Lebih 40 Ribu Korban Tewas Gempa di Suriah dan Turki
Tim penyelamat membawa Fatma, 15 tahun, setelah diselamatkan dari puing-puing bangunan yang runtuh beberapa jam setelah gempa di Hatay, Turki 14 Februari 2023. (Foto: REUTERS/Clodagh Kilcoyne) |
-->
Tim penyelamat membawa Fatma, 15 tahun, setelah diselamatkan dari puing-puing bangunan yang runtuh beberapa jam setelah gempa di Hatay, Turki 14 Februari 2023. (Foto: REUTERS/Clodagh Kilcoyne) |
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah dalam jumpa pers, Kamis (12/5). (Foto: VOA/Indra Yoga) |
Menteri Pertahanan AS Llyod Austin (kiri) dan Jenderal AS Mark Milley berbicara dalam pertemuan pejabat pertahanan NATO di markas NATO di Brussel hari Selasa (14/2). |
ISRAEL - Puluhan ribu warga Israel turun ke jalan untuk memprotes rencana perombakan sistem peradilan yang diusulkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Kritikus menilai rencana itu akan menjadikan Israel negara diktator.
Puluhan ribu warga Israel berunjuk rasa, Senin (13/2) di depan gedung parlemen Israel (Knesset), Yerusalem, untuk menentang rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu merombak sistem peradilan di negara itu. Mereka mengibarkan bendera Israel sambil meniup terompet dan meneriakkan kata “demokrasi” dan “tidak pada kediktatoran” dalam unjuk rasa tersebut.
Kepada kantor berita Associated Press, Eliad Shraga, ketua Gerakan untuk Pemerintahan Berkualitas, kelompok masyarakat sipil yang mengorganisir unjuk rasa itu, mengatakan bahwa mereka berkumpul untuk mendukung Mahkamah Agung Israel dan memberi peringatan kepada Knesset.
“Kami datang untuk berunjuk rasa menentang sebuah rancangan undang-undang yang sangat agresif, yang akan mengubah Israel dari negara demokrasi liberal menjadi negara diktator fasis. Rakyat [Israel] tidak siap dan tidak mau menerima perdana menteri, yang seorang terdakwa, mencoba melarikan diri dari proses peradilan dan, demi kepentingannya, mencoba mengubah seluruh sistemnya, untuk merusak cabang peradilan, merusak Mahkamah Agung,” jelasnya.
Dalam orasinya, Lapid, yang memimpin pihak oposisi, mengatakan, “Kita tidak akan bersembunyi di rumah ketika mereka mencoba mengubah Negara Israel menjadi negara diktator yang kelam dan membungkam kita. Mereka tidak akan menutup mulut kita.”
Netanyahu, yang saat ini diadili atas tuduhan korupsi yang dibantahnya, mengatakan bahwa perubahan itu diperlukan untuk mengembalikan keseimbangan di dalam sistem peradilan dan mengekang para hakim aktivis yang telah melampaui batas kewenangan mereka dalam mencampuri urusan politik.
Rancangan undang-undang, yang akan memberi Netanyahu wewenang lebih besar untuk menunjuk hakim dan melemahkan kemampuan Mahkamah Agung dalam membatalkan legislasi atau regulasi yang bertentangan dengan cabang eksekutif pemerintahan, telah memicu gelombang demonstrasi di seantero Israel selama berminggu-minggu.
Pada Senin (13/2), setelah pemungutan suara, Komite Konstitusi Knesset memilih untuk mengirim bab pertama RUU tersebut ke sidang pleno untuk pemaparan pertama. Itu dilakukan setelah pada awal pertemuan, sebelum pemungutan suara, para anggota saling adu argumen dan berteriak, di mana beberapa anggota diusir secara paksa dengan teriakan “memalukan, memalukan.”
RUU itu telah mengungkap perpecahan mendalam dalam masyarakat Israel, mengadu kekuatan ekonomi dan sebagian kalangan yang lebih liberal dengan para pendukung Netanyahu dan sekutu koalisi keagamaan dan nasionalis sayap kanannya.
Menanggapi unjuk rasa di gedung parlemen, Netanyahu merilis sebuah video hari Senin. Ia menuduh lawan politiknya menghasut dan “sengaja menyeret negara ke dalam anarki.”
“Saya mengimbau kepada para pemimpin oposisi: hentikan. Berhenti dengan sengaja menyeret negara ini ke dalam anarki. Kendalikan diri Anda, tunjukkan rasa tanggung jawab dan kepemimpinan, karena Anda melakukan yang sebaliknya. Satu lagi, sebagian besar warga Israel tidak menginginkan anarki. Mereka menginginkan dialog yang substantif dan pada akhirnya mereka ingin persatuan,” jelasnya.
Kritikus mengatakan RUU tersebut berisiko menghancurkan mekanisme check and balances atau prinsip pemisahan kekuasaan dalam negara demokrasi, serta mengisolasi Israel dari dunia internasional karena pelemahan sistem peradilan, menyerahkan kekuasaan tak terkendali kepada cabang eksekutif dan membahayakan hak asasi manusia dan kebebasan sipil.
Pada Minggu (12/2) malam, dalam intervensi yang jarang terjadi, kepala negara Israel, Presiden Isaac Herzog, tampil di televisi menyampaikan permohonan untuk mencapai mufakat. Ian mengatakan bahwa amarah dan kekecewaan telah membuat Israel berada di ambang “keruntuhan konstitusional dan sosial.” [rd/ka]
Oleh: Voa Indonesia
Editor: Yakop
Polisi Pakistan menangkap sedikitnya 50 tersangka penculikan dan pembunuhan terhadap seorang pria yang ditahan atas tuduhan penistaan agama, kata para pejabat, Senin (13/2). (Foto: AP) |
PAKISTAN - Polisi Pakistan menangkap sedikitnya 50 tersangka penculikan dan pembunuhan terhadap seorang pria yang ditahan atas tuduhan penistaan agama, kata para pejabat, Senin (13/2).
Massa yang terdiri dari ratusan Muslim yang marah menyerbu kantor polisi di distrik Nankana di Provinsi Punjab timur pada hari Sabtu (11/2). Mereka mendapat informasi bahwa seorang pria yang diidentifikasi hanya sebagai Waris telah menodai kitab suci umat Islam, Al-Qur'an.
Menurut kepala polisi distrik, Babar Sarfraz Alpa, massa menuduh Waris menempelkan gambar dirinya, istrinya, dan sebilah pisau di sela-sela halaman kitab suci itu, memamerkannya dan melemparkannya ke jalanan.
Tuduhan penistaan agama bisa dikenai hukuman mati berdasarkan undang-undang Pakistan.
Para pejabat mengatakan massa menyerbu kantor polisi Warburton pada Sabtu (11/2). Beberapa menggunakan tangga kayu untuk memanjat tembok dan membuka gerbang utama, sehingga massa bisa masuk. Pada saat bala bantuan polisi sampai di lokasi untuk menyelamatkan nyawa napi, massa sudah menggantungnya dan hendak membakar tubuhnya. Polisi membubarkan massa itu.
Pada Senin (13/2), Alpa mengatakan polisi telah menangkap sedikitnya 50 orang karena berpartisipasi dalam serangan itu Ia mengatakan lebih banyak penggerebekan sedang dilakukan untuk menangkap para tersangka lainnya.
Kelompok-kelompok HAM internasional dan Pakistan mengatakan tuduhan penistaan agama sering digunakan untuk mengintimidasi kelompok-kelompok agama minoritas dan menyelesaikan masalah pribadi. Pemerintah Pakistan telah lama berada di bawah tekanan untuk mengubah undang-undang penistaan agama, sesuatu yang sangat ditentang oleh para Islamis.
Pria yang terbunuh, Waris, ditangkap pada 2019 atas tuduhan penodaan agama dan dipenjara hingga pertengahan 2022.
Polisi mengatakan Waris kembali menodai Al-Qur'an, dan beberapa saksi yang melihat aksinya itu menangkap dan memukulinya. Polisi menahan Waris. Namun, massa kemudian menyerang kantor polisi dan membunuhnya. Mereka mengatakan mereka menghukumnya karena menghina Al-Qur'an.
Sebuah pernyataan mengatakan pihak berwenang telah memecat kepala kantor polisi dan wakil pengawas wilayah itu karena lalai dalam mencegah serangan itu. [ab/lt]
Ilustrasi destinasi wisata wisata Great & Grand Sweet Destination di Chonburi, Pattaya, Thailand. (Instagram/@great_grandsweetdestination) |
Pattaya, Thailand - Thailand Kini Promosikan Taman Great & Grand Sweet Destination. Thailand kini sedang berbenah menyambut kedatangan para wisatawan seiring dengan dilonggarkannya aturan terkait protokol kesehatan akibat COVID-19.
Selain memastikan keamanan kesehatan para pelancong, ada sejumlah destinasi wisata yang baru dibuka di negeri gajah putih tersebut, salah satunya adalah taman wisata Great & Grand Sweet Destination.
Great & Grand Sweet Destination adalah sebuah taman atraksi bertema camilan serba manis, desserts, layaknya di fantasi Willy Wonka.
Ilustrasi destinasi wisata wisata Great & Grand Sweet Destination di Chonburi, Pattaya, Thailand. (Instagram/@great_grandsweetdestination) |
Berlokasi di Chonburi, Pattaya, destinasi baru yang dibuka sekira tiga bulan lalu ini menghadirkan berbagai sudut foto menarik yang menampilkan kudapan-kudapan manis seperti es krim, cup cakes, donat, cokelat, wafer, dan aneka gula-gula.
Great & Grand Sweet Destination masuk ke dalam destinasi wajib dikunjungi yang disarankan oleh pemerintah Thailand kepada para agen perjalanan untuk ditawarkan kepada para wisatawan.
Dengan membayar tiket masuk 95 Baht atau sekira Rp38 ribuan, wisatawan sudah bisa puas berpose di "desserts wonderland" yang Instagrammable.
Bukan hanya itu, destinasi wisata ini juga menyediakan kedai es krim, kedai susu hingga coffee shops yang menawarkan keseruan tak berkesudahan.
Great & Grand Sweet Destination sangat cocok dijadikan tujuan wisata bersama anak-anak.
Jangan lupa menggunakan topi dan kaca mata hitam jika pergi berkunjung ke destinasi ini.
Pewarta : Ida Nurcahyani/Antara
Editor: Yakop
Pengunjuk rasa berkumpul untuk mendukung kaum perempuan Iran dan memprotes kematian Mahsa Amini di Alun-Alun Callao di Madrid, Spanyol, 1 Oktober 2022. ANTARA/REUTERS/Isabel Infantes/as. |
Paris, Prancis - Prancis pada Jumat (7/10) mendesak semua warga negaranya untuk meninggalkan Iran sesegera mungkin karena mereka dianggap berisiko mengalami penahanan sewenang-wenang.
"Warga Prancis yang berkunjung, termasuk yang memiliki kewarganegaraan ganda, menghadapi risiko tinggi penangkapan, penahanan sewenang-wenang, dan persidangan yang tidak adil," kata kementerian luar negeri Prancis di lamannya.
Prancis pekan ini mengecam Iran atas "praktik-praktik kediktatoran" serta penahanan yang dialami dua warga negaranya.
Penahanan itu dilakukan Iran setelah kedua warga Prancis itu dalam sebuah video yang disiarkan pada hari Kamis (6/10) terlihat mengaku melakukan pemata-mataan.
Penahanan juga terjadi di tengah kerusuhan, yang sudah berjalan berminggu-minggu dan dituding pemerintah Teheran ada kaitannya dengan musuh-musuh dari negara asing.
Kemenlu Prancis sebelumnya pada hari Jumat mendesak Iran untuk segera membebaskan kedua warganya.
Sumber: Reuters
Ilustrasi. foto istockphoto/karya |
Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan lewat konferensi video bersama dengan CEO Gazprom Alexei Miller. Biro Pers dan Informasi Kepresiden Rusia/www.kremlin.ru |
Industri militer AS akan kesulitan mengganti komponen China. (BorneoTribun/Global Times) |
Charles membaca koran, 1969. Foto: Keystone/Arsip Hulton/Getty Images |
Ratu Elizabeth II. |
Subscribe di situs ini untuk mendapatkan update berita terbaru