Berita Borneotribun.com: Amerika Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Mei 2021

Perundingan Nuklir Iran di Wina Capai Kemajuan

Perundingan Nuklir Iran di Wina Capai Kemajuan
Seorang pekerja mengendarai sepeda melintas di depan reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr di Kota Busher, Iran, 26 Oktober 2010.

BorneoTribun Amerika -- Perunding utama Iran kepada media resmi Iran mengatakan, Sabtu (1/5), bahwa sanksi-sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap minyak dan bank Iran akan dicabut berdasarkan perjanjian yang dibuat dalam perundingan di Wina.

Reuters melaporkan sebagian mitra Iran dalam perundingan itu, Perancis, Inggris, Jerman dan Rusia, mengatakan perundingan yang difokuskan untuk membawa AS kembali ke perjanjian nuklir Iran itu telah mencapai kemajuan.

Iran dan lima negara lainnya memulai kembali perundingan di Wina yang dimulai bulan lalu untuk menghidupkan lagi perjanjian nuklir 2015 yang ditinggalkan AS tiga tahun lalu.

"Sanksi-sanksi ... terhadap sektor energi Iran, yang termasuk minyak dan gas, atau sanksi-sanksi dalam industri otomotif, keuangan, perbankan dan pelabuhan, semua harus dicabut berdasarkan perjanjian yang disepakati sejauh ini," kata Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Araqchi, menurut media pemerintah Iran, setelah perundingan putaran terbaru di Wina yang ditunda selama enam hari.

Araqchi tidak menjelaskan bagaimana atau kapan sanksi-sanksi itu akan dicabut.

Menurut Reuters, Departemen Luar Negeri AS belum segera mengomentari pernyataan Araqchi. [vm/ft]

Oleh: VOA

Pakar Amerika Serikat Rekomendasikan India Lockdown

Pakar Amerika Serikat Rekomendasikan India Lockdown
Orang-orang yang mengalami gangguan pernapasan menerima bantuan oksigen di luar Gurudwara (Kuil Sikh), di tengah pandemi virus corona (COVID-19), di Ghaziabad, India, 30 April 2021.

BorneoTribun Amerika -- India mencatat rekor pada Sabtu (1/5), untuk pertama kalinya melampaui 400 ribu kasus COVID-19 dalam sehari.

Kementerian Kesehatan India mengatakan infeksi baru dalam periode 24 jam mencapai 401.993 kasus. Para pejabat kesehatan masyarakat meyakini jumlah sebenarnya mungkin lima kali lebih banyak.

“Virus ini memperlihatkan kepada kita bahwa apabila dibiarkan begitu saja, akan meledak dalam masyarakat,” kata Anthony Fauci, pakar penyakit menular terkemuka Amerika Serikat (AS), dalam wawancara dengan harian Indian Express.

“Apabila kita tidak menghormati kemampuannya untuk menimbulkan kerugian serius, kita akan kesulitan.”

Fauci merekomendasikan India untuk memberlakukan lockdown.

“Lockdown agar penyebaran berkurang. Tidak ada yang suka negara di-lockdown. ... Namun dengan melakukannya beberapa minggu saja, dampaknya akan sangat signifikan pada dinamika wabah.”

Menurut Pusat Data Virus Corona Johns Hopkins, India mencatat 19.164.969 infeksi virus corona dan 211.853 kematian. [vm/ft]

Oleh: VOA

Sabtu, 01 Mei 2021

Pew: Penduduk Amerika Keturunan Asia Mencapai 24 Juta

Para pejalan kaki di kawasan Flushing, lingkungan warga Amerika keturunan Asia, di Queens di New York, Selasa, 30 Maret 2021. (Foto: Frank Franklin II/AP)

BorneoTribun Amerika -- Pew Research Center atau Pusat Penelitian PEW, Kamis (29/4), menerbitkan analisis dari data Biro Sensus Amerika Serikat (AS) yang memperlihatkan populasi warga Amerika keturunan Asia, telah mencapai 24 juta.

Kelompok peneliti yang berkantor di Washington itu memproyeksikan penduduk keturunan Asia itu akan mencapai 46 juta pada 2060, dan ketika itu warga Amerika keturunan Asia akan menjadi kelompok imigran paling banyak di AS.

PEW mengatakan, semua penduduk Amerika keturunan Asia berasal dari 19 kelompok, dan warga Amerika keturunan Tionghoa mencapai 23 persen dari populasi Asia.

Dari segi distribusi geografis, PEW mengatakan 45 persen warga Amerika keturunan Asia tinggal di negara-negara bagian barat, sementara 24 persen di negara-negara bagian selatan.

PEW melaporkan, pada 2017 sekitar 14 persen dari 10,5 juta imigran ilegal di Amerika adalah imingran dari Asia. Secara keseluruhan, 57 persen dari warga Amerika keturunan Asia lahir di negara lain.

Antara 2000 dan 2019, menurut PEW, jumlah penduduk asal Bhutan, Nepal, dan Birma, tumbuh pada laju paling cepat, sementara warga Laos dan Jepang tumbuh pada laju terendah. [jm/ps]

Oleh: VOA

Jumat, 30 April 2021

Pemerintah AS Selidiki Peretasan Terhadap Kantor-Kantor Federal

Pemerintah AS Selidiki Peretasan Terhadap Kantor-Kantor Federal
Ilustrasi. (Gambar: iStock)

BorneoTribun Amerika -- Paling sedikit ketiga kalinya sejak awal tahun ini, pemerintah Amerika Serikat menyelidiki sebuah peretasan terhadap kantor-kantor federal yang dimulai semasa pemerintahan Trump, tetapi baru terbongkar baru-baru ini. Hal itu diungkapkan oleh pejabat senior Amerika dan perusahaan pencegah peretasan di sektor swasta.

Dalam sebuah serangan siber terbaru, yang memperlihatkan kecanggihan, peretas menyasarkan perangkat lunak yang rentan dan dikembangkan oleh pihak ke tiga sebagai batu loncatan ke jaringan komputer pemerintah dan bisnis yang peka.

Penyusupan ke dalam jaringan komputer pemerintah terbaru ini melibatkan VPN atau jaringan privat virtual yang populer dan dikenal sebagai Pulse Connect Secure, di mana peretas berhasil masuk kedalam jaringan komputer pelanggannya.

Menurut catatan kontrak publik, lebih dari selusin badan federal mengoperasikan Pulse Secure di jaringan mereka. Sebuah perintah keamanan siber darurat minggu lalu menuntut agar badan-badan federal itu memindai sistem mereka dan mengidentifikasi penyusupan serta melaporkan hal itu kepada yang berwajib.

Matt Hartman, pejabat senior di Badan Keamanan Infrastruktur Siber AS, mengatakan hasilnya, yang dikumpulkan Jumat (30/4) dan dianalisis minggu ini, memperlihatkan penyusupan di paling sedikit lima badan federal.

“Ini adalah gabungan dari pekerjaan mata-mata tradisional dan unsur dari pencurian ekonomi,” kata seorang konsultan keamanam siber. “Kami sudah mengkonfirmasi eksfiltrasi data lintas berbagai lingkungan jaringan komputer.”

Pembuat Pulse Secure, sebuah perusahaan perangkat lunak yang berkantor di Utah, Ivanti, mengatakan, pihaknya berharap bisa menyiapkan patch atau perangkat lunak koreksi pada Senin (26/4) ini, dua minggu setelah insiden ini diumumkan.

Kata Ivanti, “hanya sejumlah kecil sistem pelanggan” yang disusupi.” [jm/ps]

Oleh: VOA

Senin, 26 April 2021

Kamala Harris akan Imbau PBB untuk Bersiap Hadapi Pandemi Berikutnya

Kamala Harris akan Imbau PBB untuk Bersiap Hadapi Pandemi Berikutnya
Wakil Presiden Kamala Harris berbicara di Gedung Kantor Eksekutif Eisenhower di kompleks Gedung Putih di Washington, 14 April 2021. (Foto: AP)

BorneoTribun Amerika -- Wakil Presiden Kamala Harris, Senin (26/4), akan menyampaikan kepada anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa saat ini adalah waktu bagi para pemimpin dunia untuk mulai bekerja serius tentang bagaimana mereka akan menanggapi pandemi global berikutnya.

Kamala akan melakukan pidato virtual keduanya di hadapan badan PBB sejak pelantikannya pada saat Amerika Serikat berhasil membuat kemajuan dalam program vaksinasi dan sebagian besar dunia berjuang untuk mendapatkan vaksin.

“Pada saat yang sama dunia bekerja untuk melewati pandemi ini, kita juga tahu bahwa kita harus bersiap untuk menghadapi pandemi berikutnya,” kata Kamala, berdasarkan kutipan pidato yang diperoleh Associated Press. Pidato tersebut akan dipandu oleh perwakilan tetap PBB untuk Argentina, Jepang, Norwegia, dan Afrika Selatan.

Pemerintahan Biden akan menandai 100 hari pertamanya menjabat pada minggu ini. Presiden Joe Biden dijadwalkan berpidato di depan Kongres pada Rabu (28/4) dan pasti akan menyoroti kemajuan yang telah dibuat pemerintahannya dalam menanggapi krisis kesehatan masyarakat terburuk di AS dalam lebih dari satu abad.

Kamala, menurut kutipan pidatonya, akan secara luas menguraikan bagaimana pemerintah AS dan negara lain harus mempertimbangkan untuk memfokuskan perhatian mereka. Langkah-langkah tersebut termasuk meningkatkan aksesibilitas ke sistem kesehatan, investasi dalam sains, petugas kesehatan dan kesejahteraan perempuan, dan peningkatan kapasitas untuk peralatan pelindung diri, dan pembuatan vaksin serta pengujian.

Kamala mengatakan banyak yang telah dipelajari selama setahun terakhir tentang kesiapsiagaan dan respons pandemi, tetapi tidak bijaksana untuk bersikap santai.

“Kami telah diingatkan bahwa status quo tidak cukup baik, dan inovasi memang jalan ke depan,” kata Kamala.

Duta Besar Biden untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, juga dijadwalkan untuk menyampaikan sambutan pada acara virtual pada Senin (26/4) dan bermaksud menyerukan kepada negara-negara untuk "membangun arsitektur kesiapsiagaan pandemi untuk masa depan."

“Hal yang dapat diambil dari tahun lalu ini jelas: Dunia hampir tidak dapat bertahan dari pandemi ini,” kata Thomas-Greenfield dalam kutipan dari sambutannya yang telah dipersiapkan. “Kita harus siap untuk (pandemi) berikutnya,” katanya. [ah/ft]

Oleh: VOA

Sabtu, 24 April 2021

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebutkan Planet di Ambang Kehancuran

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebutkan Planet di Ambang Kehancuran
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyampaikan pidato di majelis rendah parlemen Bundestag di Berlin, Jerman, 18 Desember 2020. (Foto: REUTERS/Hannibal Hanschke)

BorneoTribun Amerika -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, Kamis (22/4), menyerukan upaya global untuk mengatasi perubahan iklim dalam acara virtual yang diselenggarakan AS.

Sekjen PBB memperingatkan para pemimpin dunia yang menghadiri KTT Iklim ini bahwa planet kita berada "di ambang kehancuran."

"Kita membutuhkan planet hijau, tetapi dunia dalam keadaan siaga. Kita berada di ambang kehancuran. Kita harus memastikan langkah selanjutnya berada di jalur yang benar. Para pemimpin di mana pun harus bertindak. Pertama, dengan membangun koalisi global untuk emisi bersih net-zero pada pertengahan abad - setiap negara, setiap wilayah, setiap kota, setiap perusahaan, dan setiap industri. Kedua, menjadikan dekade ini sebagai dekade transformasi," kata Guterres.

Ia mendesak negara-negara untuk menyerahkan kontribusi baru yang lebih ambisius dan ditentukan secara nasional untuk mitigasi, adaptasi dan keuangan, yang memaparkan tindakan dan kebijakan untuk 10 tahun ke depan yang selaras dengan jalur net-zero 2050.

Ia meminta para pemimpin untuk bertindak mengatasi perubahan iklim, dan menegaskan kembali posisinya untuk membangun koalisi global untuk emisi bersih net-zero pada pertengahan abad.

“Sejauh ini, hanya 18 hingga 24 persen dari pengeluaran pemulihan pandemi yang diperkirakan berkontribusi pada pengurangan emisi, polusi udara, atau memperkuat sumber daya alam. Triliunan dolar yang dibutuhkan untuk pemulihan COVID-19 adalah uang yang kita pinjam dari generasi mendatang. Kita tidak bisa menggunakan sumber daya ini untuk mengunci kebijakan yang membebani mereka dengan tumpukan hutang di planet yang rusak," kata Guterres.

“Mari kita sekarang memobilisasi kepemimpinan politik untuk bergerak maju bersama, mengatasi perubahan iklim, mengakhiri perang kita terhadap alam dan membangun kehidupan bermartabat dan kemakmuran bagi semua,” kata Guterres. [my/ka]

Oleh: VOA

Selasa, 20 April 2021

5 Orang Ditembak di Louisiana, Penembakan Ketiga dalam Sehari di AS

5 Orang Ditembak di Louisiana, Penembakan Ketiga dalam Sehari di AS
Kendaraan polisi terlihat di dekat tempat kejadian setelah penembakan di Shreveport, Louisiana, AS, 18 April 2021, melalui media sosial. (Foto: Love Shreveport-Bossier via Reuters)

BorneoTribun Amerika -- Lima orang dirawat di rumah sakit setelah mengalami luka-luka akibat ditembak di Shreveport, Louisiana. Reuters melaporkan, mengutip stasiun televisi yang berafiliasi dengan CBS, KSLA, penembakan yang terjadi pada Minggu (18/4) malam itu adalah penembakan ketiga yang dilaporkan terjadi di Amerika Serikat (AS) dalam 24 jam.

Dalam keterangannya, polisi mengatakan pihaknya sedang dalam tahap awal menyelidiki insiden tersebut, tanpa memastikan jumlah orang yang dirawat di rumah sakit ataupun kondisi mereka.

Seorang juru bicara polisi mengatakan kepada wartawan bahwa petugas kepolisian sedang menanggapi laporan kemacetan lalu lintas ketika terdendar suara tembakan.

"Kami menanggapi kemacetan lalu lintas malam ini dan selama kemacetan itu, banyak tembakan dilepaskan," kata juru bicara tersebut.

Menurut media lokal Love Shreveport-Bossier, satu korban ditembak di kepala, sedangkan yang lain menderita beberapa luka tembak,

Tragedi tersebut terjadi ketika AS masih diliputi ketegangan karena terjadinya lonjakan kasus penembakan dalam beberapa pekan terakhir. Seorang pria bersenjata menewaskan delapan pekerja dan dirinya sendiri di pusat FedEx Indianapolis pada Kamis (15/4) malam. Setidaknya terjadi tujuh penembakan massal yang mematikan yang dilaporkan terjadi di AS selama sebulan terakhir.

Menurut laporan KSLA, beberapa unit polisi dikirim ke tempat kejadian di Shreveport, barat laut Louisiana, pada Minggu (18/4) pukul 21.00 waktu setempat. Laporan itu menambahkan korban dibawa ke Ochsners LSU Health dan rumah sakit setempat lainnya.

Reuters tidak dapat segera menghubungi polisi setempat. Kantor Wali Kota Shreveport tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.

Sebelumnya pada Minggu (18/4), tiga orang tewas di sebuah kompleks apartemen di Austin, Texas dan pihak berwenang memburu mantan wakil sheriff yang dicari sehubungan dengan penembakan fatal itu. Dalam kejadian terpisah, tiga orang tewas dan dua lainnya cedera dalam penembakan di sebuah bar di Kenosha County, Wisconsin, pada Minggu (18/4) dini hari.

Serangkaian penembakan telah meningkatkan tekanan publik terhadap pemerintah untuk memperketat aturan kepemilikan senjata. Sebagian besar orang Amerika mendukung undang-undang senjata yang lebih ketat, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos, tetapi Washington tidak berbuat banyak untuk menanggapi masalah tersebut dalam beberapa tahun terakhir. [ah/au/ft]

Oleh: VOA

5 Terluka dalam Serangan Roket di Pangkalan Irak

5 Terluka dalam Serangan Roket di Pangkalan Irak
Seorang tentara irak berjaga dekat sebuah pesawat jet tempur F-16 di Pangkalan Udara Balad, Irak, 13 Februari 2018. Pada Minggu, 18 April 2021, lima roket menghantam pangkalan itu. (Foto: AP/arsip)

BorneoTribun.com -- 5 roket menarget sebuah pangkalan udara Irak yang ditempati sejumlah tentara Amerika Serikat (AS) pada Minggu (18/4). Serangan itu melukai dua kontraktor asing dan tiga tentara Irak. 

Serangan itu merupakan yang terbaru di tengah ketegangan antara sekutu-sekutu Irak, yaitu Iran dan AS.

Seorang sumber keamanan mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dua dari beberapa roket yang ditembakkan ke pangkalan Balad, sebelah utara Baghdad, mengenai asrama dan kantin milik perusahaan AS, Sallyport.

Sumber itu menambahkan bahwa dua kontraktor asing dan tiga tentara Irak terluka.

Belum ada pihak yang mengklaim tanggung jawab. Namun, AS selama ini menyalahkan faksi-faksi Irak yang terkait dengan Iran atas serangan semacam itu yang dilakukan terhadap para tentara dan diplomatnya.

Jet-jet tempur F-16 ditempatkan di pangkalan udara Balad. Beberapa perusahaan pemeliharaaan ada disana, mempekerjakan staf Irak dan asing.

Sejak Presiden Joe Biden menjabat pada Januari, terdapat sekitar 20 serangan bom atau roket terhadap kepentingan-kepentingan AS, termasuk pangkalan yang ditinggali para tentara AS.

Puluhan serangan lain terjadi sejak musim gugur 2019 di bawah pemerintahan Donald Trump.

Dua warga AS dan seorang warga sipil Irak telah tewas dalam serangan semacam itu sejak akhir 2019. [vm/lt]

Oleh: VOA

Senin, 19 April 2021

Polisi Buru seorang mantan Deputi Sheriff Penembakan di Texas

Polisi Buru seorang mantan Deputi Sheriff Penembakan di Texas
Polisi dan petugas gawat darurat di lokasi penembakan fatal di Austin, Texas, Minggu, 18 April 2021.

BorneoTribun Amerika -- Pihak berwenang Texas, Minggu (18/4), sedang mengejar seorang mantan deputi sheriff yang diburu dalam penembakan yang mengakibatkan tiga orang tewas di Austin, Texas pada pagi harinya. Seorang pejabat mengatakan belum diketahui apakah tersangka masih berada di kota itu.

Penjabat Kepala Polisi Austin Joseph Chacon mengatakan mereka yang tinggal dekat tempat kejadian tidak perlu lagi "berdiam diri di rumah" atau berlindung, tapi tetap "harus waspada."

Dia mengatakan para pejabat kini sedang mencari Stephen Broderick, 41, kini dinyatakan sebagai buron.

"Semua korban dikenal oleh tersangka," kata Chacon. "Pada saat ini, kami beranggapan tersangka tidak menembaki orang secara serampangan, tapi bukan berarti dia tidak berbahaya."

Sebelumnya, para warga di sekitarnya diminta untuk berlindung dan meminta tetangga untuk mengecek keadaan mereka. Chacon telah mengatakan sebelumnya bahwa para pejabat khawatir Broderick "mungkin menyandera seseorang dan berlindung di suatu tempat, menunggu kami untuk pergi."

Dia mengatakan bahwa Broderick adalah mantan deputi di kantor sheriff Travis County di Austin. Belum ada informasi tambahan yang diberikan mengenai Broderick, termasuk masa jabatannya sebagai deputi. [vm/pp]

Oleh: VOA

Mobil Swakemudi Tesla Kecelakaan, 2 Penumpang Tewas

Mobil Swakemudi Tesla Kecelakaan, 2 Penumpang Tewas
Mobil Swakemudi Tesla Kecelakaan, 2 Penumpang Tewas

BorneoTribun Amerika -- Media melaporkan, Minggu (18/4), dua pria tewas dalam sebuah kecelakaan di Texas, AS ketika menumpang sebuah mobil swakemudi Tesla. Polisi mengatakan hampir pasti tidak ada seorangpun yang mengemudikan mobil tersebut.

Kantor berita AFP, mengutip the Wall Street Journal, melaporkan kendaraan itu sedang melaju dengan kecepatan tinggi pada Sabtu (17/4) malam di sebelah utara Houston saat menabrak sebuah pohon dan terbakar.

"Penyelidikan awal kami mendapati -- tapi belum komplet -- bahwa tidak ada seorang pun di balik kemudi kendaraan itu," kataSheriff Harris County, Mark Herman, seperti dikutip oleh Wall Street Journal. "Kami hampir 99,9 persen yakin."

Polisi yang tiba di tempat kejadian menemukan salah satu korban duduk di kursi penumpang bagian depan dan satunya lagi di kursi belakang.

Herman mengatakan polisi belum memastikan apakah kantong udara di bagian pengemudi terkembang dan apakah sistem bantuan pengemudi menyala pada waktu kecelakaan.

AFP belum berhasil menghubungi polisi setempat untuk meminta komentar.

Di situsnya, Tesla memperingatkan bahwa sistem bantuan pengemudi yang ditawarkan tidak menjadikan kendaraan mereka swakemudi sepenuhnya dan bahwa pengawasan aktif pengemudi masih diperlukan.

Namun, banyak video yang memperlihatkan Tesla melaju sementara pengemudi tidur atau tanpa meletakkan tangan di setir untuk waktu yang lama. [vm/ft]

Oleh: VOA

Kamis, 15 April 2021

Pejabat AS Prihatin atas Penempatan Militer Rusia di Krimea

Pejabat AS Prihatin atas Penempatan Militer Rusia di Krimea
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) ketika menyaksikan latihan Angkatan Laut Rusia di Laut Hitam, Krimea, awal tahun lalu (foto: dok).

BorneoTribun Amerika -- Pengerahan besar-besaran pasukan militer Rusia ke Krimea memprihatinkan Amerika. Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika (CIA) menjawab pertanyaan komisi intelijen Senat mengenai pengerahan itu dan kemungkinan imbasnya.

Penempatan militer Rusia dalam jumlah besar di Krimea bisa memfasilitasi kemungkinan serangan militer terbatas, ujar Direktur CIA William Burns dalam sidang Komisi Intelijen Senat, Rabu (14/4).

"Menurut saya, jelas penempatan pasukan militer Rusia di Krimea dan di perbatasan Donbass sangat memprihatinkan. Itu, menurut saya, memberi sinyal Rusia hendak mencoba mengintimidasi kepemimpinan Ukraina, sinyal ke Amerika. Jumlah militer di sana telah mencapai titik di mana, itu juga bisa menjadi dasar akan serangan militer terbatas," kata Burns.

Direktur CIA William Burns

Direktur Badan Intelijen Pertahanan, Letnan Jenderal Scott Berrier menyuarakan keprihatinan serupa. Hadir dalam sidang yang sama, ia mengatakan bahwa Rusia dalam posisi siap "setiap saat" untuk melancarkan "serangan dengan sasaran terbatas."

Berrier mengatakan, "Bekerja sama dengan mitra kita di Staf Gabungan J2, Komando Eropa, NATO, dan lima mitra utama kita, Rusia telah memposisikan diri untuk memberi pilihan kepada diri mereka sendiri. Jadi, walaupun kita telah menyaksikan pengerahan besar pasukan militer di sana, mereka bisa jadi sebenarnya melakukan serangkaian latihan yang akan dimulai kapan saja. Atau, mereka bisa saja, jika mau, mungkin melakukan serangan dengan sasaran terbatas. Mereka mungkin akan mengambil pilihan itu. Sekarang ini kami tidak tahu apa rencana mereka. Saya setuju dengan Direktur Burns dan penilaiannya tentang situasi di sana. Kita bisa membahasnya lebih detail dalam sidang tertutup.”

Dalam beberapa pekan terakhir ini, negara-negara Barat telah menyatakan keprihatinan atas penempatan pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina timur dan di Krimea, yang dianeksasi Rusia dari Ukraina pada 2014.

“Jadi, tidak hanya Amerika Serikat tetapi juga sekutu kita harus menganggap pengerahann pasukan militer itu sangat serius. Dan, saya tahu Direktur Haynes dan saya serta yang lainnya telah terlibat, demikian pula sejumlah pengarahan dan percakapan dengan sekutu kita, sehingga kita berbagi informasi dan, menurut saya, mereka juga mempunyai keprihatinan yang sama dengan kita. Dan itulah antara lain tujuan presiden menelepon Presiden Putin kemarin, untuk menyampaikan dengan sangat jelas betapa serius keprihatinan kami," tambah William Burns.

Rusia mengatakan pihaknya mengerahkan pasukannya ke mana saja sesuai keinginannya, termasuk untuk tujuan pertahanan.[ka/jm]

Oleh: VOA

Tiga Mantan Pejabat AS Bertolak ke Taiwan, di Tengah Ketegangan dengan China

Tiga Mantan Pejabat AS Bertolak ke Taiwan, di Tengah Ketegangan dengan China
Dari kiri, mantan senator AS Chris Dodd, disambut oleh Brant Christensen direktur American Institute di Taiwan (tengah) dan Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu (kanan) setibanya di Taipei, Taiwan, Rabu, 14 April 2021. (Pool Photo via AP)

BorneoTribun Amerika -- Tiga veteran pembuat kebijakan AS dijadwalkan tiba di Taiwan hari Rabu (14/4), sementara ketegangan meningkat antara pulau berpemerintahan sendiri itu dan China.

Mantan senator Christopher Dodd dan mantan deputi menteri luar negeri, James Steinberg dan Richard Armitage termasuk bagian dari delegasi tidak resmi yang mengunjungi Taipei atas nama Presiden Joe Biden untuk menunjukkan dukungan bagi Taiwan dan demokrasinya, kata para pejabat senior.

Reuters menyatakan ketiga mantan pejabat AS itu akan bertemu Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada hari Kamis.

Kunjungan itu berlangsung sementara China meningkatkan kehadiran militernya di dekat Taiwan, termasuk banyak manuver angkatan laut dan udara. 

Kementerian pertahanan Taiwan Senin lalu menyatakan 25 pesawat tempur China memasuki zona pertahanan udara Taiwan di perbatasan selatannya, yang mencakup 15 jet tempur, empat bomber, dua pesawat perang antikapal selam dan satu pesawat pemberi peringatan dini.

Taiwan telah menanggapi sikap China yang kian agresif dengan memperkuat arsenal militernya sendiri, yang mencakup kapal transport amfibi baru berbobot 10 ribu ton yang diluncurkan Selasa di kota pelabuhan selatan Kaohsiung.

Beijing menganggap pulau itu sebagai bagian dari teritorinya meskipun Taiwan telah berpemerintahan sendiri sejak berakhirnya perang saudara China tahun 1949, sewaktu pasukan Nasionalis pimpinan Ching Kai-shek diusir keluar China daratan oleh pasukan Komunis pimpinan Mao Zedong. 

China telah bertekad akan membawa kembali pulau itu di bawah kendalinya dengan semua cara yang diperlukan, termasuk pengambilalihan oleh militer.

Washington secara resmi mengalihkan hubungan diplomatik resmi dari Taipei ke Beijing pada tahun 1979, tetapi pemerintahan mantan presiden Donald Trump telah membuat China berang karena semakin merangkul Taiwan, baik secara diplomatik maupun militer, setelah mulai menjabat pada tahun 2017 dan selama empat tahun masa jabatannya. [uh/ab]

Oleh: VOA

Rabu, 14 April 2021

Muslim Sambut Ramadan dengan Optimistis

Acara berbuka puasa di Masjid Islamic Society of Greater Chattanooga, TN sebelum terjadi pandemi COVID-19 (foto: courtesy).

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Muslim di Amerika, seperti umumnya di berbagai bagian dunia, menyambut Ramadan yang tiba pada 12 April. Walaupun masih didera pandemi, yang memaksa masjid menerapkan banyak pembatasan, Muslim optimistis dan siap memakmurkan masjid.

Umat Islam di banyak bagian dunia, termasuk di Amerika dan Indonesia, memasuki Ramadan 1442 Hijriah Senin sore (12/4). Walaupun masih pandemi, yang memaksa semua masjid ditutup pada Ramadan tahun lalu, Muslim bersyukur masjid-masjid kini sudah bisa beroperasi kembali dan siap menggelar salat tarawih.

Nur Siswo Rahardjo adalah Muslim Indonesia yang aktif dalam kegiatan Ramadan di Islamic Society of Greater Chattanooga (ISGC), Tennessee. Ia mengatakan, “Dengan tetap mengikuti petunjuk CDC (Pusat Pengendalian Penyakit), social distancing, dan lain-lain. Kita buka masjid. Jadi, operasi seperti biasa dengan limited capacity (kapasitas terbatas). Highly reduced capacity.”

Suasana salat di masjid komunitas Indonesia, IMAAM Center, Maryland (dok: VOA)

Sekitar 60 persen masjid dan organisasi Muslim di Amerika merujuk pada keputusan Fiqh Council of North America (FCNA) atau Dewan Fikih Amerika Utara, yang mendasarkan keputusan, menetapkan awal dan akhir Ramadan, pada metode hisab atau kalkulasi. Sebagian lainnya mengikuti keputusan Arab Saudi, yang membuat ketetapan berlandaskan hasil pengamatan posisi bulan.

ISGC mengikuti keputusan Arab Saudi dalam menentukan awal Ramadan. Sedangkan Komunitas Muslim Indonesia di kawasan Washington, DC, yang tergabung dalam IMAAM (Indonesian Muslim Association in America) adalah salah satu yang mengikuti keputusan FCNA.

Ramadan tahun ini datang sementara dunia masih bergulat dengan pandemi virus corona. Namun, dengan semakin banyak orang yang sudah divaksinasi dan mengerti cara meminimalisir penularan, masjid-masjid tahun ini percaya diri untuk membuka pintunya.

Masjid Imaam Center bahkan membuka tempat berwudu yang selama ini ditutup. Sedangkan ISGC tidak merasa perlu memeriksa suhu tubuh jemaah. Namun, keduanya sama-sama membatasi jumlah jemaah untuk tarawih maksimal 200, kurang dari 50 persen kapasitas normal.

Pemeriksaan suhu tubuh sebelum masuk masjid komunitas Indonesia, IMAAM Center, Maryland.

Selain mematuhi petunjuk CDC, Imaam Center dan ISGC meminta jemaah mematuhi prokol Kesehatan dan membawa sajadah sendiri demi mencegah bersentuhan langsung dengan karpet masjid. Imaam Center menyediakan kertas sebagai pengganti sajadah bagi yang tidak membawa. Sedangkan ISGC menutupi karpet dengan plastik, seperti disampaikan Nur, yang tahun ini kembali menjadi panitia kegiatan program Ramadan.

“Ditutup plastik yang tebal. Jadi, secara periodik ada volunteer, brother yang mengepelnya dengan disinfektan. Setiap hari itu. Mungkin sebelum Subuh. Jadi, mudah-mudahan tetap amanlah,” tambah Nur.

Tetapi, baik Imaam Center maupun ISGC tahun ini sama-sama belum siap mengadakan acara berbuka puasa bersama. Mereka hanya menyediakan kurma dan minum. Itupun tidak untuk dikonsumsi di dalam, melainkan di luar masjid.

“Iftar tidak ada. Potluck juga tidak ada. Buka puasa di masjid tidak ada. Masih kita agak strict di situ. Walaupun masjid dibuka, kita tidak mengadakan buka puasa bersama.”

Acara berbuka puasa di Masjid Islamic Society of Greater Chattanooga, TN sebelum terjadi pandemi COVID-19 (foto: courtesy).

Nur mengaku merasa kehilangan dengan tidak adanya buka puasa bersama karena di situ ada kemeriahan dan kebersamaan. Namun, ia mengajak Muslim tetap memakmurkan masjid dengan salat lima waktu, tarawih, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan, yang penting, katanya, bersyukur karena masjid kini dibuka kembali.

“We need to get the best out of it. Dari segala keterbatasan ini, kita nikmati sajalah. Kita syukuri,” pungkasnya. [ka/uh]

Oleh: VOA

Warga New York Semakin Banyak yang Beternak Lebah

Warga New York Semakin Banyak yang Beternak Lebah
Peternak lebah Andrew Cote membuang kawanan besar lebah yang dia pindahkan dari sebuah gedung di Times Square ke sarang baru di Bryant Park di New York, AS, 27 Juni 2017. (Foto: REUTERS/Lucas Jackson)

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Kota New York yang bising kelihatannya mungkin bukan tempat yang ramah lebah. Tetapi teras di atap gedung-gedung tinggi serta taman-taman mungil di kota tersebut kini banyak dipenuhi hewan-hewan penghasil madu itu yang terancam oleh pestisida di kawasan pedesaan.

Sekitar 2,4 juta ekor lebah madu Italia diangkut dalam sebuah mobil van, siap dibawa ke rumah mereka baru-baru ini. Van itu diparkir di dekat Apartemen the Dakota di kawasan Central Park, di mana istri mendiang John Lennon, Yoko Ono, tinggal sejak 1973.

“Ini adalah tahun pertama kami melakukannya di luar The Dakota,” kata Andrew Coté, ketua Asosiasi Peternak Lebah Kota New York. “Kami dengar Yoko menyukai madu,” lanjutnya.

"Ini hobi yang menyenangkan. Ini cara yang baik untuk terhubung dengan alam di kota seperti ini. Ini menyenangkan, menyenangkan bekerja dengan lebah, kita dapat terhubung ke alam. Mengurusi lebah ini terapeutik, hampir seperti bermeditasi," kata Cote lebih jauh mengenai beternak lebah.

Coté, yang mendirikan Andrew's Honey, mengemudi dari Georgia untuk mengirimkan lebah-lebah itu. Van tersebut membawa 200 paket kayu dan kasa, masing-masing berisi sekitar 12 ribu ekor lebah. Sejumlah peternak lebah antre untuk mengambil paket seberat 3 pound (sekitar 1,3 kilogram) yang harganya $159 atau $205, tergantung pada kapan mereka memesannya. Menurut Coté, lebah dijual berdasarkan berat, seperti halnya keju.

Sebagian pembeli memasukkan paket-paket itu ke dalam tas, sementara Ray Sage mengikatkan dua peti lebah ke sepedanya, untuk dibawa ke sarang lebah miliknya di kawasan Lower East Side.

“Saya harus mengayuh sepeda dengan benar-benar lambat dan hati-hati,” ujar Sage.

Jumlah peternak di perkotaan telah tumbuh pesat. Banyak sarang lebah kini ditemukan di teras-teras di atap gedung pencakar langit gedung-gedung perkantoran, kata Coté. New York melegalisasi peternakan lebah pada tahun 2010 dan memiliki ratusan sarang lebah terdaftar, menurut Departemen Kesehatan.

Peternak lebah Andrew Cote membuang kawanan besar lebah yang dia pindahkan dari sebuah gedung di Times Square ke sarang baru di Bryant Park di New York, AS, 27 Juni 2017. (Foto: REUTERS/Lucas Jackson)

Populasi lebah mengalami penurunan tajam di berbagai penjuru dunia, antara lain karena penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimia yang berlebihan di pedesaan, serta kurang bervariasinya jenis tanaman.

New York tidak memiliki masalah ini, membuatnya menjadi habitat yang sehat bagi lebah, kata Alan Markowitz, warga Bronx yang beternak di Taman Komunitas La Finca del Sur, yang dikelola kaum perempuan kulit berwarna.

“Sepertiga dari apa yang Anda makan memerlukan jasa pollinator atau hewan penyerbuk. Jadi penting sekali untuk mempertahankan keberadaan pollinator di lingkungan. Dan di kota, percaya atau tidak, lebah hidup dengan baik karena secara umum lebih sedikit pestisida," kata Markowitz.

"Jadi akan lebih baik jika kita tinggal di daerah atau di pertanian, tempat di mana saya berasal, saya pernah menjadi petani, kita harus berjuang melawan pestisida dan monokultur. Memiliki banyak variasi jenis tanaman merupakan hal yang sangat baik bagi lebah. Itulah yang mereka sukai, mereka suka makanan yang beragam," tambahnya.

Coté memiliki lebih dari 60 sarang lebah di atap gedung dan taman-taman komunitas di New York. Ia biasanya memanen madu pada bulan Juli dan September. Menurut Coté, ia menjelaskan betapa berbedanya madu yang dihasilkan lebah-lebahnya.

“Di Kota New York, lebah-lebah itu akan mengumpulkan nektar dari berbagai sumber yang berbeda-beda, dan benar-benar banyak sekali kesempatan untuk itu bagi mereka.”

Di Manhattan, misalnya, sedikit saja pepohonan di sana yang merupakan tumbuhan asli lokal, sehingga ada begitu banyak sumber nektar dari bunga-bunga yang bermekaran bagi lebah-lebah itu di sana. Karena itu pula, lebah tersebut menghasilkan madu yang tidak dapat ditemukan di tempat lainnya di dunia, jelas Coté. [uh/ab]

Oleh: VOA

Amerika Serukan Penghentian Sementara Penggunaan Vaksin Johnson & Johnson

Amerika Serukan Penghentian Sementara Penggunaan Vaksin Johnson & Johnson
Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson terlihat di Rumah Sakit Universitas South Shore milik Northwell Health di Bay Shore, New York, AS, 3 Maret 2021. (Foto: REUTERS/Shannon Stapleto)

BorneoTribun.com -- Badan-badan kesehatan federal Amerika Serikat (AS) pada Selasa (13/4) menyerukan penghentian segera penggunaan vaksin virus corona dosis tunggal Johnson & Johnson, setelah enam penerimanya di AS mengalami gangguan kesehatan langka yang melibatkan penggumpalan darah dalam waktu sekitar dua minggu setelah divaksinasi.

Keenam penerimanya adalah perempuan berusia antara 18 dan 48 tahun. Seorang di antaranya meninggal dan perempuan kedua di Nebraska telah dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.

Hampir tujuh juta orang di Amerika Serikat telah menerima suntikan Johnson & Johnson sejauh ini, dan sekitar sembilan juta lebih dosis telah dikirim ke negara-negara bagian, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

“Kami merekomendasikan jeda dalam penggunaan vaksin ini karena perlu berhati-hati," kata Dr. Peter Marks, Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA), dan Dr. Anne Schuchat, Wakil Direktur Utama CDC, dalam pernyataan bersama. "Saat ini, kejadian buruk ini tampaknya sangat jarang terjadi."

Seorang pekerja medis menyiapkan jarum suntik dengan dosis vaksin COVID-19 Johnson & Johnson selama kunjungan Wakil Presiden AS Kamala Harris ke pusat vaksinasi di Chinatown, di Chicago, Illinois, AS, 6 April 2021. (Foto: REUTERS/Carlos Barria)

Sementara langkah itu ditujukan sebagai rekomendasi untuk praktisi kesehatan di negara-negara bagian, pemerintah federal diharapkan untuk menghentikan sementara pemberian vaksin itu di semua pusat vaksinasi yang dikelola pemerintah federal.

Pejabat federal berharap pejabat kesehatan negara bagian akan menganggap itu sebagai sinyal kuat untuk melakukan hal yang sama. Dalam waktu dua jam setelah pengumuman, Gov. Mike DeWine dari Ohio, seorang Republikan, menyarankan semua penyedia kesehatan di negara bagiannya untuk sementara berhenti memberikan suntikan Johnson & Johnson. Negara Bagian New York dan Connecticut dengan segera mengikutinya. [ab/uh]

Oleh: VOA

Selasa, 13 April 2021

Biden: Tak Ada Pembenaran bagi Penjarahan dan Kekerasan di Minnesota

Biden: Tak Ada Pembenaran bagi Penjarahan dan Kekerasan di Minnesota
Presiden AS Joe Biden

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Presiden Joe Biden hari Senin (12/4) mengatakan tidak ada “pembenaran” untuk penjarahan dan kekerasan yang meletus di Brooklyn Center, di pinggiran kota Minneapolis menyusul penembakan oleh polisi hari Minggu (11/4).

“Saya menyerukan kedamaian dan ketenangan,” kata Biden kepada para wartawan di Gedung Putih. “Dan kita harus mendengarkan ibu Daunte, yang menyerukan kedamaian dan ketenangan,” tambahnya.

Gubernur Minnesota Tim Waltz telah menetapkan jam malam dari pukul 19:00 Senin malam waktu setempat hingga pukul 6:00 Selasa pagi di seluruh wilayah kota Minneapolis dan St. Paul.

Daunte Wright, seorang pria kulit hitam berusia 20 tahun, tewas ketika kendaraannya dihentikan oleh polisi Minggu sore.

Dalam sebuah pernyataan, Kepolisian Brooklyn Center mengatakan polisi telah menghentikan mobil yang dikendarai Wright sekitar pukul 2 siang, hari Minggu. Setelah memastikan bahwa pengemudi tersebut berstatus dalam pencarian untuk ditangkap karena memiliki senjata api secara ilegal, polisi mencoba menangkapnya. Pengemudi itu masuk kembali ke dalam mobil dan melarikan diri. Seorang petugas melepaskan tembakan ke arah kendaraan tersebut, dan mengenai pengemudi, kata polisi. Mobil tersebut terus dikemudikan beberapa blok sebelum menabrak kendaraan lain.

Pada hari Senin, polisi mengatakan polisi telah menembak Wright secara tidak sengaja ketika dia bermaksud menggunakan taser, yaitu senjata kejut listrik yang tidak mematikan untuk melumpuhkan target.

Dalam konferensi pers Senin pagi, Kepala Polisi Brooklyn Center Tim Gannon menyebut penembakan itu sebagai “penembakan yang tidak disengaja” dan mengatakan Biro Penahanan Kriminal negara bagian sedang menyelidiki insiden itu. [lt/em]

Oleh: VOA

Sampaikan Pesan ucapan Selamat menjalankan ibadah bulan suci Ramadan, Presiden Amerika Joe Biden Kutip Surat An Nur

Sampaikan Pesan ucapan Selamat menjalankan ibadah bulan suci Ramadan, Presiden Amerika Joe Biden Kutip Surat An Nur
Presiden AS Joe Biden dan Ibu Negara Jill Biden

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Presiden Amerika Joe Biden dan Ibu Negara Jill Biden Senin sore (12/4) menyampaikan ucapan selamat menjalankan ibadah bulan suci Ramadan kepada seluruh komunitas Muslim di Amerika dan di seluruh dunia.

Biden merujuk kondisi pandemi yang membuat begitu banyak keluarga menjalankan ibadah puasa “tanpa orang-orang yang mereka cintai.”

"Namun, komunitas Muslim kita memulai bulan turunnya wahyu dengan harapan baru. Banyak yang meningkatkan kesadaran mereka dengan kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka, memastikan kembali komitmen untuk melayani orang lain yang didorong oleh keimanan mereka, dan menunjukkan rasa syukur atas berkat yang mereka nikmati – kesehatan, kesejahteraan dan kehidupan itu sendiri,” demikian petikan pernyataan Biden.

Lebih jauh Biden menyampaikan betapa warga Muslim-Amerika telah memperkaya Amerika sejak pertama kali negara ini didirikan. Ia juga menyebut upaya warga Muslim untuk ikut memberantas Covid-19, memainkan peran penting dalam pengembangan vaksin dan sebagai petugas layanan kesehatan di garis depan, maupun sebagai pelayan publik di berbagai bidang lain; “memainkan peran utama dalam perjuangan berkelanjutan demi kesetaraan ras dan keadilan sosial.”

“Tetapi tetap saja warga Muslim-Amerika terus menjadi sasaran perundungan (target bullying), kefanatikan dan kejahatan bermotif kebencian. Prasangka dan serangan-serangan ini salah. Hal ini tidak dapat diterima. Ini harus dihentikan. Tidak boleh ada satu orang pun di Amerika yang hidup dalam ketakutan untuk mengungkapkan keyakinannya. Pemerintahan saja bekerja tanpa kenal lelah untuk melindungi hak dan keamanan seluruh warga,” tegas Biden.

Biden menggarisbawahi bagaimana pada hari pertama menjabat ia mengakhiri “travel ban” atau larangan perjalanan bagi warga Muslim yang “memalukan.”

Biden berjanji akan terus membela hak asasi di mana pun, termasuk hak warga Uighur di China, warga Rohingya di Birma dan komunitas Muslim di seluruh dunia.

“Ketika kita mengenang orang-orang yang telah meninggalkan kita sejak Ramadan lalu, kita berharap akan datang hari-hari yang lebih cerah di masa depan,” ujar Biden.

Presiden Joe Biden juga mengutip satu ayat dalam Surat An Nur ayat 35 bahwa “Allah adalah pemberi cahaya di langit dan bumi", yang membimbing kita keluar dari kegelapan.

Perayaan-perayaan di Gedung Putih saat ini masih dilangsungkan secara virtual, tetapi di bagian akhir pernyataannya ia mengatakan, “Insya Allah saya dan Jill berharap dapat melangsungkan perayaan Idul Fitri secara langsung di Gedung Putih tahun depan.” [em/lt]

Oleh: VOA

Senin, 12 April 2021

Badai Mematikan Melanda Pantai Selatan Amerika Serikat

Seorang perempuan berjalan di tengah hujan lebat dan angin kencang yang dipicu badai Eta di Miami, Florida, 9 November 2020. (Foto:AFP)

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Pihak berwenang mengatakan badai yang mengoyak Amerika Serikat (AS) bagian selatan telah menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai beberapa orang lainnya. Angin kencang menumbangkan pepohonan, menghancurkan sejumlah rumah dan menjungkirbalikkan kendaraan.

Jutaan orang tinggal di jalur yang dilalui badai di pantai Teluk, termasuk Florida, Mississippi, Alabama dan Louisiana, di mana dilaporkan menelan korban jiwa.

Kantor berita AFP, mengutip otoritas setempat, melaporkan seorang pria tewas dan sedikitnya tujuah orang terluka ketika angin kencang melanda wilayah Saint Landry Parish, menjungkirbalikkan beberapa kendaraan di sebuah jalan.

Kantor sheriff melaporkan sebuah pohon tumbang ketika angin kencang yang melintasi Caddo Parish, menghancurkan sebuah mobile home pada Jumat (9/4), menewaskan seorang laki-laki berusia 48 tahun.

Hujan es sebesar bola baseball di pantai Alabama dilaporkan ke Dinas Cuaca Nasional.

Hujan lebat disertai banjir juga diperkirakan akan terjadi, menurut para peramal cuaca. Ancaman itu akan mereda pada Sabtu (10/4) malam. [vm/ft]

Minggu, 11 April 2021

AS Keluarkan Pedoman Baru untuk Interaksi dengan Taiwan

AS Keluarkan Pedoman Baru untuk Interaksi dengan Taiwan
Bendera Taiwan dan AS di tempat pertemuan antara legislator AS dan Taiwan di Taipei, Taiwan 27 Maret 2018. (Foto: Reuters)

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Departemen Luar Negeri Amerika merilis pedoman baru untuk interaksi pemerintah dengan Taiwan guna mendorong kontak yang lebih dekat dan memperdalam hubungan tidak resmi antara kedua negara demokrasi, di tengah meningkatnya agresi China di wilayah tersebut.

Pernyataan itu hanya berbicara secara umum tentang pedoman itu, yang diedarkan di antara departemen-departemen pemerintah tetapi tidak dirilis ke publik. Taiwan menyambut baik pengumuman itu.

“Kami menyambut baik dorongan tersebut. Menunggu kesempatan untuk menggunakan peluang baru untuk bekerja sama guna memperdalam hubungan," tulis utusan Taiwan untuk Amerika di Twitter.

Kerja sama Amerika dan Taiwan semakin berkembang dalam bidang kesehatan global, ekonomi, dan keamanan regional. Bulan lalu, Amerika dan Taiwan menandatangani kesepakatan kerja sama penjaga pantai.

Departemen Luar Negeri menilai pedoman itu konsisten dengan kebijakan "satu China." Dikatakan bahwa meliberalisasi kontak dengan Taiwan konsisten dengan Taiwan Relations Act dan pernyataan kebijakan lain yang dikenal sebagai tiga Komunike Bersama Amerika-China dan Enam Jaminan. Amerika telah lama menyatakan bahwa kebijakan "Satu China" yang dijunjungnya "berbeda" dari prinsip "Satu China." Amerika tidak pernah mendukung klaim kedaulatan Partai Komunis China atas Taiwan.

Pedoman baru dikeluarkan sewaktu Kongres Amerika memperkenalkan undang-undang guna mengekang pengaruh global China yang semakin meluas. Usul bipartisan "Undang-Undang Persaingan Strategis 2021" menyatakan bahwa tidak boleh ada pembatasan terhadap interaksi pejabat Amerika dengan mitra mereka dari Taiwan. [ka/ah]

Oleh: VOA

Kelompok Advokasi Muslim Gugat Facebook Terkait Penghapusan Ujaran Kebencian

Kelompok Advokasi Muslim Gugat Facebook Terkait Penghapusan Ujaran Kebencian
Halaman Facebook. (Gambar iStock).

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Kelompok hak-hak sipil, Muslim Advocates, yang berbasis di AS menggugat Facebook Inc dan jajaran eksekutifnya pada Kamis (8/4) dengan tuduhan mereka menyesatkan Kongres AS dan lainnya dengan secara keliru mengklaim perusahaan tersebut menghapus konten yang melanggar kebijakannya.

Seperti dilansir oleh Reuters, gugatan tersebut mengklaim bahwa Facebook secara berkala tidak dapat menghapus konten yang melanggar aturannya, termasuk organisasi anti-Muslim dan halaman yang ditandai oleh organisasi hak asasi dan para pakar. Gugatan itu menyatakan bahwa konten-konten itu termasuk laman-laman dan kelompok-kelompok dengan nama-nama yang membandingkan Muslim dengan "kotor" dan berisi seruan untuk "bersatu melawan", "membersihkan" atau "berantas" Islam.

Platform media sosial sudah sejak lama menjadi sorotan mengenai cara mereka menangani ujaran kebencian, konten kekerasan, dan aktivitas ilegal lainnya di platform tersebut.

Pada Juli 2020, Facebook merilis hasil audit hak-hak sipil yang ditugaskan oleh perusahaan. Hasil audit itu menyatakan Facebook harus menginvestasikan lebih banyak sumber daya untuk mempelajari dan menangani kebencian terorganisasi terhadap Muslim dan kelompok sasaran lainnya di platform tersebut.

“Kami tidak mengizinkan ujaran kebencian di Facebook dan secara berkala bekerja dengan para ahli, organisasi nirlaba, dan pemangku kepentingan untuk membantu memastikan Facebook adalah tempat yang aman bagi semua orang, mengakui bahwa retorika anti-Muslim bisa dalam bentuk-bentuk yang berbeda,” kata juru bicara Facebook dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Reuters. “Kami telah berinvestasi dalam teknologi kecerdasan buatan untuk menghapus perkataan yang mendorong kebencian, dan kami secara proaktif mendeteksi 97 persen dari apa yang kami hapus.”

Gugatan, yang diajukan ke Pengadilan Tinggi Distrik Columbia di Washington, menuduh bahwa Facebook, Chief Executive Mark Zuckerberg, Chief Operating Officer Sheryl Sandberg, dan eksekutif lainnya melanggar undang-undang perlindungan konsumen distrik itu melalui pernyataan mereka tentang penghapusan konten yang melanggar aturan.

Zuckerberg telah menghadiri pertemuan kongres tujuh kali sejak 2018. Dia mengatakan kepada anggota parlemen bahwa perusahaan akan menghapus konten yang melanggar kebijakan Facebook, termasuk unggahan yang menyerukan kekerasan atau dapat menyebabkan risiko cedera fisik.

Namun, perusahaan tersebut dikritik oleh organisasi hak sipil, yang mengatakan tidak menegakkan aturan ini secara tidak konsisten.

Gugatan tersebut meminta hakim untuk menyatakan bahwa pernyataan eksekutif Facebook melanggar “Undang-Undang Prosedur Perlindungan Konsumen Washington DC” dan menuntut kompensasi bagi Muslim Advocates.

Muslim Advocates adalah organisasi nirlaba yang berbasis di Washington. [na/ft]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno