Sabtu, 18 Februari 2023
Rabu, 28 Desember 2022
Gubernur dan Ribuan Santri di Kalsel Tanam Cabai hingga Pepaya di kawasan Alam Roh
Jumat, 16 Desember 2022
Tiga Tanggul Bauksit CMI Jebol Lagi, Luapan Lumpur Aliri Anak Sungai
Selasa, 18 Oktober 2022
Dinas Lingkungan Hidup Pontianak siapkan layanan jemput sampah
Senin, 17 Oktober 2022
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus)
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus). (Gambar Pixabay) |
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus). (Gambar Pixabay) |
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus). (Gambar Pixabay) |
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus). (Gambar Pixabay) |
Selasa, 04 Oktober 2022
Kalimantan Barat Memiliki Kawasan Hutan Seluas 8.389.600
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) dr. Harisson, M. Kes. (BorneoPontianak/Adpim Pemprov Kalbar) |
Jumat, 08 April 2022
Dituding Dengan Informasi Lawas, PT CMI Berikan Jawaban
Kondisi air sungai Kediuk Sandai yang tercemar diduga akibat aliran limbah PT CMI. |
BorneoTribun Ketapang, Kalbar - Dua informasi terkait praktek pertambangan yang diduga dilanggar oleh PT CMI Tbk site Sandai Ketapang, Kalbar, disanggah oleh Vera Silviana, corporate comunication perusahaan bauksit itu.
Informasi yang disanggah itu adalah pertama soal dugaan kebocoran limbah pada bak penampungan atau washing plant (WP) 3-4. Dan, kedua soal perizinan pengelolaan air permukaan atau Ipap.
Kabar itu berasal dari ucapan Kades Sandai Kiri Herman Susandi dan Sekretaris kecamatan (Sekcam) Sandai A.Ase, S. Pd sebagaimana diberitakan rri.co.id dan Sindonews.com pada 4 April 2022.
"Saya konfirmasi kembali kejadian tersebut (kebocoran limbah) tahun lalu. Tidak perlu menjelaskan kejadian yang sudah lama terjadi," kata Vera, Kamis (7/4/22).
Ia menegaskan, dalam menjalankan proses pekerjaan pertambangan, Harita Bauksit (CMI) taat akan aturan, mulai dari semua perizinan hingga praktek pertambangannya.
"Kami selaku perusahaan Harita Bauksit taat akan aturan, mulai dari semua perizinan dan praktek pertambanganya," tegasnya.
Vera mengatakan, pihaknya akan bersikap kooperatif dengan siapapun terkait pemberian informasi ataupun kunjungan kerja dan rencana inspeksi mendadak (sidak) dari para anggota DPRD Ketapang.
Vera menegaskan agar pihak luar perusahaan bersikap fair dan berimbang dalam memberikan informasi ataupun penilaian terhadap CMI.
"Perusahaan akan memberikan konfirmasi yang sebenar-benarnya. Media (harusnya-red) bersikap baik dan fair pada kami," kata dia.
Sebelumnya, diberitakan washing plant PT CMI jebol dan mencemari sungai Kediuk di Sandai. Peristiwa itu terjadi diperkirakan pada pertengahan bulan Maret 2022.
PT CMI juga dituding tidak memiliki ijin pemanfaatan air permukaan lantaran tidak pernah mendapatkan surat rekomendasi dari Kepala desa Sandai kiri dan Pemerintah Kecamatan Sandai.
"Penampung limbah itu sudah beberapa kali jebol, terakhir pertengahan bulan Maret, WP 4 dan 3 kembali jebol dan dampaknya merusak kualitas air dan membunuh biotanya, merusak lahan pertanian dan perkebunan milik warga" kata Herman, sebagaimana dikutip dari Sindonews.com tanggal 4 April 2022.
"Selama saya menjabat di kecamatan Sandai, belum pernah pihak perusahaan PT CMI mengajukan izin pemanfaatan air permukaan sungai," kata Sekcam Sandai A, Ase kepada rri.co.id, Jum'at (01/04/22). (dins).
Senin, 03 Januari 2022
Menunjang Perbaikan Ekosistem Alam di wilayah Sintang, TNI Bangun Rumah Pembibitan
Menunjang Perbaikan Ekosistem Alam di wilayah Sintang, TNI Bangun Rumah Pembibitan. |
Senin, 08 November 2021
Bu Risma: Banjir Kalbar disebabkan Global Warming
Menteri Sosial Republik Indonesia Dr. (H.C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T., saat kunjungi Kalbar. |
Apa itu Global Warming?
Penyebab Pemanasan Global
Dampak Pemanasan Global
- Perubahan cuaca yang ekstrem.
- Es di kutub selatan dan utara mencair.
- Air di kebanyakan sungai menjadi menghangat.
- Naiknya level ketinggian air laut.
Mencegah Pemanasan Global
- Mengurangi sampah terutama sampah plastik dan bahan yang tidak bisa terurai lainnya.
- Membeli dan menggunakan produk ramah lingkungan.
- Melakukan donasi untuk perbaikan dan pelestarian lingkungan.
- Membuang sampah pada tempatnya dan mendaur ulang sampah jika memungkinkan.
- Ikut kegiatan volunteering yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan.
- Mengurangi makanan mengandung daging dan beralih ke sayuran.
- Menggunakan alat transportasi publik untuk mengurangi polusi.
Kamis, 28 Oktober 2021
Kolaborasi OKP Pesisir Dan Komunitas Motor Dengan Tema Aksi Pemuda Jaga Iklim
Kolaborasi OKP Pesisir Dan Komunitas Motor Dengan Tema Aksi Pemuda Jaga Iklim. |
Kolaborasi OKP Pesisir Dan Komunitas Motor Dengan Tema Aksi Pemuda Jaga Iklim. |
Rabu, 14 Juli 2021
Ancaman Masa Depan Lebah Resahkan Masyarakat dan Pertanian Indonesia
Tiris madu Sumbawa untuk panen lestari lebah hutan (foto: courtesy). |
Petani madu dorsata harus memanjat pohon tinggi di Sumbawa (foto: courtesy). |
Danau Sentarum di Kalimantan mengalami kekeringan ketika kemarau panjang (foto courtesy: Hermanto). |
Petani madu hutan gunakan perahu di sekitar Danau Sentarum (foto: courtesy). |
Panen madu hutan pada dahan tikung di sekitar Danau Sentarum (foto: courtesy). |
Petani madu dorsata harus memanjat pohon tinggi di Sumbawa (foto: courtesy). |
Senin, 21 Juni 2021
1.000 Pohon Untuk Hijaukan Kota di Irak
Ilustrasi Gambar iStock. |
Jumat, 18 Juni 2021
Zidam XII/Tpr Gelar Kerja Bakti Bersihkan parit dan jalan Komplek Kosgoro Serdam
Zidam XII/Tpr Gelar Kerja Bakti Bersihkan parit dan jalan Komplek Kosgoro Serdam. |
Mengkhawatirkan, Keberadaan Lebah Hutan Indonesia
Sarang lebah madu "apis dorsata" atau dikenal sebagai lebah madu raksasa yang hidup di hutan-hutan Asia, termasuk Indonesia. |
Sarang lebah dorsata di pohon sialang di hutan Jambi (foto: courtesy). |
Pohon Sialang di Riau tempat lebah dorsata dengan 30-60 sarang (foto: courtesy). |
Candra Lela membawa anaknya masuk hutan Jambi sejak bayi berumur 22 hari, mengumpulkan madu lebah dorsata (foto: courtesy). |
ebakaran hutan di Sumatra bulan Juli tahun 2015 (foto: dok). |
Budi bersama rekan panen madu sialang di Pulau Rupat, dekat perbatasan Singapura (foto: courtesy). |
Jumat, 11 Juni 2021
Jumat Bersih, DISHUB Kabupaten Melawi Gotong Royong Bersihkan Lingkungan Kantor
DISHUB Kabupaten Melawi Gotong Royong Bersihkan Lingkungan Kantor. |
Minggu, 06 Juni 2021
Peduli Mutu Pendidikan, Subdenpom XII/2-3 Muara Teweh bersihkan Lingkungan Sekolah
Peduli Mutu Pendidikan, Subdenpom XII/2-3 Muara Teweh bersihkan Lingkungan Sekolah. |
Rabu, 02 Juni 2021
Bentuk Kepedulian Terhadap Kebersihan Lingkungan, Babinsa Koramil 1205-16/Belimbing Bangun Bak Sampah
Bentuk Kepedulian Terhadap Kebersihan Lingkungan, Babinsa Koramil 1205-16/Belimbing Bangun Bak Sampah. |
Senin, 31 Mei 2021
Walhi Kalbar Temukan 12 Konsesi Pada 8 HKG di Ketapang Tidak Melakukan Pemulihan Kerusakan Gambut
Walhi Kalbar Temukan 12 Konsesi Pada 8 HKG di Ketapang Tidak Melakukan Pemulihan Kerusakan Gambut. |
Sabtu, 07 November 2020
Seekor Anak Orang Utan yang Ditemukan Warga di Bengalon
Seekor anak orang utan yang ditemukan warga di Bengalon. (Foto: Penrem 091/ASN) |
Kodim Sangatta Serahkan Anak Orang Utan ke BKSDA Kaltim, Ditemukan di Bengalon
Kodim Sangatta Serahkan Anak Orang Utan ke BKSDA Kaltim. (Foto: Penrem 091/ASN) |
Kodim Sangatta Serahkan Anak Orang Utan ke BKSDA Kaltim. (Foto: Penrem 091/ASN) |
“Saya kerap melihat ada orang utan di kawasan Bengalon dengan ukuran besar, lokasinya sekitar Km 85 di ruas Jalan Bengalon – Wahau,” terang Dandim.
Kamis, 29 Oktober 2020
Organisasi Lingkungan Khawatir Pembangunan Pulau Rinca Ganggu Habitat Komodo
Sebuah perahu wisata berlayar di lepas pantai pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, tujuan wisata populer di Indonesia timur, 24 Mei 2016. (Foto: Antara/Wahyu Putro A via REUTERS) |
BorneoTribun | Palu, Sulteng - Dua organisasi lingkungan mengkhawatirkan dampak lingkungan pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata Pulau Rinca, salah satu bagian dari kawasan Taman Nasional Komodo.
Aloysius Suhartim Karya, Ketua Forum Masyarakat Peduli dan Penyelamat Pariwisata (Formapp) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur mengingatkan pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata di Pulau Rinca, bisa mengganggu kelestarian habitat komodo (Varanus komodoensis).
Berbicara kepada VOA, Aloysius mengatakan kegiatan pembangunan di Loh Buaya, Pulau Rinca, dipastikan akan menghilangkan pepohonan yang menjadi tempat berlindung anak-anak komodo dari komodo dewasa. Pembangunan itu juga akan akan memusnahkan pohon Bidara, Kesambi dan pohon Asam yang buah-buahan yang dihasilkannya menjadi sumber makanan monyet ekor panjang. Monyet tersebut merupakan salah satu satwa buruan komodo.
“Komodo yang baru menetas usia nol sampai tiga tahun, mereka memiliki insting untuk menyelamatkan dirinya dari predasi komodo dewasa, Dia langsung naik di atas pohon, dia akan tinggal diatas pohon selama dua hingga tiga tahun lalu dia akan memakan serangga yang ada di luar sana tokek dan cicak, ” kata Aloysius.
Dia menambahkan, lokasi pembangunan di zona pemanfaatan dalam kawasan Taman Nasional Komodo tersebut, adalah tempat berbagai satwa seperti kerbau liar, kuda liar dan babi hutan, mencari makanan. Padahal, hewan-hewan liar itu merupakan makanan komodo. Menurutnya, kehadiran manusia dan kebisingan yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan tersebut akan membuat binatang-binatang itu tidak nyaman, sehingga berpindah ke tempat lain.
Dua organisasi lingkungan mengkhawatirkan dampak lingkungan pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata Pulau Rinca. (Foto: ilustrasi). |
“Dengan adanya pembangunan ini nanti akan memindahkan binatang-binatang ini karena mereka tentu akan terganggu dan biasanya yang namanya binatang ketika mereka tidak nyaman mereka akan bermigrasi dan mereka harus menyesuaikan diri dengan alam yang baru, dan kita tidak bisa pastikan apakah makanan di sana sesuai atau tidak,” ungkap Aloysius.
Dia juga mengingatkan kebisingan yang ditimbulkan kegiatan pembangunan tersebut dapat menyebabkan stres pada komodo yang dikenal sebagai binatang penyendiri.
Aloysius Suhartim mengimbau masyarakat internasional untuk ikut berusaha menghentikan pembangunan sarana prasarana pendukung pariwisata di Pulau Rinca.
“Saya mau mengimbau kepada seluruh masyarakat di seluruh dunia bahwa mari kita berempati terhadap situasi terkini yang dialami oleh Komodo. Bahwa rumahnya sudah diobrak-abrik oleh pemerintah Indonesia. Komodo membutuhkan pertolongan. Komodo membutuhkan suara lantang dari semua orang, dari semua pihak. Kita bantu dia untuk suarakan kepada pemerintah Indonesia untuk hentikan segera pembangunan eksploitasi itu yang jelas-jelas merusak dari rumah komodo ini, karena kita percaya kalau itu diteruskan akan terjadi pemusnahan,” imbau Aloysius.
Umbu Wulang Direktur WALHI Nusa Tenggara Timur menilai pembangunan berskala besar yang rakus lahan akan berdampak pada penyusutan ruang hidup komodo untuk berkembang biak dan mencari makan. Pembangunan itu juga akan mengganggu rantai makanan komodo.
“Pemerintah sebaiknya jangan utak-atik deh kawasan komodo. Biar bagaimanapun komodo ini adalah harta dunia yang tinggal satu-satunya. Sebaiknya pemerintah fokus benar untuk urusan konservasi. Mengurusi kesejahteraan masyarakat yang dibangun berbasis pada ekonomi berkelanjutan, tidak rakus lahan,” kata Umbu Wulang.
Umbu Wulang berharap Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mampu menjalankan fungsinya untuk melindungi ekosistem Taman Nasional Komodo dari kegiatan pembangunan yang mengancam kelestarian satwa tersebut.
“Saya pikir dunia sebenarnya saat ini sedang menaruh harapan yang besar kepada KLHK sebagai penjaga benteng itu. Dan sialnya, celakanya KLHK tidak menjalankan mandat dunia itu. Saya merasa KLHK itu bukan hanya mandat Indonesia tapi juga mandat dunia untuk memastikan keberlangsungan hidup komodo di NTT secara lebih baik ke depan dan memastikan upaya-upaya pelestarian dan konservasi disana tetap baik,” kata Umbu Wulang.
Pemerintah Pastikan Penataan Kawasan Tetap Lindungi Habitat Komodo
Biro Komunikasi Kementerian PUPR dalam keterangan tertulisnya menjelaskan, penataan kawasan pulau Rinca tetap melindungi habitat Komodo. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata di pulau Rinca merupakan bagian dari penataan menyeluruh Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
“Pembangunan infrastruktur pada setiap KSPN direncanakan secara terpadu baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah, sanitasi, dan perbaikan hunian penduduk melalui sebuah rencana induk pengembangan infrastruktur yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi,” jelas Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam rilis tersebut.
Pembangunan kawasan Pulau Rinca mencakup perbaikan Dermaga Loh Buaya, serta pembangunan pengaman pantai, jalan akses setinggi dua meter tempat penginapan, sertapos penelitian dan pemantauan habitat komodo.
Izin Lingkungan Hidup untuk penataan Kawasan Pulau Rinca di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Komodo Kabupaten Manggarai Barat telah terbit pada 4 September 2020 berdasarkan Peraturan Menteri LHK No 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup yang memperhatikan dampak pembangunan terhadap habitat dan perilaku komodo.
Balai Taman Nasional Komodo dalam sebuah pengumuman menyatakan, resort Loh Buaya ditutup sementara dari kunjungan wisatawan dalam upaya penataan sarana. Penutupan itu berlangsung dari tanggal 26 Oktober 2020 hingga 30 Juni 2021. (VOA)