawah Raksasa Deuteronilus Cavus.

JAKARTA - Halo, Sobat Penjelajah Antariksa! Tahukah kamu kalau planet Mars yang selama ini kita pikir cuma gersang dan dingin, ternyata menyimpan banyak rahasia seru? 

Baru-baru ini, pesawat luar angkasa milik Eropa, Mars Express, mengirimkan foto-foto keren dari kawah raksasa bernama Deuteronilus Cavus yang ada di Mars. 

Dari situ, para ilmuwan bisa bikin model 3D yang bikin kita makin paham tentang sejarah planet merah ini.

Nah, kawah Deuteronilus Cavus ini terbentuk sekitar 3,7 sampai 4,1 miliar tahun yang lalu. 

Bayangin, selama waktu yang super lama itu, kawah ini mengalami banyak perubahan besar, terutama karena air dan es yang pernah mengalir di sana. 

Bahkan, ukuran kawah ini hampir dua kali lebih besar dari ukuran awalnya!

Misteri Besar di Mars: Jejak Debu Vulkanik dan Air di Kawah Raksasa Deuteronilus Cavus
Misteri Besar di Mars: Jejak Debu Vulkanik dan Air di Kawah Raksasa Deuteronilus Cavus.

Kalau kamu lihat bagian dalam dinding kawahnya, ada yang namanya “lidah es” yang tertutup batu-batu kecil. Jadi, dulunya di sini pernah ada gletser atau es yang bergerak. 

Ada juga aliran yang diperkirakan pernah merusak dinding kawah ini, lewat jalur air yang deras. 

Uniknya lagi, di salah satu sisi kawah ada lubang kotak besar yang diperkirakan awalnya dibuat oleh air, lalu diperbesar oleh es yang mengikisnya.

Di dasar kawah, terlihat area gelap yang diduga adalah tumpukan abu vulkanik dan debu halus. Wah, ini bukti kalau dulu ada letusan gunung berapi di sekitar situ. 

Bahkan ada yang berkilau seperti campuran abu vulkanik dan lumpur tanda kuat kalau di masa lalu, di kawah ini pernah ada air tergenang.

Misteri Besar di Mars: Jejak Debu Vulkanik dan Air di Kawah Raksasa Deuteronilus Cavus
Misteri Besar di Mars: Jejak Debu Vulkanik dan Air di Kawah Raksasa Deuteronilus Cavus.

Tidak cuma itu, di sekitar kawah juga ada banyak kawah-kawah kecil dan bukit-bukit yang terbentuk dari lava yang mendingin dan membeku. 

Bentuknya ada yang seperti “jalan berbatu” yang kasar dan tidak rata, mirip dengan potongan marshmallow yang tersebar di atas kue. Lucu ya bayanginnya!

Dengan gambar-gambar dari Mars Express dan model 3D ini, para ilmuwan jadi bisa lebih jelas memahami bagaimana cuaca dan kondisi geologi Mars di masa lalu. 

Ternyata, Mars itu nggak selalu kering dan beku. 

Dulu, di sana pernah ada air mengalir dan gletser bergerak hal ini penting banget buat kita yang mau tahu sejarah lengkap planet merah dan mungkin mencari jejak kehidupan di masa lampau.

Misteri Besar di Mars: Jejak Debu Vulkanik dan Air di Kawah Raksasa Deuteronilus Cavus
Misteri Besar di Mars: Jejak Debu Vulkanik dan Air di Kawah Raksasa Deuteronilus Cavus.

Jadi, Sobat, Mars itu penuh kejutan! Siapa tahu, penemuan-penemuan seperti ini bisa membuka pintu baru untuk eksplorasi luar angkasa dan pemahaman kita tentang alam semesta.

Rabu, 28 Mei 2025

Penampakan Aneh di Dekat Matahari: Ilmuwan Temukan Objek Misterius Mirip Burung Raksasa

Penampakan Aneh di Dekat Matahari: Ilmuwan Temukan Objek Misterius Mirip Burung Raksasa
Penampakan Aneh di Dekat Matahari: Ilmuwan Temukan Objek Misterius Mirip Burung Raksasa.

JAKARTA - Sebuah fenomena luar angkasa baru-baru ini bikin heboh komunitas astronomi dunia. Para ilmuwan dari Laboratorium Astronomi Surya dari Institut Penelitian Luar Angkasa Rusia (IKI) bersama dengan Institut Fisika Siberia (ISZF) mendeteksi sebuah objek misterius yang berada sangat dekat dengan Matahari. 

Menariknya, bentuk objek ini menyerupai seekor burung raksasa dengan sayap terbentang dan ekor panjang yang menjuntai di belakangnya. 

Fenomena langit yang unik ini sontak mengundang rasa penasaran banyak peneliti, bahkan publik pun ikut penasaran.

Tertangkap Kamera pada 24 Mei 2025

Kejadian langka ini berhasil terekam oleh teleskop luar angkasa LASCO (Large Angle and Spectrometric Coronagraph), tepatnya oleh kamera C2 yang khusus dirancang untuk memantau aktivitas di sekitar korona Matahari. 

Menurut laporan resmi dari tim peneliti, objek misterius itu muncul pada tanggal 24 Mei 2025 pukul 10:00 UTC.

Gambar yang diambil memiliki resolusi 1024 x 1024 piksel dan didapatkan dengan teknologi sensor CCD (Charge-Coupled Device), sebuah perangkat yang umum digunakan dalam pengamatan astronomi karena mampu menangkap detail dengan sangat tajam.

Lebih Besar dari Bumi 10 Kali Lipat

Salah satu hal paling mencengangkan dari fenomena ini adalah ukuran objeknya. Menurut estimasi para ilmuwan, lebar objek tersebut mencapai sekitar 150 ribu kilometer, atau lebih dari 10 kali diameter Bumi! Benda ini juga terlihat berada di ketinggian sekitar dua juta kilometer dari permukaan Matahari jarak yang tergolong sangat dekat jika dibandingkan dengan skala tata surya.

Bentuknya sendiri sangat unik. Bila dilihat dari gambar, objek tersebut tampak seperti burung besar dengan sayap yang terbentang lebar, dan bagian belakangnya membentuk jejak terang memanjang seperti ekor komet atau semacam “jejak api”.

Hanya Muncul Sesaat, Lalu Menghilang

Yang membuat fenomena ini semakin menarik adalah kenyataan bahwa objek tersebut hanya terlihat dalam satu frame gambar

Ketika peneliti memeriksa gambar-gambar yang diambil sebelum dan sesudah waktu kejadian, mereka tidak menemukan objek serupa. Artinya, penampakan ini benar-benar unik dan sangat cepat terjadi.

Fenomena seperti ini mengingatkan kita pada betapa banyak hal yang belum kita ketahui soal Matahari dan proses yang terjadi di sekitarnya. 

Dalam dunia astronomi, munculnya objek misterius yang hanya terlihat sekali bisa menandakan banyak hal mulai dari gangguan optik, serpihan benda langit, hingga proses fisika baru yang belum bisa dijelaskan secara ilmiah.

Kemungkinan Kometa yang Mendekati Matahari

Salah satu ahli astronomi yang turut menyelidiki fenomena ini adalah Alexander Kiselev, seorang peneliti senior di bidang pengamatan benda langit dekat Matahari. 

Menurut Kiselev, kemungkinan besar objek tersebut adalah sebuah komet yang melintas sangat dekat dengan Matahari.

“Kita melihat bentuk yang memanjang dan adanya kilauan kecil yang mengikuti di belakang, itu sangat mungkin merupakan awal dari proses perpecahan inti komet akibat panas ekstrem dari Matahari,” ujar Kiselev.

Fenomena komet yang “terbakar” atau hancur di dekat Matahari bukan hal yang baru, tetapi bentuk unik seperti burung dengan jejak bercahaya tentu sangat langka.

Tapi Bisa Jadi Itu Bukan Benda Fisik Sama Sekali

Meski hipotesis komet cukup masuk akal, para peneliti di IKI RAN belum bisa memastikan secara definitif. 

Mereka juga membuka kemungkinan bahwa objek tersebut bukanlah benda padat, melainkan fenomena optik langka yang muncul akibat interaksi cahaya dengan partikel di korona Matahari.

Ada juga dugaan bahwa objek ini merupakan hasil dari proses plasma ekstrem, seperti ledakan kecil di atmosfer Matahari yang memantulkan cahaya dengan bentuk yang unik di lensa teleskop. 

Intinya, belum ada kesimpulan final dan penelitian masih terus berlangsung.

Mengapa Ini Penting untuk Ilmu Pengetahuan?

Bagi kita yang tinggal di Bumi, fenomena seperti ini mungkin terdengar seperti kabar aneh dari luar angkasa. Tapi buat para ilmuwan, penemuan ini sangat penting. 

Mengapa? Karena setiap anomali atau kejadian tak biasa di sekitar Matahari bisa jadi merupakan petunjuk penting untuk memahami proses fisika yang belum kita mengerti.

Matahari adalah pusat tata surya kita, dan segala hal yang terjadi di sana punya dampak langsung ke Bumi dari badai matahari yang bisa mengganggu sinyal komunikasi, hingga perubahan iklim jangka panjang. 

Oleh karena itu, mengamati dan mendokumentasikan kejadian aneh seperti ini bisa membuka jalan bagi penemuan ilmiah baru.

Netizen Ikut Penasaran: Apakah Ini UFO?

Seperti biasa, begitu berita ini menyebar di internet, banyak warganet yang langsung berspekulasi. 

Ada yang mengira itu adalah pesawat luar angkasa alien, ada juga yang menyebutnya sebagai pertanda supranatural

Bahkan beberapa kanal YouTube teori konspirasi langsung membuat video dengan judul bombastis seperti “Burung Langit Raksasa Penjaga Matahari!”

Namun tentu saja, para ilmuwan tetap berpegang pada pendekatan rasional dan ilmiah. Sampai saat ini belum ada bukti kuat bahwa objek tersebut adalah teknologi dari luar angkasa atau makhluk asing. Tapi, misteri ini tetap terbuka untuk diteliti lebih lanjut.

Misteri Langit yang Bikin Takjub

Penemuan objek misterius di dekat Matahari ini sekali lagi menunjukkan bahwa alam semesta masih penuh kejutan

Dalam sekejap mata, sesuatu yang luar biasa bisa muncul dan menghilang, meninggalkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Apakah itu benar komet yang meledak? Atau hanya ilusi optik dari aktivitas plasma di korona Matahari? Atau mungkin, kita baru saja melihat bentuk awal dari fenomena yang belum pernah dijelaskan sebelumnya?

Apa pun jawabannya, satu hal yang pasti: penelitian tentang Matahari harus terus dilakukan. Karena semakin kita paham soal bintang raksasa ini, semakin kita bisa melindungi Bumi dan teknologi kita dari potensi gangguan akibat aktivitasnya.

Senin, 26 Mei 2025

Astronom Dunia Pertama Kali Amati Tabrakan Dua Galaksi dengan Bantuan Quasar Superkuat

Astronom Dunia Pertama Kali Amati Tabrakan Dua Galaksi dengan Bantuan Quasar Superkuat
Astronom Dunia Pertama Kali Amati Tabrakan Dua Galaksi dengan Bantuan Quasar Superkuat.

JAKARTA - Fenomena langka berhasil diamati oleh tim astronom dari Institut Astrofisika Paris. Untuk pertama kalinya, para ilmuwan menyaksikan secara langsung tabrakan antara dua galaksi yang terjadi di kedalaman alam semesta, dengan bantuan radiasi kuat dari sebuah quasar.

Peristiwa ini terjadi sekitar 11 miliar tahun cahaya dari Bumi, dan diamati melalui dua instrumen observasi canggih, yaitu Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) dan Very Large Telescope (VLT). 

Menurut para peneliti, tabrakan galaksi ini digambarkan sebagai “turnamen ksatria kosmik” karena kedua galaksi terus bergerak mendekat satu sama lain, saling bertabrakan dengan kecepatan sekitar 500 kilometer per detik, lalu mundur dan mengulangi siklus tersebut.

Yang membuat pengamatan ini istimewa adalah peran aktif dari quasar bernama J012555.11–012925.00 yang berada di salah satu galaksi. 

Quasar ini memancarkan radiasi luar biasa kuat yang langsung memengaruhi struktur gas di galaksi lawannya. 

Efek radiasi tersebut mengubah sifat gas sehingga galaksi yang terdampak mengalami penurunan kemampuan dalam membentuk bintang baru.

Astronom Dunia Pertama Kali Amati Tabrakan Dua Galaksi dengan Bantuan Quasar Superkuat
Astronom Dunia Pertama Kali Amati Tabrakan Dua Galaksi dengan Bantuan Quasar Superkuat.

Quasar sendiri merupakan inti galaksi aktif yang ditenagai oleh lubang hitam supermasif. Saat materi di sekitar lubang hitam ini tertarik masuk, energi dalam jumlah besar dilepaskan dalam bentuk cahaya dan radiasi, menjadikan quasar sebagai salah satu objek paling terang di alam semesta.

Data yang dikumpulkan oleh VLT dan ALMA menunjukkan bahwa radiasi dari quasar tersebut telah menghancurkan awan gas dan debu di galaksi tetangganya. 

Hasilnya, hanya tersisa bagian-bagian kecil yang sangat padat dan kemungkinan terlalu kecil untuk bisa memunculkan bintang baru.

Menurut para peneliti, proses tabrakan galaksi seperti ini sebenarnya lebih sering terjadi di masa awal alam semesta. 

Namun, baru kali ini para ilmuwan bisa menyaksikan secara langsung dampak destruktif quasar terhadap galaksi lain yang sedang berada dalam proses interaksi atau penggabungan.

Lebih lanjut dijelaskan, dalam setiap proses tabrakan, gas dari kedua galaksi cenderung tertarik ke pusatnya masing-masing. 

Di sanalah lubang hitam supermasif berada, dan gas tersebut kemudian menjadi bahan bakar tambahan bagi quasar untuk menghasilkan radiasi yang lebih kuat.

Temuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana interaksi galaksi di masa awal alam semesta bisa membentuk evolusi kosmik. 

Selain itu, pengamatan ini juga membantu para astronom memahami lebih dalam tentang peran quasar dalam menghentikan pembentukan bintang di galaksi tetangga melalui mekanisme radiasi berenergi tinggi.

Penemuan Objek Misterius 2017 OF201: Bukti Baru yang Bisa Menggugurkan Teori Planet Kesembilan?

Penemuan Objek Misterius 2017 OF201: Bukti Baru yang Bisa Menggugurkan Teori Planet Kesembilan?
Penemuan Objek Misterius 2017 OF201: Bukti Baru yang Bisa Menggugurkan Teori Planet Kesembilan?

JAKARTA - Kamu pernah dengar tentang Planet Kesembilan atau yang sering disebut “Planet X”? Yup, ini adalah salah satu misteri terbesar di tata surya kita yang sampai sekarang masih jadi bahan perdebatan para ilmuwan. Tapi baru-baru ini, para astronom menemukan sesuatu yang bisa saja mengubah segalanya!

Namanya 2017 OF201, sebuah objek misterius yang baru saja terdeteksi di bagian paling pinggir tata surya kita. Ukurannya cukup besar diameternya sekitar 700 kilometer, jadi bisa dibilang ini adalah calon kuat untuk masuk dalam kategori planet kerdil.

Penemuan yang Bikin Heboh Dunia Astronomi

Objek ini pertama kali terlihat oleh seorang ilmuwan bernama Sihau Chen dari Institute for Advanced Study di Princeton, AS. Ia dan timnya menemukan 2017 OF201 lewat gambar dari teleskop Victor Blanco di Chile. Awalnya, objek ini cuma terlihat seperti titik terang di langit. Tapi setelah dicek dan dikonfirmasi lewat data dari teleskop CFHT yang dikumpulkan selama 7 tahun, ternyata objek ini memang nyata!

Dan yang bikin makin menarik objek ini berada di jarak sekitar 90,5 satuan astronomi (AU) dari Bumi. Buat kamu yang belum tahu, 1 AU itu jaraknya Bumi ke Matahari, jadi 90 AU tuh jauuh banget! Lebih tepatnya, 90 kali lebih jauh dari jarak kita ke Matahari.

Orbitnya Aneh Banget!

Penemuan Objek Misterius 2017 OF201: Bukti Baru yang Bisa Menggugurkan Teori Planet Kesembilan?
Penemuan Objek Misterius 2017 OF201: Bukti Baru yang Bisa Menggugurkan Teori Planet Kesembilan?

2017 OF201 masuk ke dalam kategori objek trans-Neptunian, karena lintasannya berada di luar orbit Neptunus dan melewati Sabuk Kuiper, sebuah wilayah penuh benda-benda es yang terletak setelah Neptunus.

Tapi yang paling bikin para ilmuwan tercengang adalah bentuk orbitnya. Saat paling dekat dengan Matahari, objek ini ada di jarak sekitar 44,5 AU kurang lebih sejauh Pluto. Tapi saat paling jauh, jaraknya bisa sampai 1.600 AU! Itu membuat lintasannya sangat lonjong, bahkan salah satu yang paling ekstrem di antara semua benda langit yang diketahui di tata surya.

Para peneliti menduga orbit aneh ini bisa jadi hasil tarikan gravitasi dari planet raksasa misterius di masa lalu. Hmm, kedengarannya seperti Planet Kesembilan, ya?

Apakah Ini Tanda Kalau Planet Kesembilan Tidak Ada?

Nah, ini bagian yang paling bikin penasaran. Selama ini, beberapa ilmuwan percaya bahwa orbit aneh dari banyak objek di Sabuk Kuiper adalah bukti kalau ada Planet Kesembilan yang besar dan tersembunyi di luar sana. Tapi 2017 OF201 tampaknya nggak ngikutin pola orbit yang seharusnya sesuai dengan teori tersebut.

Menurut Eritas Young, seorang astronom dari Princeton, lintasan 2017 OF201 justru berlawanan arah dari kumpulan orbit yang selama ini digunakan sebagai “bukti” adanya Planet X. Jadi, bisa jadi objek ini justru melemahkan teori tentang Planet Kesembilan.

Simulasi yang dilakukan juga menunjukkan hal menarik: kalau Planet X memang ada, maka 2017 OF201 kemungkinan besar akan terlempar keluar dari tata surya dalam jangka waktu tertentu. Tapi kalau nggak ada Planet Kesembilan, ya dia bakal tetap santai di orbitnya sekarang.

Masih Banyak Pertanyaan, Tapi Harapan Juga Ada

Satu hal yang pasti: 2017 OF201 bukan objek biasa. Waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi Matahari itu sekitar 25.000 tahun! Jadi, kita baru bisa melihatnya dalam waktu yang sangat singkat, hanya sekitar 1% dari seluruh waktu orbitnya.

Menurut Kevin Napier dari Universitas Michigan, bisa jadi masih banyak objek seperti 2017 OF201 di luar sana, mungkin ratusan jumlahnya. Dan kabar baiknya, tahun ini akan ada teleskop super canggih bernama Observatorium Vera Rubin yang akan diluncurkan. Harapannya, teleskop ini bisa membantu kita menemukan lebih banyak objek aneh semacam ini dan siapa tahu bisa menjawab teka-teki besar soal ada atau tidaknya Planet Kesembilan.

Penemuan 2017 OF201 membuka babak baru dalam pencarian Planet Kesembilan. Apakah ini pertanda kalau Planet X hanya mitos? Atau justru ada penjelasan lain yang lebih mengejutkan? Yang jelas, langit malam kita masih penuh misteri yang menunggu untuk dipecahkan.

Jadi, tetap pantengin update dari dunia astronomi ya, Sob! Siapa tahu suatu saat nanti, kamu jadi orang pertama yang tahu kebenaran tentang Planet Kesembilan.

Minggu, 18 Mei 2025

NASA Temukan Es Air di Sistem Bintang Muda HD 181327, Petunjuk Penting Asal Mula Planet

NASA Temukan Es Air di Sistem Bintang Muda HD 181327, Petunjuk Penting Asal Mula Planet
NASA Temukan Es Air di Sistem Bintang Muda HD 181327, Petunjuk Penting Asal Mula Planet.

JAKARTA - Akhirnya, penantian panjang para ilmuwan terbayar juga! Untuk pertama kalinya, NASA berhasil mengonfirmasi adanya es air beku di sebuah sistem bintang muda bernama HD 181327. Penemuan ini nggak main-main, karena bisa memberikan petunjuk besar tentang bagaimana planet-planet termasuk yang mirip Bumi bisa terbentuk di alam semesta.

Ceritanya bermula di tahun 2008. Saat itu, teleskop luar angkasa Spitzer milik NASA yang sekarang sudah pensiun menangkap tanda-tanda keberadaan es air di cincin debu yang mengelilingi bintang HD 181327. Bintang ini jaraknya sekitar 155 tahun cahaya dari Bumi. Kalau bicara jarak antar bintang, ini tergolong cukup dekat, lho!

Namun baru sekarang, berkat kecanggihan teleskop luar angkasa James Webb, para ilmuwan bisa memastikan bahwa yang terlihat dulu itu memang benar-benar es air dalam bentuk kristal. Jadi bukan cuma dugaan lagi ini bukti nyata!

Salah satu peneliti, Christine Chen, bilang kalau ini penemuan yang udah ditunggu sejak lama banget. Bahkan, sejak dia masih jadi mahasiswa pascasarjana 25 tahun lalu, teorinya udah ada. Tapi waktu itu, belum ada alat secanggih James Webb buat membuktikannya.

Kenapa Es Air Ini Penting Banget?

Nah, buat yang penasaran, kenapa sih es air di luar angkasa ini begitu penting? Jadi begini, di sekitar bintang muda seperti HD 181327, es air punya peran krusial dalam pembentukan planet, terutama planet-planet besar seperti Jupiter. Selain itu, es ini juga bisa “diantar” oleh benda-benda kecil kayak komet dan asteroid ke planet-planet berbatu seperti Bumi yang bikin munculnya air jadi mungkin.

Yang menarik lagi, bintang HD 181327 ini jauh lebih muda dari Matahari kita. Umurnya baru sekitar 23 juta tahun. Bandingkan dengan Matahari yang udah eksis lebih dari 4,6 miliar tahun. Meski lebih muda, bintang ini lebih panas dan besar, sehingga sistem planet di sekitarnya juga lebih luas.

Dari hasil pengamatan James Webb, diketahui kalau ada celah besar antara bintang dan cincin debunya. Celah ini bersih dari partikel debu dan menunjukkan struktur yang kompleks di sistem bintang tersebut.

Sebagian Besar Es Berada di Area Terluar

Tapi esnya nggak tersebar rata, ya. Justru sebagian besar es air ini terkonsentrasi di area paling luar dan paling dingin di sistem tersebut. Menurut peneliti, lebih dari 20% area luar ini terdiri dari es air jumlah yang cukup banyak.

Kalau kamu familiar sama Tata Surya kita, formasi ini mirip banget dengan Sabuk Kuiper daerah di luar orbit Neptunus yang penuh dengan objek es, komet, dan planet-planet kecil.

Penemuan ini bisa jadi langkah awal buat memahami lebih dalam gimana air bisa tersebar ke berbagai planet, termasuk Bumi. Dan siapa tahu, bisa juga jadi petunjuk dalam pencarian planet yang bisa dihuni di masa depan.

Penemuan es air oleh NASA di sistem bintang HD 181327 bukan cuma kabar seru buat para astronom, tapi juga bisa jadi kunci buat memahami asal-usul kehidupan di alam semesta. Dengan bantuan teknologi canggih seperti teleskop James Webb, siapa tahu, rahasia besar tentang pembentukan planet dan keberadaan air di luar Bumi bakal makin terbuka.

Keren banget, kan? Yuk, kita tunggu penemuan seru lainnya dari luar angkasa!

NASA Tangkap Gambar Langka Bulan Deimos dari Permukaan Mars, Mirip Bintang Terang di Langit!

NASA Tangkap Gambar Langka Bulan Deimos dari Permukaan Mars, Mirip Bintang Terang di Langit!
NASA Tangkap Gambar Langka Bulan Deimos dari Permukaan Mars, Mirip Bintang Terang di Langit!.

JAKARTA - Rover Perseverance milik NASA kembali bikin heboh! Kali ini, robot penjelajah yang bertugas di Mars itu berhasil menangkap momen langka: penampakan bulan Mars yang bernama Deimos. Menariknya, dari permukaan Mars, Deimos tampak seperti bintang terang yang bersinar di langit abu-abu kebiruan.

Yup, bukan bintang sungguhan, tapi itu Deimos, salah satu dari dua bulan milik Planet Merah. Foto ini diambil oleh kamera navigasi (Navcam) sebelah kiri milik Perseverance, beberapa saat sebelum matahari terbit di sana. Untuk mendapatkan hasil yang jelas, NASA menggunakan teknik long exposure atau pencahayaan panjang, yang bikin objek langit seperti Deimos dan beberapa bintang lainnya bisa terlihat lebih jelas.

Yang bikin makin keren, dalam foto itu juga terlihat dua bintang dari rasi bintang Leo, yaitu Regulus dan Algieba. Jadi bukan cuma bulan Mars yang terekam, tapi juga pemandangan langit yang penuh keajaiban.

Ukuran Deimos Bikin Pangling

Buat kamu yang penasaran, ukuran Deimos itu kecil banget kalau dibandingkan dengan Bulan yang sering kita lihat dari Bumi. Diameternya cuma sekitar 12,4 kilometer, sedangkan Bulan kita punya diameter lebih dari 3.400 kilometer! Gak heran kalau Deimos cuma kelihatan seperti titik cahaya kecil dari permukaan Mars.

Karena ukurannya yang mungil dan bentuknya yang gak bulat sempurna lebih mirip kentang atau batu antariksa banyak ilmuwan yang menduga kalau Deimos ini sebenarnya asteroid yang "tertangkap" oleh gravitasi Mars. Apalagi jaraknya dari Mars juga cukup dekat, cuma sekitar 23.460 kilometer, bandingin aja sama Bulan yang jaraknya dari Bumi sekitar 384.400 kilometer.

Fenomena Langit yang Jarang Terjadi

Foto Deimos dari jarak dekat memang bukan hal baru, tapi melihatnya langsung dari permukaan Mars adalah sesuatu yang langka dan pastinya bikin takjub. Dengan kemajuan teknologi seperti yang dibawa oleh rover Perseverance, kita bisa menyaksikan keindahan luar angkasa dari sudut pandang yang belum pernah kita lihat sebelumnya.

Oh iya, kalau kamu penasaran gimana bentuk Deimos dari jarak sekitar 100 kilometer, kamu bisa cari gambarnya juga—dijamin makin kagum sama benda langit satu ini!

Artikel ini bukan cuma sekadar kabar dari luar angkasa, tapi juga jadi pengingat kalau teknologi terus membuka jendela baru untuk memahami alam semesta. Gambar Deimos dari Mars ini jadi bukti nyata bagaimana eksplorasi luar angkasa terus berjalan dan membawa kita lebih dekat ke misteri-misteri di tata surya.

Jadi, buat kamu yang suka astronomi atau cuma sekadar penasaran sama luar angkasa, kabar dari Perseverance ini jelas worth to know banget!

NASA Berhasil Perbaiki Voyager 1 dari Jarak 25 Miliar Kilometer, Ini Kisah Menakjubkannya

NASA Berhasil Perbaiki Voyager 1 dari Jarak 25 Miliar Kilometer, Ini Kisah Menakjubkannya
NASA Berhasil Perbaiki Voyager 1 dari Jarak 25 Miliar Kilometer, Ini Kisah Menakjubkannya.

JAKARTA - Siapa sangka, di tahun 2025 ini, NASA kembali bikin dunia terkagum-kagum. Bayangin aja, mereka berhasil memperbaiki salah satu wahana antariksa paling legendaris, Voyager 1, yang udah melesat sejauh 25 miliar kilometer dari Bumi! Misi ini nggak cuma keren secara teknologi, tapi juga jadi bukti betapa luar biasanya ketekunan para ilmuwan dan insinyur NASA.

Voyager 1 sendiri diluncurkan pada 5 September 1977 dan awalnya ditugaskan untuk mengamati planet raksasa seperti Jupiter. Setelah tugas utamanya selesai, si Voyager ini nggak langsung pensiun, lho. Dia terus menjelajah dan sekarang udah menembus ruang antarbintang, lebih jauh dari wahana buatan manusia manapun.

Nah, masalah muncul karena beberapa komponen Voyager 1 udah lama nggak aktif ada yang karena rusak, ada juga yang memang udah nggak dibutuhin. Salah satu yang krusial adalah mesin pendorongnya, yang fungsinya buat memastikan antena tetap mengarah ke Bumi. Mesin ini terakhir kali aktif tahun 2004. Setelah itu, dua pemanas kecil yang penting buat sistem pendorong malah kehilangan daya, dan masalah ini dulu dianggap nggak bisa diatasi.

Tapi NASA nggak menyerah.

Baru-baru ini, tim insinyur NASA mencoba melihat masalah ini dari sudut pandang baru. Mereka menduga mungkin ada gangguan listrik kecil yang bikin sistem "mati suri". Jadi mereka mencoba kirim perintah dari jarak jauh untuk menghidupkan kembali mesin cadangan lebih tepatnya, motor kontrol kemiringan (thrusters) yang selama ini tidur panjang.

Bayangin, ngirim sinyal ke Voyager itu butuh lebih dari 23 jam perjalanan satu arah. Dan proses menghidupkan ulang ini juga nggak bisa sembarangan. Kalau sistem salah baca perintah dan motor menyala sebelum cukup hangat, bisa-bisa malah meledak! Jadi, NASA pun pakai alat pendeteksi bintang untuk memastikan posisi si Voyager bener-bener pas.

Dan hasilnya? Berhasil!
Pemanas bisa diaktifkan kembali, dan mesin pendorongnya hidup lagi. Ini bukan cuma perbaikan teknis, tapi semacam keajaiban di dunia luar angkasa.

Todd Barber, pemimpin misi ini, bahkan bilang, “Itu hari yang luar biasa. Semangat tim langsung melonjak. Kami pikir motor itu udah ‘mati’, tapi salah satu insinyur punya teori bahwa masih ada harapan. Dan ternyata benar. Ini kayak keajaiban kecil di ruang angkasa.”

Kisah sukses NASA memperbaiki Voyager 1 dari jarak puluhan miliar kilometer ini bukan cuma cerita soal teknologi canggih, tapi juga soal keyakinan, kreativitas, dan kerja keras tim. Buat kita yang tinggal di Bumi, ini jadi pengingat bahwa nggak ada yang mustahil selama ada usaha dan semangat pantang menyerah.

Voyager 1 sendiri masih terus melaju, jadi saksi bisu betapa luasnya semesta dan betapa luar biasanya kemampuan manusia. Siapa tahu, dia masih akan kirim kabar dari ujung galaksi sana.

Misteri Pegunungan Raksasa di Bawah Es Antartika Terungkap! Jejak Gondwana dari 500 Juta Tahun Lalu

Misteri Pegunungan Raksasa di Bawah Es Antartika Terungkap! Jejak Gondwana dari 500 Juta Tahun Lalu
Misteri Pegunungan Raksasa di Bawah Es Antartika Terungkap! Jejak Gondwana dari 500 Juta Tahun Lalu.

JAKARTA - Tahukah kamu kalau ada pegunungan super besar yang selama jutaan tahun tersembunyi di bawah lapisan es tebal Antartika? Yap, fakta mengejutkan ini baru-baru aja diungkap para ilmuwan dari Australia setelah melakukan penelitian mendalam menggunakan teknologi canggih. Mereka menelusuri jejak pegunungan yang ternyata udah terbentuk sejak zaman purba banget, tepatnya saat benua super GONDWANA masih ada!

Pegunungan ini dikenal dengan nama Pegunungan Gamburtsev, dan lokasinya tersembunyi di bawah lapisan es di kawasan Antartika Timur. Sebenarnya, sistem pegunungan ini udah pertama kali ditemukan di tahun 1950-an sama tim ilmuwan dari Uni Soviet. Tapi saat itu, teknologi masih terbatas, jadi misterinya belum bisa dipecahkan secara menyeluruh.

Nah, sekarang, berkat kemajuan teknologi pemetaan bawah tanah dan analisis mineral, para peneliti akhirnya bisa "mengintip" lebih dalam ke balik es setebal lebih dari 3 kilometer itu. Dan hasilnya... luar biasa!

Ukuran dan Lokasi yang Bikin Takjub

Misteri Pegunungan Raksasa di Bawah Es Antartika Terungkap! Jejak Gondwana dari 500 Juta Tahun Lalu
Misteri Pegunungan Raksasa di Bawah Es Antartika Terungkap! Jejak Gondwana dari 500 Juta Tahun Lalu.

Pegunungan Gamburtsev ini panjangnya sekitar 1.200 kilometer, dengan puncak tertinggi mencapai 3.400 meter hanya beda sedikit dibanding beberapa gunung tinggi di dunia. Untuk perbandingan, Gunung Everest tingginya sekitar 8.848 meter, tapi bedanya, gunung ini tertutup es hingga 3,1 kilometer di bawah permukaan Antartika. Kebayang kan betapa dahsyatnya ukuran gunung ini?

Yang bikin ilmuwan makin bingung adalah: kok bisa ya, gunung sebesar itu nggak terkikis oleh jutaan tahun erosi? Biasanya kan, gunung-gunung tua bentuknya jadi lebih landai atau rata karena proses alam. Tapi yang ini malah masih "utuh".

Rahasia Tersembunyi di Dalam Kristal

Karena nggak mungkin mengebor es super tebal itu untuk ambil sampel langsung dari batuannya, para ilmuwan pakai pendekatan kreatif. Mereka menganalisis kristal kecil dari mineral zirkon yang ditemukan dalam lapisan pasir kuno. Pasir ini kemungkinan besar dulu terbawa sungai-sungai purba yang mengalir dari Pegunungan Gamburtsev sebelum akhirnya terkubur di bawah es.

Nah, mineral zirkon ini mengandung uranium yang bisa berubah jadi timbal seiring waktu. Dengan menghitung seberapa banyak uranium yang berubah jadi timbal, para peneliti bisa tahu usia batuan tersebut. Hasilnya? Pegunungan ini terbentuk sekitar 500 juta tahun lalu, tepat saat Gondwana benua super purba terbentuk akibat pergerakan lempeng tektonik.

Pegunungan yang Berubah Tapi Tetap Bertahan

Awalnya, pegunungan ini terbentuk dari tabrakan lempeng bumi, mirip dengan proses pembentukan Himalaya. Tapi setelah itu, ada kejadian unik: karena beratnya sendiri, lapisan kerak bumi di bawah gunung mulai turun perlahan, menciptakan ketidakstabilan dan menyebabkan beberapa bagian gunung hancur atau melorot. Tapi meski begitu, bagian "akar" gunung yang tertanam jauh di dalam bumi tetap bertahan dan menjadi struktur geologis penting hingga hari ini.

Masih Banyak Misteri yang Belum Terungkap

Penelitian ini baru permulaan. Dengan bantuan teknologi pencitraan terbaru, para ilmuwan percaya masih ada banyak rahasia tersembunyi di bawah lapisan es Antartika. Lanskap yang nggak kelihatan ini bisa jadi kunci buat memahami sejarah geologi bumi bahkan mungkin membantu memprediksi masa depan perubahan iklim.

Penemuan Pegunungan Gamburtsev bukan cuma bikin kagum, tapi juga ngasih kita gambaran seberapa kompleks dan luar biasanya sejarah bumi. Siapa sangka, di bawah Antartika yang kita anggap hanya padang es kosong, ternyata ada gunung-gunung raksasa yang menyimpan jejak kehidupan geologi dari ratusan juta tahun lalu. Dunia bawah tanah ini bisa jadi sumber pengetahuan baru yang bikin kita makin sadar: alam semesta penuh kejutan!