Berita Borneotribun.com: NATO Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label NATO. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NATO. Tampilkan semua postingan

Senin, 06 Maret 2023

Joe Biden Tekan Pemimpin Negara Baltik untuk Lawan Rusia, Konflik Ukraina Dipengaruhi?

Joe Biden Tekan Pemimpin Negara Baltik untuk Lawan Rusia, Konflik Ukraina Dipengaruhi?
Presiden AS Joe Biden berjalan meninggalkan Gedung Putih selepas berbicara dengan para wartawan di Washington, pada 24 Februari 2023. (Foto: Reuters/Evelyn Hockstein)

JAKARTA - Dalam laporan dari The Wall Street Journal, disebutkan bahwa Presiden Amerika Serikat Joe Biden memberikan tekanan kepada pemimpin negara-negara Baltik selama kunjungannya ke Warsawa.

Hal itu karena sering mengeluarkan seruan untuk mengalahkan Rusia serta terlihat mengedepankan sikap rasis terhadap orang Rusia.

Tindakan dari negara-negara tersebut dapat memiliki dampak negatif pada upaya menyelesaikan konflik di Ukraina secara diplomatis. 

Beberapa anggota NATO dari Eropa Timur khawatir bahwa Ukraina akan terbujuk untuk melakukan negosiasi daripada melanjutkan konflik.

Sebelumnya, mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjanji untuk menyelesaikan konflik Ukraina dalam waktu satu hari jika ia terpilih sebagai kepala negara. 

Namun, ia tidak menjelaskan bagaimana caranya. 

Trump juga menyebut bahwa Amerika Serikat telah memberikan bantuan senilai 140 miliar dolar kepada Ukraina, sedangkan negara-negara NATO hanya memberikan sebagian kecil bantuan tersebut. 

Menurut Trump, konflik di Ukraina lebih penting bagi NATO karena lokasi konflik tersebut. 

Pada bulan Februari, Trump juga menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak perlu mengirimkan bantuan militer yang besar ke Kiev.

Editor: Yakop

Senin, 18 April 2022

Rusia melihat risiko bentrokan yang tidak disengaja dengan NATO di Arktik

Rusia melihat risiko bentrokan yang tidak disengaja dengan NATO di Arktik
Duta Besar Kementerian Luar Negeri Rusia Nikolay Korchunov. (Foto: Kementerian Luar Negeri Rusia)


Borneo Tribun, Jakarta -- Kementerian Luar Negeri Rusia Nikolay Korchunov mengatakan Rusia prihatin tentang keterlibatan negara-negara non-Arktik NATO dalam kegiatan militer aliansi di wilayah utara dan mencatat risiko bentrokan yang tidak disengaja dengan pasukan aliansi di Kutub Utara, Duta Besar.


"Internasionalisasi kegiatan militer Aliansi di lintang tinggi, di mana negara-negara NATO non-Arktik terlibat, pasti menimbulkan kekhawatiran," kata diplomat itu, yang juga Ketua Komite Pejabat Senior di Dewan Arktik Dikutip Tass Senin (18/4).


"Ini meningkatkan risiko insiden yang tidak disengaja, yang selain risiko keamanan, juga dapat menyebabkan kerusakan serius pada ekosistem Arktik yang rapuh." katanya.


Latihan militer NATO di utara Norwegia tidak membantu keamanan di Kutub Utara, kata Korchunov. "Aktivitas NATO yang meningkat baru-baru ini di Kutub Utara adalah masalah yang memprihatinkan," katanya. "Baru-baru ini, latihan militer skala besar lainnya dari aliansi berlangsung di utara Norwegia, yang menurut kami tidak berkontribusi untuk memastikan keamanan di kawasan itu."


Latihan internasional berskala besar Cold Response dimulai di Norwegia pada 14 Maret dan berlangsung selama dua minggu. Itu adalah manuver terbesar yang dipimpin Norwegia sejak 1980-an, kata Kementerian Luar Negeri negara itu. Latihan tersebut melibatkan sekitar 30.000 tentara dari 27 negara bagian, termasuk Finlandia dan Swedia yang merupakan negara mitra NATO.


Swedia dan Finlandia

Jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO, itu akan merusak keamanan dan kepercayaan di Kutub Utara, kata Korchunov.


“Tentu saja, ekspansi NATO dengan mengorbankan negara-negara non-blok secara tradisional tidak akan berkontribusi pada keamanan dan rasa saling percaya di Arktik, penguatan yang secara konsisten diadvokasikan oleh Rusia,” kata diplomat, yang juga Ketua Komite Pejabat Senior. di Dewan Arktik, ketika mengomentari prospek bahwa Swedia dan Finlandia akan bergabung dengan NATO.


Diplomat itu mengatakan diskusi tentang masalah ini sedang berlangsung di Stockholm dan Helsinki. “Saya ingin mencatat bahwa komitmen jangka panjang Stockholm dan Helsinki terhadap kebijakan non-alignment dengan aliansi militer telah menjadi faktor penting dalam stabilitas dan keamanan di kawasan Eropa Utara dan di benua Eropa secara keseluruhan. ," kata Korchunov.


Sebelumnya, The Times melaporkan, mengutip sumber, bahwa Helsinki dan Stockholm dapat mengajukan keanggotaan pada awal musim panas. Pada hari Kamis, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan bahwa Rusia akan memperkuat perbatasan baratnya jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO, dan kemudian "tidak akan ada lagi pembicaraan tentang status non-nuklir untuk Baltik.".


Format alternatif

Rusia memperingatkan Barat tentang konsekuensi negatif dari upaya membentuk format selain Dewan Arktik, kata Korchunov.


"Kemungkinan upaya untuk membangun, dalam situasi saat ini, beberapa struktur kerja sama alternatif di Kutub Utara hanya akan mengarah pada penciptaan garis pemisah dan akan mengintensifkan kecenderungan sentrifugal, yang akan merusak prinsip kolektif yang telah kami pandu secara tradisional ketika membuat keputusan di wilayah Kutub Utara, " dia berkata.


Jeda dalam pekerjaan Dewan Arktik "akan memberi tahu buruk pada upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk Arktik, pertama-tama, masyarakat adat Utara, yang menikmati status anggota tetap organisasi ini," katanya. . "Kerja sama yang saling menguntungkan antara masyarakat adat dari semua negara bagian Arktik tidak boleh menjadi sandera dalam situasi politik saat ini."


Semua negara Dewan Arktik kecuali Rusia mengeluarkan pernyataan tertulis pada 3 Maret yang menolak untuk mengambil bagian dalam setiap pertemuan Dewan baik yang dipimpin oleh Rusia atau berlangsung di wilayahnya atas situasi di sekitar Ukraina.


Dewan Arktik adalah organisasi antar pemerintah negara-negara Arktik. Anggotanya adalah Denmark (bersama dengan Greenland dan Kepulauan Faroe), Islandia, Kanada, Norwegia, Amerika Serikat, Finlandia, Swedia, dan Rusia). Pada tahun 2021, ketika Dewan menandai ulang tahun ke-25, kepresidenan dua tahun datang dari Islandia ke Rusia.


(YK/ER)

Rabu, 16 Juni 2021

Turki Minta Dukungan AS untuk Peran Baru di Afghanistan

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden AS Joe Biden berbincang-bincang sebelum sidang paripurna NATO di markas NATO, di Brussels, Senin, 14 Juni 2021. (Foto: Olivier Matthys/Pool/AFP)

BORNEOTRIBUN.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Senin (14/6), mengatakan negaranya membutuhkan “bantuan diplomatik, logistik, dan finansial” dari Amerika Serikat (AS) jika diberi peran untuk menempatkan pasukan di Afghanistan. Penempatan pasukan itu guna melindungi dan mengoperasikan bandara internasional Kabul, menyusul penarikan pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantik Treaty Organization/NATO) dari negara itu.

Berbicara pada wartawan pada akhir dari serangkaian pertemuan dengan para pemimpin NATO di sela-sela konferensi tingkat tinggi (KTT), Senin (14/6), Erdogan mengatakan Turki berusaha untuk melibatkan Pakistan dan Hongaria dalam misi baru di Afghanistan pasca penarikan mundur pasukan NATO pimpinan Amerika.

Turki dilaporkan menawarkan untuk melakukan pengamanan bandara Kabul, meskipun masih ada pertanyaan soal bagaimana menjamin keamanan di sepanjang rute transportasi utama dan di bandara, yang merupakan rute utama ke Kabul.

Turki saat ini memiliki 500 tentara di Afghanistan.

Erdogan mengatakan, dia telah mengadakan pertemuan yang konstruktif dengan Presiden Biden dan telah mengundang Biden untuk berkunjung ke Turki.

Kedua pemimpin itu sudah saling kenal selama bertahun-tahun. Namun, pertemuan ini merupakan pertemuan tatap muka pertama sebagai kepala negara, dan berlangsung di tengah-tengah masa sulit dalam hubungan di antara kedua sekutu NATO itu.

Turki marah karena AS mendukung pejuang Kurdi di Suriah. Sementara Amerika telah menjatuhkan sanksi terhadap Turki karena membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia.

Biden pada April lalu juga menimbulkan kegusaran Ankara karena menyebut pembunuhan masal dan deportasi orang Armenia pada masa kerajaan Ottoman sebagai “genosida.”

Turki membantah bahwa deportasi dan pembantaian warga Armenia yang dimulai pada 1915 dan menewaskan sekitar 1,5 juta itu merupakan genosida. Namun, Erdogan mengatakan, isu Armenia tidak dibahas selama pertemuan itu. [jm/em]

Oleh: VOA

Selasa, 15 Juni 2021

NATO Tegaskan Kembali Kekuatan Aliansi

NATO Tegaskan Kembali Kekuatan Aliansi
Sumber Gambar Twiiter @jensstoltenberg.

BorneoTribun Internasional - NATO Tegaskan Kembali Kekuatan Aliansi. 30 negara anggota NATO, Senin (14/6) mengakhiri pertemuan puncak mereka di Brussel, menegaskan kembali aliansi militer dengan pernyataan yang kuat terhadap Rusia dan sedikit lebih lunak terhadap China.

Kedua negara itu disebut sebagai “tantangan terhadap hukum internasional .”

Dalam komunike final, para pemimpin sepakat untuk "membuka babak baru dalam hubungan transatlantik,"selagi mereka menghadapi " lingkungan keamanan yang semakin kompleks.

Aliansi mengadopsi “NATO 2030”, mekanisme konsultasi untuk mempersiapkan Konsep Strategis berikutnya. Dokumen ini dimaksudkan untuk memandu aliansi dalam meningkatkan persaingan global dan menghadapi ancaman yang semakin tidak terduga.

NATO 2030 mencakup pengakuan mengenai “Rusia yang lebih ganas”, “bentuk terorisme yang lebih brutal”, ketidakstabilan yang berkelanjutan, meningkatnya ancaman siber dan serangan oleh aktor negara dan non-negara, teknologi baru, pandemi, serta perubahan iklim sebagai ancaman terbaru.

NATO 2030 juga mengakui bahwa “kebangkitan China secara fundamental menggeser keseimbangan kekuatan.”

“Dengan menyetujui agenda NATO 2030, para pemimpin telah mengambil keputusan untuk menjadikan aliansi itu lebih kuat dan lebih cocok untuk masa depan,” kata Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg saat konferensi pers di akhir KTT.

Moskow membantah melakukan tindakan tidak legal, tetapi sekutu itu semakin khawatir, mengingat agresi Rusia baru-baru ini di kawasan timur dan serangan rahasia dan sibernya untuk melemahkan negara-negara Barat.

Dalam acuan langsung lainnya pada Rusia, negara-negara anggota NATO menyetujui kebijakan pertahanan siber baru. [my/lt]

Oleh: VOA

Senin, 19 April 2021

Dua mata-mata Rusia dituduh terlibat serangan Racun Agen Saraf di Inggris, 20 diplomat Ceko diusir dari Rusia

Dua mata-mata Rusia dituduh terlibat serangan Racun Agen Saraf di Inggris, 20 diplomat Ceko diusir dari Rusia
Para polisi bersiaga di luar Kedutaan Besar Rusia di Praha, Ceko, saat berlangsung demo memprotes keterlibatan intel Rusia dalam ledakan gudang amunisi di Vrbetice pada 2014, Minggu, 18 April 2021. (Foto: David W. Cerny/Reuters)

BorneoTribun Rusia -- Rusia mengusir 20 diplomat Ceko pada Minggu (18/4) dalam konfrontasi terkait tuduhan Ceko bahwa dua mata-mata Rusia yang dituduh terlibat dalam serangan racun agen saraf di Inggris pada 2018, berada di balik ledakan di sebuah depot amunisi Ceko yang menewaskan dua orang.

Pada Sabtu (18/4), Praha memerintahkan 18 diplomat Rusia untuk meninggalkan negara itu. Langkah itu memicu Rusia untuk berjanji akan “membuat para pelaku provokasi ini untuk benar-benar memahami tanggung jawab mereka karena menghancurkan dasar hubungan normal antara negara kita.”

Moskow memberi para diplomat Ceko satu hari untuk pergi, sementara Praha memberi Rusia tiga hari.

Republik Ceko mengatakan telah memberitahu NATO dan sekutu-sekutu Uni Eropa bahwa Praha curiga Rusia menyebabkan ledakan 2014, dan para Menteri Luar Negeri Uni Eropa akan membahas masalah ini dalam pertemuan mereka pada Senin (19/4).

Departemen Luar Negeri AS memuji respons tegas Praha terhadap “aksi subversif Rusia di wilayah Ceko.”

Perselisihan itu adalah yang terbesar antara Praha dan Moskow sejak berakhirnya dominasi Soviet selama puluhan tahun di Eropa timur pada 1989. [vm/ft]

Oleh: VOA

Jumat, 30 Oktober 2020

Aliansi NATO Makin Tidak Sabar dengan Agresi Turki

Aliansi NATO Makin Tidak Sabar dengan Agresi Turki
Kapal-kapal Angkatan Laut Turki berlatih melakukan pendaratan dalam latihan militer Blue Homelan di kota pesisir Foca, di Teluk Izmir, Turki, 5 Maret 2019. (Foto: Reuters)

BorenoTribun | Internasional - Aliansi NATO Makin Tidak Sabar dengan Agresi Turki. Amerika Serikat mendorong negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) untuk bekerja dengan Turki untuk mengatasi perpecahan yang telah membuat Ankara bergerak lebih dekat ke Rusia. Namun, sedikitnya satu dari negara-negara sekutu itu bersiap untuk menghadapi lebih banyak kekacauan.


Yunani, yang terlibat dalam perselisihan yang sedang berlangsung dengan Turki mengenai hak dan sumber daya di bagian timur Laut Tengah, telah berulang kali membuat pasukan angkatan lautnya waspada dalam beberapa pekan terakhir. Seorang pejabat penting khawatir bahwa ketegangan antara kedua negara itu adalah bagian dari pola yang lebih besar yang tidak terlihat akan berakhir.


Turki telah “menjadi semakin percaya diri ... ditambah dengan meningkatnya unsur retorika agresif, sikap konfrontatif dan posisi politik revisionis,” kata Menteri Pertahanan Yunani Nikos Panagiotopoulos, Kamis (29/10), dalam pembicaraan virtual yang disponsori oleh German Marshall Fund.


“Pada titik tertentu, sesuatu perlu dilakukan,” katanya. “Sayangnya, ini melibatkan unsur-unsur yang tidak menyenangkan.”


Panagiotopoulos dan lainnya mengatakan bahwa agresivitas yang baru ditemukan itu terlihat pada Rabu (28/10), ketika Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Barat, dan Perancis, dalam pidato di depan anggota partai politiknya.


“Mereka benar-benar ingin melancarkan kembali Perang Salib,” kata Erdogan, mengacu pada pembelaan pemerintah Perancis pada kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad.


Pemimpin Turki itu juga mengatakan Barat “sekali lagi menuju ke periode kebiadaban.”


Turki juga telah menimbulkan kemarahan negara-negara Barat, khususnya sesama sekutu NATO, setelah melakukan tes minggu lalu terhadap sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia.


Berbicara dengan wartawan pada Rabu (28/10), seorang pejabat tinggi Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan Washington siap untuk mengambil tindakan yang lebih keras terhadap Ankara, dan memperingatkan bahwa ancaman pemberlakuan sanksi sangat nyata. (VOA)

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno