Berita Borneotribun.com: China Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label China. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label China. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Februari 2022

Peningkatan Kasus COVID, Negara Tirai Bambu Lockdown Kota Baise

Peningkatan Kasus COVID, Negara Tirai Bambu Lockdown Kota Baise
Para warga mengantri untuk menjalani tes usap COVID-19 di salah satu lokasi tes di distrik Xicheng, di Beijing, China, pada 27 Januari 2022. (Foto: AP/Andy Wong)

BorneoTribun.com - China memutuskan untuk melakukan lockdown ketat terhadap Kota Baise, yang terletak di sebelah barat daya negara tersebut, setelah lebih dari 70 kasus COVID-19 baru ditemukan di wilayah itu dalam tiga hari terakhir.

Pihak berwenang, pada Senin (7/2) memerintahkan penduduk di kota tersebut, yang berbatasan langsung dengan VIetnam, untuk tetap tinggal di rumah, serta hanya boleh meninggalkan rumah untuk membeli bahan makanan penting atau melakukan tes COVID-19.

Pejabat setempat juga menganjurkan penduduk agar menggunakan jasa antar ketimbang pergi langsung ke toko jika memungkinkan. Baise adalah kota dengan jumlah penduduk mencapai 3,6 juta orang.

Lockdown ini berlangsung ketika China sedang menjadi tuan rumah untuk Olimpiade Musim Dingin 2022 di ibu kota Beijing, yang berlangsung di daerah yang dijaga ketat guna mencegah penyebaran virus corona yang menyebabkan COVID-19.

Atlet figure skater asal Amerika Serikat Vincent Zhou, pada Senin (7/2) mengatakan, dia mengundurkan diri dari pertandingan setelah terbukti positif mengidap COVID-19. Zhou mengumumkan hal tersebut sambil berlinang air mata di video yang diunggah di Instagram.

Sementara itu, Australia, pada Senin (7/2), mengatakan akan membuka perbatasannya dan siap menyambut pelaku perjalanan dari seluruh dunia mulai 21 Februari.

“Seandainya Anda sudah mendapatlan vaksinasi dosis lengkap, kami akan menyambut Anda kembali di Australia, “ kata Perdana Menteri Scott Morrison. Kebijakan penutupan perbatasan negara itu telah memukul industri pariwisata di negara tersebut.

Sementara itu, di ibu kota Kanada, Ottawa, polisi setempat pada Senin (7/2) menyita ribuan liter bahan bakar sebagai bagian dari penumpasan guna mengakhiri protes yang diorganisir pengemudi truk yang menentang pembatasan terkait COVID-19.

Walikota Jim Watson, pada Minggu (6/2), mendeklarasikan keadaan darurat di kota itu setelah demonstrasi yang terjadi memasuki minggu kedua.

Di sisi lain, Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan, orang-orang yang telah menunda pemeriksaan medis untuk kasus non-COVID-19 dapat kembali datang untuk memeriksakan diri ke Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS).

Javid mengatakan kepada Sky News, “Saya ingin mereka kembali karena saya ingin mereka tahu bahwa NHS siap.”

Javid mengatakan NHS memperkirakan terdapat delapan hingga sembilan juta orang menunda pemeriksaan akan kondisi kesehatannya ketika petugas layanan kesehatan harus fokus mengurus pasien COVID. Kini, Javid menilai bahwa NHS telah siap untuk menangani kasus-kasus penyakit yang tertunda itu.

Pusat data COVID-19 Universitas Johns Hopkins, pada Senin (7/2), melaporkan bahwa terdapat lebih dari 396 juta infeksi COVID-19 di seluruh dunia, dan lebih dari 5,7 juta kematian akibat COVID-19. Institusi tersebut mengatakan lebih dari 10 miliar vaksin COVID-19 sudah diberikan kepada penduduk dunia.

Oleh: VOA Indonesia

Sabtu, 05 Februari 2022

Rusia dan China Berjuang Galang Persatuan Hadapi Amerika

Rusia dan China Berjuang Galang Persatuan Hadapi Amerika
Presiden China Xi Jinping (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin menjelang pembicaraan mereka di Beijing, China, Jumat, 4 Februari 2022. (Alexei Druzhinin, Sputnik, Kremlin Pool Foto via AP)

BorneoTribun.com - Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin China Xi Jinping, Jumat (4/2) bertemu menjelang upacara pembukaan Olimpiade Beijing 2022, suatu unjuk persatuan di tengah-tengah hubungan masing-masing negara yang semakin rumit dengan AS.

Putin memuji hubungan China-Rusia yang “benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya,” yang menurutnya merupakan contoh dari “hubungan bermartabat yang membantu masing-masing kita berkembang,” kata kantor berita resmi Rusia Tass.

Putin mengumumkan kesepakatan baru untuk menyediakan gas 10 miliar meter kubik per tahun untuk China dari kawasan Timur Jauh Rusia. Para pejabat Rusia juga telah menyatakan kedua pemimpin itu akan menandatangani lebih dari 15 kesepakatan dalam kunjungan tersebut.

Pada 2021, kedua pihak mencapai perdagangan bilateral yang mencatat rekor baru, 146 miliar dolar. Putin mengatakan kepada Xi hari Jumat bahwa ia percaya perdagangan bilateral dalam waktu dekat dapat mencapai 200 miliar dolar.

Xi, yang melakukan pertemuan tatap muka pertamanya dengan seorang pemimpin dunia dalam waktu setahun lebih ini, mengatakan kepada Putin bahwa pertemuan itu akan menyuntikkan lebih banyak vitalitas ke dalam hubungan kedua negara, menurut media pemerintah China.

Sekelompok kapal angkatan laut dari Rusia dan China melakukan patroli militer
Sekelompok kapal angkatan laut dari Rusia dan China melakukan patroli militer maritim bersama di perairan Samudra Pasifik, dalam gambar diam yang diambil dari video yang dirilis pada 23 Oktober 2021. (Foto: Kementerian Pertahanan Rusia via REUTERS)

Meskipun Rusia dan China tidak memiliki aliansi resmi, kedua negara semakin dekat dalam beberapa tahun belakangan sementara mereka berupaya melawan pengaruh AS.

China telah semakin vokal dalam mendukung Rusia, bahkan ketika Moskow mengerahkan lebih dari 100 ribu tentara di perbatasannya dengan Ukraina, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai konflik. Rusia telah menuntut Ukraina agar tidak bergabung dengan NATO dan menginginkan aliansi militer itu menarik pasukannya dari Eropa Timur.

Para analis mengatakan kerja sama Rusia-China dapat mempersulit AS dalam menghukum Moskow dengan sanksi-sanksi atau langkah-langkah lain jika Rusia menginvasi Ukraina. Menjelang kunjungan Putin, para pejabat Rusia menyatakan kedua pemerintah berupaya menciptakan hubungan ekonomi yang terlindung dari sanksi-sanksi yang diberlakukan negara lain.

Meningkatnya permusuhan AS-Rusia juga dapat mengalihkan perhatian Presiden AS Joe Biden, yang telah mengidentifikasi China sebagai prioritas kebijakan luar negeri terbesarnya. Namun, China juga mungkin tidak menyambut baik adanya distraksi kebijakan luar negeri penting.

Beijing, Jumat (42) menjadi tuan rumah acara pembukaan pesta olahraga Olimpiade yang berlangsung lebih dari dua pekan. Yang mungkin lebih penting lagi, Xi berada di tengah-tengah musim manuver politik dalam negeri penting yang dimaksudkan untuk membentuk apa yang diperkirakan akan membuat kekuasaannya tidak terbatas atas China.

“Beijing menginginkan stabilitas dan kemampuan memprediksi. Mereka tidak akan menyambut baik pergolakan asing,” kata Ryan Hass, pakar China di Brookings Institution yang berbasis di AS, di Twitter.


Xi dan Putin, dua pemimpin kuat yang memimpin pemerintahan otoriter, memiliki riwayat panjang. Menurut Beijing, ini adalah pertemuan ke-38 antara kedua orang itu.

Pada Desember lalu, Xi mengatakan ia menyambut baik kunjungan Putin, yang ia sebut sebagai “teman lamanya.” Putin adalah pemimpin internasional pertama yang menyatakan akan hadir dalam acara pembukaan Olimpiade Beijing, setelah AS mengumumkan boikot diplomatik terhadap pesta olahraga itu terkait tuduhan pelecehan China terhadap Muslim Uighur.

Dalam surat yang dipublikasikan awal pekan ini di kantor berita resmi China Xinhua, Putin mengecam boikot yang dipimpin AS, mengecamnya sebagai “upaya sejumlah negara untuk mempolitisasi olahraga untuk kepentingan egois mereka.” Surat Putin juga menyatakan bahwa kemitraan Rusia-China telah memasuki “era baru.”

Rusia dan China telah memiliki riwayat panjang bekerja sama untuk memblokir posisi AS di Dewan Keamanan PBB, di mana ketiga negara itu memiliki hak veto sebagai anggota tetap dewan.

Yang paling baru adalah, China dan Rusia memiliki kesamaan sikap mengenai Ukraina. Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China menyebut tentang “kekhawatiran keamanan yang sah” dari Rusia dan menyerukan diakhirinya “mentalitas Perang Dingin,” rujukan jelas untuk apa yang dianggapnya sebagai kebijakan luar negeri AS.

“China telah bertindak semakin dekat secara progresif ke sikap Rusia,” kata Evan Feigenbaum, dari lembaga kajian Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di Washington.

Ini merupakan pergeseran besar dari China. Selama invasi Rusia ke Georgia tahun 2008 dan invasinya ke Krimea pada tahun 2014, China “condong begitu jauh dalam kemitraan mereka dengan Rusia,” kata Feigenbaum, berbicara pada sebuah forum online.

“Kemitraan China-Rusia terlihat sangat berbeda bagi Amerika, bukan hanya dalam perencanaan pertahanan tetapi juga pemikiran strategis yang dimilikinya enam atau tujuh tahun lalu saja,” ujarnya.

Namun, China juga menyerukan diredakannya ketegangan terkait Ukraina dan mengusulkan penerapan perjanjian Minsk, kesepakatan tahun 2014-2015 untuk memulihkan perdamaian setelah berkobarnya kekerasan di perbatasan Rusia-Ukraina.

“China berada dalam kebuntuan diplomatik,” kata Hass. “Negara ini akan menghadapi kesulitan dan gejolak yang tidak diinginkan dari konflik di Ukraina, tetapi pada saat yang bersamaan China ingin mempertahankan hubungan kuat dengan Rusia dan tidak ingin membantu AS.” [uh/ab]

Oleh: VOA Indonesia

Selasa, 28 September 2021

China Bitcoin Cs Ilegal, Xi Jinping Resmi Binasakan Uang Kripto

China Bitcoin Cs Ilegal, Xi Jinping Resmi Binasakan Uang Kripto
China Bitcoin Cs Ilegal, Xi Jinping Resmi Binasakan Uang Kripto

 

BorneoTribun - Pemerintah China menutup ruang bagi uang kripto seperti Bitcoin, Dogecoin hingga Ethereum berkembang di negara. Pemerintahan Xi Jinping melarang semua aktivitas cryptocurrency mulai dari penambangan hingga transaksi. 

Ini terjadi bahkan saat China tercatat sebagai salah satu pasar terbesar uang kripto di dunia.

Bahkan dari kabar terbaru, bank sentral atau People Bank of China (PBoC) mengatakan seluruh transaksi cryptocurrency ilegal dan melarang token digital. Laporan BBC juga menyebut, PBoC mengingatkan aktivitas dari cryptocurrency sangat berbahaya untuk keselamatan aset masyarakat, dikutip Selasa (28/9/2021). 

Dilansir dari CNBC Internasional, PBoC menambahkan, "Pertukaran mata uang virtual luar negeri yang menggunakan internet untuk menawarkan layanan kepada penduduk domestik juga dianggap sebagai aktivitas keuangan ilegal." PBoC bahkan memiliki beragam cara untuk mematikan Bitcoin Cs. 

Ini dari peningkatan sistem untuk memantau transaksi mengenai cryptocurrency dan menghentikan adanya investasi spekulatif. Atas kebijakan, dua bursa penukaran cryptocurrency terbesar, Huobi dan Binance, memutuskan hubungan dengan pengguna di China. 

Huobi menghentikan pendaftaran pengguna baru dari China daratan dan akan mengakhir kontrak dengan pengguna di China paling lambat akhir tahun ini. "Huobi Global akan keluar secara tertib dari client China Dataran yang ada dan menjamin keamanan aset yang mereka miliki," ungkap Huobi. 

Seorang juru bicara Binance mengatakan perusahaan tidak memiliki operasi pertukara di China dan memblokir IP China. "Binance menjalankan kewajiban kepatuhannya dengan sangat serius dan berkomitmen untuk mengikuti persyaratan regulator lokal di mana pun kami beroperasi," ujar Binance, seperti dikutip dari Laporan Bloomberg. 

Upaya China untuk menghilangkan cryptocurrency dari negara tersebut dimulai dari 2017. Pemerintah saat itu melarang penawaran koin perdana atau initial coin offering (ICO) yakni cara menerbitkan token digital serta mengumpulkan uang. China juga menutup seluruh usaha pertukaran uang kripto di dalam negari. 

Dua tahun berikutnya, pada 2019 China juga meluncurkan aturan baru untuk melarang aktivitas penambangan Bitcoin. Sebagai informasi aktivitas itu memecahkan kode matematika rumit menggunakan komputer khusus. 

Sejak saat itu China secara aktif menutup sejumlah penambangan yang ada serta sejenisnya. Pada kuartal I-2021, China membuat perintah para lembaga keuangan misalnya bank, non bank, serta fintech seperti Alipay dan WeChat Pay untuk menyelenggarakan layanan transaksi cryptocurrency.[CNBC]

Selasa, 07 September 2021

Bye-Bye Dolar AS, Perdagangan Indonesia-China Kini Resmi Pakai Rupiah dan Yuan

Bye-Bye Dolar AS, Perdagangan Indonesia-China Kini Resmi Pakai Rupiah dan Yuan
Yuan dan Rupiah/Google

 

KARAWANGPORTAL - Bank Indonesia (BI) bersama People's Bank of China (PBC) pada Senin 6 September 2021 ini secara resmi memulai implementasi kerja sama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal (Local Currency Settlement/LCS) antara Indonesia dan China. 

BI menjelaskan kerangka kerja sama dimaksud meliputi, antara lain penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung atau direct quotation dan relaksasi regulasi tertentu dalam transaksi valuta asing antara mata uang rupiah dan yuan. 

Kerangka kerja sama ini disusun berdasarkan nota kesepahaman yang telah disepakati dan ditandatangani oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dan Gubernur PBC Yi Gang pada tanggal 30 September 2020. 

"Selain dengan China, BI juga telah memiliki kerangka kerja sama LCS dengan beberapa negara mitra lainnya saat ini, yaitu Jepang, Malaysia, dan Thailand," dikutip dari Antara, Senin (6/9/2021). 

Implementasi kerja sama ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan oleh BI untuk mendorong penggunaan mata uang lokal yang lebih luas dalam penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi langsung dengan berbagai negara mitra. 

Dengan demikian, perluasan penggunaan LCS diharapkan dapat mendukung stabilitas rupiah melalui dampaknya terhadap pengurangan ketergantungan pada mata uang tertentu di pasar valuta asing domestik. 

Bank sentral mencatat penggunaan LCS memberikan banyak manfaat langsung kepada pelaku usaha, seperti biaya konversi transaksi valuta asing yang lebih efisien, tersedianya alternatif pembiayaan perdagangan dan investasi langsung dalam mata uang lokal, tersedianya alternatif instrumen lindung nilai dalam mata uang lokal, dan diversifikasi eksposur mata uang yang digunakan dalam penyelesaian transaksi luar negeri. 

Untuk mendukung operasionalisasi kerangka LCS menggunakan rupiah dan yuan ini, BI dan PBC telah menunjuk beberapa bank di negara masing-masing untuk berperan sebagai Appointed Cross Currency Dealer (ACCD). [liputan6]

Sabtu, 10 Juli 2021

China Evakuasi Warganya dari Afghanistan

China Evakuasi Warganya dari Afghanistan
China Evakuasi Warganya dari Afghanistan.

BORNEOTRIBUN -- China telah mengirim pesawat untuk membawa pulang 210 warganya dari Afghanistan, kata media pemerintah, Jumat (9/7).

Keputusan China ini diambil setelah militer AS bersiap untuk meninggalkan Afghanistan dan situasi keamanan semakin mencekam di negara itu.

Surat kabar Global Times yang diterbitkan oleh Partai Komunis yang berkuasa mengatakan pesawat Xiamen Airlines berangkat pada tanggal 2 Juli dari ibu kota Kabul dan mendarat di pPovinsi Hubei, China, pada hari yang sama.

Maskapai itu mengonfirmasi laporan tersebut dalam sebuah posting di akun Weibo --  semacam  Twitter -- tetapi tidak memberikan rincian tambahan.

Global Times dan sejumlah media lain melaporkan, 22 dari mereka yang berada di dalam pesawat itu  dinyatakan positif COVID-19, meskipun angka-angka itu tidak muncul dalam laporan harian Komisi Kesehatan Nasional tentang kasus-kasus baru.

Pasukan AS dijadwalkan meninggalkan Afghanistan pada 31 Agustus setelah hampir 20 tahun memerangi Taliban. 

Perusahaan-perusahaan China telah berinvestasi di pertambangan dan infrastruktur Afghanistan, tetapi aset-aset itu tampaknya semakin terancam karena Taliban merebut sejumlah besar wilayah, yang mungkin menempatkan Kabul dalam bahaya. [ab/uh]

VOA

Minggu, 20 Juni 2021

3 Astronaut Tiba di Stasiun Antariksa Permanen Baru China

3 Astronaut Tiba di Stasiun Antariksa Permanen Baru China

BORNEOTRIBUN.COM - Awak pertama stasiun antariksa permanen baru China telah merapat ke modul Tianhe (Harmoni Surgawi) pada hari Kamis (17/6) malam.

Pesawat antariksa Shenzou-12 yang membawa astronaut kawakan Nie Haisheng dan Liu Boming serta pemula Tang Hongbo bergabung dengan modul Tianhe enam jam setelah meluncur dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di China Barat Laut.


Trio ini akan menghabiskan waktu tiga bulan mendatang di modul tersebut, memperlengkapinya dengan peralatan dan menguji berbagai komponennya.

Misi ini adalah penerbangan luar angkasa berawak China dalam lima tahun, dan merupakan yang ketiga dari 11 yang diperlukan untuk menambahkan lebih banyak lagi elemen ke stasiun antariksa ini sebelum beroperasi penuh tahun depan. Stasiun baru itu diperkirakan akan tetap beroperasi selama 10 tahun.


Stasiun ini dapat bertahan lebih lama daripada Stasiun Antariksa Internasional (ISS) yang dipimpin AS, yang mungkin dinonaktifkan setelah pendanaannya berakhir pada 2024. China tidak pernah mengirimkan astronaut ke ISS karena sebuah UU AS yang praktis melarang badan antariksa NASA bekerja sama dengan China.


China dengan agresif membangun program antariksanya sebagai contoh peningkatan posisi global dan kekuatan teknologinya. China menjadi negara ketiga yang mengirim manusia ke antariksa pada tahun 2003 setelah Amerika Serikat dan Rusia, dan telah mengoperasikan dua stasiun antariksa eksperimental sementara yang berawak.

Baru tahun ini China mengirim pesawat tak berawak ke orbit di sekitar Mars, sementara pesawat lain membawa kembali sampel pertama dari Bulan dalam lebih dari 40 tahun. [uh/ab]

Oleh: VOA

China Rilis Rekaman Mars dari Pesawat Antariksa Tianwen-1


BORNEOTRIBUN.COM - Badan Antariksa China (China National Space Administration/CNSA) merilis dua video yang memberikan gambaran sekilas tentang Mars pada hari Jumat (12/2). Gambar tersebut ditangkap saat pesawat Tianwen-1 memasuki orbit Mars dan mengirimkan ucapan selamat Tahun Baru Imlek ke Bumi.

Setelah menempuh perjalanan selama 6,5 bulan melintasi ruang angkasa, Tianwen-1 pada Rabu (10/2), melambat ke kecepatan yang dapat ditangkap oleh tarikan gravitasi Mars. Hal tersebut menjadikan Tianwen-1 sebagai pesawat ruang angkasa kedua yang mencapai Mars pada bulan ini, bersama pesawat luar angkasa AS.

Kedua klip itu, berdurasi kurang dari satu menit, adalah yang pertama dirilis oleh CNSA.

“Berkah Tahun Baru Tianwen-1 datang dari Mars yang jauh,” kata CNSA pada hari Jumat (12/2), hari pertama Tahun Baru Imlek.

Rekaman diambil dari kamera yang terpasang pada pesawat yang tidak berawak. Terlihat garis besar Mars dan kawah di permukaan tersebut.

"Panel surya, antena pengarah, atmosfer Mars, dan topografi permukaan terlihat jelas," kata CNSA. [na/ah]

Oleh: VOA

Jumat, 18 Juni 2021

AS Awasi Pengaruh China di PBB

AS Awasi Pengaruh China di PBB
Dubes AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield di Ankara, Turki, 4 Juni 2021.

BorneoTribun Internasional - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Rabu (16/6), memastikan kepada Kongres bahwa ia akan memantau dan menindak apa yang disebutnya “pengaruh tidak baik” China terhadap lembaga dunia itu.

China bersikap agresif dan memaksa dalam memanfaatkan kekuatannya di PBB,” kata Dubes Linda Thomas-Greenfield kepada Komite Urusan Luar Negeri DPR Amerika.

Ditambahkannya, Beijing memberlakukan sebuah “pendekatan yang otoriter terhadap multilateralisme.”

Thomas-Greenfield mengacu pada serangkaian tindakan, termasuk pengaruh China di tiga organisasi PBB di mana warga mereka berperan, dan pemanfaatan diplomasi vaksin COVID-19 oleh Beijing untuk menekan negara-negara yang lebih miskin.

“Kami akan melawan secara keras terhadap usaha-usaha seperti itu,” katanya.

Dia mendesak para anggota Kongres agar melakukan investasi di PBB guna memulihkan pengaruh AS di sana, yang menurun selama masa pemerintahan Trump.

“Musuh-musuh dan pesaing-pesaing kita melakukan investasi di PBB. Kita tidak bisa bersaing kecuali kalau kita melakukan hal itu pula,” kata Thomas Greenfield.

Lebih dari 40 anggota Kongres menanyai diplomat veteran itu selama lebih dari empat jam ketika berlangsung sidang dengar seputar prioritas pemerintahan Biden untuk terlibat dengan PBB.

Banyak dari mereka mengungkapkan keprihatinan dengan persekusi minoritas Muslim Uighur di Provinsi Xijiang, China.

Kelompok-kelompok HAM telah menuduh China mengirim lebih dari satu juta warga Uighur ke kamp-kamp tahanan. China mengatakan fasilitas itu dimaksudkan sebagai “pusat pendidikan kejuruan” dan untuk mencegah penyebaran ekstremisme keagamaan dan serangan teroris. [jm/em]

Selasa, 15 Juni 2021

"Kapal Ilahi": Penerbangan Manusia ke Antariksa dari China Pertama sejak 2016

"Kapal Ilahi": Penerbangan Manusia ke Antariksa dari China Pertama sejak 2016
Roket Long March-2F yang membawa wahana antariksa Shenzhou-12 yang berada di Peluncuran Satelit Jiuquan, Provinsi Gansu, China, 9 Juni 2021. Roket itu akan membawa misi pertama berawak yang dijadwalkan akan diluncurkan pada 17 Juni ke stasiun antariksa

BorneoTribun Internasional - Sebuah pesawat antariksa China akan lepas landas dari Gurun Pasir Gobi dengan menaiki roket Long March dalam beberapa hari mendatang. Pesawat itu akan mengangkut tiga laki-laki ke sebuah modul yang mengorbit di antariksa untuk misi tiga bulan. Misi itu akan jadi pertama kalinya China mengirim manusia ke antariksa dalam hampir lima tahun.

Shenzhou-12, yang artinya "Kapal Ilahi," akan menjadi yang misi ketiga dari 11 misi yang harus diselesaikan oleh stasiun antariksa China sebelum 2022.

Empat dari ke-11 misi itu melibatkan manusia. Keempat misi itu kemungkinan akan meluncurkan hingga 12 astronaut China ke antariksa. Angka itu lebih banyak dibandingkan 11 astronaut yang telah China kirim ke antariksa sejak 2003.

China, yang bertujuan menjadi kekuatan antariksa besar sebelum 2030, pada Mei menjadi negara kedua yang menempatkan sebuah wahana penjelajah, dua tahun setelah mengirim pesawat antariksa pertama di sisi lain Bulan.

China juga berencana mengirim astronaut ke bulan. [vm/pp]

Oleh: VOA

Sabtu, 12 Juni 2021

Amerika Serikat Berupaya Cegah Dominasi Digital China

Seorang pengunjung memperhatikan contoh jaringan konektivitas yang dipajang seorang vendor di sebuah pameran keamanan internet di Beijing, 12 September 2017.

BorneoTribun Internasional - Kegembiraan atas kemajuan digital China merajalela ketika Keith Krach terakhir mengunjungi negara itu sebagai kepala eksekutif perusahaan perangkat lunak yang sangat sukses, DocuSign, yang memiliki lebih dari 400 juta penggunanya di 188 negara.

“Saya melihat banyak teknologi baru, saya menyaksikan teknologi transformasi, semua orang menyuruh saya mengunduh Tencent setiap 30 menit,” kata Krach. Tencent adalah konglomerat multinasional di balik aplikasi WeChat yang populer di China.

Itu terjadi pada Desember 2017. Sekarang Krach berada hampir teratas dalam daftar orang Amerika yang dilarang, bersama kerabat dekat mereka, untuk mengunjungi China lagi atau melakukan bisnis dengan entitas China.

Mantan menteri luar negeri Mike Pompeo "di urutan pertama; penasihat kebijakan perdagangan Peter Navarro nomor dua; saya nomor tiga" dalam daftar teratas yang memuat nama-nama mantan pejabat pemerintahan Trump," kata Krach dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Sebanyak 28 orang dikenai sanksi, yang diumumkan 20 Januari, hanya beberapa menit setelah Presiden AS Joe Biden dilantik.

Meskipun sanksi difokuskan pada mereka yang tidak lagi menjabat, Krach yakin itu dimaksudkan sebagai peringatan bagi anggota pemerintahan Biden yang akan datang, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan koordinator Gedung Putih Asia Kurt Campbell.

“Itu arah sasaran mereka; cukup untuk membuat pejabat pemerintahan Biden enggan membuat kebijakan yang anti-Beijing. Bagi saya, itu tidak mempengaruhi saya. Saya berada di sisi lain," kata Krach kepada VOA saat berkunjung ke Washington baru-baru ini.

Krach menjadi wakil menteri luar negeri AS untuk urusan ekonomi pada Maret 2019 dan tetap menjabat sampai akhir masa jabatan Presiden Donald Trump.

“Tugas saya adalah mengembangkan strategi keamanan ekonomi global yang dioperasionalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi global, memaksimalkan keamanan nasional, dan memerangi agresi ekonomi China,” katanya.

Setahun menjabat, “masalah 5G menjadi sangat mendesak,” lanjutnya. “Huawei telah mengumumkan bahwa mereka telah memiliki 91 kontrak di seluruh dunia, 47 di Eropa; tampaknya mereka tak terbendung, (bahwa) mereka akan memimpin.” [my/pp]

Oleh: VOA

Jumat, 11 Juni 2021

Gabungan Anggaran Pertahanan China dan Rusia Lampaui AS

Sejumlah pesawat nirawak milik militer China dalam parade di Lapangan Tiananmen, 1 Oktober 2019. (Foto: AFP).

BorneoTribun Internasional - Perwira tinggi militer Amerika Serikat (AS) mengatakan anggaran pertahanan gabungan China dan Rusia melebihi anggaran pertahanan AS ketika disesuaikan dengan daya beli.

Ini khususnya memungkinkan China memperkecil kesenjangan kemampuan dalam usahanya untuk menjadi negara adidaya militer global teratas pada pertengahan abad.

"Jika digabungkan, anggaran Rusia dan China melebihi anggaran kita," kata Ketua Gabungan Kepala Staf Jenderal Mark Milley kepada anggota Kongres, Kamis (10/6), selama kesaksian di depan Komite Angkatan Bersenjata Senat.

Ia menyebut tren peningkatan anggaran China "mengkhawatirkan".

China dan Rusia adalah dua pesaing terbesar militer AS. Menteri pertahanan mulai dari Jim Mattis hingga Lloyd Austin telah menyebut China sebagai "tantangan yang semakin mengkhawatirkan" bagi militer AS.

Senator Jim Inhofe, anggota Komisi Angkatan Bersenjata Senat, dalam artikel baru-baru ini menulis bahwa anggaran pertahanan China jika disesuaikan dengan daya beli adalah $604 miliar dan anggaran pertahanan Rusia adalah sekitar $200 miliar setelah penyesuaian.

Menurut pejabat, kesenjangan selama dua atau tiga dekade lalu antara kemampuan AS dan kemampuan militer China telah berkurang.

"Kita telah meminta militer bertindak terlampau banyak dengan anggaran yang sangat kecil dalam waktu yang lama," kata Inhofe, seorang anggota Partai Republik dari Oklahoma.

"Adalah kewajiban kita untuk membela bangsa ini, dan anggaran yang diusulkan ini tidak mencerminkannya," tambah Senator Roger Wicker, anggota Partai Republik dari Mississippi.

Senator lainnya, termasuk Marsha Blackburn, Republikan dari Tennessee, menunjukkan kesenjangan pendanaan antara apa yang diminta oleh beberapa pemimpin militer untuk pertahanan Pasifik dan apa yang ada dalam permintaan anggaran pemerintah saat ini.

Milley dan Austin mengatakan anggaran pertahanan, yang berjumlah $715 miliar, mengharuskan departemen untuk membuat pilihan sulit, tetapi itu merupakan sarana untuk memberi AS "pertahanan yang memadai."

“Kita menginginkan kemampuan yang sejalan dengan konsep operasional yang kita junjung dan memungkinkan kita bukan hanya kompetitif tetapi benar-benar dominan dalam kompetisi ini,” kata Austin.

Senator Tim Kaine, seorang Demokrat dari Virginia, membela anggaran pertahanan dan memberi tahu rekan-rekannya dari Partai Republik bahwa meskipun anggaran Biden lebih kecil $6 miliar dari anggaran pemerintahan Trump yang diusulkan untuk tahun ini, anggaran militer Trump sebenarnya lebih rendah karena ia berulang kali menggunakan anggaran Pentagon untuk "keadaan darurat nonmiliter" seperti membangun tembok di sepanjang perbatasan selatan AS. [my/pp]

Oleh: VOA

Jumat, 04 Juni 2021

China dan AS Buka ‘Komunikasi Normal’ Mengenai Perdagangan

China dan AS Buka ‘Komunikasi Normal’ Mengenai Perdagangan
Bendera nasional AS dan China melambai di depan sebuah hotel internasional di Beijing 4 Februari 2010. (Foto: Reuters)

BorneoTribun Internasional -- Kementerian Perdagangan China pada hari Kamis (3/6) menyatakan bahwa China dan AS memulai “komunikasi normal” mengenai hubungan perdagangan dan ekonomi setelah para pejabat dari kedua pihak mengadakan pertemuan pertama melalui video yang mengarah pada perundingan untuk mengakhiri perang tarif mereka.

Gao Feng, juru bicara Kementerian Perdagangan China dalam pengarahan mingguan, mengatakan, wakil PM Liu He dan Menteri Keuangan Janet Yellen membahas perdagangan, situasi makro, kebijakan domestik dan berbagai masalah lainnya pada hari Rabu, dan kedua pihak meyakini diskusi itu berlangsung “profesional, jujur dan konstruktif.”

Presiden Joe Biden, yang mulai menjabat pada Januari lalu, belum menyatakan bagaimana ia akan menangani konflik dengan China yang dimulai oleh pendahulunya.

Mantan presiden Donald Trump menaikkan tarif impor dari China terkait keluhan mengenai kebijakan industri dan surplus perdagangan negara itu.

Beijing membalas dengan menangguhkan pembelian kedelai AS dan menaikkan tarif terhadap berbagai barang lainnya.

Liu berbicara melalui telepon pekan lalu dengan Perwakilan Perdagangan AS, Katherine Tai, kepala delegasi AS mengenai pembicaraan tarif.

Para perunding belum bertemu langsung sejak pandemi virus corona mulai merebak pada awal 2020.

Para pejabat di tingkat lebih rendah mengadakan pertemuan bulanan melalui telepon mengenai status pelaksanaan kesepakatan “Tahap 1” dari awal 2018 yang dimaksudkan untuk mengakhiri konflik.

Kedua pihak menyetujui dalam kesepakatan “Tahap 1” itu untuk menunda kenaikan tarif lebih jauh terhadap barang pihak lain dan untuk membatalkan sebagian di antaranya.

China berjanji untuk membeli lebih banyak kedelai Amerika dan ekspor lainnya.

Beijing tidak memenuhi komitmen itu setelah pandemi COVID-19 mengacaukan perdagangan global. [uh/ab]

Oleh: VOA

Minggu, 30 Mei 2021

Amerika Serikat Larang Impor dari Armada China yang Gunakan Buruh Kerja Paksa Indonesia

Amerika Serikat Larang Impor dari Armada China yang Gunakan Buruh Kerja Paksa Indonesia
Bendera China tampak dekat kapal nelayan di lepas pantai Qingdao, Provinsi Shandong, China, 28 April 2021

BorneoTribun Internasional - Dinas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (Customs and Border Protection/CBP) Amerika Serikat (AS) pada Jumat (28/5) memberlakukan sebuah larangan impor baru atas makanan laut dari sebuah armada perikanan China.

CBP mengatakan, seperti dikutip Reuters, langkah itu diambil karena armada itu menggunakan buruh kerja paksa di 32 kapalnya, termasuk melakukan pelanggaran terhadap banyak pekerja Indonesia.

CBP mengatakan akan segera menahan tuna, ikan todak dan produk-produk lain dari Dalian Ocean Fishing Co Ltd di pelabuhan-pelabuhan masuk AS. Seorang pejabat CBP mengatakan perintah "Withhold Release Order" yang melarang impor itu juga diberlakukan pada produk-produk turunan dari perusahaan itu, seperti tuna kalengan dan makanan hewan peliharaan.

Withhold Release Order adalah perintah penahanan barang-barang impor di pelabuhan masuk karena diduga menggunakan buruh kerja paksa dalam proses produksinya.

Menteri Departmen Keamanan Dalam Negeri AS Alejandro Mayorkas mengatakan langkah itu menandai pertama kalinya CBP melarang impor dari sebuah armada kapal keseluruhan, daripada kapal-kapal individu seperti di masa lalu.

Mayorkas mengatakan dalam pengarahan, "Para produsen dan importer AS harus paham bahwa akan ada konsekuensi bagi entitas yang berusaha mengeksploitasi para pekerja yang menjual barang-barang di AS."

Para pejabat CBP mengatakan penyelidikan instansinya mengungkap bahwa banyak pekerja Indonesia yang dipekerjakan di kapal-kapal Dalian Ocean Fishing, mendapati kondisi yang jauh berbeda dari yang diharapkan. Mereka kerap mengalami kekerasan fisik, ditahan upahnya, dijerat dengan utang, serta bekerja dan hidup dalam kondisi yang mengenaskan. [vm/ft]

Oleh: VOA

Senin, 24 Mei 2021

Cuaca Ekstrem di China, 21 Pelari Tewas Dalam Lomba Lari Meraton

Cuaca Ekstrem di China, 21 Pelari Tewas Dalam Lomba Lari Meraton
Cuaca Ekstrem di China, 21 Pelari Tewas Dalam Lomba Lari Meraton. Petugas penyelamat mengevakuasi korban tewas dari lokasi lomba lari maraton di kota Baiying, provinsi Gansu, di China barat laut, Minggu (23/5).

BorneoTribun Internasional - Upaya penyelamatan para peserta lomba lari maraton yang menjadi korban cuaca ekstrem berakhir hari Minggu (23/5). 

Menurut markas penyelamat setempat, sedikitnya 21 pelari tewas dalam lomba lari maraton melintasi gunung (cross-country mountain) sepanjang 100 kilometer di kota Baiying, provinsi Gansu, di China barat laut. Jenazah 21 korban telah dipindahkan dari lokasi kejadian.

Lebih dari 1.200 anggota tim penyelamat dengan peralatan lengkap dan pesawat-pesawat militer dikerahkan dalam operasi penyelamatan yang berlangsung selama 24 jam.

Seratus lima puluh satu peserta lainnya dipastikan aman, delapan diantaranya dilaporkan cedera ringan dan dalam kondisi stabil, namun masih mendapat perawatan di rumah sakit.

Direktur Komisi Kesehatan Propinsi Gansu Guo Yufen mengatakan telah membentuk tim khusus untuk transportasi pasien, perawatan dan intervensi psikologis.

Insiden keselamatan publik itu terjadi karena perubahan cuaca secara mendadak. 

Dalam konferensi pers Minggu pagi (23/5) Walikota Baiyin, Zhang Xuchen mengatakan telah membentuk tim penyelidik untuk mengetahui lebih lanjut penyebab insiden itu.

Lomba lari maraton dengan 172 peserta ini berlangsung Sabtu pagi (22/5) di lokasi wisata Yellow River Stone Forest, di kabupaten Jingtai, di kota Baiyin.

Menurut markas penyelamat, sekitar jam 1 siang terjadi hujan es yang membeku dan angin kencang di kawasan perlombaan yang berada di ketinggian, antara kilometer 20 dan 31. 

Para peserta merasa tidak nyaman karena penurunan suhu udara secara tiba-tiba dan perlombaan dihentikan ketika sejumlah peserta hilang.

Pemerintah setempat segera memulai operasi penyelamatan setelah diberitahu panitia dan mengorganisir pasukan penyelamat untuk mencari mereka yang hilang.

Suhu udara kembali turun pada malam hari karena medan dan topografi daerah itu yang rumit. Operasi penyelamatan pun menghadapi kendala.

Pada hari Minggu (23/5) pukul tiga dini hari tim penyelamat menemukan 16 orang dalam kondisi meninggal, lima lainnya masih hilang. Peserta terakhir yang hilang ditemukan meninggal pada pukul 9.30 pagi.

Kabupaten Jingtai terletak di bagian tengah propinsi Gansu, dengan ketinggian tertinggi mencapai 3.321 meter dan ketinggian terendah pada 1.276 meter. [em/lt]

Oleh: VOA

Selasa, 18 Mei 2021

Menlu China 'Sesalkan' AS Blokir Pernyataan DK PBB soal Gaza

Menlu China 'Sesalkan' AS Blokir Pernyataan DK PBB soal Gaza
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi

BorneoTribun Internasional -- China hari Minggu (16/5) menyatakan kekecewaan bahwa Amerika memblokir pernyataan Dewan Keamanan (DK) PBB tentang kekerasan Israel-Palestina sewaktu PBB mendesak upaya internasional yang lebih besar untuk menghentikan pertumpahan darah.

"Sayangnya, hanya karena halangan satu negara, Dewan Keamanan belum bisa berbicara dengan satu suara," ujar Menteri Luar Negeri Wang Yi pada sesi virtual. China memegang jabatan ketua bergilir DK PBB. "Kami meminta Amerika agar memikul tanggung jawab semestinya."

Amerika, sekutu utama Israel, menunda sesi DK itu dari minggu lalu dan menunjukkan sedikit antusiasme untuk menulis pernyataan.

Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan sedang bekerja di belakang layar dan bahwa pernyataan Dewan Keamanan dapat menjadi bumerang.

Dalam sambutan terbuka, pemerintahan Biden dengan tegas mengatakan bahwa Israel dibenarkan untuk membela diri dalam menanggapi tembakan roket oleh Hamas, namun juga mendesakkan de-eskalasi.

Wang mendesak gencatan senjata segera dan meminta DK PBB "bertindak tegas," termasuk mengulangi dukungan bagi solusi dua negara.

Ia mengatakan bahwa China, yang telah memperluas perannya di dunia, akan dengan senang hati menjadi tuan rumah pembicaraan antara wakil-wakil Israel dan Palestina.[ka/lt]

Oleh: VOA

Selasa, 11 Mei 2021

Puing-puing Roket China Jatuh di Samudra Hindia, Tuai Kritik dari NASA

Puing-puing Roket China Jatuh di Samudra Hindia, Tuai Kritik dari NASA
Orang-orang menyaksikan dari pantai saat roket Long March-5B Y2, yang membawa modul inti stasiun luar angkasa China Tianhe, lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di Provinsi Hainan, China, 29 April 2021. (Foto: China Daily via REUTERS)

BorneoTribun Amerika -- Sisa-sisa roket terbesar China jatuh di Samudera Hindia pada Minggu (9/5). Sebagian besar bagiannya hancur ketika masuk kembali ke atmosfer. Spekulasi berhari-hari tentang di mana puing-puing itu akan jatuh akhirnya terjawab. Namun, hal itu menuai kritik dari Amerika Serikat.

Media pemerintah China mengutip koordinat Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China dan menunjukkan titik dampak di barat laut Kepulauan Maladewa.

Dilaporkan dari Reuters, laporan mengenai puing-puing roket Long March 5B membuat banyak orang-orang was-was sejak roket itu diluncurkan dari Pulau Hainan, China pada 29 April. Namun Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China menyatakan bahwa sebagian besar puing terbakar di atmosfer.

Media pemerintah melaporkan bagian dari roket itu kembali memasuki atmosfer pada pukul 10.24 pagi waktu Beijing (0224 GMT) dan mendarat di lokasi dengan koordinat bujur 72,47 derajat timur dan lintang 2,65 derajat utara.

Komando Luar Angkasa AS mengonfirmasi masuknya kembali roket di atas Semenanjung Arab, tetapi mengatakan tidak diketahui apakah puing-puing itu akan jatuh ke daratan atau perairan.

"Lokasi pasti dari jatuhnya dan rentang puing, keduanya tidak diketahui saat ini, tidak akan dirilis oleh Komando Luar Angkasa AS," katanya dalam sebuah pernyataan di situsnya.

Long March adalah pengiriman kedua roket varian 5B sejak penerbangan perdananya pada Mei 2020. Tahun lalu, potongan dari Long March 5B pertama jatuh di Pantai Gading, merusak beberapa bangunan. Tidak ada korban luka yang dilaporkan.

"Negara-negara yang punya misi penjelajahan antariksa harus meminimalkan risiko terhadap orang dan properti di Bumi dari masuknya kembali objek luar angkasa dan memaksimalkan transparansi mengenai operasi tersebut," kata Administrator NASA Bill Nelson, mantan senator dan astronaut yang dipilih untuk peran tersebut pada Maret, dalam sebuah pernyataan setelah roket itu kembali.

"Jelas bahwa China gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait puing-puing luar angkasa mereka."

Para ahli mengatakan bahwa karena sebagian besar permukaan bumi tertutup oleh air, kemungkinan daerah padat penduduk di darat sangat kecil, dan kemungkinan cedera bahkan lebih rendah.

"Sangat penting bahwa China dan semua negara penjelajar antariksa dan entitas komersial bertindak secara bertanggung jawab dan transparan di luar angkasa untuk memastikan keselamatan, stabilitas, keamanan, dan keberlanjutan jangka panjang aktivitas luar angkasa," kata Nelson.

Ahli astrofisika yang bermarkas di Harvard, Jonathan McDowell, mengatakan kepada Reuters bahwa zona potensial jatuhnya puing-puing itu bisa jadi sejauh utara New York, Madrid atau Beijing, dan sejauh selatan Chili dan Wellington, Selandia Baru.

McDowell mengatakan sejak potongan besar dari stasiun luar angkasa NASA Skylab jatuh dari orbit pada Juli 1979 dan mendarat di Australia, sebagian besar negara telah berusaha untuk menghindari kembalinya wahana antariska yang tidak terkendali melalui desain pesawat ruang angkasa mereka.

"Itu membuat perancang roket China terlihat malas karena mereka tidak membahas ini," kata McDowell.

The Global Times, sebuah tabloid China, membantah kritikan tersebut dan menganggapnya sebagai "sensasi Barat" khawatir roket itu "di luar kendali" dan dapat menyebabkan kerusakan.

"Ini adalah praktik umum di seluruh dunia untuk roket tingkat atas terbakar saat memasuki kembali atmosfer," kata Wang Wenbin, juru bicara kementerian luar negeri China, pada jumpa pers reguler pada 7 Mei.

"Sepengetahuan saya, tahap atas roket ini telah dinonaktifkan, yang berarti sebagian besar bagiannya akan terbakar saat masuk kembali. Dengan demikian, kemungkinan kerusakan fasilitas dan aktivitas penerbangan atau darat sangat rendah," kata Wang pada saat itu. .

Roket tersebut menempatkan modul Tianhe tak berawak ke orbit, yang nantinya akan menjadi tempat tinggal bagi tiga anggota awak di stasiun luar angkasa permanen China, akan diikuti oleh 10 misi untuk menyelesaikan penerbangan stasiun tersebut pada 2022. [na/ft]

Oleh: VOA

AU RI dan China Gelar Latihan Bersama di Laut Jawa

TNI Angkatan Laut Indonesia dan China melakukan latihan bersama, termasuk di antaranya latihan SAR dan manuver taktis. (Foto: Courtesy/TNI AL)

BorneoTribun Jakarta -- Dua kapal Angkatan Laut China yang tengah melintas dari utara ke selatan melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia atau ALKI pada akhir pekan lalu, disambut dua kapal Angkatan Laut Indonesia dan melakukan “passing exercise” di Laut Jawa.

Pangkoarmada I, Laksda TNI Abdul Rasyid, dalam keterangan tertulis yang diterima VOA pada hari Senin (10/5) mengatakan operasi laut ini sebenarnya digelar sepanjang tahun dengan melibatkan unsur KRI dan pesawat udara intai maritim yang ada di wilayah kerja Koarmada I.

“Naval presence atau kehadiran unsur KRI di laut, maupun maritime patrol aircraft (MPA) merupakan suatu keharusan untuk menjamin tegaknya kedaulatan dan keamanan di laut,” tegasnya.

TNI Angkatan Laut Indonesia dan China melakukan latihan bersama, termasuk di antaranya latihan SAR dan manuver taktis. (Foto: Courtesy/TNI AL)

KRI Usman Harun-359 dan KRI Halasan-630 yang ada di bawah kendali operasi Gugus Tempur Laut Koarmada I pada Sabtu (8/5) menyambut kehadiran kapal Liuzhou-573 dan Suqian-504 – yang merupakan kapal perang Republik Rakyat China – di Laut Jawa. Kedua kapal China itu sedang melintas dari utara ke selatan melalui ALKI.

“Passing exercise” di antara kedua Angkatan Laut itu mencakup “flash exercise” atau isyarat lampu, dan voice communication exercise atau komunikasi radio. Lewat kedua mekanisme itu KRI Usman Harun-359 dan KRI Halasan-630 mengirim ucapan selamat datang di perairan Indonesia, selamat melaksanakan latihan dan selamat bertugas.

Hal ini “dijawab dengan penuh persahabatan dan menyampaikan belasungkawa atas insiden yang menimpa KRI Nanggala-402 beserta 53 prajurit di dalamnya,” demikian petikan pernyataan tersebut. Sebelumnya China telah mengirim tiga kapal untuk membantu mengangkat kapal selam naas itu dari perairan Selat Bali.

TNI Angkatan Laut Indonesia dan China melakukan latihan bersama, termasuk di antaranya latihan SAR dan manuver taktis. (Foto: Courtesy/TNI AL)

Latihan antara Angkatan Laut Indonesia dan China itu dilanjutkan dengan latihan SAR dan manuver taktis. Dalam latihan SAR, masing-masing kapal melaksanakan metode pencarian orang yang jatuh ke laut dan melaporkan hasilnya. Sementara manuver taktis diwarnai dengan pembentukan formasi-formasi hingga titik pisah yang telah ditentukan.

Pangkoarmada I, Laksda TNI Abdul Rasyid mengatakan latihan semacam ini bukan suatu hal yang baru. Latihan itu juga “lumrah dilaksanakan oleh Angkatan Laut negara-negara di dunia setiap ada kapal perang negara sahabat yang berkunjung atau melintasi negaranya, termasuk di perairan Indonesia, yang sebelumnya telah memperoleh diplomatic clearance,” sehingga dapat meningkatkan hubungan persahabatan dan sekaligus profesionalisme prajurit kedua negara. [em/ah]

Oleh: VOA

Senin, 10 Mei 2021

Roket China Diperkirakan Masuki Atmosfer Minggu Pagi

Roket China Diperkirakan Masuki Atmosfer Minggu Pagi
Roket Long March-5B Y2, membawa modul inti stasiun luar angkasa Tiongkok Tianhe, lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di Provinsi Hainan, China, 29 April 2021. (Foto: China Daily via REUTERS)

BorneoTribun China -- Sebuah roket China yang tak terkendali diperkirakan akan memasuki atmosfer Bumi antara pukul 01.00 dan 05.00 UTC Minggu (9/5) pagi. Namun para pakar tidak tahu di mana serpihan roket akan mendarat atau kapan pastinya.

Aerospace Corp. dan Space-Track.org memantau pergerakan roket yang jatuh itu.

Space-Track.org pada Sabtu malam (8/5) memperkirakan bahwa roket itu akan memasuki atmosfer di atas Atlantik Utara kurang lebih pukul 02.04 UTC. Aerospace Corp memperkirakan kurang lebih pukul 03.02 UTC.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada Jumat (7/5) mengatakan roket itu kecil kemungkinan menyebabkan kerusakan.

Wang mengatakan kepada wartawan di Beijing bahwa sebagian besar roket itu kemungkinan akan terbakar ketika memasuki atmosfer dan "proses ini sangat kecil kemungkinan bisa menyebabkan bahaya."

Dia mengatakan China mencermati pergerakan roket itu menuju Bumi dan akan merilis informasi apapun dalam "waktu cepat." [vm/ft]

Oleh: VOA

Sabtu, 08 Mei 2021

Roket China Mungkin akan Jatuh ke Bumi Akhir Pekan Ini

Roket China Mungkin akan Jatuh ke Bumi Akhir Pekan Ini
Roket Long March 5B yang membawa modul inti stasiun antariksa Tianhe, lepas landas dari Pusat Peluncuran Antariksa Wenchang di Provinsi Hainan, China, 29 April 2021. (Foto: STR/AFP)

BorneoTribun China -- Kantor berita Associated Press (AP) melaporkan bahwa bagian terbesar dari roket yang mengangkut modul utama dari stasiun antariksa China ke dalam orbit diperkirakan akan jatuh ke Bumi pada Sabtu (8/5). Namun, lokasinya tidak jelas.

Bagian roket seperti itu, tingkat pertama yang biasanya dilepaskan setelah peluncuran, dan masuk kembali tidak lama setelah lepas landas. Juga hal ini biasanya diatur sedemikian sehingga jatuh di daerah perairan, dan tidak melakukan orbit sebagaimana yang terjadi pada bagian roket ini.

Badan Antariksa China masih harus memberitahukan apakah bagian roket dari roket raksasa Long March 5B ini terkendali atau akan jatuh ke bumi tanpa kendali.

Mei lalu, sebuah roket China lainnya jatuh tanpa kendali ke Samudra Atlantik di lepas pantai Afrika Barat.

Rincian dari bagian roket ini dan kintasannya tidak diketahui karena pemerintah China belum secara publik memberitahukan jadwal re-entry atau masuk ke atmosfer Bumi.

Telepon ke Badan Antariksa Nasional China tidak dijawab pada Rabu (5/5), yang kebetulan hari libur.

Namun, harian Global Times, yang diterbitkan oleh Partai Komunis China mengatakan, tubuh roket yang terbuat dari aluminium tipis ini akan secara mudah terbakar ketika masuk ke atmosfer, sehingga tidak membahayakan untuk orang di Bumi.

Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) menduga tubuh roket ini akan jatuh ke Bumi pada Sabtu (8/5).

“Di mana jatuhnya tidak bisa dipastikan sampai beberapa jam sebelum re-entry atau sebelum masuk ke atmosfer Bumi,” kata Pentagon pada Selasa (4/5).

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin, Kamis (6/5), mengatakan, pihak militer Amerika tidak punya rencana untuk menembak jatuh tubuh roket itu.

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki pada jumpa pers pada Rabu (5/5) mengatakan, Komando Antariksa Amerika tahu dan melacak lokasi roket China ini.

Organisasi nirlaba, Aerospace Corporation, mengantisipasi kepingan tubuh roket ini akan jatuh di Pasifik dekat khatulistiwa setelah melewati kota-kota di pesisir timur Amerika. Orbitnya melintasi sebuah jalur dari planet bumi mulai dari Selandia Baru sampai ke Newfoundland. [jm/lt]

Oleh: VOA

Selasa, 04 Mei 2021

Taiwan Selidiki Pembelot dari China

Taiwan Selidiki Pembelot dari China
Seorang turis (kanan) berjalan melewati mural yang dilukis di dinding di Kepulauan Kinmen Taiwan, yang terletak hanya 3,2 km (dua mil) dari pantai China daratan (di latar belakang) di Selat Taiwan, 21 Oktober 2020. (Foto: AFP)

BorneoTribun Taiwan -- Menteri pertahanan Taiwan, Senin (3/5), mengatakan pihak berwenang sedang menyelidiki kebenaran pengakuan seorang pria dari China daratan yang berhasil menyeberangi Selat Taiwan dengan perahu karet dalam upaya untuk mencari perlindungan politik.

Pada hari Sabtu (1/3), polisi mengatakan seorang pria bermarga Zhou telah ditahan di pelabuhan kota Taichung setelah penduduk setempat menemukannya di dekat tanggul dan mengatakan ia berperilaku mencurigakan.

Polisi mengatakan pria itu memberi tahu mereka bahwa ia telah melakukan perjalanan dari Fujian di pantai tenggara China dengan perahu karet yang dilengkapi dengan motor tempel dan 90 liter bahan bakar.

Pria itu mengatakan ia ingin pindah ke Taiwan untuk mencari kebebasan dan demokrasi, kata polisi.

Menteri Pertahanan Chiu Kuo-cheng mengatakan kelemahan pengawasan Selat Taiwan kini sedang diselidiki karena perjalanan pria itu.

"Kami akan menghubungi penjaga pantai, kami akan saling memberi tahu bila ada masalah, untuk mengetahui penyebabnya dan melakukan perbaikan," kata Chiu kepada wartawan, Senin (3/5).

Selat Taiwan adalah salah satu perairan dengan pengawasan paling ketat di dunia.

China yang otoriter memandang Taiwan yang berpemerintahan sendiri dan demokratis sebagai wilayahnya dan telah bersumpah suatu hari akan merebutnya, dengan kekerasan jika perlu.

Kapal-kapal angkatan laut dan penjaga pantai dari kedua sisi mengawasi selat sepanjang 180 kilometer itu dengan saksama.

Meskipun peristiwa pembelotan antara kedua belah pihak sudah pernah terjadi sebelumnya, perjalanan melintasi selat itu jarang terjadi, terutama mengingat Taipei menguasai beberapa pulau yang hanya beberapa mil dari garis pantai China. Beberapa warga negara China yang membelot lebih memilih terbang ke Taiwan untuk meminta perlindungan.

Cuaca di selat Taiwan juga terkenal sulit diprediksi dan mencari perlindungan di Taiwan adalah taktik yang berisiko.

Taiwan tidak mengenal konsep suaka, dan sebagian alasannya karena takut disusupi oleh agen-agen China dan juga karena ingin mencegah arus masuk selama masa krisis.

Para imigran ilegal dari China telah dipulangkan, tetapi Taipei terkadang menutup mata terhadap para pembangkang.

Selama bertahun-tahun beberapa pengungsi China diam-diam diberikan izin untuk tinggal, sementara Taiwan juga menyambut warga Hong Kong yang mencoba melarikan diri dari tindakan keras Beijing di pusat keuangan Asia yang sedang resah itu. [ab/uh]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno