ULM dan BPDPKS Ajari Petani Kalsel Teknologi guna menciptakan Produk Hilir Kelapa Sawit
ULM dan BPDPKS Ajari Petani Kalsel Teknologi guna menciptakan Produk Hilir Kelapa Sawit. |
-->
ULM dan BPDPKS Ajari Petani Kalsel Teknologi guna menciptakan Produk Hilir Kelapa Sawit. |
Petani sedang menyusun TBS sawi. |
Pemerintah Diminta Evaluasi Penerapan Dana Pungutan Ekspor Sawit. (Foto Pixabay) |
Giat tanam sawit untuk program PSR di Sekadau. |
Lusminto Dewa Ketua Apkasindo Perjuangan Beserta Anggota Komitmen Siap Menjaga Situasi Kondusif di Wilayah Ketapang Kalimantan Barat. |
Ketua Komisi II DPRD Sekadau Yodi Setiawan. (Foto: Tim Liputan) |
Para pekerja di perkebunan kelapa sawit di Salak Tinggi, di luar Kuala Lumpur, Malaysia (foto: dok) |
BorneoTribun - Penyelidikan yang dilakukan kantor berita Associated Press (AP) mendapati, banyak pekerja di Malaysia dan negara tetangganya Indonesia, yang terdiri dari jutaan pekerja dari beberapa negara termiskin di Asia, mengalami berbagai bentuk eksploitasi. Pelanggaran paling serius termasuk mempekerjakan buruh anak-anak, perbudakan langsung dan tuduhan-tuduhan pemerkosaan. Kedua negara itu diperkirakan menghasilkan sekitar 85 persen pasokan minyak sawit dunia bernilai sebesar $65 miliar.
Minyak kelapa sawit hampir tidak mungkin dihindari. Minyak jenis itu di label sering disamarkan sebagai bahan yang terdaftar dengan lebih dari 200 nama, bisa didapati pada sekitar setengah produk di rak supermarket dan di sebagian besar merek kosmetik. Kandungan minyak kelapa sawit terdapat di cat, kayu lapis, pestisida, dan pil; juga di dalam pakan ternak, bahan bakar biologi, dan bahkan pembersih tangan.
Saat ini kantor berita AP tengah mewawancarai lebih dari 130 pekerja dan mantan pekerja dari 24 perusahaan kelapa sawit yang berasal dari delapan negara dan bekerja di sebagian besar perkebunan di Malaysia dan Indonesia.
Hampir semua mengeluh tentang perlakuan pengusaha kelapa sawit, sebagian mengatakan mereka ditipu, diancam, ditahan di luar keinginan mereka atau dipaksa membayar utang yang tidak dapat mereka lunasi. Lainnya mengatakan, mereka secara tetap diganggu oleh pihak berwenang, digerebek dan ditahan di bangunan pemerintah. (YK/VAO)
Jokowi saat resmikan peremajaan sawit rakyat. |
BORNEOTRIBUN - Dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Dan Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Dalam Rangka Hut Ke-75 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pidatonya.
Diawali dengan sebanyak 215 negara, tanpa terkecuali, sedang menghadapi masa sulit diterpa pandemi Covid-19. Bahkan dalam catatan WHO, sampai dengan tanggal 13 Agustus 2020 lalu, terdapat lebih dari 20 juta kasus di dunia, dengan jumlah kematian di dunia sebanyak 737 ribu jiwa.
Kata Jokowi, semua negara, negara miskin, negara berkembang, termasuk negara maju, semuanya sedang mengalami kemunduran karena terpapar Covid-19. Krisis perekonomian dunia juga terparah dalam sejarah. Di kuartal pertama 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih plus 2,97%, tapi di kuartal kedua minus 5,32%.
“Ekonomi negara-negara maju bahkan minus belasan persen, sampai minus 17%. Kemunduran banyak negara besar ini bisa menjadi peluang dan momentum bagi kita untuk mengejar ketertinggalan. Ibarat komputer, perekonomian semua negara saat ini sedang macet, sedang hang,” katanya Jumat (14/8/2020).
Lebih lanjut tutur Jokowi, inilah saatnya Indonesia membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, menjalankan strategi besar. Strategi besar di bidang ekonomi, hukum. Saat ini bahkan sedang dikembangkan food estate di Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Sumatera Utara, dan akan dilakukan di beberapa daerah lain. Program ini merupakan sinergi antara pemerintah, pelaku swasta, dan masyarakat sebagai pemilik lahan maupun sebagai tenaga kerja.
Dalam pidatonya, Jokowi juga mengungkap upaya besar juga telah dan sedang dilakukan untuk membangun kemandirian energi. Tahun 2019, Indonesia sudah berhasil memproduksi dan menggunakan Biodiesel sawit 20% (B20).
Tahun ini mandatori B30 dimulai, sehingga mampu menekan nilai impor minyak di tahun 2019. Kata Jokowi, Pertamina bekerja sama dengan para peneliti telah berhasil menciptakan katalis untuk pembuatan D100, yaitu bahan bakar diesel yang 100% dibuat dari minyak kelapa sawit, yang sedang uji produksi di dua kilang milik Pertamina.
“Ini akan menyerap minimal 1 juta ton sawit produksi petani untuk kapasitas produksi 20 ribu barel per hari. Hilirisasi bahan mentah yang lain juga terus dilakukan secara besar-besaran. Batu bara diolah menjadi methanol dan gas. Beberapa kilang dibangun untuk mengolah minyak mentah menjadi minyak jadi, dan sekaligus menjadi penggerak industri petrokimia yang memasok produk industri hilir bernilai tambah tinggi,” katanya.
Sementara biji nikel telah bisa diolah menjadi ferro nikel, stainless steel slab, lembaran baja, dan dikembangkan menjadi bahan utama untuk baterai lithium. Hal ini akan memperbaiki defisit transaksi berjalan, meningkatkan peluang kerja, dan mulai mengurangi dominasi energi fosil. “Hal ini akan membuat posisi Indonesia menjadi sangat strategis dalam pengembangan baterai lithium, mobil listrik dunia, dan produsen teknologi di masa depan,” tandas Jokowi.(yk/t)
Subscribe di situs ini untuk mendapatkan update berita terbaru