Berita Borneotribun.com: Covid-19 Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Covid-19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Covid-19. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Juli 2021

RSUD Melawi butuh 50-70 Tabung Oksigen Perhari untuk Pasien COVID-19

RSUD Melawi butuh 50-70 Tabung Oksigen Perhari untuk Pasien COVID-19
RSUD Melawi. Butuh 50-70 Tabung Oksigen Perhari untuk Pasien COVID-19.

BORNEOTRIBUN MELAWI - RSUD Melawi butuh 50-70 Tabung Oksigen Perhari untuk Pasien COVID-19. Jumlah kasus pasien terpapar Covid-19 di sejumlah daerah membuat kebutuhan oksigen juga meningkat.

Kebutuhan oksigen saat ini secara khusus untuk penanganan pasien terpapar COVID-19 mengalami peningkatan.

Hal ini Di sebabkan tingginya jumlah kasus harian dari hari ke hari secara khusus di kalbar dan nasional, Selasa (06/07/2021).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat memastikan stok oksigen untuk kebutuhan medis dalam kondisi aman.

"ketersediaan oksigen untuk kebutuhan medis di sini aman," kata Dirut RSUD Kabupaten Melawi Dr.Sien.

Dia mengatakan RSUD Kabupaten Melawi memiliki tempat penyimpanan oksigen yang cukup besar sehingga mampu menampung oksigen dalam jumlah banyak.

Dr.Sien menyebut perlengkapan medis itu digunakan untuk melayani seluruh pasien rawat inap yang membutuhkan bantuan oksigen sementara bagi pasien dengan kamar tidur tambahan diberikan oksigen jenis tabung.

"Penggunaan oksigen ini rata-rata per hari bisa mencapai 50-70 tabung oksigen Per harinya. Mudah-mudahan tidak ada tambahan kasus positif COVID-19," paparnya.

Di RSUD Melawi saat ini terdapat 25 pasien terkonfirmasi positif COVID-19. Dari jumlah itu sebanyak 5 pasien dirawat di ruang isolasi/Pasien gejala berat sementara sisanya  masih berada di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Selain kesulitan mendapatkan oksigen medis RSUD Melawi juga harus rela mengeluarkan uang lebih banyak dari harga sebelumnya,tutup Dr Sien.

Penulis : Erik.P

Minggu, 04 Juli 2021

536 Ibu Hamil Terjangkit COVID, POGI Rekomendasikan Vaksinasi

Foto: Seorang ibu hamil datang untuk tes swab virus corona COVID-19 di Surabaya pada 21 Juli 2020. (Foto: AFP/Juni Kriswanto)

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mencatat 536 ibu hamil terinfeksi virus corona sepanjang April 2020 hingga Mei 2021.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) merekomendasikan vaksinasi corona terhadap ibu hamil. 

Ketua POGI Ari Kusuma Januarto mengatakan lembaganya mencatat setidaknya ada 536 ibu hamil yang terinfeksi virus corona sepanjang April 2020 hingga Mei 2021. 

Foto: Ketua POGI Ari Kusuma Januarto. (Foto: VOA/Sasmito)

Sekitar tiga persen di antaranya meninggal dan 4,5 persen masuk ruang gawat darurat atau Intensive Care Unit (ICU).

Selain itu, menurut Ari, 51 persen dari 536 ibu hamil tidak bergejala atau orang tanpa gejala. 

Kondisi tersebut membuat virus berpotensi menular kepada keluarga ibu hamil ataupun dokter dan tenaga kesehatan.

"Dari 536 orang, 72 persen ditemui pada usia 37 minggu. Artinya terlambat diketahui atau baru datang. Padahal kita tahu itu masa akan melahirkan jelas membutuhkan fasilitas atau dirujuk," jelas Ari Kusuma Januarto dalam konferensi pers daring, Jumat (2/7/2021).

Ari menambahkan ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan tertular virus corona. 

Kata dia, hal ini diperkuat data Dinas Kesehatan Jakarta yang menunjukkan sekitar 1.600 ibu hamil dinyatakan positif virus corona dari 15 ribuan ibu hamil yang dites PCR (polymerase chain reaction). 

Seribu di antaranya yang dinyatakan positif membutuhkan fasilitas rujukan.

"Ini kita juga bisa bayangkan fasilitas-fasilitas. Sementara kita sekarang belum punya rumah sakit yang benar-benar khusus," tambahnya.

Foto: Dokter kandungan-ginekologi Ika Sri Purnamaningsih (tengah) dan perawat memakai alat pelindung saat memeriksa ibu hamil di RSIA Tambak, Jakarta, 22 April 2020. (Foto: AFP/Adek Berry)

Sekjen POGI Budi Wiweko menambahkan vaksinasi terhadap ibu hamil aman dilakukan. 

Hal tersebut berdasar studi observasi di Amerika Serikat terhadap 35 ribuan ibu hamil yang divaksin Pfizer dan Moderna pada Desember 2020 hingga Februari 2021. 

Hasilnya sebagian besar ibu hamil merasakan nyeri pada tempat suntikan dan kelelahan.

"Yang relatif lebih tinggi pada ibu hamil adalah nyeri pada tempat suntikan. Kalau lain-lain sebanding, bahkan ibu hamil dibandingkan lebih sedikit dibandingkan pada ibu tidak hamil," jelas Budi Wiweko.

Budi menambahkan hasil studi observasi juga menunjukkan terdapat kasus keguguran berkisar 12,6 persen, kematian di bawah usia 5 bulan 0,1 persen, dan kelainan lain, seperti persalinan prematur dan bayi kecil.

Namun, menurutnya ini masih dalam kategori wajar karena berasal dari studi observasi yang dilakukan secara acak dari ibu hamil.

Selain itu, kata Budi, pihaknya juga berkaca kepada organisasi profesi di dunia seperti Royal College of Obstetricians and Gynecologists dan American College of Obstetricians and Gynecologists yang menunjukkan keamanan vaksinasi terhadap ibu hamil.

Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah masih menunggu rekomendasi dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) soal vaksinasi ke ibu hamil.

VOA sudah berusaha meminta tanggapan ke juru bicara BPOM soal rekomendasi vaksinasi kepada ibu hamil. 

Namun, belum ada tanggapan dari BPOM terkait hal ini hingga berita ini diturunkan. [sm/ah]

Oleh: VOA

Sabtu, 03 Juli 2021

Seorang Warga Meliau Terkonfirmasi Positif COVID-19 Meninggal Dunia

Seorang Warga Meliau Terkonfirmasi Positif COVID-19 Meninggal Dunia
Seorang Warga Meliau Terkonfirmasi Positif COVID-19 Meninggal Dunia.

BORNEOTRIBUN SANGGAU, KALBAR - Seorang Warga Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalbar yang terkonfirmasi positif COVID-19 meninggal dunia di Pontianak.

Kapolsek Meliau Iptu Nana Supriatna beserta personel Polsek lakukan pengamanan prosesi pemakaman jenazah pasien COVID-19 di Desa Meliau Hulu Kecamatan Meliau, Sabtu (3/7).
 
Hari Sabtu dini hari bertempat di RS Santo Antonius Pontianak telah dinyatakan meninggal dunia 1 (Satu) orang Pasien COVID-19 yang merupakan salah satu warga di Desa Meliau Hulu Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau.
 
Sebelum melaksanakan pemakaman Jenazah warga Kecamatan Meliau yang positif COVID-19 tersebut, terlebih dahulu dilaksanakan Konsolidasi Tim Satgas penanganan  COVID-19 di Polsek Meliau yang dihadiri oleh Kapolsek Meliau Iptu Nana Supriatna beserta Satgas Kecamatan COVID-19 beserta Tim Medis Kecamatan Meliau untuk membahas Prosedur Pemakaman pasien yangg meninggal dunia akibat terkonfirmasi positif COVID-19.
 
Adapun kegiatan Pemakaman warga Kecamatan Meliau yang meninggal akibat positif COVID-19 dipimpin oleh Kapolsek Meliau beserta Satgas COVID-19 dan tim Medis Kecamatan Meliau.
 
Kapolsek mengatakan bahwa kegiatan pemakaman warga Kecamatan Meliau yangg meninggal Dunia akibat positif COVID-19 sudah sesuai dengan prosedur Protokol kesehatan.
 
“Dengan bertambahnya angka kematian akibat positif COVID-19 di Kecamatan Meliau, maka Tim Satgas COVID-19 Kecamatna Meliau akan melakukan tracking terhadap warga yang pernah kontak dengan Pasien COVID-19 di Kecamatan Meliau,” pungkasnya.

(yk/Hms)

Senin, 28 Juni 2021

Varian Baru Virus COVID-19 Mengancam Anak-anak dan Remaja!

Varian Baru COVID-19 Mengancam Anak-anak dan Remaja!
Sumber foto: #MediaLawanCovid19

BORNEOTRIBUN.COM
 - #MediaLawanCovid19 kembali meluncurkan konten edukasi bersama dengan fokus pada Anak-anak dan Remaja, pada Senin-Selasa (28-29 Juni) ini. 

Kampanye ini dilakukan mengingat tingginya daya penularan varian-varian baru virus COVID-19 yang mengancam kelompok usia anak (0-18 tahun).

Sumber foto: #MediaLawanCovid19

Kian menanjaknya kasus positif COVID-19 pada kelompok usia anak, perlu mendapat perhatian sangat serius dari para orang tua, tenaga pendidik, dan juga kalangan remaja. 

Dalam laporan “Update Data Nasional dan Analisis Kasus Covid-19 pada Anak-anak” per 24 Juni 2020 yang dikeluarkan oleh Satgas Penanganan Covid-19, proporsi yang terpapar di kelompok usia anak ini cukup besar.

Sumber foto: #MediaLawanCovid19

Dari total kasus Covid-19 di Indonesia, sebanyak 12,6% (250 ribu) berasal dari kelompok usia anak. Proporsi terbesar berada pada kelompok usia 7-12 tahun (28,02%), diikuti oleh kelompok usia 16-18 tahun (25,23%) dan 13-15 tahun (19,92%). 

Sumber foto: #MediaLawanCovid19

Namun, berdasarkan persentase angka kematian, yang tertinggi justru berada pada kelompok umur 0-2 tahun (0,81%), diikuti oleh kelompok usia 16-18 tahun (0,22%) dan 3-6 tahun (0,19%). 

Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menunjukkan rawannya penularan virus COVID-19 pada kelompok usia anak. 

Sumber foto: #MediaLawanCovid19

Ketua Umum IDAI Prof. Dr. Aman B. Pulungan memaparkan, sebanyak 1 dari 8 kasus COVID-19 adalah anak-anak. Dari jumlah kasus itu, sebanyak 3-5 persen di antaranya meninggal dunia, dan separuhnya adalah balita. 

Penambahan kasus positif COVID-19 ini sesungguhnya mencapai puncaknya pada Januari 2021 dan sempat mengalami penurunan hingga April 2021. 

Namun, perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan trennya kembali mengalami kenaikan pada Mei 2021, seiring dengan kian menyebarnya varian-varian baru COVID-19.  

Sumber foto: #MediaLawanCovid19

Sejumlah penelitian menyebutkan, varian-varian baru virus COVID-19 memiliki daya penularan lebih tinggi dibanding virus COVID-19 awal. 

Dari empat varian baru yang berkembang, varian Delta asal India dinyatakan sebagai paling berbahaya, dengan daya tular 97 persen lebih tinggi. 

Sumber foto: #MediaLawanCovid19

Diikuti oleh varian Gamma (Brasil) 38 persen,  Alpha (Inggris) 29 persen, dan Beta (Afrika Selatan) 25 persen. 

Sehubungan dengan itu, potensi penularan masif pada kelompok usia anak perlu sangat diwaspadai. Dalam konteks itu pula, #MediaLawanCovid19 pasa Senin (28/6) pagi ini menayangkan kampanye bertajuk “Ayah-Bunda, Lindungi Aku dari COVID-19”. 

Kampanye ini ditujukan kepada para orang tua agar untuk sementara waktu tidak mengajak anak-anaknya bepergian, kecuali dalam keadaan darurat. 

Rumah menjadi tempat terbaik bagi mereka untuk terlindung dari ancaman COVID-19.

Kampanye ini disusul dengan kampanye kedua pada Selasa esok (29/6) bertajuk “Ada yang Ngajak Ngumpul? Tolak Saja”. 

Kampanye ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran di kalangan remaja dan anak muda agar sementara waktu menghindari berbagai acara kumpul-kumpul bersama teman-temannya. 

Masih kuat anggapan bahwa kalangan muda tidak rentan terpapar oleh COVID-19 dibanding kelompok usia lanjut, seperti di masa-masa awal pandemi. 

Kedua kampanye ini akan dipublikasikan secara serentak di berbagai platform media, baik di jaringan televisi, radio, majalah, koran, media siber maupun media sosial. 

Aksi ini menindaklanjuti kampanye-kampanye #MediaLawanCovid19 sebelumnya yang dimulai pada 24 Maret 2020, dengan mengusung sejumlah tema antara lain: 

Jaga Jarak, Jangan Lengah, Jangan Mudik, Aman Pakai Masker, Peduli Sekitar Kita, Hati-hati Makan Bersama, Yuk Lindungi Mereka (vaksinasi lansia), dan terakhir PantunGakMudik menjelang Idul Fitri, Mei lalu.

#MediaLawanCovid19 adalah sebuah inisiatif bersama kalangan media untuk menyebarkan berbagai konten edukatif secara masif dalam upaya memerangi penyebaran virus COVID-19 di Indonesia. 

Inisiatif ini pada awalnya diikuti oleh sekitar 100 jaringan media nasional dan daerah dalam berbagai platform, yaitu televisi, radio, media cetak, media siber serta media sosial.

Inisiatif ini muncul secara spontan dari kalangan media dan bersifat independen, tanpa terafiliasi dan dibiayai oleh pihak mana pun. 

Dengan begitu, kerja-kerja jurnalistik tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya, dengan tetap menjunjung azas independensi. 

Melalui kerja berjaringan ini, diharapkan berbagai pesan penting dalam upaya memerangi penyebaran virus COVID-19 dapat tersebar luas dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara cepat. 

Hal ini menjadi amat penting, karena penyebaran COVID-19 tampaknya semakin random dan luas. Sementara, kesadaran publik belum terbangun secara sistematis.
(*)

Koq Bisa? Belasan Dokter yang Sudah Divaksin, Meninggal karena COVID-19

Belasan Dokter yang Sudah Divaksin, Meninggal karena COVID-19
Seorang karyawan melintas di depan mural yang dibuat untuk menghormati tenaga kesehatan di RSUD Cengkareng, Jakarta, Kamis, 24 Juni 2021.

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Seperti dikutip oleh kantor berita AFP, Jumat (25/6), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengungkapkan belasan dokter yang telah divaksinasi lengkap meninggal karena COVID-19 di Indonesia.

Korban meninggal di kalangan nakes terjadi ketika Indonesia sedang berjuang memerangi sejumlah kasus parah yang dialami para petugas medis yang sudah divaksin dan varian virus baru yang sangat menular.

Dalam sepekan belakangan, jumlah infeksi meningkat di Indonesia, yang berpenduduk 270 juta orang itu, melampaui dua juta kasus pada Senin (21/6). 

Sementara, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit meningkat menjadi lebih dari 75 persen di Jakarta dan daerah-daerah yang terkena dampak parah lainnya.

Hampir 1.000 petugas kesehatan Indonesia telah meninggal karena virus itu sejak pandemi dimulai. IDI mengonfirmasi pada Jumat (26/6) bahwa 401 dokter termasuk di antara para korban, 14 di antaranya telah divaksinasi lengkap.

“Kami masih memperbaharui data dan memastikan apakah kasus lain sudah divaksinasi atau tidak,” kata Mohammad Adib Khumaidi, Ketua Tim Mitigasi COVID-19 IDI kepada para wartawan.

Peningkatan kasus parah di kalangan pekerja medis yang telah divaksin menimbulkan pertanyaan tentang vaksin Sinovac buatan China, yang sangat diandalkan Indonesia untuk memvaksinasi lebih dari 180 juta orang sebelum awal tahun depan.

Bulan ini lebih dari 300 dokter dan petugas kesehatan yang sudah divaksin di Jawa Tengah terinfeksi COVID-19 dan sekitar belasan dirawat di rumah sakit.

Negara ini juga sedang bergulat dengan jenis virus baru, termasuk varian Delta yang sangat menular, yang pertama kali diidentifikasi di India. [vm/ft]

Oleh; VOA

Jumat, 25 Juni 2021

Kasus Konfirmasi Positif Covid-19 di Kalbar kembali meningkat, Bertambah Kasus Baru 189 orang

Kasus Konfirmasi Positif Covid-19 di Kalbar kembali meningkat, Bertambah Kasus Baru 189 orang
Foto: Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat, Harisson.

BORNEOTRIBUN PONTIANAK - Kasus Konfirmasi Positif Covid-19 di Kalbar kembali meningkat, dimana pada Kamis (24/6/2021) terdapat tambahan kasus baru sebanyak 189 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat, Harisson menjelaskan, penambahan kasus itu diketahui setelah adanya uji laboratorium terhadap 1.045 sampel. Dari penambahan kasus tersebut 29 orang diantaranya masih dirawat di rumah sakit.

“Pada 24 Juni 2021 dari 1.045 orang yang di uji laboratorium, terdapat 189 orang kasus positif Covid-19, 29 orang masih dirawat di rumah sakit,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, Harisson, kepada wartawan (25/6/2021) malam.

Adapun kasus baru ini tersebar di Kota Pontianak 28 orang, Bengkayang 19 orang, Kayong Utara 11 orang, Ketapang 13 orang, Kubu Raya 18 orang, Melawi 21 orang, Mempawah 15 orang, Sambas 17 orang, Sanggau 3 orang, Landak 25 orang, Sekadau 15 orang, Kapuas Hulu 3 orang, dan Sintang 1 orang.

Harisson menjelaskan, untuk konfirmasi dinyatakan sembuh terdapat 120 orang yang tersebar di Kota Pontianak 8 orang, Kubu Raya 8 orang, Ketapang 7 orang, Melawi 18 orang, Landak 14 orang, Bengkayang 23 orang, Sambas 23 orang, dan Kota Singkawang 19 orang.

Dengan adanya penambahan kasus baru ini membuat total kasus Covid-19 di Kalbar ada sebanyak 13.711 orang, kasus aktif 993 orang atau 7.24 persen, kasus sembuh 12.502 orang atau 91,18 persen dan kasus meninggal dunia sebanyak  216 orang atau 1.57 persen.(*)

Kamis, 24 Juni 2021

Hong Kong Larang Penerbangan dari RI karena COVID-19

Hong Kong Larang Penerbangan dari RI karena COVID-19

BORNEOTRIBUN.COM - Hong Kong akan melarang penerbangan dari Indonesia mulai Jumat (25/6) karena mengganggap "berisiko sangat tinggi" terkait virus corona. 

Pemerintah Hong Kong mengatakan pada Rabu (23/6) malam bahwa mereka menangguhkan penerbangan setelah jumlah kasus COVID-19 yang diimpor dari Indonesia melewati ambang batas yang ditetapkan oleh pusat keuangan global itu, sebagaimana dilansir dari Reuters. 

Hong Kong telah melarang kedatangan maskapai dari India, Nepal, Pakistan, dan Filipina. 

Selama ini wilayah administrasi khusus China tersebut menerapkan regulasi yang mengatur penangguhan penerbangan jika terdapat lima atau lebih penumpang yang dites positif untuk salah satu varian kasus COVID-19 pada saat kedatangan. 

Penangguhan penerbangan juga dapat diterapkan jika ada 10 atau lebih penumpang yang ditemukan memiliki varian lain selama masa karantina.

Hong Kong telah mencatat lebih dari 11.800 kasus dan 210 kematian akibat virus corona. Sebagian besar kasus COVID-19 yang terjadi baru-baru ini di kota tersebut dipicu oleh kasus impor.   

Kementerian Luar Negeri RI mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa larangan Hong Kong adalah "sementara" dan bahwa pekerja migran Indonesia yang terkena peraturan baru harus menghubungi majikan dan agen mereka.  

Hong Kong mempekerjakan ribuan pekerja migran dari sejumlah negara, termasuk Indonesia dan Filipina. [ah/au]

Oleh: VOA

Kematian Anak Akibat COVID-19 di Indonesia Tertinggi di Dunia

Kematian Anak Akibat COVID-19 di Indonesia Tertinggi di Dunia
Anak-anak memakai masker pelindung berbaris saat kegiatan belajar mengajar di tengah wabah COVID-19 di Lebak, Provinsi Banten. (Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas/via Reuters)

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyerukan seluruh orang tua untuk waspada dan lebih menjaga anak-anak seiring meningkatnya jumlah kematian anak akibat pandemi virus corona, yang mencapai tingkat tertinggi di dunia.

“Saya malu sebenarnya. Ketika saya olahraga rame-rame di Wisma Atlet, di tengah pasien yang banyak itu, saya merasa kenapa mesti ada di sini. Seperti nyesek aja di dalam hati, kenapa bisa kecolongan," ujar Renata Silalahi, penyintas COVID-19.

Padahal, katanya, Indonesia sudah melewati pandemi lebih dari setahun dan ia termasuk orang yang serius dalam menerapkan protokol kesehatan.

"Anak-anak bilang saya 'prokes bawel' karena aku terlalu bawel dan terlalu khawatir. Jadi kecolongan ini bikin saya sakit hati karena kita sudah menjaga sedemikian rupa," tuturnya.

Renata Silalahi adalah ibu dua anak yang baru saja diizinkan kembali ke rumah setelah menjalani perawatan selama dua minggu di Wisma Atlet Jakarta. Renata, yang berusia 46 tahun, baru merasakan gejala tertular COVID-19 ketika indra penciumannya mati rasa.

“Seminggu sebelum kita di-swab di puskesmas, anak saya sudah demam menggigil, tapi dikasih paracetamol demamnya hilang. Meski mereka tetap tidak mau makan," katanya.

"Lalu sakit tenggorokan, pilek sedikit, tidak ada batuk. Mereka masih tidak apa-apa. Seminggu setelah gejala itu, saya merasa tidak bisa merasakan apa-apa ketika mencium benda-benda yang biasa dipakai, seperti minyak telon atau minyak kayu putih," tambah Renata.

Ia bergerak cepat. Ia mendatangi puskesmas di Jagakarsa, yang langsung memisahkannya dari pasien lain dan melakukan uji swab. Hasilnya ia dan kedua anaknya yang berusia 7 dan 5 tahun dinyatakan positif COVID-19. Puskesmas memberinya dua alternatif, yaitu melakukan isolasi mandiri di rumah, tetapi pihak puskesmas tidak dapat membantu jika kondisi memburuk atau muncul penyakit lain; atau ia harus dirawat di rumah sakit. Beruntung ada tempat kosong di Wisma Atlet sehingga pada 4 Juni ia dapat dirawat di sana.​

Kematian Anak Akibat COVID-19

Dalam konferensi pers perhimpunan lima profesi dokter Indonesia pada 18 Juni, Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI mengatakan di tengah lonjakan kasus baru harian COVID-19, terjadi pula peningkatan tajam penularan dan bahkan kematian pada anak-anak.

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan mengatakan data nasional menunjukkan konfirmasi COVID-19 pada anak berusia 0-18 tahun mencapai 12,5 persen.

“Artinya 1 dari 8 kasus konfirmasi COVID-19 adalah anak-anak. Data IDAI juga menunjukkan case mortality (tingkat kematian.red) mencapai 3 persen – 5 persen, jadi kita memiliki tingkat kematian tertinggi di dunia,” ujar Aman Pulungan. Ditambahkannya, dari seluruh data anak yang meninggal itu, 50 persen adalah balita.​

Kematian Anak Akibat COVID-19 di AS

Sebagai perbandingan dengan Amerika Serikat (AS), American Academy of Pediatrics pekan ini melaporkan bahwa sejak pandemi merebak hingga 17 Juni lalu, jumlah anak-anak yang tertular mencapai 14,2 persen dari total orang yang tertular di seluruh negara bagian, atau berarti sekitar 4,02 juta anak. Namun tingkat kematian anak akibat COVID-19 di AS adalah 0,22 persen. Tujuh negara bagian bahkan melaporkan tidak ada anak yang meninggal karena COVID-19.

Oleh karena itu Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan menggarisbawahi pentingnya orang tua menjaga anak-anak mereka lebih ketat lagi. “Kapan lagi kita jadi orang tua menyayangi anak? Jadilah orang tua saat pandemi! Dampingi anak-anak kita. Hindari membawa anak ke luar rumah, kecuali dalam keadaan mendesak," tukasnya.

Ia menekankan pentingnya anak-anak untuk tinggal di rumah. Jikapun harus berkegiatan di luar rumah, hindari area dengan ventilasi tertutup, kepadatan dan risiko kontak erat.

"Penuhi hak anak untuk hidup dan untuk sehat, secara fisik dan mental, untuk masa depan yang lebih baik. Kita hidup untuk apa kalau bukan untuk anak? Jaga anak kita! Jaga anak kita! Jangan sampai ada yang sakit,” tegasnya.

IDAI juga mengajak warga untuk berperan aktif bersama pemerintah, mengawasi protokol kesehatan di tempat-tempat umum.

Renata Silalahi – yang tetap merasa “kecolongan” karena selama ini senantiasa mendampingi kedua anaknya belajar dan beraktivitas di rumah, serta memberikan makanan bergizi dan vitamin – mengatakan sempat pilu ketika harus menjalani isolasi dan perawatan di Wisma Atlet selama dua pekan. Namun ia menguatkan diri dengan memberi semangat pada anak-anaknya dan selalu berdoa. Terlebih karena dari enam anggota keluarganya, lima dinyatakan positif dan dirawat di lokasi berbeda.

“Ketika berangkat ke Wisma Atlet saya bawa bola, mainan, skuter anak-anak, buku. Apapun yang bisa membuat mereka gembira, karena kegembiraan juga obat.. Kalau malam saya ajak anak-anak naik ke lantai atas Wisma Atlet," katanya.

"Mereka suka karena kelihatan gedung-gedung tinggi Jakarta yang indah banget. Saya bilang sama anak-anak, anggap saja kita lagi liburan. Nikmati saja. Kami juga sempat merayakan ulang tahun bersama para perawat," ujar Renata.

Tak lupa ia menekankan perlunya berdoa. " Doa menguatkan kita untuk gak bernafsu akan hal apapun, menjaga dan memagari diri dengan doa," pungkasnya. [em/ah]

Sumber : VOA

Rabu, 23 Juni 2021

Pemerintah Prioritaskan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Pada APBN 2021

Tumpukan kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok di tengah pandemi COVID-19 di Jakarta, 3 Agustus 2020. (Foto: Reuters).

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Pemerintah Indonesia terus berupaya melakukan perbaikan dan pemulihan ekonomi berbarengan dengan penanganan kasus COVID-19. Ini dilakukan sebagai upaya untuk menumbuhkan perekonomian dalam negeri yang sempat merosot selama pandemi.

Pemerintah menegaskan bahwa ekonomi Indonesia tetap tumbuh pada tahun 2021 di tengah pandemi virus corona yang melanda Indonesia dan dunia. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pada konferensi pers, Senin (21/6), bahwa pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh sejumlah indikator mulai tumbuhnya perekonomian di dalam negeri, yang juga dipengaruhi proyeksi ekonomi global karena optimisme terhadap vaksinasi.

Indikator pertumbuhan ditunjukkan oleh aktivitas dan mobilitas ekonomi masyarakat yang terus meningkat dalam empat bulan terakhir. Sampai Mei 2021, belanja negara tumbuh meyakinkan hingga 12,1 persen, diikuti belanja barang pada kementerian dan lembaga yang tumbuh 33,1 persen, belanja modal, dan penyaluran bantuan sosial.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati, saat memberikan keterangan pers terkait APBN 2021 (Foto: VOA).

Belanja barang naik 91,4 persen, atau menjadi Rp.132,4 triliun dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp.69,2 triliun. Mayoritas belanja, kata Sri Mulyani, digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yakni Rp.8,14 triliun untuk 37,78 juta dosis vaksin, bantuan pelaku usaha mikro Rp.11,76 triliun, serta pembayaran rawat pasien COVID-19 sebesar Rp.11,97 triliun untuk 177,8 ribu pasien.

“Pembiayaan kita terealisir Rp.309,3 triliun, terutama untuk menutup defisit yang menurut UU APBN memang diperkirakan mencapai 5,7 persen dari PDB. Pembiayaan utang mencapai 96 persen dari target semester satu, atau kalau secara keseluruhan 40,55 persen dari target keseluruhan tahun, yaitu kalau kita lihat sebesar Rp.1.177 triliun totalnya,” papar Sri Mulyani.

Meski menunjukkan defisit pada anggaran APBN 2021, Sri Mulyani tetap optimistis pertumbuhan ekonomi akan tetap positif sampai akhir tahun, namun dengan catatan penanganan COVID-19 diimbangi oleh kesadaran masyarakat untuk menjalani dan menaati protokol kesehatan selama beraktivitas ekonomi. Optimisme ini didasari oleh kenaikan pendapatan negara yang sampai Mei 2021 mencatatkan angka Rp.726,4 triliun, atau lebih tinggi 9,3 persen dibandingkan akhir Mei 2020 yang minus sembilan persen akibat kontraksi ekonomi.

“Pendapatan negara mengalami rebound yang sangat luar biasa. Tahun lalu kontraksi sembilan persen, tahun ini positif sembilan persen. Untuk pajaknya tiga persen, dan untuk bea dan cukai maupun PNDB juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi, 21 persen dan 22 persen,” lanjutnya.

Selain sektor konsumsi, sektor investasi juga mengalami peningkatan yang menunjukkan geliat ekonomi masyarakat semakin baik. Sri Mulyani menegaskan pentingnya masyarakat mengetahui faktor yang menopang atau mendukung pemulihan ekonomi, yaitu keberhasilan pengendalian perebakan virus Corona, baik melalui vaksinasi, serta penerapan protokol kesehatan yang ketat. Bila pengendalian COVID-19 berjalan baik, maka pemulihan ekonomi dapat lebih cepat dilakukan.

Seorang perempuan mengenakan masker untuk mencegah penularan COVID-19 sedang berbelanja di sebuah pasar tradisional di Jakarta, 1 Maret 2021. (Foto: Willy Kurniawan/Reuters).

“Memang di satu sisi adalah suatu rebound atau natural base effect yang terjadi, tapi di sisi lain juga menggambarkan bahwa memang ada geliat perekonomian. Kita harus terus melihat faktor yang menopang atau yang mendukung pemulihan ini adalah pengendalian COVID dan vaksinasi, dan juga protokol kesehatan yang harus terus dilakukan,” kata Sri Mulyani.

Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Surabaya (Ubaya), Firman Rosjadi Djoemadi, mengatakan APBN merupakan instrumen yang dibuat untuk merespon situasi atau keadaan ekonomi di suatu negara. Defisit anggaran APBN yang mencapai 5,7 persen ditentukan berdasarkan asumsi ekonomi yang mulai pulih, meningkatnya konsumsi masyarakat, serta kegiatan ekonomi lainnya yang meningkat. Kepada VOA, Firman berharap defisit anggaran tidak terus naik, serta diikuti penurunan biaya-biaya ekonomi pada bidang-bidang yang tidak terlalu mendesak untuk dianggarkan pendanaannya selama pandemi.

“Defisit silakan ditekan, kalau bisa jangan naik, dengan pengurangan pos-pos yang memang tidak sangat mendesak, diiringi kebijakan untuk menurunkan biaya-biaya ekonomi. Jadi bukan single policy, jadi multiple policy, harus begitu,” ujar Firman Rosjadi.

Pelaksanaan rapid tes di salah satu pasar di Surabaya (Foto: Humas Pemkot Surabaya).

Firman meyakini, pemulihan ekonomi di masyarakat akan terus positif trennya, yang ditunjukkan adanya kenaikan konsumsi masyarakat dan investasi. Namun, Firman menegaskan pentingnya menjaga penanganan COVID-19 tetap pada jalur yang benar, untuk mengantisipasi terjadinya gelombang kedua atau ketiga pandemi corona di Indonesia. Peningkatan kasus akan berdampak pada pembatasan aktivitas ekonomi, yang berarti akan mengoreksi proyeksi ekonomi yang direncanakan di APBN.

“Seminggu terakhir ini ada lonjakan ya, nah ini yang akan dikhawatirkan pembatasan-pembatasan ketat akan dilakukan, dan kalau itu dilakukan berarti rencana atau proyeksi ekonomi tumbuh itu bisa terkoreksi. Ujungnya apa, kalau terkoreksi, kalau memang benar itu terjadi, ya defisit 5,7 persen itu mungkin tidak akan bisa dicapai. Jadi defisitnya akan lebih besar dari yang direncanakan,” tandas Firman. [pr/ka]

Oleh: VOA

Selasa, 22 Juni 2021

DPAC GANN dan Kecamatan Tigaraksa Bagikan Masker Gratis


Camat Tigaraksa dampingi DPAC GANN bagikan masker dijalan raya

BorneoTribun TangerangBanten Dewan Pimpinan Anak Cabang (DPAC) Generasi Anti Narkotika (GANN) dan Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, membagikan Masker Gratis di depan kantor Kecamatan Tigaraksa, Selasa (22/6/2021).

Camat Tigaraksa Rahyuni dan Ketua GANN Tigaraksa Ujang Mustafa serta staff Kecamatan berikut jajaran GANN, turun langsung memberikan masker gratis dengan sasaran Masyarakat yang melintas baik pejalan kaki, maupun pengguna kendaraan Roda 2, Roda 4 atau lebih.

Camat Tigaraksa Rahyuni sangat antusias dan berterimakasih kepada DPAC GANN, yang sudah memperhatikan warganya dengan ada pembagian masker gratis ke pada pengguna jalan di wilayahnya. 

"Saya mewakili instansi Kecamatan Tigaraksa berterimakasih kepada DPAC GANN Tigaraksa, yang sudah memperhatikan warga saya dengan membagikan Masker gratis kepada pengguna jalan. Jangan menilai seberapa harga masker, tapi wujud kepedulian dan jiwa sosial dari rekan-rekan GANN," terang Camat Tigaraksa.

Sementara Ketua DPAC GANN Tigaraksa Ujang Mustafa menerangkan, adapun Jumlah masker yang dibagikan sebanyak 250 masker kepada Masyarakat yang jalan Kaki atau yang menggunakan kendaraan Roda 2 maupun Roda 4 atau lebih.

“kegiatan ini adalah untuk menekan Penyebaran Covid 19 mengingat Pandemi Covid-19 sampai sekarang belum berakhir,” ujarnya.

"Dalam kegiatan bagikan masker kepada masyarakat pengguna jalan, kami selalu mengedukasi dan mensosialisasi kepada masyarakat terkait pentingnya selalu melakukan protokol kesehatan, apalagi sekarang PPKM Mikro yang mana ketentuan dan aturannya sudah di tuangkan dalam peraturan tersebut,” pungkas Ujang Mustafa. (**)

Editor : R. Hermanto

Minggu, 20 Juni 2021

Merkel, Macron Imbau Uni Eropa Waspadai Varian Baru COVID-19

Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Emmanuel Macron memberikan keteranga pers di Berlin, Jumat, 18 Juni 2021.

BorneoTribun Internasional - Pusat Data Virus Corona Johns Hopkins telah melaporkan 177,8 juta kasus COVID-19 global dan 3,8 juta kematian. Amerika Serikat (AS) masih merupakan negara dengan infeksi terbanyak pada 33,5 juta, disusul India dengan 29,8 juta.

Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Jumat (18/6) mengimbau negara-negara Uni Eropa untuk mewaspadai penyebaran varian baru virus corona dan menyerukan blok itu agar mengoordinas kebijakan pembukaan kembali perbatasan.

"(Kita) tetap harus berhati-hati agar kita bisa memiliki musim panas dengan banyak kebebasan, apabila tidak bisa mendapat semua kebebasan," kata Merkel dalam konferensi pers gabungan di Berlin sebelum kedua pemimpin itu mengadakan jamuan makan malam.

"Beberapa negara telah membuka kembali perbatasan mereka lebih awal demi alasan-alasan terkait industri pariwisata, tapi kita harus berhati-hati agar tidak mengimpor varian baru lagi," kata Macron.

Macron merujuk pada situasi di Inggris, sementara Merkel merujuk ke Portugal untuk menunjukkan bagaimana situasi bisa cepat berubah.

Inggris pekan ini menangguhkan pelonggaran pembatasan terkait pandemi karena prevalensi varian delta, yang pertama kali dideteksi di India. Sementara para pejabat Portugis pada Kamis (17/6) melarang perjalanan keluar masuk Ibu Kota Portugal, Lisbon, karena varian itu. [vm/ft]

Oleh: VOA

Sabtu, 19 Juni 2021

Kasus COVID-19 Melonjak, Sultan Yogya Wacanakan ‘Lockdown’

Kasus COVID-19 Melonjak, Sultan Yogya Wacanakan ‘Lockdown’
Petugas dari BPBD DIY melakukan penyemprotan desinfektan di kawasan Stasiun Tugu, Yogyakarta, 22 Maret 2020. (Foto: Courtesy/Humas Pemda DIY)

BORNEOTRIBUN.COM - Dalam satu pekan terakhir, Yogyakarta mencatatkan rekor jumlah kasus positif dan angka kematian terkait COVID-19. Angka pemakaian tempat tidur di rumah sakit juga melonjak, sehingga gubernurnya mewacanakan penutupan wilayah atau lockdown.

Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X. (Foto: Courtesy/Humas DIY)

Sultan Hamengkubuwono X memperlihatkan keprihatinan mendalam terkait apa yang terjadi sepekan terakhir di wilayahnya. Kepada media di Yogyakarta, Jumat (18/6), Sultan mengakui memahami bahwa banyak daerah mengalami kenaikan kasus. Namun dia menilai, apa yang terjadi tidak lepas dari ketidakdisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Berbagai kebijakan sudah diambil, kasus tetap tak terkendali. Jika tak ada lagi pendekatan bisa dilakukan, Sultan membuka kemungkinan akan menerapkan penutupan wilayah atau lockdown.

“Kita kan sudah bicara PPKM Mikro. Ini sudah bicara menangani di tingkat RT /RW, di tingkat pedukuhan. Kalau itupun gagal, mobilitasnya seperti ini, kalau akhir pekan, terus mau apa lagi? Ya lockdown,” tegas Sultan.

Jokowi bersama sejumlah seniman yang menerima vaksin di PSBK Yogyakarta. (Foto: Courtesy/Humas Pemda DIY)

Hari Senin (21/6) Sultan mengundang kepala daerah di Yogyakarta dan para tenaga kesehatan. Salah satu yang ingin dipastikan gubernur adalah kesanggupan pemerintah daerah untuk menerapkan kebijakan yang sudah dibuat. Secara spesifik, Sultan ingin pemerintah kabupaten dan kota lebih ketat membatasi aktivitas masyarakat. Begitu prihatin Sultan dengan situasi yang terjadi, dia bahkan mengulang wacana soal lockdown itu hingga dua kali.

“Kita sudah bicara mengontrol (aktivitas) di tingkat RT/RW. Kalau gagal mau apa lagi? Kita belum tentu bisa cari jalan keluar, satu-satunya cara ya lockdown totally,” tambah Sultan lagi.

Sultan memang belum lama mengeluarkan instruksi baru terkait aktivitas masyarakat. Dia mewajibkan seluruh acara yang melibatkan warga cukup banyak, harus memperoleh izin di tingkat kepanewonan, istilah bagi kecamatan di Yogyakarta. Namun instruksi itu dia nilai sendiri hasilnya tidak maksimal. Buktinya kasus positif harian justru kini mencapai hampir 600. Angka yang jauh di atas rata-rata kasus sejak pandemi tiba setahun yang lalu. Sultan minta masyarakat mengapresiasi diri sendiri agar mampu disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Sultan juga khawatir rumah sakit di Yogyakarta tidak akan mampu lagi merawat pasien jika kasus meninggi.

“Kita kemarin sudah 36 persen bed occupancy ratio (BOR)-nya. Sekarang sudah 75 persen, hanya dalam waktu satu minggu. Jumlah kasus di atas 500. Kalau terus begini kan enggak mungkin,” lanjutnya.

Penambahan Kasus Signifikan

Kepala Bagian Humas Pemda DIY, Ditya Nanaryo Aji menyebut, Yogyakarta mengalami penambahan kasus positif COVID-19 sebanyak 592 kasus dengan 12 kasus kematian.

“Dari jumlah itu, menurut riwayatnya kasus yang diperoleh melalui tracing kontak kasus positif sebanyak 469 kasus,” tambah Ditya.

Dengan jumlah 592 kasus pada Jumat, selama tujuh hari terakhir Yogyakarta mengalami penambahan 3.489 kasus positif COVID-19. Jika dirata-rata setiap harinya ada 498 kasus baru. Sementara untuk pasien meninggal ada 85 orang selama periode waktu yang sama.

Dalam keterangan pada Kamis (17/6), juru bicara Satgas COVID-19 nasional, Prof Wiku Adisasmita menyebut Yogyakarta masuk lima besar penyumbang kenaikan kasus mingguan.

“Kenaikan kasus positif sebesar 38,3 persen secara nasional di minggu ini. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan. Kenaikan ini dikontribusikan oleh DKI Jakarta naik 7.132 kasus, Jawa Tengah naik 4.426 kasus, Jawa Barat naik 2.050 kasus, Daerah Istimewa Yogyakarta naik 973 kasus, dan Jawa Timur naik 939 kasus,” kata Wiku.

Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito di Jakarta, Kamis (25/3) mengatakan kasus kematian akibat Corona di Indonesia turun, global naik (humas BNPB).

Selain itu, Yogyakarta juga menjadi satu dari lima provinsi dengan jumlah kematian tertinggi di Indonesia pekan lalu. Angka itu terus tercatat tinggi di pekan ini, seperti tercatat pada 15 Juni ada 17 kematian, 16 Juni 15 kematian dan 17 Juni mencapai 18 kematian. Jumlah 18 kematian dalam satu hari itu menjadi yang tertinggi selama pandemik. Baik angka kasus maupun angka kematian di Yogyakarta menjadi perhatian, karena provinsi ini sangat kecil. Jumlah penduduknya sekitar 3,6 juta, hanya sepuluh persen jumlah penduduk Jawa Tengah.

Rumah Sakit Bisa Kolaps

Dalam perbincangan terkait Langkah pengendalian kasus pasca Lebaran oleh BNPB, Dr Masdalina Pane, dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia meminta pemerintah lebih serius menangani hulu masalah. Artinya, masyarakat harus didisiplinkan agar mereka tidak tertular dan masuk rumah sakit.

Dr Masdalina Pane, dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia dalam tangkapan layar.

“Jika kita terus-menerus konsentrasi mengendalikan di rumah sakit, itu tidak pernah bisa menyelesaikan masalah. Mencegah itu jauh lebih baik daripada kita mengobati,” kata Masdalina.

Program-program, seperti 3T dan 5 M, yang digaungkan terus menerus sebenarnya sudah baik. Namun implementasinya di lapangan butuh keseriusan. Jauh lebih baik jika pemerintah bisa menemukan sebanyak-banyaknya kasus dalam skala ringan di masyarakat agar penularan bisa dikendalikan.

Masdalina mengakui, Indonesia pernah memiliki kemampuan untuk mengendalikan kasus. Namun kemudian, seperti yang saat ini terjadi, angkanya justru naik terus. Konsentrasi penanganan sebenarnya hanya di Jawa dan Sumatera, sebagai wilayah dengan jumlah kasus yang tinggi. Indonesia Timur sudah memiliki pembatas alami, karena terdiri dari banyak pulau, yang membantu wilayah ini mengendalikan jumlah kasus.

Karena itulah di Jawa, yang dihuni sekitar 55 persen penduduk Indonesia, pembatasan mobilitas dan aktivitas warga selama pandemi menjadi krusial. Masdalina menggarisbawahi, pengendalian kasus masih bisa dilakukan tergantung implementasi regulasi yang telah ditetapkan.

Dia mengingatkan, rumah sakit tidak akan bisa bertahan jika strategi tepat tidak diterapkan.

“Jika tidak ada pengendalian yang tepat dan cepat, saya bisa katakan dua minggu sampai satu bulan lagi kita sudah akan kolaps. Strategi untuk mengatasi masalah ini tidak bisa hanya dengan terus menambah tempat tidur,” ujar Masdalina.

Strategi yang dimaksud Masdalina, antara lain adalah kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan, atau pembatasan mobilitas. [ns/ab]

Oleh: VOA

Jumat, 18 Juni 2021

Kasus COVID-19 Melonjak, Menag Terbitkan Edaran Pembatasan Kegiatan di Rumah Ibadah

Kasus COVID-19 Melonjak, Menag Terbitkan Edaran Pembatasan Kegiatan di Rumah Ibadah
Ilustrasi. (Foto: iStock)

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Penyebaran COVID-19 dalam satu bulan terakhir kembali meningkat tajam di berbagai daerah yang dibarengi dengan munculnya varian baru. Guna membantu mengatasi hal ini, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan surat edaran untuk menjadi pedoman masyarakat dalam kegiatan di rumah ibadah.

Melalui Surat Edaran (SE) Nomor 13 Tahun 2021 tentang Pembatasan Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah itu, Menag berharap umat beragama tetap bisa menjalankan aktivitas ibadah sekaligus terjaga keselamatan jiwanya dengan cara menyesuaikan kondisi terkini di wilayahnya.

“Saya telah menerbitkan surat edaran, sebagai panduan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemutusan mata-rantai penyebaran COVID-19 di rumah ibadah,” ujar Menag, di Jakarta, Rabu (16/06/2021).

Menag menjelaskan, kegiatan keagamaan di daerah Zona Merah untuk sementara ditiadakan sampai wilayah tersebut dinyatakan aman dari COVID-19. Penetapan perubahan wilayah zona dilakukan oleh pemerintah daerah masing-masing.

“Kegiatan sosial keagamaan dan kemasyarakatan, seperti pengajian umum, pertemuan, pesta pernikahan, dan sejenisnya di ruang serbaguna di  lingkungan rumah ibadah juga dihentikan sementara di daerah Zona Merah dan Zona Oranye sampai dengan kondisi memungkinkan,” ujarnya.

Menag menandaskan, kegiatan peribadatan di rumah ibadah di daerah yang dinyatakan aman dari penyebaran COVID-19, hanya boleh dilakukan oleh warga lingkungan setempat dengan tetap menerapkan standar protokol kesehatan COVID-19 secara ketat. Untuk teknis pelaksanaannya, Kementerian Agama (Kemenag) sudah mengatur hal tersebut melalui SE Menag Nomor 1 Tahun  2020 tentang Pelaksanaan Protokol Penanganan COVID-19 pada Rumah Ibadah.

Kepada jajarannya di tingkat pusat, Menag juga minta untuk melakukan pemantauan pelaksanaan surat edaran ini secara berjenjang. Demikian juga para Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan, Penyuluh Agama, Pimpinan Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan, dan pengurus rumah ibadat juga diinstruksikan melakukan pemantauan.

“Lakukan koordinasi secara intensif dengan pemerintah daerah dan Satuan Tugas COVID-19 setempat,” tegasnya. 

(HUMAS KEMENAG/UN)

Selasa, 15 Juni 2021

Jokowi Targetkan DKI Jakarta Capai Kekebalan Kelompok pada Agustus

Jokowi Targetkan DKI Jakarta Capai Kekebalan Kelompok pada Agustus
Penumpang duduk di stasiun kereta sambil menunggu untuk kembali ke kampung halaman menjelang perayaan Idul Fitri, sebuah kegiatan yang dikenal dengan sebutan "mudik", di tengah pandemi COVID-19, di Jakarta, 5 Mei 2021. (Foto: Reuters)

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Presiden Joko Widodo menargetkan DKI Jakarta mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) pada Agustus mendatang. Mungkinkah?

Presiden Joko Widodo menginginkan DKI Jakarta mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok pada Agustus mendatang. Guna mencapai hal ini, katanya, pemerintah akan melakukan akselerasi program vaksinasi COVID-19 warga di Ibu Kota, mengingat vaksinasi bagi masyarakat umum berusia 18 tahun ke atas sudah dimulai.

Pada awalnya, target vaksinasi massal masyarakat umum di DKI Jakarta ditetapkan sekitar 5.000 orang per hari. Namun kemudian, Jokowi menginginkan, mulai minggu depan Pemprov DKI Jakarta bisa melakukannya sebanyak 100 ribu dosis per hari.

Presiden Jokowi Imbau Pemda Riau tingkatkan penanganan pandemi di wilayahnya. (Foto: Courtesy/Biro Pers)

“Seratus ribu per hari, karena kita ingin mengejar herd immunity, kekebalan kelompok. Dan, kita harapkan dengan jumlah yang tadi sudah kita targetkan, di bulan Agustus nanti sudah bisa mencapai kekebalan kelompok, dan kita harapkan penyebaran COVID-19 di DKI Jakarta bisa kita hambat dan kita kurangi,” kata Jokowi usai meninjau program vaksinasi massal COVID-19, di Waduk Pluit, Jakarta, Senin (14/6).

Ia pun optimis target itu bisa tercapai karena jumlah vaksin yang tersedia sejauh ini mencukupi.

“Saya tadi sudah berbicara dengan Menteri Kesehatan, dengan Gubernur DKI Jakarta untuk manajemen pelaksanaannya dan persiapan jumlah vaksinnya. Dan, dari hitung-hitungan saya kira Insya Allah semuanya lancar,” tuturnya.

Percepatan program vaksinasi COVID-19, ujar Jokowi, dilakukan karena warga DKI Jakarta merupakan salah satu kota yang warganya mempunyai interaksi sosial dan mobilitas masyarakat yang cukup tinggi. Percepatan vaksinasi ini salah satunya dilakukan di Rumah Susun Tanah Tinggi, di Jakarta Pusat.

Seorang perempuan menghembuskan napas ke dalam plastik GeNose C19 untuk tes COVID-19 sebelum mudik Lebaran, di sebuah stasiun kereta di Jakarta, 5 Mei 2021. (Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/Reuters)

Menurutnya, rumah susun ini merupakan kawasan padat yang interaksi antar warganya cukup tinggi, sehingga diberikan prioritas untuk vaksinasi. Jokowi pun mengakui bahwa target herd immunity yang ingin dicapai pada Agustus nanti di DKI Jakarta cukup ambisius.

“Saya juga tadi telah menyampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta, untuk nanti di akhir Agustus target 7,5 juta penduduk di Jakarta harus sudah tervaksinasi," katanya.

"Ini memang target yang sangat ambisius, tetapi mau tidak mau kita harus menuju ke sana untuk mencapai kekebalan kelompok, herd immunity dan saya berharap kerja keras semuanya baik di tingkat wali kota, kecamatan, kelurahan dan seluruh puskesmas dan rumah sakit yang ada di DKI Jakarta, karena DKI ini juga sama, interaksi antarmasyarakatnya tinggi, mobilitas masyarakatnya juga tinggi sehingga kecepatan vaksinasi sangat menentukan sekali penyebaran dari COVID-19,” papar Jokowi.

Herd Immunity Sulit Dicapai

Ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan target Presiden Jokowi tidak akan tercapai. Ia menjelaskan, di beberapa negara yang cakupan vaksinasi COVID-19 sudah luas sekalipun, seperti Israel dan Amerika Serikat, sampai saat ini herd immunity belum tercapai. Menurutnya, walaupun jangkauan vaksinasi nanti sudah mendekati target bukan berarti herd immunity serta merta akan terjadi.

Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Nurhadi Sucahyo)

“Karena ada isu lain seperti masalah bahwa berapa lama vaksin itu bertahan? Kemudian bagaimana vaksin itu efektif dalam mencegah penularan? Belum lagi yang sekarang menjadi ancaman serius adalah adanya varian baru seperti halnya varian delta yang memenuhi kriteria sebagai super strain yang memporak porandakan pada negara yang tadinya pandeminya terkendali,” ungkapnya kepada VOA.

Maka dari itu, kata Dicky sebuah negara tetap harus mensinergikan beberapa strategi untuk mengendalikan pandemi COVID-19 yakni dengan memperkuat aspek testing, isolasi, karantina dan dukungan perawatan yang memadai. Kemudian vaksinasi harus dilakukan secara massif dan agresif dengan strategi yang tepat dan dengan vaksin yang sudah terbukti efektif melawan varian baru.

“Jadi bicara pengendalian pandemi ini bukan hanya masalah vaksinasi saja. Jadi salah besar kalau kita hanya menitikberatkan pada program vaksinasi karena tidak ada negara yang terbukti bisa aman dari serangan gelombang akibat adanya varian baru hanya dengan mengandalkan vaksinasi. Contoh Australia bisa relatif aman karena pintu perbatasan betul-betul ditutup, 3T benar-benar menguat dan sekarang vaksinasi, dan strategi lockdownnya dilakukan dengan cepat, efektif. Ini yang harus dijadikan pelajaran bagi semua negara,” paparnya.

Dicky menyampaikan bahwa target herd immunity sangat sulit dicapai. Apalagi, katanya, belum ada vaksin COVID-19 yang terbukti aman untuk anak-anak dan ibu hamil.

Para komuter yang mengenakan masker wajah berjalan ke peron kereta mereka di stasiun kereta Tanah Abang di Jakarta pada 18 Agustus 2020. (Foto: AFP/Adek Berry)

“Kemudian fakta bahwa vaksin untuk anak belum ada, dalam artian yang memenuhi kriteria untuk benar-benar memproteksi, mencegah penularan, relatif aman, termasuk yang sudah di-approved WHO kan belum ada," katanya.

"Yang artinya ada 32 persen dari populasi (anak) dunia ini yang belum bisa di-cover. Selain itu belum ada vaksin untuk ibu hamil, ini yang menjadi masalah. Jadi saya menyarankan kita ini jangan sekali-kali membicarakan herd immunity pada jangka pendek, herd immunity umumnya ditempatkan dalam strategi jangka panjang,” pungkas Dicky. [gi/ab]

Oleh: VOA

Celltrion: Hasil Uji Coba Pengobatan Antibodi COVID-19 Aman dan Efektif

Celltrion: Hasil Uji Coba Pengobatan Antibodi COVID-19 Aman dan Efektif
Logo perusahaan farmasi Celltrion di kantor pusatnya di Incheon, Korea Selatan, 28 Oktober 2016. (Foto: Kim Hong-Ji)

BorneoTribun Internasional - Produsen obat Korea Selatan, Celltrion Inc, pada Senin (14/6) mengumumkan hasil positif atas pengobatan eksperimental antibodi COVID-19. Mereka mengatakan pengobatan itu aman dan bisa mengurangi periode perawatan hingga lima hari pada uji klinik global fase 3.

Celltrion dalam pernyataan mengatakan uji coba itu, yang melibatkan 1.315 peserta, dilakukan sejak Januari di 13 negara, termasuk Korea Selatan, Amerika Serikat (AS), Spanyol dan Romania.

Pengobatan itu meringankan gejala parah COVID-19 pada 70 persen pasien, termasuk kelompok berisiko tinggi dengan komorbid. Perusahaan itu mengatakan pengobatan itu juga mengurangi periode pemulihan hingga 4,9 hari.

Pada Februari, Korea Selatan memberi persetujuan bersyarat bagi pengobatan antibodi tersebut. Itu menjadi pengobatan virus corona buatan lokal pertama di negara itu yang mendapat persetujuan semacam itu. Perusahaan itu mengatakan akan mengajukan otorisasi penuh berdasarkan hasil uji coba itu.

Saham Celltrion naik 5,6 persen dalam perdagangan pada Senin (14/6) pagi. [vm/ft]

Oleh: VOA

Inggris, Zimbabwe Umumkan ‘Lockdown’ Baru Terkait COVID

Inggris, Zimbabwe Umumkan ‘Lockdown’ Baru Terkait COVID
Seorang demonstran anti-lockdown dan anti-vaksin memegang plakat dalam aksi protes di Downing Street, di tengah pandemi COVID-19, London, Inggris, 14 Juni 2021. (REUTERS/Henry Nicholls)

BorneoTribun Internasional - PM Inggris Boris Johnson, Senin (06/14) diperkirakan akan mengumumkan bahwa pencabutan berbagai restriksi yang diberlakukan di Inggris karena pandemi virus corona akan ditunda hingga dua atau empat pekan lagi.

Penundaan itu dikaitkan dengan penyebaran varian Delta yang sangat menular di Inggris. Varian virus ini pertama kali diidentifikasi di India.

Sementara itu, Zimbabwe memberlakukan kembali lockdown dalam upaya membendung perebakan COVID.

Wakil presiden dan Menteri Kesehatan Zimbabwe Constantino Chiwenga mengangkat sertifikat vaksinasinya setelah menerima suntikan pertama Sinopharm di negara Afrika bagian selatan. (Foto: dok).

Wakil Presiden Constantino Chiwenga mengatakan dalam pidato di televisi akhir pekan ini bahwa perasaan berpuas diri telah mengakibatkan lonjakan kasus COVID.

Di AS, seorang hakim federal di negara bagian Texas telah menolak gugatan hukum yang menantang kewajiban pemberian vaksinasi COVID terhadap karyawan di sebuah rumah sakit.

Rumah Sakit Methodist, di Houston, Texas. (Foto: dok).

Hakim Lynn N. Hughes, dari Distrik Selatan Texas, menulis bahwa para karyawan Houston Methodist Hospital “bukan partisipan dalam uji coba terhadap manusia.”

Dalam putusan yang dilansir hari Sabtu, ia mengatakan, “Methodist sedang berupaya melaksanakan tugas menyelamatkan jiwa tanpa memberi mereka virus COVID-19. Ini adalah pilihan yang diambil untuk membuat para staf, pasien dan keluarga mereka lebih aman.”

Pada hari Senin, India mencatat 70.421 kasus baru COVID-19 dalam periode 24 jam sebelumnya, angka terendah kasus baru di negara Asia Selatan itu yang tercatat dalam 74 hari ini, kata kementerian kesehatan.

Para pejabat kesehatan masyarakat telah memperingatkan bahwa korban di India mungkin tidak dihitung sebagaimana seharusnya tetapi negara itu mencatat total 29,5 juta kasus virus corona pada Senin pagi, kata Johns Hopkins Coronavirus Resource Center. Hanya AS yang memiliki kasus lebih banyak dengan catatan 33,5 juta. Brasil berada di bawah AS dan India dengan catatan 17,4 juta kasus COVID. [uh/ab]

Oleh: VOA

Senin, 14 Juni 2021

Polsek Menjalin berikan Imbauan tentang COVID-19 kepada Warga

Polsek Menjalin berikan Imbauan tentang COVID-19 kepada Warga
Polsek Menjalin berikan Imbauan tentang COVID-19 kepada Warga.

BorneoTribun Landak, Kalbar - Kian hari Penyebaran Virus Corona atau Covid 19 di Indonesia semakin membawa banyak korban dan hal tersebut membuat semua pihak untuk turun tangan mencegah dan menghentikan penyebarannya, karena tanpa adanya peran serta dari Masyarakat Menjalin mustahil penyebaran Virus Corona akan dapat dihentikan.

Guna untuk membangun kepedulian dari Masyarakat dalam mencegah penyebaran Virus Corona atau Covid 19,   Anggota Polsek Menjalin Bripka Rodiansyah sebagai Kasi Humas bersama Briptu Alfrin Silalahi melaksanakan patroli dialogis temui Warganya sebagai pemilik warung Atas nama Lia di Dusun Menjalin Hulu Desa Menjalin  untuk menyampaikan imbauan sosialisasi tentang penangganan virus Corona dengan cara mematuhi Prokes pakai masker dan tetap selalu menjaga kesehatan supaya Warga Kecamatan Menjalin tidak mudah terjangkit wabah virus Corona yang sangat berbahaya. Minggu ( 13/6/2021 )

Dalam kesempatan giat Patroli Dialogis Bripka Rodiansyah secara humanis mengajak Warganya untuk peduli terhadap situasi yang masih pandemi dengan adanya Virus Covid - 19 agar selalu disiplin dalam mentaati Protokol Kesehatan yaitu Wajib menggunakan Masker dengan baik dan benar, rajin mencuci tangan dengan sabun, Jaga jarak antar individu dan tidak melakukan kegiatan dengan cara berkerumun agar tidak terjadi penyebaran Covid - 19 di masyarakat terutama di Kecamatan Menjalin tidak adanya lagi penyebaran virus Corona ketika Polisi selalu mengingatkan tetap patuhi Prokes dan Warganya selalu mematuhinya," Jelasnya

“Kami minta untuk warga Kecamatan Menjalin tidak perlu merasa resah atau panik yang berlebihan, wabah virus Corona ini sejatinya bisa kita cegah dengan selalu selalu menjaga kebersihan dan meningkatkan imun agar kesehatan selalu terpelihara adapun cara memelihara kesehatan adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, tidur teratur dan rutin melakukan olahraga," terangnya

Saat ditemui diruangan kerjanya Kapolsek Menjalin Iptu Burhan nuddin,SH menerangkan Bahwa kegiatan patroli dialogis yang dilakukan Anggotanya yakni merupakan tugas rutin Kepolisian sebagai langkah tindakan preventif (pencegahan), dengan cara berdialogis kepada Warganya di Kecamatan Menjalin ketika menemui di saat Patroli siang dengan memberikan pemahaman pemahaman supaya mampu menekan angka wabah virus Corona yang terjadi di saat ini belum berakhir serta masyarakat mampu disiplin dalam mentaati Protokol Kesehatan khususnya di Kecamatan Menjalin.

Oleh: Rinto Andreas/Rodiansyah

Merebak di Jawa Tengah, Varian Delta Kelabuhi Sistem Imun

Merebak di Jawa Tengah, Varian Delta Kelabuhi Sistem Imun
Seorang pasien terbaring di bangku saat mengantri untuk dirawat di ruang gawat darurat RSUD Dr. Loekmono Hadi, di tengah pandemi COVID-19 di Kudus, Provinsi Jawa Tengah, 2 Juni 2021. (Foto: Reuters)

BORNEOTRIBUN.COM - Kabupaten Kudus di Jawa Tengah mengalami pelonjakan kasus COVID-19 secara luar biasa. Pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) membuktikan varian B 1617.2 atau delta telah merebak di sana.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (tengah) mengamati grafik kasus COVID-19 dalam kunjungan ke Kudus, Minggu 13 Juni 2021. (Foto: Courtesy/Humas Pemda Jateng)

Penegasan mengenai masuknya varian delta dari India masuk ke Kudus disampaikan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Kementerian Kesehatan sendiri telah memastikan hal tersebut setelah hasil pemeriksaan yang dilakukan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK), Universitas Gadjah Mada (UGM) keluar pada 11 Juni. Untuk membendung sebaran kasus lebih luas lagi, Ganjar mengusulkan Kudus menerapkan Gerakan Lima Hari di Rumah Saja.

“Saya butuh dukungan masyarakat, kalau masyarakat tidak mendukung ini nanti kucing-kucingan terus. Ingat varian baru sudah masuk di Kudus. Catat itu, sudah masuk di Kudus. Kenapa penularannya cepat sekali? Masyarakat musti sadar betul,” kata Ganjar dalam pernyataan kepada media di Kudus, Minggu (13/6).

Selama lima hari di rumah itu, lanjut Ganjar, orang tua dan anak-anak semestinya dilarang keluar rumah. Hanya untuk keperluan yang benar-benar penting, lanjutnya, masyarakat dapat bepergian. Usulan ini tentu saja masih harus memperoleh persetujuan dari pemerintah kabupaten setempat.

Pada Sabtu (12/6), Jawa Tengah melaporkan kasus kematian akibat COVID-19 tertinggi di Indonesia, yaitu 37 kasus dalam satu hari. Dari jumlah itu, di Kabupaten Kudus sendiri pada hari yang sama jumlah pasien meninggal dilaporkan mencapai 34 kasus. Artinya hampir seluruh kasus pasien yang meninggal pada hari Sabtu hanya berasal dari Kudus.

Karena ketidakmampuan fasilitas kesehatan setempat, lebih dari 1.200 pasien positif COVID-19 dikirimkan ke asrama haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah. Sementara setidaknya 350 tenaga kesehatan di Kabupaten Kudus dinyatakan positif. Pemerintah provinsi telah membantu mengirimkan 120 tenaga kesehatan untuk mengatasi kondisi yang semakin memprihatinkan.

Jawa Tengah mengalami penambahan zona merah secara mengejutkan. Ganjar mengaku telah menduga bahwa varian delta dari India yang menjadi penyebab pergerakan cepat ini.

“Kita akan lakukan pemeriksaan banyak sampel di tempat lain, saya curiga dengan pergerakan ini, tiga minggu sebelumnya hanya tiga kabupaten, kemudian bertambah delapan dan jadi sebelas. Perasaan saya waktu itu yakin, ini mesti varian baru. Dan ini kita petakan, Kudus yang pertama, dari pusat sudah merilis soal ini, maka ini serius untuk semuanya,” kata Ganjar.

Kabupaten-kabupaten di sekitar Kudus, seperti Grobogan, Demak, dan Pati, telah diingatkan mengenai potensi penyebaran kasus. Ganjar meminta seluruh pihak bekerja sama dengan baik. Jika peringatan tidak diindahkan, operasi yustisi dapat ditegakkan.

Kelabuhi Sistem Imun

Ketua Tim WGS SARS CoV-2, FKKMK UGM, dr. Gunadi, Ph.D, Sp.BA kepada VOA menjelaskan kasus di Kudus membuktikan bahwa varian delta sudah mengalami transmisi lokal. Penularan tidak lagi terjadi antara warga negara asing kepada warga Indonesia, tetapi antarwarga Indonesia sendiri, khususnya di Kudus.

Data kasus COVID-19 Kabupaten Kudus, Minggu 13 Juni 2021, dalam tangkapan layar.

Dia menambahkan, interaksi sosial dalam skala besar meningkatkan resiko timbulnya varian baru COVID-19. Apalagi, jika interaksi sosial besar itu tidak mempedulikan protokol kesehatan. Catatan kasus di Kudus membuktikan kegiatan pengumpulan warga dalam jumlah besar seperti hajatan dan penyelenggaraan acara tradisi lainnya, menjadi penyebab penyebaran kasus.

Pemerintah Kabupaten Kudus menggelar vaksinasi bagi Lansia di kawasan Pura Terban, Sabtu, 12 Juni. (Foto: Courtesy/Humas Pemprov Jateng)

Upaya serius harus dilakukan untuk menekan penyebarannya karena varian baru ini memiliki dua dampak, yaitu lebih cepat menular dan bisa mengelabuhi sistem imun manusia.

“Bisa mempengaruhi efektivitas vaksin. Dia seperti tidak dikenali oleh sistem imun manusia. Ada dua variasi di varian delta, satu menyebabkan transmisi lebih cepat. Satu mutasi lagi menyebabkan dia mampu mengelabuhi sistem imun kita,” kata Gunadi kepada VOA.

Gunadi menjelaskan, varian delta memiliki dua mutasi di Receptor Binding Domain (RBD). Ini adalah bagian dari protein virus, yang berkaitan langsung dengan reseptor manusia. Mutasi di RBD inilah yang membuat varian delta memiliki dua kemampuan baru tersebut.

Petugas kepolisian membantu sosialisasi pemakaian masker kepada pengguna jalan di Kudus, Minggu, 13 Juni 2021. (Foto: Courtesy/Humas Pemkab Kudus)

Imun manusia terbentuk melalui dua jalan, yaitu terinfeksi COVID-19 kemudian sembuh, atau melalui vaksinasi. Kedua imun bentukan ini diketahui dalam penelitian, mampu dikelabuhi oleh varian delta. Dia menambahkan, masih dibutuhkan uji klinis lebih lanjut untuk memetakan dampaknya di dalam populasi. Namun, sebagai langkah antisipasi, sebelum dipastikan lebih rinci, masyarakat harus mewaspadai dampak mutasi ini. [ns/ah]

Oleh: VOA

Minggu, 13 Juni 2021

Begini Cara Desa Penyuguk Hadapi Penyebaran Pandemi COVID-19

Begini Cara Desa Penyuguk Hadapi Penyebaran Pandemi COVID-19
Begini Cara Desa Penyuguk Hadapi Penyebaran Pandemi COVID-19.

BORNEOTRIBUN MELAWI - Akibat meningkatnya kasus COVID-19 di Lingkungan PT. Sari Bumi Kusuma (SBK),maka PEMDES penyuguk mengambil langkah antisipasi bagi warga desa penyuguk yang bekerja diperusahan PT.SBK.Hal itu disampaikan oleh Budi, Kepala Desa Penyuguk Kecamatan Ella Hilir Kabupaten Melawi, saat dijumpai, Jumat (11/06/2021) sore.

Pembatasan akses keluar dan masuk warga, atau istilahnya lockdown lokal terpaksa dilakukan karena meningkatnya warga positif terpapar virus COVID-19 dilingkungan PT. Sari Bumi Kusuma (SBK).

Kepala Desa Penyuguk, Budi Saat dijumpai awak media BorneoTribun  mengatakan, untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 masuk ke wilayahnya, Pemdes Penyuguk mengambil Langkah pengetatan aktivitas warga dimulai pada 11 Juni hingga 22 Juni 2021.

Untuk memutus mata rantai penularan COVID-19, sejumlah langkah dilakukan Ketua Tim Gugus Tugas Percepetan Penanganan (GTPP) COVID-19  Desa Penyuguk yaitu penyemprotan disinfektan terhadap rumah warga dan fasilitas umum,Pembagian Masker, dll.

"Aktivitas warga sementara dihentikan, seperti kerumunan, hajatan, tahlil. Kalau ke Ladang ya tetap seperti biasa, hanya tidak boleh berkerumun dan harus pakai masker di luar rumah," beber Budi.

Penulis : Erik.P

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno