Berita Borneotribun.com: Pembunuhan Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Pembunuhan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pembunuhan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Agustus 2022

Polisi Buru Pembunuh Siswa SD Saat Belajar di Kelas

Polisi Buru Pembunuh Siswa SD Saat Belajar di Kelas
Foto Ilustrasi. Polisi Buru Pembunuh Siswa SD Saat Belajar di Kelas.
BorneoTribun, Medan - Aparat kepolisian masih memburu pria berinisial R (32) yang membunuh seorang siswa berinisial S (10) saat sedang belajar di ruang kelas di salah satu sekolah dasar di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serang, Sumatera Utara pada Selasa.

Kapolsek Sunggal Kompol Yudha mengatakan bahwa pelaku pembunuhan tersebut tak lain merupakan paman korban.
 
"Pelaku sampai saat ini masih kita buru," katanya.
 
Ia menjelaskan kronologi pembunuhan tersebut bermula saat korban bersama teman-temannya sedang belajar di dalam ruang kelas.
 
Tiba-tiba pelaku datang dan mendobrak pintu ruang kelas yang saat itu sedang tertutup. Pelaku langsung menikam perut korban dengan pisau. Usai menikam korban, pelaku melarikan diri.
 
Siswa lainnya yang melihat kejadian tersebut langsung berteriak sehingga membuat para guru datang ke ruangan tersebut.
 
Pihak sekolah sempat membawa korban ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong saat masih dalam perjalanan ke rumah sakit.
 
Yudha menambahkan bahwa pihaknya sudah melakukan olah tempat kejadian perkara dan memeriksa sejumlah saksi terkait kasus pembunuhan tersebut.
 
"Sudah kita mintai keterangan sejumlah saksi," katanya.

(NA/ANT)

Sabtu, 06 Agustus 2022

Petugas keamanan jaga ketat gerbang masuk rumah pribadi Ferdy Sambo

Pantauan rumah pribadi eks Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di Durem Tiga, Jakarta Selatan, Sabtu (6/8/2022) malam.
Pantauan rumah pribadi eks Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di Durem Tiga, Jakarta Selatan, Sabtu (6/8/2022) malam.

BorneoTribun Jakarta - Petugas keamanan menjaga ketat gerbang masuk rumah pribadi mantan Kadiv Propam Polri Irjen Pol. Ferdy Sambo di Jalan Saguling III, Kompleks Pertambangan, Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu.

Salah satu petugas keamanan yang enggan disebutkan namanya mengaku dirinya mendapat bagian berjaga gerbang di gerbang Jalan Saguling pada malam ini.

Menurut sang petugas keamanan, sejak siang hanya dirinya berjaga gerbang ini dan tidak ada anggota kepolisian yang berada di sekeliling.

Jika rumah dinas kawasan Duren Tiga berjarak sekitar 300 meter ke rumah pribadi Irjen Pol. Ferdy Sambo, maka jarak antara gerbang Jalan Saguling ke rumah pribadi atasan Brigadir J itu sekitar satu meter, kata dia.

Adapun gerbang Jalan Saguling, menurut pengakuannya sudah ditutup sejak sebelum pandemi COVID-19 namun tetap dijaga dan dibuka kalau ada orang yang izin ingin melewati.

Menurut pantauan Antara di depan gerbang perumahan Ferdy Sambo sejak pukul 19.06 WIB  perumahan yang berisi sekitar 40 rumah tak terlalu sepi lantaran banyak orang yang berlalu lalang melintasi gerbang tersebut.

Terlihat para pedagang makanan seperti bakso hingga sekoteng diperbolehkan masuk. Ada juga beberapa kendaraan roda dua dan empat hingga ojek daring menanyakan alamat rumah di kawasan Jalan Saguling.

"Saya jarang ketemu. Beliau orang baru di sini belum setahun, kalau yang udah lama itu di Duren Tiga," ungkap petugas keamanan.

Kendati demikian, petugas keamanan mengatakan kawasan Jalan Saguling ini juga mendapat perhatian dari Mayor Jenderal Purnawirawan Polisi yang saat ini Ketua RT 05/RW 01 Duren Tiga, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, Seno Sukarto.

Seno dikenal akrab dengan para warga di Komplek Pertambangan termasuk sang petugas keamanan yang berusia 55 tahun tersebut.

Menjelang malam minggu, para remaja tampak akrab bermain di sekitar pos satpam yang dekat dengan gerbang. Bahkan mereka juga membersihkan lantai pos satpam saat ditegur sang petugas keamanan.

Diketahui, rumah pribadi eks Kadiv Propam Polri Irjen Pol. Ferdy Sambo yang berada di Jalan Saguling III merupakan tempatnya melakukan tes PCR seusai dari Magelang.

(LM/ANT)

Kamis, 04 Agustus 2022

Siswa SMP Tewas Ditusuk Kakak Kelasnya

Pelajar SMP di Merangin Jambi tewas ditusuk kakak kelasnya, saat ini kepolisian Merangin sedang mendalami motif penusukan.
Pelajar SMP di Merangin Jambi tewas ditusuk kakak kelasnya, saat ini kepolisian Merangin sedang mendalami motif penusukan.
BorneoTribun Jambi - Jajaran Polres Merangin melakukan penyelidikan atas tewasnya seorang pelajar SMP di Lembah Masurai Kabupaten Merangin, Jambi, Rabu.

"Pelaku sudah dititipkan di Polres Merangin, karena masih di bawah umur kami lakukan penanganan di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) ," kata Kasat Reskrim Polres Merangin AKP Indar Wahyu Dwi Setiawan ketika dikonfirmasi.

Seorang pelajar SMP di Masuran Merangin bernama IR (13) meninggal dunia setelah diduga mendapat tikaman dari kakak kelasnya J (14).

Berdasarkan keterangan yang dihimpun kepolisian, terduga pelaku itu merupakan siswa pindahan dari Bengkulu, dan saat ini sudah diamankan Polres Merangin dengan penanganan khusus untuk terduga pelaku anak di bawah umur.

Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Desa setempat, Yurani (65) mengatakan kejadian itu terjadi di lingkungan sekolah. Siswa yang meninggal tersebut dikenal sebagai anak yang baik.

Namun dia tak mengetahui pasti bagaimana kronologi hingga terjadi penusukan.

"Yang kami tahu anaknya baik, nggak neko-neko dan murid yang pintar, untuk persis kejadiannya belum tahu pasti karena di lingkungan sekolah," terangnya.

Korban diketahui meninggal dunia sekitar pukul 14.00 WIB setelah sempat dilarikan ke RS Kolonel Abunjani Bangko, Merangin Jambi.

Sementara itu, salah seorang ekstrakurikuler, Yuda Pitrade ikut mengantar korban ke rumah sakit.

Dan mendapat laporan pelakunya juga rekannya yang masih di bawah umur.

"Tadi sudah diamankan oleh pihak kepolisian," katanya menerangkan.

Namun ia tidak mengetahui kejadiannya secara rinci, sebab ia sedang berada di luar sekolah.

"Saya tidak tahu juga kejadian seperti apa, waktu kejadian saya sedang tidak di sekolah, saat kembali ke sekolah saya lihat murid sudah panik. Ada yang bilang ada yang ditusuk, habis itu langsung saya bawa pakai motor ke klinik," jelasnya. (ant)

Selasa, 02 Agustus 2022

Gara-gara ini Leher BD dibacok oleh Menantunya Sendiri

Gara-gara ini Leher BD dibacok oleh Menantunya Sendiri
Terjadi pembacokan di Dusun Jirak RT:11/RW: 05, Desa Gayung Bersambut, Kecamatan Selakau, Kabupaten Sambas.

BORNEOTRIBUN SAMBAS, KALBAR - Terjadi pembacokan di Dusun Jirak RT:11/RW: 05, Desa Gayung Bersambut, Kecamatan Selakau, Kabupaten Sambas, pada hari Selasa 2 Agustus 2022.

Berawal dari tersangka berinisial LG yang rumahnya berdampingan dengan rumah korban, memberi uang saku dengan adik ipar berinisial RK yang baru berumur 18 tahun, lalu ibu mertua atau isteri korban menegur agar uang tersebut jangan di ambil karena gerak-gerik tersangka selama ini sangat mencurigakan dengan anak korban tersebut.

Selama ini istri korban berinisial DR sering menegur LG,  agar LG jangan lagi menggoda adik ipar nya sendiri, dengan memberi iming-iming uang saku.

Dari olah TKP setelah dikonfirmasi awak media, korban berinisial BD menegur agar jangan ada pertengkaran dan perselisihan di antara isterinya dengan Tersangka atau menantunya yang berinisial LG tersebut.

Tidak diduga Tersangka berinisial LG masuk ke rumahnya dan mengambil sebilah senjata tajam, berlari mengejar isteri korban berinisial DR di halaman rumah korban tersebut, dan si korban pun berinisial BD segera bergegas turun dari rumahnya untuk melerai pertengkaran menantu dan isterinya tersebut, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

Akan tetapi BD yang melerai pertengkaran tersebut malah jadi korban dari senjata tajam LG, leher BD dibacok oleh pelaku atau menantunya sendiri, dan korbanpun tersungkur bersimbah darah ke tanah.

Seketika itu anak-anak korban pun berlari dan menangis histeris melihat kejadian tersebut. Kejadian pembacokan terjadi awal pagi sekitar pukul 05:20 WIB.

Setelah membacok korban,  tersangka LG pun melarikan diri dengan membawa  senjata tajam, dan isteri korban langsung di larikan ke Puskesmas Kecamatan Selakau oleh warga setempat. 

Tidak berselang lama, kasus tersebut pun langsung di tangani oleh AIPTU Peri salah satu anggota Polsek Selakau. Dan mengamankan tempat kejadian. Sedangkan pelaku masih dalam pengejaran.

Menurut AIPTU Peri tersangka akan di jerat pasal 338 KUHP yang berbunyi "Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, maka akan di ancam pidana kurungan paling lama lima belas tahun.  

"Kami akan segera menangkap serta mengejar pelaku pembunuh tersebut," ujar AIPTU Peri.

Senin, 01 Agustus 2022

Polisi Indramayu sebut mayat terlilit lakban sopir taksi daring

Polisi Indramayu sebut mayat terlilit lakban sopir taksi daring
Petugas dan warga saat mengevakuasi mayat terlilit lakban di Indramayu, Jawa Barat. (NTARA/HO-Warga Saropi

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Polres Indramayu, Jawa Barat, menyatakan mayat yang terlilit lakban adalah korban pencurian dengan kekerasan yang berprofesi sopir taksi daring.

"Hal itu diketahui dari keterangan saksi, terutama keluarga," kata Kapolres Indramayu AKBP Lukman Syarif di Indramayu, Minggu.

Ia lantas menyebutkan mayat yang terlilit lakban itu bernama Widodo (45).

Menurut dia, sehari sebelum kejadian, tepatnya pada hari Minggu (24/7), telepon genggam korban masih aktif dan sedang berada di sekitar Bekasi.

Pada hari Senin (25/7), warga Desa Pekandangan, Kabupaten Indramayu, menemukan mayat di saluran irigasi dengan kondisi tangan, kaki, dan muka terlilit lakban.

"Mayat tersebut diduga merupakan korban tindak pidana pencurian kekerasan yang mengakibatkan korban meninggal dan/atau pembunuhan," tuturnya.

Dijelaskan pula oleh Kasatreskrim Polres Indramayu AKP Fitran Romajimah bahwa kendaraan yang digunakan oleh Widodo (45) juga dibawa kabur oleh pelaku yang sudah dikantongi identitasnya.

"Kami sedang melakukan pengejaran terhadap pelaku yang sudah diketahui identitasnya," ujarnya. (ant)

Polisi kantongi identitas pelaku pembunuhan mayat terlilit lakban

Polisi kantongi identitas pelaku pembunuhan mayat terlilit lakban
Petugas dan warga saat mengevakuasi mayat terlilit lakban di Indramayu, Jawa Barat. ANTARA/HO-Warga Saropi

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Kepolisian Resor Indramayu, Jawa Barat, telah mengantongi identitas pelaku pembunuhan terhadap Widodo (54) yang mayatnya ditemukan warga dalam kondisi terlilit lakban di saluran irigasi.

"Kami sudah mengantongi identitas pelaku pembunuhan," kata Kapolres Indramayu AKBP Lukman Syarif di Indramayu, Minggu.

Berdasarkan hasil autopsi, kata Lukman, ​​​​​​mayat yang ditemukan terlilit lakban oleh warga di saluran irigasi Desa Pekandangan, Kecamatan/Kabupaten Indramayu itu merupakan korban pembunuhan.

Setelah identifikasi dan autopsi, lanjut dia, semuanya kini telah terkuak identitas korban. Oleh karena itu, pihaknya memeriksa beberapa saksi, baik yang ada di lokasi kejadian maupun keluarga.

Dijelaskan pula bahwa kasus tersebut saat ini sudah naik status dari penyelidikan ke penyidikan.

"Berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi yang berada di TKP penemuan mayat, keluarga korban, dan saksi lainnya serta hasil autopsi, kami sudah meningkatkan status penyelidikan ke penyidikan," ujarnya.

Sementara itu, Kasatreskrim Polres Indramayu AKP Fitran Romajimah mengatakan bahwa pihaknya saat ini sedang mengejar pelaku pembunuhan tersebut.

Ia berharap dalam waktu dekat petugas bisa membekuk pelaku karena sampai saat ini tim sedang berada di lapangan.

"Saat ini tim Satreskrim Polres Indramayu gabungan dengan Tim dari Polda Jabar sedang melakukan pengejaran," katanya. (Antara)

Polri tarik kasus Brigadir Yoshua dari Polda Metro Jaya ke Bareskrim

Polri tarik kasus Brigadir Yoshua dari Polda Metro Jaya ke Bareskrim
Kerabat memegang foto almarhum Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J saat pemakaman kembali jenazah setelah autopsi ulang di Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi, Rabu (27/7/2022). Autopsi ulang yang berlangsung selama enam jam itu dilakukan atas permintaan keluarga dalam mencari keadilan dan pengungkapan kasus. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/hp.

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Bareskrim Polri mengambil alih penanganan kasus dugaan pelecehan dan penodongan senjata oleh Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J dari Polda Metro Jaya.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo membenarkan penanganan kasus Brigadir J sebagai terlapor ditarik ke Bareskrim Polri untuk efektivitas dan efisiensi penanganan perkara.

"Ya (ditarik) dijadikan satu agar efektif dan efisien dalam manajemen sidiknya," kata Dedi dikonfirmasi melalui pesan instan di Jakarta, Minggu.

Sebelumnya ada tiga laporan polisi terkait Brigadir J yang ditangani oleh Polri.

Dua laporan yakni dugaan pelecehan dan penodongan senjata terhadap P, istri Kadiv Propam nonaktif Irjen Pol Ferdy Sambo yang awal mulanya ditangani oleh Polres Metro Jakarta Selatan, kemudian ditarik ke Polda Metro Jaya. Penarikan kasus ini diinformasikan pada Selasa (19/7).

Kemudian laporan polisi yang dilayangkan oleh Keluarga Brigadir J melalui kuasa hukumnya tentang dugaan pembunuhan berencana pada Senin (18/7).

Kini, kedua laporan yang ada di Polda Metro Jaya ditarik ke Bareskrim Polri mulai Jumat (29/7).

Terkait dua laporan yang ditarik dari Polda Metro Jaya ke Bareskrim Polri, Dedi mengatakan penyidikan tetap melibatkan penyidik dari Polda Metro Jaya (PMJ) dan Polres Metro Jakarta Selatan masuk dalam tim penyidik tim khusus bentukan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo.

"Namun penyidik PMJ, Jaksel tetap masuk dalam tim sidik timsus," ujarnya.

Hingga hari ke 22 sejak peristiwa tewasnya Brigadir J dalam batu tembak di rumah Irjen Pol Ferdy Sambo pada Jumat (8/7) lalu, Polri belum menetapkan satu orang pun sebagai tersangka.

Polri menyampaikan Brigadir J tewas baku tembak dengan Bharada Richard Eliezer, rekannya sesama ajudan Kadiv Propam.

Ia diduga melakukan pelecehan dan penodongan senjata kepada P, istri Ferdy Sambo.

Dalam mengungkap kasus ini, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo membentuk tim khusus yang beranggotakan internal dan eksternal Polri (Komnas HAM dan Kompolnas) untuk mengungkap kasus secara objektif, transparan dan akuntabel.

Kemudian, Kapolri juga menonaktifkan dua perwira tinggi dan satu perwira menengah buntut dari insiden ini.

Mereka yang dicopot dari jabatannya, yakni Irjen Pol Ferdy Sambo dari jabatan Kadiv Propam, Brigjen Pol Hendra Kurniawan dari jabatan Karo Pengamanan Internal (Paminal), dan Kombes Pol Budhi Herdy Susianto dari jabatan Kapolres Metro Jakarta Selatan.

Penyidik juga melalukan autopsi ulang atau ekshumasi terhadap jasad Brigadir J atas permintaan keluarga yang merasa janggal dengan kematian anaknya. (Antara)

Polisi pastikan mayat terlilit lakban korban pembunuhan

Polisi pastikan mayat terlilit lakban korban pembunuhan
Petugas dan warga saat mengevakuasi mayat terlilit lakban di Indramayu, Jawa Barat. ANTARA/HO-Warga Saropi

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Satreskrim Polres Indramayu Polda Jabar membenarkan bahwa jenazah yang ditemukan di saluran irigasi terbungkus lakban tersebut merupakan korban pembunuhan, setelah dilakukan autopsi terhadap jenazah tersebut.

"Hasil pemeriksaan fisik atau otopsi ditemukan tanda-tanda kekerasan," kata Kasatreskrim Polres Indramayu AKP Fitran Romajimah saat dihubungi melalui pesan singkat di Indramayu, Sabtu.

Ia mengatakan, ditemukannya tanda-tanda kekerasan menunjukkan bahwa jasad yang terbungkus lakban yang ditemukan di irigasi Desa Pekandangan itu merupakan korban pembunuhan.

Menurut dia, selain tanda-tanda kekerasan, barang-barang berharga korban juga tidak ditemukan, sehingga ada dugaan kuat bahwa mayat tersebut adalah korban pencurian dengan kekerasan.

“Jenazah tersebut diduga sebagai korban tindak pidana pencurian, kekerasan, yang mengakibatkan kematian dan/atau pembunuhan,” katanya.

Dia mengaku telah memeriksa sejumlah saksi terkait kasus penemuan mayat yang diduga korban pembunuhan, baik saksi di TKP, maupun keluarga korban.

"Kami telah memeriksa beberapa saksi, termasuk keluarga korban," katanya.

Pada Senin (25/7), warga Desa Pekandangan, Kabupaten/Kabupaten Indramayu dihebohkan dengan ditemukannya sesosok mayat terbungkus lakban di bagian wajah, tangan dan kaki.

Jenazah tersebut kini sudah teridentifikasi, yakni korban atas nama Widodo (54), warga Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Saat ini, korban telah dimakamkan di kampung halamannya di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. (DI ANTARA)

Jumat, 22 April 2022

Angsuran Kredit Sepeda Motor Nunggak, Penagih Hutang Ditebas menggunakan Pedang

Konsumen Nunggak Angsuran Kredit Sepeda Motor, Penagih Hutang ditebas menggunakan pedang
Ilustrasi. Konsumen Nunggak Angsuran Kredit Sepeda Motor, Penagih Hutang ditebas menggunakan pedang.


BorneoTribun Pontianak - Tomi, warga Sungai Ambawang ditebas menggunakan pedang saat menagih hutang di kediaman konsumennya bernama Syam di Jalan Tanjung Harapan Gang M Taufik Laut, Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur, Kalbar Senin lalu..


Tomi Baskara menjadi korban penganiayaan oleh Syam, konsumen yang menunggak angsuran kredit sepeda motor. Hal tersebut dibenarkan Kasat Reskrim Polresta Pontianak AKP Indra Asrianto.


Menagih Uang Pembayaran Kredit Motor yang Nunggak

Indra Asrianto menerangkan, hasil pemeriksaan sementara penganiayaan ini terjadi diduga karena pelaku kesal terhadap korban.


“Awalnya, korban ke rumah pelaku bersama temannya untuk menagih uang pembayaran kredit motor yang menunggak. Lalu pelaku mempersilakan korban dan temannya masuk ke dalam rumah. Mereka pun duduk di ruang tamu,” kata Indra.


Namun, kata Indra, saat membicarakan terkait penagihan tersebut, pelaku tersulut emosi dan mengambil sebilah pedang berukuran satu meter yang saat itu disimpan dalam kamarnya.


“Pelaku kemudian mengeluarkan pedang dari sarung dan mengejar korban. Melihat hal tersebut korban langsung berupaya melarikan diri namun terjatuh. Pelaku langsung membacok korban sebanyak satu kali ke arah bagian rusuk sebelah kanan,” kata Indra.


Setelah melakukan penganiayaan tersebut, pelaku membiarkan korban bersama temannya pergi. Atas kejadian tersebut korban mengalami luka robek pada bagian rusuk sebelah kanan, luka lecet pada bagian siku tangan sebelah kiri dan kanan, lutut sebelah kiri dan kanan, jari sebelah kiri dan kanan dan bahu akibat terjatuh.


Tak terima dengan perbuatan Syam, Tomi pun melaporkan kejadian yang dialaminya di Polsek Pontianak Timur.


Setelah menerima laporan, setengah jam kemudian anggota Unit Reskrim Polsek Pontianak Timur langsung melakukan penyelidikan dan diketahui bahwa pelaku saat itu masih berada di rumahnnya.


Pelaku langsung ditangkap tanpa perlawanan. Pelaku beserta satu barang bukti berupa pedang sepanjang satu meter dibawa ke Polsek Pontianak Timur untuk proses penyidikan lebih lanjut.


“Saat ini, korban masih dirawat. Sementara pelaku masih diperiksa dan dijerat Pasal 351 KUHP,” pungkas Indra.


Baca berita BorneoTribun di Google News dengan Judul Konsumen Nunggak Angsuran Kredit Sepeda Motor, Penagih Hutang Ditebas menggunakan Pedang.


(YK/ER)

Selasa, 18 Januari 2022

Fakta Terungkap Pembunuhan Indah Safitri Istri Pelaku

fakta-terungkap-pembunuhan-indah-safitri-istri-pelaku
(Pelaku). fakta-terungkap-pembunuhan-indah-safitri-istri-pelaku

BorneoTribun Jakarta - Seorang pria bernama Kanipah alias Andre (32) di Kota Semarang ditangkap polisi setelah tega membunuh istrinya, Indah Safitri (27). Berikut fakta-fakta yang terungkap terkait kejadian ini.

Membantah pelaku tantrum


Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (15/1) pukul 12.30 WIB di sebuah rumah kos di Jalan Srinindito Baru, Semarang Barat. Awalnya, pelaku menjemput korban yang sedang istirahat kerja untuk pulang ke rumah.

"Kronologisnya saat korban yang berstatus pegawai konveksi itu sedang istirahat isoma. Pelaku pulang ke rumah untuk dijemput pelaku," kata Kapolres Semarang Kombes Irwan Anwar di kantornya, Senin (17/1). ).

Keduanya terlibat adu mulut di dalam rumah dan kemudian pelaku mulai melakukan kekerasan. Korban berteriak minta tolong dan tetangga mendengar. Tetangga datang dan melihat pelaku memukuli korban lalu lari untuk meminta pertolongan. Saat bantuan datang, pelaku kabur dengan membawa pisau saku berlumuran darah.

Pelaku yang tersinggung diminta mencari pekerjaan


Irwan mengatakan, pelaku nekat melakukan aksi tersebut karena istrinya memintanya untuk mencari pekerjaan. Namun pelaku berdalih bahwa sakit kepala tidak kunjung hilang. Setelah tersulut emosi, pelaku mengambil pisau dan menusuk istrinya dengan pisau.

"Istri diarahkan untuk mencari pekerjaan. Katanya tidak sehat. Kalau tidak sehat, dia berobat. Kata-kata itu membuat Kanipah tersinggung," katanya.

Korban ditikam dengan pisau berkali-kali


Sementara itu, Andre tak memungkiri tawuran terjadi karena diminta bekerja dan diperintahkan berobat. Menurut pengakuannya, saat berdebat, pelaku menggertak dengan meminta istrinya membunuh pelaku. Namun ternyata istrinya yang ditikam dengan pisau berkali-kali.

"Saya bilang sudah dirawat. Tidak sembuh-sembuh, bunuh saja saya, terus berjuang. Saya sangat menyesal," katanya.

Saat ditanya penyakit apa yang dideritanya, pelaku tergagap menjawab dan mengatakan pusing dan tidak tahu kenapa.

"Saya sakit. Saya sakit kepala pak. Saya tidak tahu kenapa. Tidak bisa bekerja," kata Andre.

Pelaku kabur setelah membunuh istrinya


Pelaku dan korban menikah 8 tahun yang lalu dan memiliki 2 orang anak. Saat kabur usai beraksi, pelaku menjemput anak keduanya yang berusia 4 tahun di rumah orang tua korban. Ia mengaku membawa anaknya untuk membeli jajanan lalu mengembalikannya ke rumah, saat itulah ia ditangkap petugas.

"Saya minta beli jajan. Mau takut," kata Andre saat ditanya kenapa jemput anaknya usai kejadian.

Dituduh melakukan kekerasan dalam rumah tangga


Pelaku mengaku menyesal, namun tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia dijerat dengan Pasal 44 Ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 atau Pasal 338 KUHP tentang barang siapa dengan sengaja melakukan KDRT yang mengakibatkan kematian diancam dengan pidana penjara 15 tahun.(*)

Sabtu, 18 September 2021

Dipengaruhi Minuman Keras, Seorang Karyawan Bunuh Rekan Kerjanya Pakai Parang

Dipengaruhi Minuman Keras, Seorang Karyawan Bunuh Rekan Kerjanya Pakai Parang
Gambar Ilustrasi. Dipengaruhi Minuman Keras, Seorang Karyawan Bunuh Rekan Kerjanya Pakai Parang. 

BorneoTribun Ketapang, Kalbar -- Seorang lelaki berusia 30 Tahun meninggal dunia setelah dihabisi pakai Parang oleh rekan kerjanya di area perumahan karyawan PT Andes Sawit Lestari Cargil Group di Desa Banjar Sari Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. 

Korban diketahui bernama Merianus Feri Yanto Saifatu dan pelaku pembunuhan bernama Yostus Kabu (58th).

Terungkapnya kasus pembunuhan tersebut berawal dari anggota polsek kendawangan mendapatkan laporan dari warga masyarakat bahwa telah terjadi pembunuhan di area perumahan karyawan PT Andes Sawit Lestari Cargil Group.


Berdasarkan hasil penyelidikan serta olah TKP serta keterangan dari beberapa saksi terungkap Korban dihabisi oleh rekan kerjanya sesama karyawan di PT Andes Sawit Lestari Cargil Group. 

Kapolres Ketapang AKBP Yani Permana, SIK didalam Keterangan persnya belum lama ini menjelaskan, bahwa terungkapnya kasus ini tidak terlepas dari peran masyarakat yang selalu membantu pihak kepolisian dalam memberikan berbagai informasi.

"Kasus ini diungkap oleh Polsek Kendawangan setelah mendapatkan informasi dari masyarakat setempat, korban bernama Merianus Feri Yanto Saifatu warga Dusun Membuluh II,  Desa Seriam kecamatan Kendawangan, dan pelaku juga warga yang sama, keduanya merupakan karyawan PT Andes Sawit Lestari Cargil Group," terangnya. 

Sambung Kapolres, pelaku sempat kabur setelah melakukan pembunuhan, namun tak lama berhasil ditangkap di perumahan karyawan PT MSJ di Seriam,  dari tangan pelaku anggota mengamankan sebilah parang yang diduga untuk menganiaya korban hingga meninggal ditempat. 

Lebih lanjut Yani Menerangkan,  dari keterangan istri korban Enjel Tahoni (38) mengaku dirinya sempat meminta bantuan ke pos jaga satpam namun saat kembali saksi melihat kalau suaminya sudah tewas. 

Sebelum kejadian saksi melihat antara korban dengan pelaku sempat ngobrol namun memang dalam kondisi dibawah pengaruh minuman keras. 


"Keduanya sempat cekcok, korban sempat mengatakan tolol sehingga pelaku marah dan melakukan pembunuhan. Kejadiannya hari Minggu 12 September 2021 dan untuk  Pelaku sendiri terancam dengan pasal 338 KUHP tentang tindak pidana pembunuhan,  ancamannya 15 tahun Penjara, " pungkas Mantan Kapolres Kubu Raya itu. 

Diterbitkannya berita ini awak media borneotribun.com belum bisa melakukan konfirmasi ke pihak PT Andes Sawit Lestari Cargil Group. ***(jk)


Minggu, 18 Juli 2021

Tujuh Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Pernah Ikut Latihan Militer Amerika

Tujuh Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Pernah Ikut Latihan Militer Amerika
Tujuh Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Pernah Ikut Latihan Militer Amerika. 

BORNEO TRIBUN INTERNASIONAL - Setidaknya tujuh warga Kolombia yang ditangkap otoritas Haiti sehubungan pembunuhan Presiden Jovenel Moise pernah dilatih militer atau polisi Amerika.

Seorang pejabat Amerika, yang tidak mau disebut namanya karena sensitifnya penyelidikan, mengatakan kepada VOA Jumat bahwa ketujuh orang itu adalah anggota militer Kolombia ketika mereka mengikuti pelatihan di Amerika.

Pejabat itu mengatakan Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan terus meninjau catatan mereka untuk mencari tahu apakah ada tersangka lain dalam pembunuhan itu yang memiliki hubungan dengan Amerika.

“Tuduhan keterlibatan mereka dalam insiden ini sangat kontras dengan perilaku dan kinerja luar biasa dari ratusan ribu siswa militer asing yang telah mendapat manfaat dari program pelatihan pendidikan Amerika selama 40 tahun terakhir,” kata pejabat itu. 

Moise ditembak tewas pada dini hari 7 Juli di kediaman pribadinya di pinggiran kota Port-au-Prince.

Istrinya, Martine, terluka dalam serangan itu dan dalam pemulihan dari operasi di rumah sakit Miami, Florida. [ka/pp]

VOA

Kamis, 15 Juli 2021

Saat Nonton Hiburan Organ Tunggal, Seorang Pria Di Bima Jadi Korban Pembacokan

Saat Nonton Hiburan Organ Tunggal, Seorang Pria Di Bima Jadi Korban Pembacokan
Saat Nonton Hiburan Organ Tunggal, Seorang Pria Di Bima Jadi Korban Pembacokan. 

Borneo Tribun Kota Bima, NTB – Hiburan Orgen tunggal Rabu (14/7) malam, berakhir ricuh. Para penikmat hiburan yang lepas kontrol emosi, adu mulut. Ujungnya, jatuh korban karena dibacok.

Peristiwa pembacokan yang terjadi di wilayah hukum Polsek Ambalawi, tepatnya di Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima.

Kapolres Bima Kota melalui Kasi Humas Iptu Jufrin Rama, Kamis (15/7) pagi ini mengabarkan, Haerun (27) telunjuk jari kirinya putus akibat menahan Serangan bacokan dari Bondo (26) teduga pelaku pembacokan.

Kronologis kejadian jelas Iptu Jufrin Rama, awalnya nonton Orgen Tunggal perayaan ulang tahun, korban terlibat cek cok dengan seseorang bernama Ade, hingga berujung perkelahian.

Sejurus kemudian, Bondo langsung membacok korban. Arah bacokan tepat dikepala itu, ditangkis korban dengan kedua tangannya. Hingga tidak terlekan, satu jarinya putus.

“Korban langsung dilarikan ke puskesmas Ambalawi guna mendapatkan perawatan medis, sementara pelaku masih DPO,”jelasnya.(Adbravo)

Sabtu, 10 Juli 2021

Lebih dari 12 tersangka ditahan dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise

Lebih dari 12 tersangka ditahan dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise
Lebih dari 12 tersangka ditahan dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise.

BORNEOTRIBUN INTERNASIONAL -- Lebih dari 12 tersangka telah ditahan dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, kata para pejabat pada Kamis malam (8/7).

Pihak berwenang Haiti menyebut satu tim pembunuh bersenjata berat yang terdiri dari 28 “tentara bayaran”, terlibat dalam pembunuhan Moise di kediaman pribadinya di pinggiran ibu kota, Port-au-Prince pada Rabu lalu.

Tim pembunuh itu terdiri dari 26 warga negara Kolombia dan dua warga Amerika keturunan Haiti.

Direktur Kepolisian Nasional Haiti Leon Charles, Kamis (9/7) mengatakan bahwa 17 lelaki telah ditahan, terdiri dari dua warga negara Amerika dan 15 warga Kolombia.

Charles mengatakan tiga tersangka tewas dan delapan lainnya masih diburu. Sebelumnya polisi mengatakan empat tersangka telah tewas.

Charles maupun para pejabat kepolisian tidak menjelaskan mengenai selisih angka tersebut.

“Pengejaran terhadap tentara-tentara bayaran itu berlanjut,” kata Charles.

“Nasib mereka sudah pasti: Mereka akan mati dalam pertempuran atau ditangkap.”

Jumat pagi (9/7), Taiwan merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa 11 tersangka ditangkap di halaman kedutaan besar di Port-au-Prince setelah berusaha meloloskan diri dari polisi.

“Polisi melancarkan operasi sekitar pukul 4 sore hari Kamis (8/7) dan berhasil menangkap 11 tersangka,” kata pernyataan dari Kedutaan Taiwan.

Mathias Pierre, menteri pemilu Haiti, hari Kamis (8/7) mengidentifikasi dua warga Amerika keturunan Haiti itu sebagai James Solages (35), dan Joseph Vincent (55). 

Departemen Luar Negeri AS belum mengukuhkan laporan bahwa dua warga negara AS kini berada dalam tahanan. 

Kamis malam, pemerintah Kolombia mengukuhkan bahwa sedikitnya enam tersangka, termasuk dua yang tewas, tampaknya adalah pensiunan anggota militer Kolombia.

Para tersangka itu tidak diidentifikasi. Perdana menteri sementara Claude Joseph menetapkan negara dalam “keadaan terkepung”, atau praktis dalam keadaan darurat militer. [uh/ab]

VOA

Jumat, 09 Juli 2021

Haiti Buru Lebih Banyak Tersangka Pembunuh Presiden

Haiti Buru Lebih Banyak Tersangka Pembunuh Presiden
Haiti Buru Lebih Banyak Tersangka Pembunuh Presiden.

BORNEOTRIBUN - Haiti dilanda kekacauan sehari setelah Presiden Jovenel Moise tewas akibat dibunuh.

Sementara pihak berwenang bertekad untuk memburu lebih banyak lagi tentara bayaran yang diduga menembak presiden sampai mati di kamar tidur rumahnya.

Polisi, Rabu malam (7/7), mengatakan telah membunuh empat tersangka dalam baku tembak di ibu kota Port-au-Prince, menangkap dua lainnya, dan membebaskan tiga petugas yang disandera.

Setidaknya dua tersangka lainnya menurut polisi, ditangkap Kamis (8/7).

"Pengejaran tentara bayaran terus berlanjut," kata Léon Charles, direktur Kepolisian Nasional Haiti. 

"Nasib mereka sudah ditentukan: Mereka akan mati dalam pertempuran atau akan ditangkap" ujarnya.

Perdana Menteri Sementara Haiti, Claude Joseph menempatkan negara itu dalam situasi “keadaan pengepungan” yang secara efektif merupakan darurat militer.

“Kematian ini tidak akan luput dari hukuman,” kata Joseph kepada negara miskin berpenduduk 11 juta orang itu dalam pidato Rabu.

Tetapi para pejabat tidak memberikan rincian mengenai mereka yang tewas dalam baku tembak atau tersangka yang ditahan, atau apa yang mengarahkan polisi kepada para tersangka itu. Pejabat hanya mengatakan serangan itu dilakukan oleh "kelompok yang sangat terlatih dan bersenjata lengkap," dengan para penyerang berbicara bahasa Spanyol atau Inggris.

Motivasi pembunuhan itu masih belum jelas, tetapi Haiti telah lama mengalami kemiskinan dan kekacauan politik.

Carl Henry Destin, seorang hakim Haiti, kepada surat kabar Nouvelliste mengatakan para penyerang menyamar sebagai agen Badan Penegakan Narkoba AS, tetapi pejabat AS dan Haiti mengatakan orang-orang bersenjata itu tidak memiliki kaitan dengan badan tersebut.

Destin kepada surat kabar itu mengatakan para penyerang mengikat seorang pembantu dan pekerja staf rumah tangga lainnya saat mereka menuju ke kamar tidur presiden, di mana mereka menembak Moise setidaknya 12 kali. [my/jm]

VOA

Sabtu, 26 Juni 2021

Polres Loteng Amankan Terduga Pelaku Pembunuhan di Desa Mangkung

Polres Loteng Amankan Terduga Pelaku Pembunuhan di Desa Mangkung
Polres Loteng Amankan Terduga Pelaku Pembunuhan di Desa Mangkung.

BorneoTribun Lombok Tengah, NTB -  Peristiwa penganiayaan yang terjadi di dusun Orok Gendang desa Mangkung kecamatan Praya Barat kabupaten Lombok Tengah menyebabkan satu orang tewas usai kena tebasan parang. Kejadian tersebut berlangsung pada Jumat (25/6).

Kapolres Lombok Tengah, AKBP Esty Setyo Nugroho SIK membenarkan kejadian tersebut. 

"Pelaku atas nama Amaq Tari (30) alamat dusun Panggonggan desa Pandan Indah telah membunuh korban Amaq Muhalim (55) asal desa Pandan Indah menggunakan parang," kata Kapolres.

Disampaikan, kronologis kejadian pada hari Jumat tanggal 25 Juni 2021 sekitar pukul 16.30 Wita. Berdasarkan pengakuan dari pelaku bahwa korban dilarang mengambil rumput milik pelaku namun korban ngeyel sehingga terjadi cek-cok mulut.

"Setelah itu terjadi pertengkaran yang mengakibatkan korban melakukan penebasan dengan menggunakan parang yang dibawa, tetapi parang itu dapat direbut oleh pelaku. Akhirnya, pelaku menebas bagian perut sampai mengakibatkan korban terluka dan meninggal dunia," ungkap Esty.

Selanjutnya, pelaku langsung melarikan diri ke dusun Orok Gendang desa Mangkung.

"Tidak lama, pelaku datang menyerahkan diri ke Polsek Praya Barat. Selanjutnya pelaku diamankan ke Polres Loteng," pungkasnya.

(Adbravo)

Minggu, 20 Juni 2021

Pemred di Pematang Siantar Tewas Ditembak, AJI Tuntut Pengusutan

Polisi saat melakukan olah tempat kejadian perkara tewasnya seorang pemimpin redaksi media daring lokal di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Sabtu, 19 Juni 2021. (Foto: Polres Simalungun)

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Seorang pemimpin redaksi (pemred) media daring lokal di Pematang Siantar, Sumatera Utara (Sumut), tewas ditembak oleh orang tak dikenal. Kejadian itu menambah rentetan kasus kekerasan terhadap jurnalis di Sumut dalam kurun waktu sebulan terakhir. AJI mendesak polisi segera melakukan pengusutan.

Mara Salem Harahap alias Marsal, pemimpin redaksi media daring “LasserNewsToday” di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara (Sumut), ditemukan tewas dengan luka tembak, Sabtu (19/6) dini hari.

Kematian Marsal diduga berkaitan dengan berita yang kerap ditulisnya. Mulai dari dugaan penyelewangan yang dilakukan pejabat badan usaha milik negara (BUMN), maraknya peredaran narkoba dan perjudian, hingga bisnis hiburan malam yang diduga melanggar aturan di Kota Siantar dan Kabupaten Simalungun.

Polisi saat melakukan olah tempat kejadian perkara tewasnya seorang pemimpin redaksi media daring lokal di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Sabtu, 19 Juni 2021. (Foto: Polres Simalungun)

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan, Liston Damanik, mengatakan kematian Marsal menambah daftar panjang kasus kekerasan terhadap jurnalis di Sumut. Sedikitnya, ada empat kasus kekerasan terhadap jurnalis di Sumut dalam kurun waktu sebulan terakhir termasuk dan kematian Marsal satu di antaranya.

"Menurut kami ini sangat tinggi mungkin belum pernah terjadi sebelumnya. Kami menduga walaupun berbeda-beda lokasi tapi setiap pembiaran atas kasus kekerasan terhadap jurnalis di satu daerah itu berarti preseden buruk buat dunia pers," kata Liston kepada VOA, Sabtu (19/6) malam.

Rumah dan Mobil Dibakar

Liston pun memaparkan sejumlah kasus kekerasan yang dialami beberapa jurnalis di Sumut. Pada 29 Mei 2021, kediaman seorang jurnalis media daring di Kota Pematang Siantar bernama Abdul Kohar Lubis diteror orang tak dikenal (OTK) dengan percobaan pembakaran rumah.

Lalu, pada 31 Mei 2021, mobil milik Pujianto, jurnalis dari Metro TV asal Kabupaten Serdang Bedagai, dibakar OTK saat sedang terparkir di depan rumahnya. Kekerasan terhadap jurnalis kembali terjadi pada 13 Juni 2021 di Kota Binjai. Rumah orang tua dari salah seorang jurnalis di Binjai yang kerap memberitakan tentang maraknya perjudian di kota itu juga pernah diteror dengan bomb molotov dan tembakan airsoft gun di rumahnya.

Mobil milik jurnalis Metro TV yang dibakar orang tak dikenal di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, 31 Mei 2021. (Foto: istimewa)

Terbaru adalah kasus kematian pemred media lokal bernama Marsal yang ditemukan warga telah tewas di dalam mobil miliknya dengan luka tembak pada bagian paha. Marsal ditemukan bersimbah darah tak jauh dari rumahnya.

Meningkatnya angka kasus kekerasan terhadap jurnalis di Sumut dalam sebulan terakhir tak sejalan lurus dengan proses penegakan hukumnya.

Liston mengatakan aparat kepolisian memang melakukan penyelidikan usai menerima laporan dari jurnalis yang menjadi korban tindak kekerasan hingga teror. Namun, proses dalam penyelesaian kasus kekerasan terhadap jurnalis terkesan lambat.

"Memang ada penyelidikan, tapi terus menggantung. Di Sumut hampir tidak ada dalam dua tahun terakhir kasus-kasus yang menimpa jurnalis itu ditangkap pelakunya. Sebenarnya, polisi sekarang canggih dan memiliki kemampuan tapi kenapa tidak bisa diungkap pelakunya," ujarnya.

"Saya bingung kenapa di satu kasus polisi begitu cepat bereaksi. Tapi untuk kasus kekerasan terhadap jurnalis itu sepertinya lambat," Liston menambahkan.

Desak Polisi

AJI Medan pun menyarankan polisi untuk bergerak cepat dalam menangani kasus-kasus kekerasan terhadap jurnalis di Sumut.

"Kami sebenarnya fokus pada penanganan kasus-kasus ini secepat mungkin pelaku ditangkap dan diungkap motifnya," ucap Liston.

Bukan hanya itu, AJI Medan juga mengimbau kepada para jurnalis di Sumut mengedepankan profesionalisme dan etika dalam menjalankan aktivitas jurnalistiknya.

"Kita jangan cuma menuntut kepolisian tapi juga introspeksi diri. Kami juga berpesan agar teman-teman jurnalis mendahulukan keselamatan dalam bekerja. Kalau memang kita bekerja mencari informasi membuat berita pasti ada banyak cara selain membahayakan diri," pungkas Liston.

Juru bicara Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi, mengatakan sampai saat ini laporan-laporan kasus kekerasan terhadap jurnalis itu masih ditindaklanjuti. Dia pun menegaskan pihaknya tidak mendiamkan laporan kasus-kasus kekerasan terhadap jurnalis.

"Proses penyidikan masih terus berjalan. Apa yang menjadi perhatian pimpinan terus kami jalankan. Kami butuh dukungan, dan doa dari masyarakat agar kasus-kasus ini segera bisa terungkap," ujarnya kepada VOA.

Sementara, Direktur LBH Pers, Ade Wahyudin, menilai secara umum aparat kepolisian masih lambat dalam menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jurnalis.

"Secara umum memang angka kekerasan terhadap jurnalis cukup tinggi, tapi dari penyelesaian kasusnya itu sangat rendah bahkan hampir bisa dihitung dengan jari," kata Ade kepada VOA, Sabtu (19/6).

Ade melanjutkan, kasus-kasus kekerasan terhadap jurnalis bahkan sangat jarang bisa sampai ke proses peradilan. Sejauh ini kasus-kasus kekerasan terhadap jurnalis bahkan kerap berakhir di tahap penyerahan berkas perkara ke kejaksaan.

"Syukur-syukur sampai level tuntutan. Ini sampai level proses naik ke kejaksaan saja itu belum ada sangat jarang. Kalau pun ada itu sangat lambat dan tidak menyentuh aktor intelektual," ungkapnya.

LBH Pers pun mendesak agar aparat penegak hukum harus dengan sigap menyelesaikan kasus-kasus kekerasan terhadap jurnalis di Indonesia. Apalagi, kekerasan terhadap jurnalis yang sedang menjalankan aktivitas jurnalistiknya agar tidak menghambat kebebasan pers itu sendiri.

Di sisi lain, kata Ade, Dewan Pers juga harus menstimulus proses hukum dan mendorong kepolisian agar segera menemukan motif dari pelaku.

"Sehingga pertanyaan-pertanyaan selama ini apakah penembakan terkait dengan aktivitas jurnalistik atau bukan itu harus terbuka dahulu. Jadi nanti dari situ terbaca pola-polanya. Nah, itu yang harusnya segera didorong," tandas Ade. [aa/em]

Oleh: VOA

Senin, 17 Mei 2021

Ditemukan Seorang Pria Tidak Bernyawa dengan Kondisi Bersimbah Darah

Ditemukan Seorang Pria Tidak Bernyawa dengan Kondisi Bersimbah Darah
Ditemukan Seorang Pria Tidak Bernyawa dengan Kondisi Bersimbah Darah.

BorneoTribun Sumsel -- Ditemukan Seorang pria warga Lorong Indrawati Kelurahan 11 Ulu Kecamatan SU II tidak bernyawa dengan kondisi bersimbah darah dengan luka di dada sebelah kiri, Sabtu (15/5) sekira pukul 16.00 WIB.

Dilansir BorneoTribun dari Infosumsel.id, diketahui korban yakni Ali Saibi (50) warga Lorong Sehati Kelurahan 11 Ulu Kecamatan SU II Palembang. Sebelum peristiwa berdarah itu, sekitar pukul 15.00 WIB, keponakan korban yakni Agung Satria (20) sedang silaturahmi ke rumah tetangga. Lalu mendapat kabar kalau korban ditemukan warga terkapar di TKP.

Saat ditemukan oleh warga, korban dalam posisi terlentang dan tangan kirinya memegang sebilah senjata tajam jenis parang. Namun untuk saat ini belum diketahui motif dan siapa pelakunya, 

"Sewaktu saya dapat kabar saat itu saya lagi bertamu ke rumah tetangga-tetangga di sekitar rumah, lalu saya mendapatkan kabar dari warga yang mengatakan paman sudah terkapar di lorong Indrawari bersimbah darah. Ketika saya cek ke sana ternyata benar itu paman saya," ucap Agung Sabtu (15/5/2021) sore.

Lanjutnya, dirinya mengungkapkan bahwa dirinya tak mengetahui persis tragedi tersebut. Apalagi korban sudah ditemukan di TKP oleh warga sudah tak bernyawa lagi, 

"Saat saya sampai di TKP dan saya melihat paman sudah kita bernyawa lagi, lalu warga pun sudah ramai di TKP, saya dan warga langsung melaporkan kejadian tersebut ke polisi," bebernya.

Petugas yang mendapatkan laporan dari warga di TKP bahwa adanya penemuan mayat tersebut, petugas piket SPKT, Identifikasi dan piket Reskrim Unit Pidsus serta Polsek SU I langsung mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) kemudian jenazah di larikan ke kamar mayat RS Bhayangkara Palembang untuk divisum.

Selain mengevakuasi jenazah petugas Satreskrim Polrestabes Palembang dan Polsek Su II, masih melakukan penyelidikan dan mengambil keterangan saksi-saksi di lapangan guna penyelidikan lebih lanjut.

Sementara itu, Kasubbag Humas Polrestabes Palembang Kompol M Abdullah ketika dikonfirmasi membenarkan adanya penemuan mayat atas korban yakni Ali saibi yang sudah meninggal dunia bersimbah darah.

"Ketika mendapatkan laporan petugas piket, Reskrim dan Polsek langsung mendatangi TKP dan membawa jenazah ke RS Bhayangkara Palembang," ujar Abdullah.

Lanjutnya, untuk sementara kasusnya masih dalam proses penyelidikan.

"Korban meninggal akibat luka tusuk di bagian dada atau rusuk sebelah kiri, dan siapa pelaku masih dalam penyelidikan, barang bukti ditemukan sebilah parang di tangan korban," tutupnya.

(Yk/Yl)

Kamis, 13 Mei 2021

Empat Warga Dibunuh Teroris MIT, Pemerintah Didesak Bersikap Tegas

Keluarga korban pembunuhan kelompok MIT berkumpul di sekitar peti jenazah, sebelum dibawa ke tempat peristirahatan terakhir, Rabu, 12 Mei 2021. (Foto : Yoanes Litha).

BorneoTribun Palu -- Ratusan orang menghadiri pemakaman empat warga desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulteng yang sehari sebelumnya dibunuh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Warga mendesak pemerintah bersikap tegas memburu kelompok itu untuk mencegah jatuhnya lebih banyak korban.

Isak tangis keluarga korban semakin kuat ketika satu demi satu dari empat peti jenazah mulai dipaku sebelum dibawa menuju pemakaman umum desa Kalemago, Lore Timur.

Semar (7) tahun hanya bisa menangis sambil menyandarkan tubuhnya ke salah seorang anggota keluarga yang berupaya menenangkannya. Bocah perempuan itu ingin mencegah peti mati yang berisi jasad pamannya, Paulus Papah, dibawa ke lokasi pemakaman. Menurut pihak keluarga, Semar sangat dekat dengan pamannya itu.

Paulus Papah adalah satu satu dari empat warga desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso yang dibunuh oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur pada Selasa (11/5) ketika sedang memanen buah kopi di kebun yang berjarak sejauh dua kilometer dari desa itu. Keempatnya beragama Kristen.

Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah Komisari Besar Polisi Didik Supranoto memperlihatkan foto sembilan anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Rabu, 12 Mei 2021. (Foto: Yoanes Litha)

Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah Komisari Besar Polisi Didik Supranoto, mengatakan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) diduga kuat merupakan pelaku pembunuhan empat petani itu. Empat korban itu adalah Lukas Lese, Marten Solo, Paulus Papah dan Simson Susah. Mereka sedang memanen buah kopi ketika didatangi lima anggota kelompok teroris MIT.

“Semua korban ini berada di kebun yaitu di kebun kopi, kemudian berdasarkan keterangan saksi didatangi oleh lima orang. Nah lima orang ini, salah satunya dikenal oleh saksi mereka adalah Daftar Pencarian Orang (DPO) Mujahidin Indonesia Timur yang bernama Qatar,” kata Didik Supranoto saat memberikan keterangan pers di Mapolda Sulawesi Tengah, Rabu pagi (12/5).

“Saksi kemudian melapor kepada Kepala Desa. Kepala Desa melapor ke Polsek, setelah itu Satgas Madago Raya mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP), disitulah kita temukan di lokasi pertama ada dua korban. Tidak jauh dari situ ditemukan lagi dua korban lainnya, jadi jumlahnya ada empat yang meninggal dunia,” papar Didik Supranoto.

Prosesi ibadah pemakaman untuk empat warga yang dibunuh kelompok MIT di Balai Desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Rabu, 12 Mei 2021. (Foto: Yoanes Litha)

Dari pemantauan VOA di lokasi, empat peti mati berwarna putih itu diletakkan berjejer di Balai Desa Kalemago, tempat kegiatan ibadah pemakaman itu digelar. Ratusan pelayat memadati tenda-tenda yang disiapkan hingga ke rumah-rumah warga di sekitar tempat itu. Setelah prosesi ibadah pemakaman, keempat peti mati yang berisi jenazah para korban MIT itu kemudian diusung untuk dimakamkan di pekuburan umum di desa itu.

Desak Presiden Jokowi Bertindak Tegas

Otniel Papunde, Sekretaris Desa Kalemago kepada VOA mengatakan pembunuhan empat warga di desa itu berdampak pada psikologis warga yang kini diliputi rasa ketakutan dan tidak aman. Diungkapkannya selama ini warga di desa itu berada dalam situasi serba salah, di satu sisi mereka takut untuk ke kebun karena khawatir bertemu kelompok MIT, tapi di sisi yang lain bila tidak ke kebun maka mereka tidak punya sumber pendapatan ekonomi keluarga.

Warga mengusung empat peti mati menuju pekuburan Desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Rabu (12/5/2021) Foto : Yoanes Litha

Ia berharap pemerintah pusat segera bertindak tegas agar gangguan keamanan di wilayah itu tidak berlarut-larut dan terus jatuh korban jiwa warga tidak berdosa.

“Kalau bisa disampaikan saja kepada Presiden supaya ini jangan main-main karena kita lihat ini sudah lama kasihan. Kami dari desa tetangga berapa lagi korban itu yang dalam artian satu lingkungan kami di Lore Timur ini. Jadi kalau bisa bagaimana kerjasamanya ini supaya ini benar-benar tuntas karena kebanyakan masyarakat kami di Kalimago itu di lereng-lereng situ menjadi nafkah kehidupan,” harap laki-laki berusia 45 tahun itu.

Lokasi Kebun Jauh, Warga Kerap Menginap Ketika Panen

Menurut Otniel, dari 210 keluarga – dengan total 735 jiwa – di desa Kalemago , 95 persen berprofesi sebagai petani yang mengolah tanaman kakao dan kopi di lereng-lereng gunung. Karena berada di lokasi yang jauh, warga biasa bermalam di kebun, khususnya saat memanen hasil kebun.

Prosesi pemakaman empat warga yang dibunuh kelompok MIT di Desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu, 12 Mei 2021. (Foto: Yoanes Litha)

“Harapan kami kepada pemerintah kepada Presiden bahwa kalau tidak tuntas ini maka kami disini tidak akan bisa lagi keluar untuk mencari nafkah, dalam artian kami mau bagaimana nanti desa Kalimago ini. Korban berjatuhan terus, apalagi aduh kami semua ini banyak korban ini Pak, terus terang kayak sudah tidak diperhatikan kami ini,” kata Otniel dengan suara lirih.

Bupati Janji Bantu Ekonomi Keluarga Yang Khawatir Berkebun

Menjawab pertanyaan VOA, Bupati Poso, Verna Gladies Merry Inkiriwang mengatakan pemerintah kabupaten Poso akan berupaya membantu warga yang nampaknya dalam beberapa waktu ke depan belum dapat ke kebun karena alasan keamanan.

Anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah, Sabtu, 7 November 2020, saat melakukan penyisiran di Kelurahan Mamboro, Palu Utara, Kota Palu Sulawesi Tengah, mencari keberadaan 2 DPO teroris MIT. (Foto: dok).

“Yang menjadi PR (pekerjaan rumah.red) kami adalah bagaimana kami bisa menyuplai dan untuk sementara waktu bisa kami menjamin kehidupan masyarakat teristimewa yang berada di Kalimago ini sehingga masyarakat tidak kesusahan untuk melanjutkan kehidupan apalagi kebutuhan paling dasar untuk makan dan minum,” jelas Verna ketika melayat di desa Kalimago.

Pemerintah Kabupaten Poso menegaskan pihaknya secara terus menerus berkoordinasi dengan dengan TNI-POLRI serta pemerintah provinsi dan pemerintah pusat untuk mengatasi gangguan keamanan yang masih kerap terjadi terjadi di wilayah itu. [yl/em]

Oleh: VOA

Selasa, 04 Mei 2021

Keluarga Korban Kekerasan di Papua: Kami Butuh Jawaban, Bukan Jamsostek Semata

Windy (yang ketika itu baru berusia 10 tahun) dan ibunda Harry Siregar menangis pilu dalam upacara pemakaman di Jakarta, April 2011. (Foto: pribadi)

BorneoTribun Jakarta -- Sepuluh tahun pasca tewasnya dua karyawan Freeport di Timika, Papua, keluarga masih tak lelah mencari jawaban untuk mengetahui siapa pelaku pembunuhan itu.Meski mendukung penetapan status organisasi teroris terhadap kelompok separatis bersenjata di Papua, mereka ragu ini akan menyelesaikan masalah.

Foto Windy, gadis kecil berusia 10 tahun yang menangis pilu di pelukan neneknya ketika ayahnya, Harry Bonatama Siregar, dimakamkan di TPU Pondok Kopi, Jakarta, setelah diterbangkan dari Timika, Papua, pada 11 April 2011, masih membekas. Kini Windy dan anak salah seorang korban lainnya yaitu Daniel Mansawan, sudah sama-sama berkuliah di Institut Pariwisata Bali Internasional dan ia sudah bisa bertanya, siapa yang membunuh dan membakar ayah mereka di Timika sepuluh tahun lalu.

Diwawancarai melalui telepon akhir pekan lalu, Linda Gurning, istri mendiang Harry Siregar, masih tak kuasa menahan kesedihan mengingat peristiwa itu.

Foto-foto keluarga Harry Bonatama Siregar saat masih bertugas di Departemen Security Risk Management PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, sebelum tewas dibunuh 7 April 2011. (Foto: pribadi)

“Saya masih ingat betul tanggal 7 April 2011 itu mengantarnya pergi bekerja dalam keadaan sehat wal'afiat. Dia sempat pulang untuk makan siang jam 12 dan kembali bekerja jam 1. Kemudian seharian itu saya disibukkan dengan pekerjaan lain dan baru menyadari ada insiden itu sore hari. Saya telepon-telepon tidak masuk. Lalu ada informasi ada dua korban masuk di klinik. Tetangga-tetangga saya mengatakan “kita kena, kita kena” dan saya tidak paham maksudnya, tapi kami langsung berangkat," kenangnya.

"Saya bersama Windy. Waktu itu dia baru duduk di kelas tiga SD. Sejak kami menunggu di klinik, semua orang diam. Tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi. Mengapa suami saya ditembak dan dibakar sehingga mayatnya pun tidak bisa kami kenali lagi. Siapa yang melakukannya? Kenapa? Ada apa di mil 37 itu?,” tanyanya beruntun.

Lulusan Universitas Indonesia itu pun kemudian mendatangi pihak Freeport Indonesia di mana suaminya bekerja, kepolisian dan TNI di Timika, Komnas HAM, DPR, Ombudsman dan beberapa lembaga lain guna mendapat jawaban. Namun hingga sepuluh tahun berlalu, tidak pernah ada penjelasan resmi tentang insiden di mil 37 Timika pada 7 April 2011 itu.

Linda Gurning: “Setiap Kali Bertanya, Dibalas dengan Jamsostek Sudah Dibayarkan Khan?”

“Tolong bantu saya sebagai keluarga korban, ini ada apa? Ia (Harry) pergi kerja dalam keadaan sehat, mengapa pulangnya luluh lantak begini. Hasil otopsi dokter RSCM mengatakan ia dibunuh dengan cara dibakar hidup-hidup. Paru-parunya masih mengembang ketika ia dibakar. Darahnya jadi arang. Bagi saya kondisi ini mengenaskan dan pedih. Ia sebagai warga negara Indonesia, pergi dalam keadaan baik dan pulang luluh lantak tanpa ada penjelasan," jelasnya.

Linda Gurning, istri mendiang Harry Siregar, yang datang menabur bunga di Mil 37, TImika, Papua, dengan pengawalan ketat karena rentannya situasi keamanan. (Foto: pribadi)

"Saya pernah datang ke mil 37 di mana Harry dibunuh untuk menabur bunga, karena nyawanya dicabut di tempat itu. Kami datang dengan pengawalan ketat. Tidak ada kesempatan bagi saya untuk bertanya pada warga sekitar,” ujar Linda yang sepeninggal suaminya menjadi tulang punggung keluarga.

Yang lebih menyakitkan lagi, kata Linda, adalah setiap kali ia bertanya, “mereka justru bertanya... Jamsostek sudah dibayar khan? Bagi saya, kok begitu. Ini nyawa orang. Ini nyawa suami saya, ayah anak saya. Jamsostek atau dana apapun itu tidak seharga dengan nyawanya. Nyawa itu Tuhan yang kasih, bukan manusia. Saya tahu saya bukan siapa-siapa dan sudah terlalu banyak kepentingan di Papua, tapi saya akan terus bertanya mengapa suami saya dan temannya (Daniel Mansawan), yang naik mobil dengan plat Brimob itu dihabisi,” ujarnya lirih.

Harry Bonatama Siregar dan putrinya Windy, ketika bertugas di Departemen Security Risk Management PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, sebelum tewas dibunuh 7 April 2011. (Foto: Pribadi)

Pemerintah Tetapkan KSB di Papua Sebagai Organisasi Teroris

Beberapa tahun terakhir ini aksi kekerasan di sebagian Papua kembali melonjak. Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dalam laporan tahunan Desember lalu mengatakan ada 40 aksi kekerasan sepanjang tahun 2020, baik yang dilakukan TNI, Polri, maupun keduanya. Sebagian besar terjadi di empat wilayah konflik, yaitu Kabupaten Intan Jaya, Nduga, Maybrat dan Kota Timika.

Namun KontraS tidak melaporkan aksi kekerasan yang dilakukan kelompok bersenjata yang menurut aparat keamanan juga ikut memperkeruh suasana. Yang terakhir adalah kontak tembak di Kabupaten Puncak yang menewaskan Kepala BIN Daerah Papua Brigjen TNI I Putu Danny Karya Nugraha pada 25 April dan disusul kontak tembak lain di daerah yang sama pada 27 April yang menewaskan seorang polisi dan melukai dua lainnya.

Menko Polhukam Mahfud MD menegaskan Organisasi dan Orang-Orang di Papua yang Lakukan Kekerasan Masif Dikategorikan Teroris. (Foto: Facebook/Kemenko Polhukam RI)

Menko Polhukam Mahfud MD pada 29 April menetapkan kelompok kriminal bersenjata yang terus menerus melakukan kekerasan masif di Papua dan Papua Barat sebagai teroris. Menurutnya, berdasarkan UU Tindak Pidana Terorisme, kekerasan yang dilakukan sudah masuk kategori terorisme. “Untuk itu pemerintah sudah meminta Polri, TNI, BIN dan aparat-aparat terkait untuk segera melakukan tindakan cepat, tegas dan terukur menurut hukum,” tegas Mahfud.

Kebijakan Baru Pemerintah Dinilai “Jalan Pintas”

Penetapan itu dikecam keras sejumlah LSM dan pemerhati isu Papua, tapi tidak sedikit pula yang mendukung langkah pemerintah itu.

Ketua Setara Institute Hendardi. Foto: Setara

Setara Institute menyebut penetapan pemerintah itu sebagai “jalan pintas.” Dalam pernyataan tertulisnya, Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan “kebijiakan pelabelan pemerintah terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sebagai teroris menggambarkan ketidakcakapan pemerintah dalam mengelola dan meniti resolusi konflik di Papua dan ekspresi sikap putus asa pemerintah yang tidak kunjung tuntas menangani kelompok perlawanan Papua. Bukannya membangun dialog Jakarta-Papua dan mengurangi pendekatan keamanan, pemerintah justru mempertegas pilihan kekerasan bagi penanganan Papua.”

Ia menilai kebijakan itu kontraproduktif, “rentan menimbulkan pelanggaran HAM serius” dan “menutup ruang dialog Jakarta-Papua yang direkomendasikan banyak pihak sebagai jalan membangun perdamaian.

Hal senada disampaikan Amnesty International Indonesia. Diwawancarai melalui telepon, Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan “pelabelan itu mendorong Papua memasuki fase berbahaya.”

Ia menjabarkan bagaimana pada beberapa tahun terakhir ini melonjak pesat apa yang disebutnya sebagai “pembunuhan di luar hukum,” yang tahun lalu saja, kata Usman Hamid, mencapai 50-an kasus. “Untuk tiga bulan pertama tahun ini saja sudah ada lima kasus dan total korban tujuh orang,” ujarnya tanpa memberi perincian lebih jauh.

“Jadi kami khawatir sekali dengan kebijakan baru sekarang, penetapan Organisasi Papua Merdeka (OPM), atau Kelompok Separatis Bersenjata (KSB), atau Kelompok Kriminal Bersenjata KKB, yang semuanya merupakan label dari pemerintah, sebagai organisasi teroris. Ini akan menjadi pembenaran bagi pemerintah untuk menggelar operasi keamanan yang berpotensi menimbulkan persoalan HAM yang lebih besar,” tambahnya.

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid. (Foto: VOA/Anugrah Andriansyah)

Usman Hamid, yang sudah puluhan tahun malang melintang menjadi aktivis HAM, mengatakan ia tidak menutup mata atas aksi kekerasan yang juga dilakukan kelompok bersenjata.

“Ini juga tidak dapat dibenarkan. Negara wajib menegakkan hukum, menyelidiki dan menuntut pelaku sehingga akan memberi rasa keadilan pada korban yang menjadi korban pembunuhan, penyiksaan, pelanggaran HAM. Kita tidak berharap kelompok bersenjata atau kelompok pro-kemerdekaan yang melangsungkan penyelidikan dan penuntutan, karena itu merupakan tugas negara. Hukum internasional mewajibkan negara untuk menyelesaikan berbagai persoalan kekerasan, menuntut siapapun pelakunya lewat mekanisme pengadilan,” jelasnya,

UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Dinilai Tepat

Namun Guru Besar Hukum Internasional di Universitas Indonesia, Prof. Dr. Hikmahanto Juwana, menilai penggunaan UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan penetapan kelompok bersenjata di Papua sebagai teroris sudah tepat karena “penggunaan kekerasan oleh pihak-pihak tertentu yang melawan pemerintah yang sah telah sampai pada kekerasan yang mengarah pada terorisme.”

Pakar hukum internasional UI, Prof. Dr. Hikmahanto Juwana (Foto: Courtesy).

Dengan jernih Hikmahanto melihat tiga bentuk aksi kekerasan yang terjadi di Papua, yang bersifat kriminal semata, yang bertujuan memisahkan diri dari NKRI, dan yang berniat menciptakan dan melanggengkan teror. Menurutnya Pasal 6 UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dengan jelas menyatakan “setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror dan rasa takut terhadap orang secara meluas, menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup atau fasilitas publik dan fasilitas internasional dipidana dengan pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama dua puluh tahun, pidana penjara seumur hidup atau pidana mati.”

Lebih jauh Hikmahanto mengatakan “penggunaan kekerasan oleh pihak-pihak tertentu di Papua tidak mungkin dihadapi pemerintah dengan kesejahteraan semata, tetapi juga penggunaan kekerasan.”

Menurutnya dunia dan masyarakat internasional akan “sangat bisa memahami bila pemerintah memberlakukan UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme itu,” dan bahwa penggunaan kekerasan oleh pemerintah “bukanlah justifikasi untuk bertindak represif di Tanah Papua.”

Linda Gurning dan putri semata wayangnya Windy hingga hari ini masih terus mencari jawaban atas kematian Harry Siregar. (Foto: pribadi)

Linda Gurning, salah seorang keluarga korban kekerasan di Papua, mengatakan memahami ketegasan pemerintah saat ini karena menurutnya “sudah terlalu lama hal ini dibiarkan berlarut-larut.” Pemerintah, ujarnya, sudah berusaha keras tidak saja dengan membangun sumber daya manusia dan infrastruktur di Papua, juga dialog, “tetapi jika saya berdiskusi dengan teman-teman di Papua mereka tetap ada persoalan yang belum selesai, bahwa mereka merasa dibohongi. Saya juga bingung tidak tahu harus bilang apa.”

Ibu satu anak yang hingga kini masih mencari jawaban atas pembunuhan suaminya itu berharap persoalan kekerasan di Papua segera selesai agar tidak ada lagi korban baru. “Juga agar tidak ada lagi istri atau ibu yang setiap kali memperingati kepergian suami atau anggota keluarganya hanya dapat memasang berita atau foto-foto di sosial media, guna menjaga ingatan kami sementara menunggu jawaban dari pihak berwenang.” [em/jm]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno