Berita Borneotribun.com: China Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label China. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label China. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 Februari 2022

China Tetap Tidak Kecam Rusia Meski Moskow Intensifkan Serangan ke Ukraina

China Tetap Tidak Kecam Rusia Meski Moskow Intensifkan Serangan ke Ukraina
China tetap menolak menyebut tindakan Rusia di Ukraina.


BorneoTribun.com - China , Jumat (25/2), tetap menolak menyebut tindakan Rusia di Ukraina sebagai invasi, atau mengkritiknya, meski Moskow mengintensifkan serangan terhadap negara di Eropa Timur itu.


China menegaskan kembali bahwa negara itu menghormati integritas teritorial semua negara, tetapi mengatakan bahwa mereka melihat masalah Ukraina memiliki latar belakang sejarah yang kompleks dan khusus.


"Kami memahami kekhawatiran sah Rusia tentang masalah keamanan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, kepada wartawan pada konferensi pers harian di Beijing, Jumat (25/2).


Wang juga membalas pernyataan Presiden AS Joe Biden yang mengatakan bahwa negara mana pun yang mendukung invasi Rusia akan "ternoda” oleh dukungannya itu. Wang menyatakan, negara-negara yang ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain justru yang akan melihat reputasi mereka tercemar.


Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Kanada, Australia dan Uni Eropa memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Moskow menyusul sanksi-sanksi yang telah dijatuhkan sebelumnya. Jerman, contohnya, menghentikan operasi pipa gas senilai $11 miliar dari Rusia.


Ditanya apakah China siap untuk meningkatkan pembelian minyak Rusia dalam menanggapi sanksi AS dan Uni Eropa, Wang mengatakan, "Sanksi tidak pernah menjadi cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah. Kami berharap semua pihak terkait berusaha keras menyelesaikan masalah melalui dialog dan konsultasi." [ab/uh]


Oleh: VOA Indonesia

Sabtu, 19 Februari 2022

China Tetapkan Rencana Lima Tahun untuk Eksplorasi Luar Angkasa

Foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini menunjukkan layar di Pusat Kontrol Luar Angkasa Beijing yang menampilkan astronaut Liu Boming keluar dari modul inti stasiun ruang angkasa baru China di luar angkasa pada Minggu, 4 Juli 2021. (Foto: Xinhua via AP/Jin Liwang)


BorneoTribun.com – Sejumlah astronom mengatakan sebuah roket milik China diperkirakan akan menabrak bulan pada 4 Maret mendatang. Itu adalah contoh terbaru kehadiran China di luar angkasa. Berita mengenai kemungkinan tabrakan itu muncul setelah Beijing menerbitkan cetak biru pengembangan satelit, eksplorasi ruang angkasa dan penempatan lebih banyak astronaut di orbit Bumi.


Para pakar memperkirakan Beijing dapat merealisasikan berbagai target yang ada dalam rencana lima tahunnya demi pengembangan luar angkasa, terlepas dari insiden tabrakan yang diprediksi tadi.


Program luar angkasa China akan menyaingi Rusia dan Amerika, terutama dalam hal komersialisasi teknologi luar angkasa, tambah mereka.


“China harus diwaspadai dalam hal peningkatan daya saing,” kata Marco Caceres, direkrut studi luar angkasa di perusahaan analisis pasar Teal Group. “Sebagiannya karena AS sempat berada jauh di depan, sehingga negara-negara seperti China, yang ekonominya tumbuh dengan sangat cepat, bisa menyusul.”


Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan

China meluncurkan satelit pertamanya tahun 1970 dan menempatkan orang China pertama di luar angkasa pada 2003, menjadi negara ketiga di dunia, setelah Rusia dan AS, yang mencapai tonggak sejarah tersebut. Pada 2019, pesawat ruang angkasa China melakukan pendaratan bersejarah di sisi jauh bulan. Beijing kini sedang dalam proses menambah stasiun luar angkasa, selain Tiangong, pada akhir tahun ini.


China dikeluarkan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, sebuah operasi kerja sama antara Eropa, AS, Rusia, Kanada dan Jepang, karena masalah keamanan nasional AS.


Selama lima tahun ke depan, program luar angkasa Beijing akan menempatkan orang-orang di luar angkasa dalam “tugas jangka panjang” untuk penelitian ilmiah, menyelesaikan temuan di Mars dan menjelajahi sistem Jupiter, menurut “Program Luar Angkasa China: A 2021 Perspective.”


Setengah dekade mendatang akan terjadi perbaikan sekaligus peningkatan kapasitas sistem transportasi luar angkasa, dan China akan “terus meningkatkan infrastruktur ruang angkasanya” melalui pengintegrasian penginderaan jauh, komunikasi, navigasi dan teknologi penentuan posisi satelit, ungkap dokumen tersebut.


China diperkirakan akan mewujudkan seluruh target tima tahunnya karena mereka telah mengerjakan itu semua selama satu dasawarsa terakhir atau lebih, dengan banyak dana pemerintah, kata para analis.


Laporan bulan Januari itu sebenarnya “menggabungkan” apa yang sudah mereka kerjakan, kata Richard Bitzinger, pengamat pertahanan dari Defense Budget Project, lembaga penelitian nirlaba di Washington. Secara teknis mungkin saja China dapat menambang bijih pada asteroid, kata Bitzinger, meskipun hal itu membutuhkan pengerjaan, seperti penjangkaran dan pengeboran, yang rumit.


Banyak target capaian dalam cetak biru itu dimaksudkan untuk menampilkan tujuan damai dan citra internasional yang positif, tambahnya. “Sebagian besar program luar angkasa berawak sifatnya simbolik,” kata Bitzinger. “Dari segi ekonomi, mereka jual rugi, tapi dalam hal menunjukkan kekuatan, program-program itu sempurna.”


Cetak biru itu menyebut bahwa misi-misi luar angkasa China di masa depan akan tetap “damai,” terlepas dari kecurigaan Washington bahwa program luar angkasa China akan diarahkan untuk tujuan militer.

Foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini menunjukkan layar di Pusat Kontrol Luar Angkasa Beijing yang menampilkan astronaut Liu Boming keluar dari modul inti stasiun ruang angkasa baru China di luar angkasa pada Minggu, 4 Juli 2021. (Foto: Xinhua via AP/Jin Liwang)


Momentum komersial

Kemajuan dalam program luar angkasa China telah memungkinkan negara tersebut menjadi lebih “agresif”, kata Caceres, daripada AS dalam pemasaran satelit dan layanan peluncuran modern. Anggarannya mungkin tumbuh lebih cepat dibanding NASA, tambahnya. Peralatan terkait ruang angkasa China dapat ditemukan di Afrika, Asia dan Amerika Latin, ujar analis itu.


Negara-negara seperti Australia dan Jepang sudah menggunakan data penginderaan jauh berbasis ruang angkasa China setelah bencana alam. Rusia dan China secara tentatif setuju pada bulan September untuk membuka markas penelitian bulan gabungan.


“China menyerukan semua negara untuk bekerja sama membangun sebuah komunitas global masa depan dan melakukan pertukaran juga kerja sama mendalam di luar angkasa atas dasar kesetaraan, manfaat bersama, pemanfaatan secara damai dan pembangunan inklusif,” kata Kedutaan Besar China di Washington kepada VOA pada Rabu (16/2).


Beberapa negara yang secara geografis terletak paling dekat dengan China masih bertahan dengan teknologi luar angkasa AS, terlepas kesediaan China untuk terlibat, kata Alan Chong, lektor di S. Rajaratnam School of International Studies yang berbasis di Singapura.


Pemerintah Myanmar, misalnya, membenci China karena utang infrastruktur dan proyek-proyek yang orang anggap tidak relevan dengan kehidupan mereka, menurut temuan Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di AS.


“Saya pikir situasinya cair, dan saya tidak merasa Asia Tenggara akan nyaman berada di orbit China,” ujar Chong. “Tentu saja kawasan itu tidak pernah seakrab sekarang dengan China dalam 15 tahun terakhir, tapi saya rasa AS masih punya kesempatan.” [rd/em]

Jumat, 11 Februari 2022

Lithuania Minta Bantuan AS untuk Hadapi China dan Rusia

Lithuania Minta Bantuan AS untuk Hadapi China dan Rusia
Para tentara bersiap mengibarkan bendera AS dan Lithuania dalam upacara pembukaan kamp tentara AS di Pabrade, Lithuania, pada 30 Agustus 2021. (Foto: Reuters/Janis Laizans)


BorneoTribun.com - Ketika Rusia membangun kekuatan di sepanjang wilayah perbatasannya dengan Ukraina dan pejabat China berusaha menghukum Lithuania karena membuka pintu untuk Taiwan, kepala komite pertahanan dan urusan luar negeri parlemen Lithuania meminta dukungan sekutunya di Washington.


Pesan mereka jelas yaitu Lithuania berselisih dengan dua penantang terkuat Amerika dan dukungan Amerika Serikat (AS) sangat penting untuk keberhasilannya dalam bertahan melawan agresi yang dilancarkan pihak Moskow dan Beijing.


“Minggu ini di Washington, kami membahas dua masalah. Salah satunya adalah keamanan, dan ini tentang Rusia, Ukraina, Belarusia, dan kawasan Baltik. Yang lainnya adalah (soal) China. Itu adalah masalah perdagangan, tetapi bukan hanya masalah perdagangan. Ini tentang keamanan kita juga,” kata Laima Liucija Andrikiene, ketua Komite Urusan Luar Negeri parlemen Lithuania kepada VOA saat ia dan rekan-rekannya menyelesaikan lawatannya selama seminggu ke Washington, pada Kamis (3/2) lalu.


Delegasi tersebut terdiri dari empat anggota parlemen yang bertanggung jawab atas keamanan nasional, pertahanan dan komite urusan luar negeri di parlemen Lithuania, yang dikenal sebagai Seimas. Mereka bertemu dengan anggota Senat dan kaukus negara Baltik di DPR AS, serta Senator Partai Demokrat Bob Menendez dan Senator Partai Republik James E. Risch, termasuk ketua dan anggota dari Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS.


“Hal terbesar yang terjadi saat ini adalah pengerahan (pasukan) Rusia di sekitar Ukraina, itu menciptakan apa yang disebut ketidakpastian strategis, artinya skenario lain mungkin terjadi,” kata Laurynas Kasciunas, ketua Komite Keamanan dan Pertahanan Nasional. Baik melalui negosiasi atau “skenario militer”, tujuan Rusia adalah sama, katanya.


Ia mengatakan Moskow tidak hanya ingin "memiliki hak veto" untuk mencegah perluasan NATO ke arah timur, tetapi juga untuk "menciptakan NATO tingkat dua atau tiga, dengan keanggotaan kelas dua untuk negara-negara Baltik," yang berarti Lithuania, Latvia dan Estonia secara resmi akan tetap berada di NATO tetapi tanpa latihan militer dan pengerahan NATO di wilayah tersebut. [my/pp]


Oleh: VOA Indonesia

Kamis, 10 Februari 2022

China Kecam Pertemuan Presiden Taiwan dan Menlu Somaliland

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian.


BorneoTribun.com - China hari Rabu (9/2) menuduh Partai Progresif Demokratik Taiwan yang berkuasa, “mengobarkan dan merusak kebebasan dan integritas negara lain", setelah Presiden Taiwan mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Somaliland di Taipei.


Dalam menegaskan kembali klaim China atas Taiwan, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, pertemuan itu tidak menguntungkan siapa pun dan hanya akan berakhir dengan merugikan Taiwan sendiri.


“Semua mekanisme multilateral harus mengikuti tren pada masa damai dan pembangunan. Juga mendukung rasa saling percaya dan kerja sama antar negara. Kami berharap AS dan negara-negara lain yang terkait akan memahami gambaran besarnya, meninggalkan mentalitas Perang Dingin, tidak menghasut pada hubungan dengan negara-negara kawasan, dan lebih banyak mendukung pada perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran kawasan," ujar Zhao.


Somaliland memisahkan diri dari Somalia tahun 1991 dan tidak mempunyai hubungan diplomatik resmi dengan negara mana pun.


Taiwan hanya memiliki hubungan diplomatik dengan 14 negara, tetapi memelihara hubungan informal yang kuat dengan AS dan sebagian besar negara besar lain.


Taiwan membuka kedutaan de facto di ibukota Somaliland, Hargeisa pada Agustus 2020. Somaliland juga membuka kantor perwakilan di Taipei pada 9 September pada tahun yang sama.


Sementara itu dalam sambutannya, Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen mengatakan, "Selama pandemi, Taiwan dan Somaliland memperkuat kerja sama dalam aspek kedokteran dan kesehatan. Badan sipil dan pemerintah menyediakan barang-barang untuk Somaliland guna melawan pandemi. Belum lama ini, sejumlah 150.000 dosis vaksin Medigen dikirim ke Somaliland."


China tanpa henti berupaya mengganggu rencana diplomatik Taiwan semacam itu, baik formal maupun informal.


Zhao juga mengomentari pertemuan menteri luar negeri kelompok "Quad" yang akan datang. Quad adalah blok demokrasi Indo-Pasifik beranggotakan Australia, India, Jepang, dan AS yang dibentuk untuk melawan China.


Dia menambahkan, Amerika dan negara-negara lain yang bersangkutan harus "menenangkan diri" dan meninggalkan apa yang disebutnya mentalitas Perang Dingin.


Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan melawat ke Australia pekan ini untuk ambil bagian dalam pertemuan Quad itu. [ps/jm]


Oleh: VOA Indonesia

Selasa, 08 Februari 2022

Peningkatan Kasus COVID, Negara Tirai Bambu Lockdown Kota Baise

Peningkatan Kasus COVID, Negara Tirai Bambu Lockdown Kota Baise
Para warga mengantri untuk menjalani tes usap COVID-19 di salah satu lokasi tes di distrik Xicheng, di Beijing, China, pada 27 Januari 2022. (Foto: AP/Andy Wong)

BorneoTribun.com - China memutuskan untuk melakukan lockdown ketat terhadap Kota Baise, yang terletak di sebelah barat daya negara tersebut, setelah lebih dari 70 kasus COVID-19 baru ditemukan di wilayah itu dalam tiga hari terakhir.

Pihak berwenang, pada Senin (7/2) memerintahkan penduduk di kota tersebut, yang berbatasan langsung dengan VIetnam, untuk tetap tinggal di rumah, serta hanya boleh meninggalkan rumah untuk membeli bahan makanan penting atau melakukan tes COVID-19.

Pejabat setempat juga menganjurkan penduduk agar menggunakan jasa antar ketimbang pergi langsung ke toko jika memungkinkan. Baise adalah kota dengan jumlah penduduk mencapai 3,6 juta orang.

Lockdown ini berlangsung ketika China sedang menjadi tuan rumah untuk Olimpiade Musim Dingin 2022 di ibu kota Beijing, yang berlangsung di daerah yang dijaga ketat guna mencegah penyebaran virus corona yang menyebabkan COVID-19.

Atlet figure skater asal Amerika Serikat Vincent Zhou, pada Senin (7/2) mengatakan, dia mengundurkan diri dari pertandingan setelah terbukti positif mengidap COVID-19. Zhou mengumumkan hal tersebut sambil berlinang air mata di video yang diunggah di Instagram.

Sementara itu, Australia, pada Senin (7/2), mengatakan akan membuka perbatasannya dan siap menyambut pelaku perjalanan dari seluruh dunia mulai 21 Februari.

“Seandainya Anda sudah mendapatlan vaksinasi dosis lengkap, kami akan menyambut Anda kembali di Australia, “ kata Perdana Menteri Scott Morrison. Kebijakan penutupan perbatasan negara itu telah memukul industri pariwisata di negara tersebut.

Sementara itu, di ibu kota Kanada, Ottawa, polisi setempat pada Senin (7/2) menyita ribuan liter bahan bakar sebagai bagian dari penumpasan guna mengakhiri protes yang diorganisir pengemudi truk yang menentang pembatasan terkait COVID-19.

Walikota Jim Watson, pada Minggu (6/2), mendeklarasikan keadaan darurat di kota itu setelah demonstrasi yang terjadi memasuki minggu kedua.

Di sisi lain, Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan, orang-orang yang telah menunda pemeriksaan medis untuk kasus non-COVID-19 dapat kembali datang untuk memeriksakan diri ke Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS).

Javid mengatakan kepada Sky News, “Saya ingin mereka kembali karena saya ingin mereka tahu bahwa NHS siap.”

Javid mengatakan NHS memperkirakan terdapat delapan hingga sembilan juta orang menunda pemeriksaan akan kondisi kesehatannya ketika petugas layanan kesehatan harus fokus mengurus pasien COVID. Kini, Javid menilai bahwa NHS telah siap untuk menangani kasus-kasus penyakit yang tertunda itu.

Pusat data COVID-19 Universitas Johns Hopkins, pada Senin (7/2), melaporkan bahwa terdapat lebih dari 396 juta infeksi COVID-19 di seluruh dunia, dan lebih dari 5,7 juta kematian akibat COVID-19. Institusi tersebut mengatakan lebih dari 10 miliar vaksin COVID-19 sudah diberikan kepada penduduk dunia.

Oleh: VOA Indonesia

Sabtu, 05 Februari 2022

Rusia dan China Berjuang Galang Persatuan Hadapi Amerika

Rusia dan China Berjuang Galang Persatuan Hadapi Amerika
Presiden China Xi Jinping (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin menjelang pembicaraan mereka di Beijing, China, Jumat, 4 Februari 2022. (Alexei Druzhinin, Sputnik, Kremlin Pool Foto via AP)

BorneoTribun.com - Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin China Xi Jinping, Jumat (4/2) bertemu menjelang upacara pembukaan Olimpiade Beijing 2022, suatu unjuk persatuan di tengah-tengah hubungan masing-masing negara yang semakin rumit dengan AS.

Putin memuji hubungan China-Rusia yang “benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya,” yang menurutnya merupakan contoh dari “hubungan bermartabat yang membantu masing-masing kita berkembang,” kata kantor berita resmi Rusia Tass.

Putin mengumumkan kesepakatan baru untuk menyediakan gas 10 miliar meter kubik per tahun untuk China dari kawasan Timur Jauh Rusia. Para pejabat Rusia juga telah menyatakan kedua pemimpin itu akan menandatangani lebih dari 15 kesepakatan dalam kunjungan tersebut.

Pada 2021, kedua pihak mencapai perdagangan bilateral yang mencatat rekor baru, 146 miliar dolar. Putin mengatakan kepada Xi hari Jumat bahwa ia percaya perdagangan bilateral dalam waktu dekat dapat mencapai 200 miliar dolar.

Xi, yang melakukan pertemuan tatap muka pertamanya dengan seorang pemimpin dunia dalam waktu setahun lebih ini, mengatakan kepada Putin bahwa pertemuan itu akan menyuntikkan lebih banyak vitalitas ke dalam hubungan kedua negara, menurut media pemerintah China.

Sekelompok kapal angkatan laut dari Rusia dan China melakukan patroli militer
Sekelompok kapal angkatan laut dari Rusia dan China melakukan patroli militer maritim bersama di perairan Samudra Pasifik, dalam gambar diam yang diambil dari video yang dirilis pada 23 Oktober 2021. (Foto: Kementerian Pertahanan Rusia via REUTERS)

Meskipun Rusia dan China tidak memiliki aliansi resmi, kedua negara semakin dekat dalam beberapa tahun belakangan sementara mereka berupaya melawan pengaruh AS.

China telah semakin vokal dalam mendukung Rusia, bahkan ketika Moskow mengerahkan lebih dari 100 ribu tentara di perbatasannya dengan Ukraina, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai konflik. Rusia telah menuntut Ukraina agar tidak bergabung dengan NATO dan menginginkan aliansi militer itu menarik pasukannya dari Eropa Timur.

Para analis mengatakan kerja sama Rusia-China dapat mempersulit AS dalam menghukum Moskow dengan sanksi-sanksi atau langkah-langkah lain jika Rusia menginvasi Ukraina. Menjelang kunjungan Putin, para pejabat Rusia menyatakan kedua pemerintah berupaya menciptakan hubungan ekonomi yang terlindung dari sanksi-sanksi yang diberlakukan negara lain.

Meningkatnya permusuhan AS-Rusia juga dapat mengalihkan perhatian Presiden AS Joe Biden, yang telah mengidentifikasi China sebagai prioritas kebijakan luar negeri terbesarnya. Namun, China juga mungkin tidak menyambut baik adanya distraksi kebijakan luar negeri penting.

Beijing, Jumat (42) menjadi tuan rumah acara pembukaan pesta olahraga Olimpiade yang berlangsung lebih dari dua pekan. Yang mungkin lebih penting lagi, Xi berada di tengah-tengah musim manuver politik dalam negeri penting yang dimaksudkan untuk membentuk apa yang diperkirakan akan membuat kekuasaannya tidak terbatas atas China.

“Beijing menginginkan stabilitas dan kemampuan memprediksi. Mereka tidak akan menyambut baik pergolakan asing,” kata Ryan Hass, pakar China di Brookings Institution yang berbasis di AS, di Twitter.


Xi dan Putin, dua pemimpin kuat yang memimpin pemerintahan otoriter, memiliki riwayat panjang. Menurut Beijing, ini adalah pertemuan ke-38 antara kedua orang itu.

Pada Desember lalu, Xi mengatakan ia menyambut baik kunjungan Putin, yang ia sebut sebagai “teman lamanya.” Putin adalah pemimpin internasional pertama yang menyatakan akan hadir dalam acara pembukaan Olimpiade Beijing, setelah AS mengumumkan boikot diplomatik terhadap pesta olahraga itu terkait tuduhan pelecehan China terhadap Muslim Uighur.

Dalam surat yang dipublikasikan awal pekan ini di kantor berita resmi China Xinhua, Putin mengecam boikot yang dipimpin AS, mengecamnya sebagai “upaya sejumlah negara untuk mempolitisasi olahraga untuk kepentingan egois mereka.” Surat Putin juga menyatakan bahwa kemitraan Rusia-China telah memasuki “era baru.”

Rusia dan China telah memiliki riwayat panjang bekerja sama untuk memblokir posisi AS di Dewan Keamanan PBB, di mana ketiga negara itu memiliki hak veto sebagai anggota tetap dewan.

Yang paling baru adalah, China dan Rusia memiliki kesamaan sikap mengenai Ukraina. Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China menyebut tentang “kekhawatiran keamanan yang sah” dari Rusia dan menyerukan diakhirinya “mentalitas Perang Dingin,” rujukan jelas untuk apa yang dianggapnya sebagai kebijakan luar negeri AS.

“China telah bertindak semakin dekat secara progresif ke sikap Rusia,” kata Evan Feigenbaum, dari lembaga kajian Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di Washington.

Ini merupakan pergeseran besar dari China. Selama invasi Rusia ke Georgia tahun 2008 dan invasinya ke Krimea pada tahun 2014, China “condong begitu jauh dalam kemitraan mereka dengan Rusia,” kata Feigenbaum, berbicara pada sebuah forum online.

“Kemitraan China-Rusia terlihat sangat berbeda bagi Amerika, bukan hanya dalam perencanaan pertahanan tetapi juga pemikiran strategis yang dimilikinya enam atau tujuh tahun lalu saja,” ujarnya.

Namun, China juga menyerukan diredakannya ketegangan terkait Ukraina dan mengusulkan penerapan perjanjian Minsk, kesepakatan tahun 2014-2015 untuk memulihkan perdamaian setelah berkobarnya kekerasan di perbatasan Rusia-Ukraina.

“China berada dalam kebuntuan diplomatik,” kata Hass. “Negara ini akan menghadapi kesulitan dan gejolak yang tidak diinginkan dari konflik di Ukraina, tetapi pada saat yang bersamaan China ingin mempertahankan hubungan kuat dengan Rusia dan tidak ingin membantu AS.” [uh/ab]

Oleh: VOA Indonesia

Selasa, 28 September 2021

China Bitcoin Cs Ilegal, Xi Jinping Resmi Binasakan Uang Kripto

China Bitcoin Cs Ilegal, Xi Jinping Resmi Binasakan Uang Kripto
China Bitcoin Cs Ilegal, Xi Jinping Resmi Binasakan Uang Kripto

 

BorneoTribun - Pemerintah China menutup ruang bagi uang kripto seperti Bitcoin, Dogecoin hingga Ethereum berkembang di negara. Pemerintahan Xi Jinping melarang semua aktivitas cryptocurrency mulai dari penambangan hingga transaksi. 

Ini terjadi bahkan saat China tercatat sebagai salah satu pasar terbesar uang kripto di dunia.

Bahkan dari kabar terbaru, bank sentral atau People Bank of China (PBoC) mengatakan seluruh transaksi cryptocurrency ilegal dan melarang token digital. Laporan BBC juga menyebut, PBoC mengingatkan aktivitas dari cryptocurrency sangat berbahaya untuk keselamatan aset masyarakat, dikutip Selasa (28/9/2021). 

Dilansir dari CNBC Internasional, PBoC menambahkan, "Pertukaran mata uang virtual luar negeri yang menggunakan internet untuk menawarkan layanan kepada penduduk domestik juga dianggap sebagai aktivitas keuangan ilegal." PBoC bahkan memiliki beragam cara untuk mematikan Bitcoin Cs. 

Ini dari peningkatan sistem untuk memantau transaksi mengenai cryptocurrency dan menghentikan adanya investasi spekulatif. Atas kebijakan, dua bursa penukaran cryptocurrency terbesar, Huobi dan Binance, memutuskan hubungan dengan pengguna di China. 

Huobi menghentikan pendaftaran pengguna baru dari China daratan dan akan mengakhir kontrak dengan pengguna di China paling lambat akhir tahun ini. "Huobi Global akan keluar secara tertib dari client China Dataran yang ada dan menjamin keamanan aset yang mereka miliki," ungkap Huobi. 

Seorang juru bicara Binance mengatakan perusahaan tidak memiliki operasi pertukara di China dan memblokir IP China. "Binance menjalankan kewajiban kepatuhannya dengan sangat serius dan berkomitmen untuk mengikuti persyaratan regulator lokal di mana pun kami beroperasi," ujar Binance, seperti dikutip dari Laporan Bloomberg. 

Upaya China untuk menghilangkan cryptocurrency dari negara tersebut dimulai dari 2017. Pemerintah saat itu melarang penawaran koin perdana atau initial coin offering (ICO) yakni cara menerbitkan token digital serta mengumpulkan uang. China juga menutup seluruh usaha pertukaran uang kripto di dalam negari. 

Dua tahun berikutnya, pada 2019 China juga meluncurkan aturan baru untuk melarang aktivitas penambangan Bitcoin. Sebagai informasi aktivitas itu memecahkan kode matematika rumit menggunakan komputer khusus. 

Sejak saat itu China secara aktif menutup sejumlah penambangan yang ada serta sejenisnya. Pada kuartal I-2021, China membuat perintah para lembaga keuangan misalnya bank, non bank, serta fintech seperti Alipay dan WeChat Pay untuk menyelenggarakan layanan transaksi cryptocurrency.[CNBC]

Selasa, 07 September 2021

Bye-Bye Dolar AS, Perdagangan Indonesia-China Kini Resmi Pakai Rupiah dan Yuan

Bye-Bye Dolar AS, Perdagangan Indonesia-China Kini Resmi Pakai Rupiah dan Yuan
Yuan dan Rupiah/Google

 

KARAWANGPORTAL - Bank Indonesia (BI) bersama People's Bank of China (PBC) pada Senin 6 September 2021 ini secara resmi memulai implementasi kerja sama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal (Local Currency Settlement/LCS) antara Indonesia dan China. 

BI menjelaskan kerangka kerja sama dimaksud meliputi, antara lain penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung atau direct quotation dan relaksasi regulasi tertentu dalam transaksi valuta asing antara mata uang rupiah dan yuan. 

Kerangka kerja sama ini disusun berdasarkan nota kesepahaman yang telah disepakati dan ditandatangani oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dan Gubernur PBC Yi Gang pada tanggal 30 September 2020. 

"Selain dengan China, BI juga telah memiliki kerangka kerja sama LCS dengan beberapa negara mitra lainnya saat ini, yaitu Jepang, Malaysia, dan Thailand," dikutip dari Antara, Senin (6/9/2021). 

Implementasi kerja sama ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan oleh BI untuk mendorong penggunaan mata uang lokal yang lebih luas dalam penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi langsung dengan berbagai negara mitra. 

Dengan demikian, perluasan penggunaan LCS diharapkan dapat mendukung stabilitas rupiah melalui dampaknya terhadap pengurangan ketergantungan pada mata uang tertentu di pasar valuta asing domestik. 

Bank sentral mencatat penggunaan LCS memberikan banyak manfaat langsung kepada pelaku usaha, seperti biaya konversi transaksi valuta asing yang lebih efisien, tersedianya alternatif pembiayaan perdagangan dan investasi langsung dalam mata uang lokal, tersedianya alternatif instrumen lindung nilai dalam mata uang lokal, dan diversifikasi eksposur mata uang yang digunakan dalam penyelesaian transaksi luar negeri. 

Untuk mendukung operasionalisasi kerangka LCS menggunakan rupiah dan yuan ini, BI dan PBC telah menunjuk beberapa bank di negara masing-masing untuk berperan sebagai Appointed Cross Currency Dealer (ACCD). [liputan6]

Sabtu, 10 Juli 2021

China Evakuasi Warganya dari Afghanistan

China Evakuasi Warganya dari Afghanistan
China Evakuasi Warganya dari Afghanistan.

BORNEOTRIBUN -- China telah mengirim pesawat untuk membawa pulang 210 warganya dari Afghanistan, kata media pemerintah, Jumat (9/7).

Keputusan China ini diambil setelah militer AS bersiap untuk meninggalkan Afghanistan dan situasi keamanan semakin mencekam di negara itu.

Surat kabar Global Times yang diterbitkan oleh Partai Komunis yang berkuasa mengatakan pesawat Xiamen Airlines berangkat pada tanggal 2 Juli dari ibu kota Kabul dan mendarat di pPovinsi Hubei, China, pada hari yang sama.

Maskapai itu mengonfirmasi laporan tersebut dalam sebuah posting di akun Weibo --  semacam  Twitter -- tetapi tidak memberikan rincian tambahan.

Global Times dan sejumlah media lain melaporkan, 22 dari mereka yang berada di dalam pesawat itu  dinyatakan positif COVID-19, meskipun angka-angka itu tidak muncul dalam laporan harian Komisi Kesehatan Nasional tentang kasus-kasus baru.

Pasukan AS dijadwalkan meninggalkan Afghanistan pada 31 Agustus setelah hampir 20 tahun memerangi Taliban. 

Perusahaan-perusahaan China telah berinvestasi di pertambangan dan infrastruktur Afghanistan, tetapi aset-aset itu tampaknya semakin terancam karena Taliban merebut sejumlah besar wilayah, yang mungkin menempatkan Kabul dalam bahaya. [ab/uh]

VOA

Minggu, 20 Juni 2021

3 Astronaut Tiba di Stasiun Antariksa Permanen Baru China

3 Astronaut Tiba di Stasiun Antariksa Permanen Baru China

BORNEOTRIBUN.COM - Awak pertama stasiun antariksa permanen baru China telah merapat ke modul Tianhe (Harmoni Surgawi) pada hari Kamis (17/6) malam.

Pesawat antariksa Shenzou-12 yang membawa astronaut kawakan Nie Haisheng dan Liu Boming serta pemula Tang Hongbo bergabung dengan modul Tianhe enam jam setelah meluncur dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di China Barat Laut.


Trio ini akan menghabiskan waktu tiga bulan mendatang di modul tersebut, memperlengkapinya dengan peralatan dan menguji berbagai komponennya.

Misi ini adalah penerbangan luar angkasa berawak China dalam lima tahun, dan merupakan yang ketiga dari 11 yang diperlukan untuk menambahkan lebih banyak lagi elemen ke stasiun antariksa ini sebelum beroperasi penuh tahun depan. Stasiun baru itu diperkirakan akan tetap beroperasi selama 10 tahun.


Stasiun ini dapat bertahan lebih lama daripada Stasiun Antariksa Internasional (ISS) yang dipimpin AS, yang mungkin dinonaktifkan setelah pendanaannya berakhir pada 2024. China tidak pernah mengirimkan astronaut ke ISS karena sebuah UU AS yang praktis melarang badan antariksa NASA bekerja sama dengan China.


China dengan agresif membangun program antariksanya sebagai contoh peningkatan posisi global dan kekuatan teknologinya. China menjadi negara ketiga yang mengirim manusia ke antariksa pada tahun 2003 setelah Amerika Serikat dan Rusia, dan telah mengoperasikan dua stasiun antariksa eksperimental sementara yang berawak.

Baru tahun ini China mengirim pesawat tak berawak ke orbit di sekitar Mars, sementara pesawat lain membawa kembali sampel pertama dari Bulan dalam lebih dari 40 tahun. [uh/ab]

Oleh: VOA

China Rilis Rekaman Mars dari Pesawat Antariksa Tianwen-1


BORNEOTRIBUN.COM - Badan Antariksa China (China National Space Administration/CNSA) merilis dua video yang memberikan gambaran sekilas tentang Mars pada hari Jumat (12/2). Gambar tersebut ditangkap saat pesawat Tianwen-1 memasuki orbit Mars dan mengirimkan ucapan selamat Tahun Baru Imlek ke Bumi.

Setelah menempuh perjalanan selama 6,5 bulan melintasi ruang angkasa, Tianwen-1 pada Rabu (10/2), melambat ke kecepatan yang dapat ditangkap oleh tarikan gravitasi Mars. Hal tersebut menjadikan Tianwen-1 sebagai pesawat ruang angkasa kedua yang mencapai Mars pada bulan ini, bersama pesawat luar angkasa AS.

Kedua klip itu, berdurasi kurang dari satu menit, adalah yang pertama dirilis oleh CNSA.

“Berkah Tahun Baru Tianwen-1 datang dari Mars yang jauh,” kata CNSA pada hari Jumat (12/2), hari pertama Tahun Baru Imlek.

Rekaman diambil dari kamera yang terpasang pada pesawat yang tidak berawak. Terlihat garis besar Mars dan kawah di permukaan tersebut.

"Panel surya, antena pengarah, atmosfer Mars, dan topografi permukaan terlihat jelas," kata CNSA. [na/ah]

Oleh: VOA

Jumat, 18 Juni 2021

AS Awasi Pengaruh China di PBB

AS Awasi Pengaruh China di PBB
Dubes AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield di Ankara, Turki, 4 Juni 2021.

BorneoTribun Internasional - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Rabu (16/6), memastikan kepada Kongres bahwa ia akan memantau dan menindak apa yang disebutnya “pengaruh tidak baik” China terhadap lembaga dunia itu.

China bersikap agresif dan memaksa dalam memanfaatkan kekuatannya di PBB,” kata Dubes Linda Thomas-Greenfield kepada Komite Urusan Luar Negeri DPR Amerika.

Ditambahkannya, Beijing memberlakukan sebuah “pendekatan yang otoriter terhadap multilateralisme.”

Thomas-Greenfield mengacu pada serangkaian tindakan, termasuk pengaruh China di tiga organisasi PBB di mana warga mereka berperan, dan pemanfaatan diplomasi vaksin COVID-19 oleh Beijing untuk menekan negara-negara yang lebih miskin.

“Kami akan melawan secara keras terhadap usaha-usaha seperti itu,” katanya.

Dia mendesak para anggota Kongres agar melakukan investasi di PBB guna memulihkan pengaruh AS di sana, yang menurun selama masa pemerintahan Trump.

“Musuh-musuh dan pesaing-pesaing kita melakukan investasi di PBB. Kita tidak bisa bersaing kecuali kalau kita melakukan hal itu pula,” kata Thomas Greenfield.

Lebih dari 40 anggota Kongres menanyai diplomat veteran itu selama lebih dari empat jam ketika berlangsung sidang dengar seputar prioritas pemerintahan Biden untuk terlibat dengan PBB.

Banyak dari mereka mengungkapkan keprihatinan dengan persekusi minoritas Muslim Uighur di Provinsi Xijiang, China.

Kelompok-kelompok HAM telah menuduh China mengirim lebih dari satu juta warga Uighur ke kamp-kamp tahanan. China mengatakan fasilitas itu dimaksudkan sebagai “pusat pendidikan kejuruan” dan untuk mencegah penyebaran ekstremisme keagamaan dan serangan teroris. [jm/em]

Selasa, 15 Juni 2021

"Kapal Ilahi": Penerbangan Manusia ke Antariksa dari China Pertama sejak 2016

"Kapal Ilahi": Penerbangan Manusia ke Antariksa dari China Pertama sejak 2016
Roket Long March-2F yang membawa wahana antariksa Shenzhou-12 yang berada di Peluncuran Satelit Jiuquan, Provinsi Gansu, China, 9 Juni 2021. Roket itu akan membawa misi pertama berawak yang dijadwalkan akan diluncurkan pada 17 Juni ke stasiun antariksa

BorneoTribun Internasional - Sebuah pesawat antariksa China akan lepas landas dari Gurun Pasir Gobi dengan menaiki roket Long March dalam beberapa hari mendatang. Pesawat itu akan mengangkut tiga laki-laki ke sebuah modul yang mengorbit di antariksa untuk misi tiga bulan. Misi itu akan jadi pertama kalinya China mengirim manusia ke antariksa dalam hampir lima tahun.

Shenzhou-12, yang artinya "Kapal Ilahi," akan menjadi yang misi ketiga dari 11 misi yang harus diselesaikan oleh stasiun antariksa China sebelum 2022.

Empat dari ke-11 misi itu melibatkan manusia. Keempat misi itu kemungkinan akan meluncurkan hingga 12 astronaut China ke antariksa. Angka itu lebih banyak dibandingkan 11 astronaut yang telah China kirim ke antariksa sejak 2003.

China, yang bertujuan menjadi kekuatan antariksa besar sebelum 2030, pada Mei menjadi negara kedua yang menempatkan sebuah wahana penjelajah, dua tahun setelah mengirim pesawat antariksa pertama di sisi lain Bulan.

China juga berencana mengirim astronaut ke bulan. [vm/pp]

Oleh: VOA

Sabtu, 12 Juni 2021

Amerika Serikat Berupaya Cegah Dominasi Digital China

Seorang pengunjung memperhatikan contoh jaringan konektivitas yang dipajang seorang vendor di sebuah pameran keamanan internet di Beijing, 12 September 2017.

BorneoTribun Internasional - Kegembiraan atas kemajuan digital China merajalela ketika Keith Krach terakhir mengunjungi negara itu sebagai kepala eksekutif perusahaan perangkat lunak yang sangat sukses, DocuSign, yang memiliki lebih dari 400 juta penggunanya di 188 negara.

“Saya melihat banyak teknologi baru, saya menyaksikan teknologi transformasi, semua orang menyuruh saya mengunduh Tencent setiap 30 menit,” kata Krach. Tencent adalah konglomerat multinasional di balik aplikasi WeChat yang populer di China.

Itu terjadi pada Desember 2017. Sekarang Krach berada hampir teratas dalam daftar orang Amerika yang dilarang, bersama kerabat dekat mereka, untuk mengunjungi China lagi atau melakukan bisnis dengan entitas China.

Mantan menteri luar negeri Mike Pompeo "di urutan pertama; penasihat kebijakan perdagangan Peter Navarro nomor dua; saya nomor tiga" dalam daftar teratas yang memuat nama-nama mantan pejabat pemerintahan Trump," kata Krach dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Sebanyak 28 orang dikenai sanksi, yang diumumkan 20 Januari, hanya beberapa menit setelah Presiden AS Joe Biden dilantik.

Meskipun sanksi difokuskan pada mereka yang tidak lagi menjabat, Krach yakin itu dimaksudkan sebagai peringatan bagi anggota pemerintahan Biden yang akan datang, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan koordinator Gedung Putih Asia Kurt Campbell.

“Itu arah sasaran mereka; cukup untuk membuat pejabat pemerintahan Biden enggan membuat kebijakan yang anti-Beijing. Bagi saya, itu tidak mempengaruhi saya. Saya berada di sisi lain," kata Krach kepada VOA saat berkunjung ke Washington baru-baru ini.

Krach menjadi wakil menteri luar negeri AS untuk urusan ekonomi pada Maret 2019 dan tetap menjabat sampai akhir masa jabatan Presiden Donald Trump.

“Tugas saya adalah mengembangkan strategi keamanan ekonomi global yang dioperasionalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi global, memaksimalkan keamanan nasional, dan memerangi agresi ekonomi China,” katanya.

Setahun menjabat, “masalah 5G menjadi sangat mendesak,” lanjutnya. “Huawei telah mengumumkan bahwa mereka telah memiliki 91 kontrak di seluruh dunia, 47 di Eropa; tampaknya mereka tak terbendung, (bahwa) mereka akan memimpin.” [my/pp]

Oleh: VOA

Jumat, 11 Juni 2021

Gabungan Anggaran Pertahanan China dan Rusia Lampaui AS

Sejumlah pesawat nirawak milik militer China dalam parade di Lapangan Tiananmen, 1 Oktober 2019. (Foto: AFP).

BorneoTribun Internasional - Perwira tinggi militer Amerika Serikat (AS) mengatakan anggaran pertahanan gabungan China dan Rusia melebihi anggaran pertahanan AS ketika disesuaikan dengan daya beli.

Ini khususnya memungkinkan China memperkecil kesenjangan kemampuan dalam usahanya untuk menjadi negara adidaya militer global teratas pada pertengahan abad.

"Jika digabungkan, anggaran Rusia dan China melebihi anggaran kita," kata Ketua Gabungan Kepala Staf Jenderal Mark Milley kepada anggota Kongres, Kamis (10/6), selama kesaksian di depan Komite Angkatan Bersenjata Senat.

Ia menyebut tren peningkatan anggaran China "mengkhawatirkan".

China dan Rusia adalah dua pesaing terbesar militer AS. Menteri pertahanan mulai dari Jim Mattis hingga Lloyd Austin telah menyebut China sebagai "tantangan yang semakin mengkhawatirkan" bagi militer AS.

Senator Jim Inhofe, anggota Komisi Angkatan Bersenjata Senat, dalam artikel baru-baru ini menulis bahwa anggaran pertahanan China jika disesuaikan dengan daya beli adalah $604 miliar dan anggaran pertahanan Rusia adalah sekitar $200 miliar setelah penyesuaian.

Menurut pejabat, kesenjangan selama dua atau tiga dekade lalu antara kemampuan AS dan kemampuan militer China telah berkurang.

"Kita telah meminta militer bertindak terlampau banyak dengan anggaran yang sangat kecil dalam waktu yang lama," kata Inhofe, seorang anggota Partai Republik dari Oklahoma.

"Adalah kewajiban kita untuk membela bangsa ini, dan anggaran yang diusulkan ini tidak mencerminkannya," tambah Senator Roger Wicker, anggota Partai Republik dari Mississippi.

Senator lainnya, termasuk Marsha Blackburn, Republikan dari Tennessee, menunjukkan kesenjangan pendanaan antara apa yang diminta oleh beberapa pemimpin militer untuk pertahanan Pasifik dan apa yang ada dalam permintaan anggaran pemerintah saat ini.

Milley dan Austin mengatakan anggaran pertahanan, yang berjumlah $715 miliar, mengharuskan departemen untuk membuat pilihan sulit, tetapi itu merupakan sarana untuk memberi AS "pertahanan yang memadai."

“Kita menginginkan kemampuan yang sejalan dengan konsep operasional yang kita junjung dan memungkinkan kita bukan hanya kompetitif tetapi benar-benar dominan dalam kompetisi ini,” kata Austin.

Senator Tim Kaine, seorang Demokrat dari Virginia, membela anggaran pertahanan dan memberi tahu rekan-rekannya dari Partai Republik bahwa meskipun anggaran Biden lebih kecil $6 miliar dari anggaran pemerintahan Trump yang diusulkan untuk tahun ini, anggaran militer Trump sebenarnya lebih rendah karena ia berulang kali menggunakan anggaran Pentagon untuk "keadaan darurat nonmiliter" seperti membangun tembok di sepanjang perbatasan selatan AS. [my/pp]

Oleh: VOA

Jumat, 04 Juni 2021

China dan AS Buka ‘Komunikasi Normal’ Mengenai Perdagangan

China dan AS Buka ‘Komunikasi Normal’ Mengenai Perdagangan
Bendera nasional AS dan China melambai di depan sebuah hotel internasional di Beijing 4 Februari 2010. (Foto: Reuters)

BorneoTribun Internasional -- Kementerian Perdagangan China pada hari Kamis (3/6) menyatakan bahwa China dan AS memulai “komunikasi normal” mengenai hubungan perdagangan dan ekonomi setelah para pejabat dari kedua pihak mengadakan pertemuan pertama melalui video yang mengarah pada perundingan untuk mengakhiri perang tarif mereka.

Gao Feng, juru bicara Kementerian Perdagangan China dalam pengarahan mingguan, mengatakan, wakil PM Liu He dan Menteri Keuangan Janet Yellen membahas perdagangan, situasi makro, kebijakan domestik dan berbagai masalah lainnya pada hari Rabu, dan kedua pihak meyakini diskusi itu berlangsung “profesional, jujur dan konstruktif.”

Presiden Joe Biden, yang mulai menjabat pada Januari lalu, belum menyatakan bagaimana ia akan menangani konflik dengan China yang dimulai oleh pendahulunya.

Mantan presiden Donald Trump menaikkan tarif impor dari China terkait keluhan mengenai kebijakan industri dan surplus perdagangan negara itu.

Beijing membalas dengan menangguhkan pembelian kedelai AS dan menaikkan tarif terhadap berbagai barang lainnya.

Liu berbicara melalui telepon pekan lalu dengan Perwakilan Perdagangan AS, Katherine Tai, kepala delegasi AS mengenai pembicaraan tarif.

Para perunding belum bertemu langsung sejak pandemi virus corona mulai merebak pada awal 2020.

Para pejabat di tingkat lebih rendah mengadakan pertemuan bulanan melalui telepon mengenai status pelaksanaan kesepakatan “Tahap 1” dari awal 2018 yang dimaksudkan untuk mengakhiri konflik.

Kedua pihak menyetujui dalam kesepakatan “Tahap 1” itu untuk menunda kenaikan tarif lebih jauh terhadap barang pihak lain dan untuk membatalkan sebagian di antaranya.

China berjanji untuk membeli lebih banyak kedelai Amerika dan ekspor lainnya.

Beijing tidak memenuhi komitmen itu setelah pandemi COVID-19 mengacaukan perdagangan global. [uh/ab]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pilkada 2024

Lifestyle

Tekno