Berita Borneotribun.com: Lingkungan Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Lingkungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lingkungan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 Februari 2023

AMSI Gorontalo Tanam Pohon Untuk Ruang Terbuka Hijau

AMSI Gorontalo Tanam Pohon Untuk Ruang Terbuka Hijau
AMSI Gorontalo Tanam Pohon Untuk Ruang Terbuka Hijau. (AMSI)
GORONTALO - Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Gorontalo melakukan penanaman pohon untuk ruang terbuka hijau, Sabtu (18/2).

Lokasi penanaman pohon ini berada di lahan Sekretariat AMSI Gorontalo di Kelurahan Wongkaditi Barat, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo.

Ketua AMSI Gorontalo Verrianto Madjowa  mengatakan ruang terbuka hijau akan ditanami tanaman tahunan, buah dan tanaman adat Gorontalo. 

Ruang terbuka hijau milik AMSI Gorontalo bertujuan untuk fungsi ekologi yang dapat menyerap karbondioksida, penghasil oksigen dan tempat berteduh.

Ke depan, ruang terbuka hijau diharapkan dapat meningkatkan indeks kualitas lingkungan hidup.

Adapun pohon yang ditanam kontribusi dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Bone Bolango-Gorontalo.

Hadir saat penanaman pohon, pengurus AMSI Gorontalo dan Manajer Usaha Berita Jatim Group Ellen Pratiwi dan rekan. (AMSI)

Rabu, 28 Desember 2022

Gubernur dan Ribuan Santri di Kalsel Tanam Cabai hingga Pepaya di kawasan Alam Roh

Gubernur dan Ribuan Santri di Kalsel Tanam Cabai hingga Pepaya di kawasan Alam Roh
Gubernur dan Ribuan Santri di Kalsel Tanam Cabai hingga Pepaya di kawasan Alam Roh.
Banjarmasin, Kalsel -
Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor bersama seribuan santri melaksanakan kegiatan menanam cabai, pepaya hingga mangga di kawasan Alam Roh 24 Kelurahan Sei Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Rabu.
 
"Ini salah satu bagian dari kegiatan revolusi hijau, selain itu tujuan kita menanam agar dapat mencegah inflasi harga pangan di Kalsel," ujar Gubernur.
 
Gubernur Kalsel mencanangkan gerakan revolusi hijau sejak 2017, rehabilitasi hutan dapat dilakukan mencapai 27.000 - 30.000 hektare per tahun.
 
Gubernur Kalsel juga berupaya menekan angka inflasi di 13 kabupaten/kota setempat, di mana harga pangan saat ini tinggi dari cabai hingga beras.
 
Menurut Gubernur yang lebih akrab disapa Paman Birin tersebut, kegiatan menanam ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat, selain menggairahkan para santri untuk suka menanam dan juga menambah penghijauan.
 
Gubernur Kalsel yang pada kegiatan itu juga ditemani sang istri dan ulama terkemuka KH Wildan Salman (pimpinan Ponpes Tahfiz Darussalam Martapura) tersebut, melaksanakan penanaman sebanyak 2.500 bibit pohon.
 
Menurut Gubernur, kenaikan harga pangan akibat gagal panen maupun tak lancar distribusi.
 
Karena itu dengan mengajak masyarakat menanam, diharapkan hasilnya dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan sendiri.
 
“Jika pangan tercukupi di satu daerah, maka Insya alllah akan mencegah kenaikan harga,” katanya.
 
Gubernur juga mengajak masyarakat memanfaatkan lahan kosong masing – masing dengan menanam tanaman berguna agar dapat meningkatkan produktivitas pangan di daerah.
 
“Bila Kalsel maju sektor pangannya maka masyarakat akan sejahtera dan tercukupi,” ujarnya.
 
Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Kalsel Syamsir Rahman mengatakan, pelibatan para santri dalam menanam pohon merupakan satu -satunya di Indonesia.
 
“Baru kali ini di Indonesia santri dilibatkan dalam penanaman pohon dalam rangka pengendalian inflasi,” katanya.
 
Ide melibatkan santri menanam pohon ini berasal dari KH Wildan Salman selaku pimpinan Madrasah Tahfidz Darussalam Martapura yang menerjunkan sebanyak 1.200 santri.
 
“Sedikitnya 1.500 orang ikut penanaman hari ini selain 1.200 santri juga ada sekitar 300 ASN,” kata Syamsir.

Pewarta : Sukarli
Editor : Yakop

Jumat, 16 Desember 2022

Tiga Tanggul Bauksit CMI Jebol Lagi, Luapan Lumpur Aliri Anak Sungai

Tiga Tanggul Bauksit CMI Jebol Lagi, Luapan Lumpur Aliri Anak Sungai
Pipa aliran limbah bauksit CMI yang jebol ke anak sungai Silat. (Ho-Muzahidin)
Ketapang - Tiga tanggul penampung limbah bauksit milik PT Cita Mineral Investindo (CMI) site Kendawangan di Ketapang jebol. Luapan lumpurnya aliri anak sungai Silat kecamatan Air Upas.

Peristiwa terkini, sekira pekan lalu, terjadi pada tanggul 7,8 dan 9 terletak di desa Mekar Jaya kecamatan Kendawangan.

"Washing Plant 7, 8 dan 9 CMI site kendawangan tanggul kolam limbah desa Mekar Jaya kecamatan kendawangan jebol. Limbah bauksit cemari sungai Silat dusun perendaman kecamatan Air Upas Ketapang" tutur seorang pekerja perusahaan tersebut saat ditanya sambil meminta untuk namanya tidak dituliskan, Kamis (15/12/22). 
Tiga Tanggul Bauksit CMI Jebol Lagi, Luapan Lumpur Aliri Anak Sungai
Tiga Tanggul Bauksit CMI Jebol Lagi, Luapan Lumpur Aliri Anak Sungai. (Ho-Muzahidin)
Menurut dia, dampak itu terjadi pada pepohonan dan areal perkebunan warga yang terkena aliran luapan lumpur  bercampur limbah. Tanaman buah-buahan dan kebun sawit warga juga terkena.

"Lahan perkebunan milik warga di desa Mekar Jaya kecamatan Kendawangan dan di dusun Batu Keling serta dusun Perendaman desa Sukakarya kecamatan Air Upas sudah terancam tercemar," kata dia.  

Ia menjelaskan, ada dua kontraktor mitra CMI yakni PT Kalimantan Prima Persada (KPP) dan PT Hasta Panca Mandiri Utama (HPMU).

Aktivitas pekerjaan pemurnian bauksit sementara waktu berhenti karena kejadian tersebut. Material tanah bauksit hanya ditumpuk.  

"Kerja kami sementara saat ini hanye numpuk material, cuci bauksit belum karena kejadian ini," kata dia.  

Belum diketahui apakah kerusakan tersebut sudah diperbaiki perusahaan atau belum lantaran tidak didapat keterangan dari CMI.  

Upaya menghubungi bagian corporate comunication CMI telah dilakukan kepada Sandra ataupun pada Vera Silviana pada kamis (15/12/22) dan Jumat (16/12/22) melalui pesan tertulis, namun upaya itu belum dijawab hingga kabar ini diturunkan.  

Saat dihubungi, H Husnan, kepala dinas Perkim dan Lingkungan Hidup Ketapang mengatakan sedang dalam perjalanan dinas dan berjanji mengabari ulang.  

"Nanti saya infokan, sekarang sedang dalam perjalanan," kata Husnan jumat ini. 

Untuk diketahui, peristiwa ini sering terjadi di beberapa wilayah pertambangan (WP) CMI. Seperti di WP Sandai, Air Upas dan Kendawangan.  

Hal ini menimbulkan spekulasi mengenai tata kelola limbah. Diduga ada kejahatan korporasi yang dilakukan perusahaan. Hal inilah yang patut diperhatikan oleh perusahaan dan tim Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup.  

Oleh: Muzahidin

Selasa, 18 Oktober 2022

Dinas Lingkungan Hidup Pontianak siapkan layanan jemput sampah

Pontianak, Kalbar - Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat menyiapkan layanan jemput sampah ke tempat-tempat kegiatan usaha dalam upaya membantu pelaku usaha menangani sampah.

"Layanan ini diperuntukkan bagi tempat-tempat usaha seperti perhotelan, restoran, kafe, dan lainnya, dengan mendatangi lokasi tersebut untuk mengumpulkan dan menawarkan jasa pembuangan sampah," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak Syarif Usmulyono di Pontianak, Selasa.

Menurut dia, pelayanan itu disiapkan untuk mengurangi beban tempat penampungan sampah sementara atau TPS sekaligus memfasilitasi pelaku usaha membuang sampah ke tempat pemrosesan akhir sampah atau TPA di Batu Layang. 

Guna mendukung penyelenggaraan layanan jemput sampah, ia mengatakan, Dinas Lingkungan Hidup akan menambah kendaraan pengangkut sampah.

Selain itu, kata dia, Dinas Lingkungan Hidup berencana menjalin kemitraan dengan penyedia pelayanan pengangkutan sampah.

"Tenaganya akan disiapkan tersendiri karena anggarannya, dikhususkan," katanya.

Dia mengatakan bahwa pemerintah kota akan menarik retribusi dari penyediaan layanan jemput sampah.

"Saya yakin mereka mau keluarkan biaya, karena untuk membuang ke TPA juga memerlukan tenaga yang tidak sedikit, jadi kita akan bantu di situ," katanya.

Dalam upaya mengatasi masalah sampah, Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak juga menggerakkan warga untuk memilah dan mengolah sampah, menerapkan konsep Reduce, Reuse, Recycle atau 3R, mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah. 

Selain itu, Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak berupaya memperbanyak bank sampah yang menjalankan 3R.

Usmulyono mengatakan bahwa TPA Batu Layang setiap hari menerima 300 sampai 400 ton sampah.

Penerapan 3R dalam pengelolaan sampah, menurut dia, bisa menurunkan beban tempat pemrosesan akhir sampah sekaligus mendatangkan manfaat ekonomi.

"Sampah juga memiliki nilai ekonomis kalau dikelola, didaur ulang, atau dijadikan seni kriya," katanya.

Pewarta : Antara
Editor : Yakop

Cover: Petugas Dinas Lingkungan Hidup mengangkut sampah di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. (ANTARA/HO-Jimi)

Senin, 17 Oktober 2022

Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus)

Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TNBKDS) kembali melepasliarkan dua individu orangutan (Pongo pygmaeus) tahap ke 10 di kawasan hutan daerah aliran sungai (DAS) Mendalam Kapuas Hulu Kalimantan Barat.
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus)
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus). (Gambar Pixabay)
"Pelepasliaran orangutan itu sebagai upaya penyelamatan untuk pelestarian satwa liar di alam," kata Kepala Balai Besar TNBKDS Kapuas Hulu Wahju Rudianto, di Putussibau Kapuas Hulu, Senin.

Pelepasliaran  dua individu orangutan itu dilaksanakan bersama Yayasan Penyelamatan orangutan Sintang (YPOS) serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat

Disampaikan Wahju, pelepasliaran orangutan itu dilakukan di kawasan taman nasional agar bisa berkembang biak dan aman dari gangguan terutama kelangsungan hidupnya dan juga aman dari gangguan aktivitas manusia.
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus)
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus). (Gambar Pixabay)
Menurutnya, sejak Tahun 2017 sampai dengan 2022 sudah dilakukan pelepasan orangutan sembilan kali dengan total individu sebanyak 21 orangutan.

"Belum lama ini juga kembali dilakukan pelepasliaran terhadap dua individu orangutan, itu dilakukan setelah melewati berbagai proses, jadi tidak semerta-merta langsung dilepaskan, tapi ada proses yang dilalui," katanya.

Dia pun menyebutkan untuk kedua individu orangutan yang baru saja dilepasliarkan bahkan diberi nama yaitu Jaques (Jantan/8 tahun) dan Boy (Jantan/11 tahun).

Keduanya dilepasliarkan di Sungai Jepalala, letaknya berada lebih ke bagian hulu sungai Mendalam , satu jam dari Camp Mentibat, tepatnya di Sub Das Mendalam Taman Nasional Betung Kerihun, Seksi PTN Wil. III Padua Mendalam, Bidang PTN Wil. II Kedamin.
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus)
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus). (Gambar Pixabay)
Diceritakan dia, perjalanan yang ditempuh kurang lebih lima jam yang di ikuti sebanyak 16 orang dari tim YPOS, enam orang dari tim TNBKDS, lima orang dari Tim BKSDA Kalbar, satu orang pastor beserta asistennya dan satu orang tamu SOC terlaksanakan dengan sukses.

Setelah dilakukan pelepasan, tim melakukan pemantauan dan evaluasi pasca pelepasliaran bertujuan untuk memastikan perkembangan orangutan yang dilepasliarkan dapat bertahan hidup di alam liar.
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus)
Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum Melepasliarkan Orangutan (Pongo Pygmaeus). (Gambar Pixabay)
Selain itu, monitoring paska pelepasan dapat dijadikan bahan umpan balik untuk kegiatan pelepasan berikutnya.

Dia pun mengajak seluruh pihak dan lapisan masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan satwa liar yang ada di hutan Kapuas Hulu. (yk/ant)

Selasa, 04 Oktober 2022

Kalimantan Barat Memiliki Kawasan Hutan Seluas 8.389.600

Kalimantan Barat Memiliki Kawasan Hutan Seluas 8.389.600
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) dr. Harisson, M. Kes. (BorneoPontianak/Adpim Pemprov Kalbar)
BorneoPontianak, Kalbar - Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) dr. Harisson, M. Kes,  menghadiri Rapat Koordinasi Pembinaan Pengelolaan Dan Evaluasi Kegiatan Sumberdaya Dan DBH Provinsi Kalbar,  di Golden Tulip Pontianak, Jalan Teuku Umar, Jumat (3/10/2022).

Kegiatan ini bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan kawasan hutan bagi kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat di sekitarnya.

Kalimantan Barat memiliki kawasan hutan seluas 8.389.600 ha atau mencapai 57,14% dari jumlah total luas wilayah Provinsi ± 14.680.790 ha.

Hutan dengan luasan yang cukup besar dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat.

Dimana kawasan hutan tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

Untuk mewujudkan hal tersebut tidak hanya sekedar butuh energi yang besar, namun juga perlu anggaran yang tidak sedikit. 

"Dengan hutan seluas itu, bukan hal yang mudah untuk menjaganya. Selain memperoleh manfaat yang menjadi fokus pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan,  antara lain menahan laju degradasi dan deforestasi yang terus terjadi, mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang terus berlangsung sepanjang tahun, merehabilitasi hutan dan lahan kritis, serta meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar hutan," ungkapnya Harisson dalam sambutannya.


Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 216/ PMK.07/ 2021 disebutkan bahwa DBH - DR dan Sisa DBH - DR Provinsi digunakan untuk membiayai kegiatan dengan mengutamakan pelibatan masyarakat untuk mendukung pemulihan perekonomian di daerah melalui mekanisme Padat Karya, bantuan sarana produksi, atau bantuan bibit.

"Untuk itu kepada Dinas LHK Prov. Kalbar dan UPT KPH sebagai pengelola DBH DR di Provinsi Kalimantan Barat agar dapat mendayagunakan seluruh potensi yang dimiliki agar tujuan peruntukan penggunaan DBH - DR dapat lebih dioptimalkan dengan tetap mempedomani ketentuan peraturan perundangan yang berlaku," harap Sekda Prov Kalbar.

Kebijakan penggunaan DBH DR telah diperluas pemanfaatannya, tidak hanya untuk kegiatan RHL, tetapi juga bisa mendukung kegiatan lain, seperti pemberdayaan masyarakat dan perhutanan sosial, operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan, pengendalian kebakaran hutan dan lahan, perlindungan dan pengamanan hutan, pengembangan perbenihan tanaman hutan, hingga penyuluhan kehutanan dan kegiatan strategis lainnya. 

Namun kondisi saat ini dengan semakin berkurangnya luas hutan alam dan jumlah produksi kayu yang diperoleh maka akan berdampak pada penurunan penerimaan DBH DR bagian Daerah Provinsi.

Hal ini bisa dimaklumi karena besar kecilnya penerimaan DBH - DR sangat bergantung kepada perolehan jumlah produksi kayu dari hutan alam.

Sebagaimana diketahui, bahwa Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat saat ini sangat concern terhadap pembangunan dari tingkat tapak dengan mendorong peningkatan Indeks Desa Membangun (IDM) yang termasuk di dalamnya Indeks Ketahanan Lingkungan. 

"Saya meminta kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Prov. Kalbar dalam konteks Pengelolaan hutan lestari agar keberadaan KPH harus dapat menjamin keberhasilan Kelola Sosial, Kelola Lingkungan dan Kelola Ekonomi serta yang tak kalah pentingnya yang perlu diperhatikan adalah perlunya kajian yang tepat dengan melibatkan seluruh sektor antara lain akademisi, NGO, tokoh masyarakat dan lain-lain sehingga dapat terbit kebijakan teknis yang tepat dan aplikatif. Perlu kita sadari tantangan ke depan tidaklah mudah."

"Obyektivitas dan kejernihan dalam kita melihat masalah dan membangun artikulasi penyelesaian masalah merupakan pijakan kolaborasi yang sangat penting dalam pengelolaan sumber daya hutan menyeluruh dan berkesinambungan," tutup Sekda Prov Kalbar.

Sebagai informasi, kegiatan ini turut dihadiri Kepala Dinas Lingkungan Hidup Prov Kalbar Ir. H. Adi Yani, M. H., Inspektur Prov Kalbar Dra. Marlyna, M. Si., CRA., CRP., CGCAE., Kepala UPT Kementerian LHK RI Kalbar, para Pejabat Administrator LHK Prov Kalbar, Kepala UPT KPH se- Kalbar dan Mitra Pembangunan Bidang LHK.

(Ian/Irf)

Jumat, 08 April 2022

Dituding Dengan Informasi Lawas, PT CMI Berikan Jawaban

Kondisi air sungai Kediuk Sandai yang tercemar diduga akibat aliran limbah PT CMI.
Kondisi air sungai Kediuk Sandai yang tercemar diduga akibat aliran limbah PT CMI. 


BorneoTribun Ketapang, Kalbar - Dua informasi terkait praktek pertambangan yang diduga dilanggar oleh PT CMI Tbk site Sandai Ketapang, Kalbar, disanggah oleh Vera Silviana, corporate comunication perusahaan bauksit itu. 


Informasi yang disanggah itu adalah pertama soal dugaan kebocoran limbah pada bak penampungan atau washing plant (WP) 3-4. Dan, kedua soal perizinan pengelolaan air permukaan atau Ipap. 


Kabar itu berasal dari ucapan Kades Sandai Kiri Herman Susandi dan Sekretaris kecamatan (Sekcam)  Sandai A.Ase, S. Pd sebagaimana diberitakan rri.co.id dan Sindonews.com pada 4 April 2022.


"Saya konfirmasi kembali kejadian tersebut (kebocoran limbah) tahun lalu. Tidak perlu menjelaskan kejadian yang sudah lama terjadi," kata Vera, Kamis (7/4/22).


Ia menegaskan, dalam menjalankan proses pekerjaan pertambangan, Harita Bauksit (CMI) taat akan aturan, mulai dari semua perizinan hingga praktek pertambangannya. 


"Kami selaku perusahaan Harita Bauksit taat akan aturan, mulai dari semua perizinan dan praktek pertambanganya," tegasnya.


Vera mengatakan, pihaknya akan bersikap kooperatif dengan siapapun terkait pemberian informasi ataupun kunjungan kerja dan rencana inspeksi mendadak (sidak) dari para anggota DPRD Ketapang. 


Vera menegaskan agar pihak luar perusahaan bersikap fair dan berimbang dalam memberikan informasi ataupun penilaian terhadap CMI.


"Perusahaan akan memberikan konfirmasi yang sebenar-benarnya. Media (harusnya-red) bersikap baik dan fair pada kami," kata dia. 


Sebelumnya, diberitakan washing plant PT CMI jebol dan mencemari sungai Kediuk di Sandai. Peristiwa itu terjadi diperkirakan pada pertengahan bulan Maret 2022.


PT CMI juga dituding tidak memiliki ijin pemanfaatan air permukaan lantaran tidak pernah mendapatkan surat rekomendasi dari Kepala desa Sandai kiri dan Pemerintah Kecamatan Sandai. 


"Penampung limbah itu sudah beberapa kali jebol, terakhir pertengahan bulan Maret, WP 4 dan 3 kembali jebol dan dampaknya merusak kualitas air dan membunuh biotanya, merusak lahan pertanian dan perkebunan milik warga" kata Herman, sebagaimana dikutip dari Sindonews.com tanggal 4 April 2022. 


"Selama saya menjabat di kecamatan Sandai, belum pernah pihak perusahaan PT CMI mengajukan izin pemanfaatan air permukaan sungai," kata Sekcam Sandai A, Ase kepada rri.co.id, Jum'at (01/04/22). (dins).

Senin, 03 Januari 2022

Menunjang Perbaikan Ekosistem Alam di wilayah Sintang, TNI Bangun Rumah Pembibitan

Menunjang Perbaikan Ekosistem Alam di wilayah Sintang, TNI Bangun Rumah Pembibitan
Menunjang Perbaikan Ekosistem Alam di wilayah Sintang, TNI Bangun Rumah Pembibitan.

BORNEOTRIBUN SINTANG, KALBAR - Dalam rangka reboisasi yang dipersiapkan Kodim 1205/Sintang, Koramil 1205-07/Sintang membangun rumah pembibitan sebagai langkah awal program penanaman awal atau reboisasi hutan dalam menunjang perbaikan ekosistem alam di wilayah Sintang, Senin (03/01/2022).

Koramil 1205-07/Sintang siap mensukseskan program reboisasi yang sudah direncanakan Kodim Sintang, dengan salah satunya mempersiapkan rumah pembibitan tersebut.

Lettu Inf Perry Rajagukguk, Pj Danramil 1205-07/Sintang mengatakan, kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan serentak di wilayah Kodim Sintang, dengan harapan mampu menunjang perbaikan ekosistem alam sebagai upaya menjaga lingkungan.

"Kita berharap nantinya pelaksanaan serentak reboisasi ini mampu memberikan dampak pengembalian fungsi ekosistem alam, sehingga dimungkinkan dapat meminimalisir dampak bencana, khususnya di Kabupaten Sintang dan Melawi," kata Danramil.

Selain itu, rencana penanaman bibit pohon serentak nantinya di lakukan di Kalimantan Barat, yang mana kegiatan tersebut di inisiasi oleh Bapak Pangdam XII/Tanjungpura, Mayjen TNI Sulaiman Agusto, S.I.P., M.M.

Kita sudah siapkan bibit tanaman pohon untuk penghijauan di wilayah Koramil Sintang. Koramil jajaran Kodim Sintang juga sudah mempersiapkan rumah bibit untuk kegiatan ini," terang Lettu Inf Perry.

#Pendim1205
Publish : Erik.P

Senin, 08 November 2021

Bu Risma: Banjir Kalbar disebabkan Global Warming

Bu Risma: Banjir Kalbar disebabkan Global Warming
Menteri Sosial Republik Indonesia Dr. (H.C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T., saat kunjungi Kalbar.

BORNEOTRIBUN PONTIANAK, KALBAR -- Menteri Sosial Republik Indonesia Dr. (H.C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T., tinjau banjir di empat wilayah di Kalimantan barat, yakni Sanggau, Sekadau, Melawi dan Sintang beberapa hari yang lalu. 

Tri Rismaharini mengatakan jika banjir semakin lama dan air semakin tinggi maka itu disebabkan global Warming. 

"Semakin lama semakin tinggi, itu disebabkan global warning. Sedangkan ini diperkirakan sampai bulan Februari nanti," ungkapnya. 

Risma menegaskan yang perlu dilakukan adalah, bagaimana mengantisipasi supaya tidak ada korban. 

"Antisipasi untuk tahun depan supaya tidak terjadi lagi. Itu saya komunikasi dengan DPR RI dan juga Kementerian lainnya agar tidak ada korban," terangnya.

Apa itu Global Warming? 


Global warming atau pemanasan global menjadi salah satu ancaman besar bagi umat manusia. Mungkin tidak saat ini bisa Anda rasakan, namun efek dari fenomena ini akan tampak puluhan tahun bahkan belasan tahun kemudian.

Perubahan suhu pada Bumi menyebabkan masalah besar jika tidak segera ditanggulangi. Sayangnya, banyak masyarakat yang belum sadar akan fenomena ini. 

Selain tidak sadar dengan fenomena global warming, tidak sedikit masyarakat yang awam tentang fenomena ini. Hal tersebut membuat mereka mengabaikan potensi ancaman yang akan muncul. 

Apa yang dimaksud dengan pemanasan global? Pemanasan global, mengutip dari laman resmi WWF UK, adalah peningkatan rata-rata suhu di Bumi. 

Suhu bumi yang terus meningkat menyebabkan berbagai masalah lingkungan yang bisa berdampak kepada masalah sosial bahkan ekonomi.

Penyebab Pemanasan Global


Peningkatan suhu ini disebabkan oleh efek rumah kaca. Efek rumah kaca muncul karena meningkatnya polusi seperti karbon dioksida dan metana.

Meningkatnya polusi akibat karbon dioksida dan metana mayoritas disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan manusia.

Mengutip dari Encyclopedia Britannica, pemanasan global pada pertengahan kedua abad ke-20 disebabkan karena kegiatan manusia. 

Penggunaan bahan bakar fosil, pembakaran sampah, hingga pembakaran hutan menyebabkan kadar polusi meningkat. 

Bahkan tahun 2019 lalu merupakan tahun terpanas kedua setelah tahun 2016. Suhu rata-rata daratan dan lautan pada 2019 adalah 0.95 derajat Celcius di atas rata-rata di abad ke-20. 

Dampak Pemanasan Global


Pemanasan global menyebabkan banyak perubahan pada Bumi. Dampak tersebut tidak langsung terjadi dan terlihat, namun perlahan akan menyebabkan perubahan yang membawa kerugian untuk kehidupan makhluk hidup.

Dampak global warming sudah mulai muncul seperti mencairnya es di berbagai lokasi seperti Kutub Selatan dan Kutub Utara. 

Bersumber dari Live Science, beberapa berikut dampak yang terjadi akibat pemanasan global: 

  • Perubahan cuaca yang ekstrem.
  • Es di kutub selatan dan utara mencair.
  • Air di kebanyakan sungai menjadi menghangat.
  • Naiknya level ketinggian air laut. 

Jika suhu Bumi meningkat 2 derajat Celcius saja, ada banyak dampak negatif terjadi di Bumi. 

Badai dan banjir parah akan melanda banyak negara. 

Daerah pesisir menjadi yang paling berdampak oleh banjir. Kekeringan juga akan melanda sebagian besar bagian dunia. 

Dampak pemanasan global juga membuat laut menjadi lebih asam. Keadaan ini bisa membunuh koral dan plankton di laut. 

Jika koral dan plankton mati, ekosistem laut akan terganggu bahkan terancam rusak.

Mencegah Pemanasan Global


Pemanasan global jika tidak segera ditanggulangi bisa membahayakan umat manusia. 

Namun demikian, ada hal-hal yang bisa mengurangi perubahan iklim dan pemanasan global. 

WWF memberikan beberapa cara menanggulangi perubahan iklim dan pemanasan global. 

Berikut beberapa caranya, yang dihimpun dari laman resmi WWF. 

  • Mengurangi sampah terutama sampah plastik dan bahan yang tidak bisa terurai lainnya. 
  • Membeli dan menggunakan produk ramah lingkungan. 
  • Melakukan donasi untuk perbaikan dan pelestarian lingkungan.
  • Membuang sampah pada tempatnya dan mendaur ulang sampah jika memungkinkan. 
  • Ikut kegiatan volunteering yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan.
  • Mengurangi makanan mengandung daging dan beralih ke sayuran. 
  • Menggunakan alat transportasi publik untuk mengurangi polusi.  

Reporter: Yakop

Kamis, 28 Oktober 2021

Kolaborasi OKP Pesisir Dan Komunitas Motor Dengan Tema Aksi Pemuda Jaga Iklim

Kolaborasi OKP Pesisir Dan Komunitas Motor Dengan Tema Aksi Pemuda Jaga Iklim
Kolaborasi OKP Pesisir Dan Komunitas Motor Dengan Tema Aksi Pemuda Jaga Iklim. 

BorneoTribun Bengkayang, Kalbar -- Dalam memperingati hari sumpah pemuda Lembaga lingkungan bengkayang pesisir (Lingkar) berkolaborasi bersama dpc persatuan orang melayu (POM) sungai raya kepulauan, All biker pesisir, Arci sungai raya kepulauan, Bikar desa karimunting, Oc desa karimunting melakukan kegiatan bakti sosial dengan menanam mangrove dan membersihkan sampah di dermaga teluk suak desa karimunting kecamatan sungai raya kepulauan kabupaten Bengkayang provinsi Kalimantan Barat pada kamis (28/10/2021) pagi.

Dalam giat tersebut di hadiri pula Serka Marinir Johari Danpos TNI AL teluk suak bengkayang, kapolsek sungai raya kepulauan Romi Maryadi,S.Sos, yang di wakili Bripka Taufik Urahman Kanit binmas Polsek sungai raya kepulauan, kasad polair  beserta anggota polair polres Bengkayang.

Kolaborasi OKP Pesisir Dan Komunitas Motor Dengan Tema Aksi Pemuda Jaga Iklim. 

Baharudin Ahmad  (Bang bahe) ketua lembaga lingkungan Bengkayang pesisir (Lingkar) Hari ini Kita melakukan kegiatan aksi muda jaga iklim bersama ormas kepemudaan, komunitas motor dan instansi dengan menanam mangrove dan pembersihan sampah di dermaga teluk suak, kenapa kegiatan kita lakukan di teluk suak karna di sini titik pokus masyarakat dan wisatawan di Kalimantan barat banyak berada di teluk suak maka nya kita buat kegiatan di sini.

"Harapan kedepan melalui sumpah pemuda ini agar pemuda-pemuda yang berada di Kalimantan barat khususnya kabupaten Bengkayang terkhusus lagi pemuda-pemuda pesisir Bengkayang agar bisa menjaga lingkungan dari mulai lingkungan rumah maupun lingkungan-lingkungan di tempat umum seperti di teluk suak, kesadaran ini di mulai dari diri kita sendiri pribadi kedepannya melalui momen sumpah pemuda ini semangat-semangat pemuda yang ada di pesisir  dan juga pemerintah daerah juga agar bisa memfasilitasi masalah sampah yang ada di pesisir bengkayang sampai hari ini memang kita tidak ada solusi dari pemerintah daerah khususnya kabupaten Bengkayang, supaya kedepannya pemerintah daerah kabupaten Bengkayang lebih aktif lagi peduli dalam menangani masalah sampah untuk di lingkungan pesisir terkhusus kabupaten Bengkayang itu harapan kami," tutur bang bahe. 

Sementara, Romi Maryadi, S.sos Kapolsek sungai raya melalui Bripka Taufik urahman Kanit binmas Polsek sungai raya mengatakan sangat mengapresiasi dan terima kasih ke segala elemen organisasi kepemudaan  yang terlibat dalam kegiatan ini terutama sungai raya kepulauan, yang mana kegiatan ini sangat positif sekali, terima kasih lagi kepada Danpos tantamal yang hadir maupun dari media yang hadir untuk mengekspos.

"Kami sangat berharap sekali Harapan dengan sumpah sumpah pemuda ini tidak hanya sebagai simbolis apa yang di sampai oleh ketua lembaga lingkungan Bengkayang pesisir untuk kita menjaga makin banyak permasalahan yang terjadi isu-isu global mari kita sebagai pemuda harus cermat dalam arti kata dalam menggunakan media sosial maupun dalam berkomentar di media sosial harus lebih berhati-hati dan kita harus lebih lagi dalam menjaga persatuan dan kesatuan," ucap Taufik urahman.

Senada hal yang sama Serka marinir Johari Danpos TNI AL Bengkayang mengatakan atas nama babintabmar dari Lantamal 12 pos teluk suak mengucapkan ribuan terima kasih atas kepedulian dari rekan-rekan dan saudara-saudara semua terutama dari organisasi masyarakat, lembaga, elemen masyarakat yang sekiranya punya kepedulian terhadap kepedulian terhadap lingkungan di hari dan momentum yang tepat ini khususnya hari sumpah pemuda.

"Kami berharap kepada adik-adik kita saudara-saudara kita terutama yang melenial ini bisa meningkatkan lagi kebersamaan dan kekompakan tingkat kan lagi persatuan dan kesatuan bisa menjaga lingkungan agar kedepan lingkungan kita bisa terjaga, lautan kita bisa terjaga siapa lagi yang peduli terhadap lingkungan kita kalau bukan kita," tutur Johari.

Reporter: Rinto Andreas

Rabu, 14 Juli 2021

Ancaman Masa Depan Lebah Resahkan Masyarakat dan Pertanian Indonesia

Ancaman Masa Depan Lebah Resahkan Masyarakat dan Pertanian Indonesia
Tiris madu Sumbawa untuk panen lestari lebah hutan (foto: courtesy).

BORNEO TRIBUN JAKARTA -- Cuaca yang berubah di Kalimantan Barat dan intensifikasi pertanian di Sumbawa dinilai mengancam keberlangsungan polinator termasuk lebah hutan Indonesia.

Bagaimana menjaga hubungan baik antara kesejahteraan manusia dan keselamatan lebah hutan di Indonesia?

Perubahan lansekap dan iklim berdampak pada penurunan populasi polinator termasuk lebah hutan di Indonesia. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nusa Tenggara Barat mencatat lahan kritis di luar kawasan hutan bertambah menjadi sekitar 578 ribu hektar pada tahun 2018. Ekspansi tanaman jagung itu meresahkan masyarakat di Pulau Sumbawa, ungkap Julmansyah, ketua Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) kepada VOA. JMHS termasuk organisasi yang berfokus pada pengembangan madu hutan di Indonesia.

“Akibat perubahan lanskap hutan menjadi jagung, bukan hanya merugikan si lebah kehilangan habitat pakan lebahnya tetapi mengakibatkan ketersediaan air itu berkurang karena hutannya sudah habis,” kata Julmansyah.

Julmansyah berpandangan kebijakan ekonomi jagung di NTB sejak lima tahun terakhir yang dibanggakan pemerintah Indonesia mampu menghasilkan satu juta ton jagung, harus dievaluasi kembali.

Petani madu dorsata harus memanjat pohon tinggi di Sumbawa (foto: courtesy).

Ia menjelaskan itu tidak sebanding dengan dampak pada produksi madu hutan karena kehilangan koloni lebah hutan, apis dorsata dan kurangnya ketersediaan air akibat alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian.

Keprihatinan yang berbeda terjadi di Kalimantan Barat, Hermanto ketua Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) di Kalimantan menyatakan kendala yang sama juga dialami sejak kemarau panjang dan kabut asap tahun 2019.

Di Danau Sentarum, masyarakat yang tinggal di kawasan taman nasional umumnya bekerja sebagai nelayan juga memanen madu hutan ketika musim lebah dorsata datang.

Danau Sentarum di Kalimantan mengalami kekeringan ketika kemarau panjang (foto courtesy: Hermanto).

“Tahun 2019 itu kan kemarau panjang di Kalbar. Jadi, banyak lahan, hampir semua kita kena kabut asap di bulan September. Itu lebah kan dia tidak suka dengan asap. Jadi lebah lari, dan juga tidak ada bunga. Kalau di Danau Sentarum, kemarau panjang sudah kering semua dan tidak ada air. Jadi itu sudah seperti padang gurun,” ujar Hermanto.

Pakar ekologi dan evolusi serangga dari LIPI, Sih Kahono menjelaskan kebakaran dan alih fungsi hutan berakibat pada kematian lebah yang memaksa koloni menempati habitat yang baru yang tidak sesuai.

“Yang jadi masalah sebenarnya bagaimana aplikasi pestisidanya. Kalau intensitas pestisidanya cukup berbahaya, itu bahkan si lebah langsung akan melayang seperti pusing begitu. Saat menyemprot pestisida itu, ada baiknya pada saat lebah sedang tidak ada di situ,” tukasnya.

Petani madu hutan gunakan perahu di sekitar Danau Sentarum (foto: courtesy).

Sejak tahun 2007, Julmansyah bersama JMHS mengedukasi para petani madu hutan agar menerapkan panen lestari. Itu dilakukan untuk memastikan terciptanya pasar madu hasil tirisan, bukan peras tangan sehingga para petani madu hutan memperoleh harga jual yang premium.

Kepada VOA, Julmansyah memaparkan bahwa sebelumnya mereka hanya dapat satu kali panen madu hutan dengan mengambil semua sarang lebah apis dorsata yang disebut aning oleh masyarakat setempat, termasuk larva dan anakannya sehingga populasi lebah aning pun berkurang.

“Yang tadinya bisa menjadi lebah pekerja, lebah itu hilang karena diambil semuanya. Kita mengedukasi agar satu sarang bisa panen sampai 3 kali dengan cara yang lestari. Generasi lebah itu bisa terus berlanjut, berkesinambungan,” terangnya.

Panen madu hutan pada dahan tikung di sekitar Danau Sentarum (foto: courtesy).

Tahun 2010 Julmansyah menyampaikan terjadinya kemarau basah di mana hujan sepanjang tahun. Data JMHS tahun 2010 menunjukkan produksi madu sangat anjlok, maksimal 3 ton yang biasanya produksi mencapai 10-13 ton madu yang dikirim ke pembeli.

Keprihatinan yang sama terjadi di Kalimantan Barat. Pada awal tahun ini para petani madu hutan di daerah Kapuas mengalami paceklik karena curah hujan terlalu tinggi tahun 2020. Panen tahun 2018 menghasilkan 20-30 ton madu hutan, papar Hermanto, ketua Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) di Kalimantan.

Jaringan madu hutan yang sudah berdiri sejak 16 tahun lalu itu juga mengkampanyekan panen tiris ketika para petani mengumpulkan madu baik dari tikung, dahan buatan di sekitar Danau Sentarum maupun pohon-pohon tinggi besar di sepanjang Sungai Kapuas dengan koloni antara 40-100 sarang.

“Pohon lalau itu biasanya sudah ada pemilik turun-temurun. Jadi generasi ke generasinya saja yang bisa panen di pohon itu, orang lain tidak boleh panen. Kalau ada yang panen, nanti bisa terkena sanksi adat.”

Walau tinggal di pulau berbeda, Julmansyah dan Hermanto mengamati kemarau basah di Sumbawa dan curah hujan tinggi di Kalimantan Barat tidak memberikan tanaman kesempatan untuk berbunga dan terus berkembang. Efek dari perubahan suhu, cuaca dan kerusakan lingkungan itu sangat nyata, tegas Sih Kahono.

Hasil studi Program Bantuan PBB (UNDP) dan JMHS menunjukkan perubahan lansekap yang sangat drastis berakibat pada anjloknya produksi madu hutan, Julmansyah menjelaskan, “Sekarang itu ancaman (bagi) si lebah adalah pertanian monokultur jagung yang digalakkan oleh pemerintah, dengan membabat hutan menjadi lahan jagung.”

Perubahan lansekap, menurut Julmansyah memaksa masyarakat NTB harus memilih antara panen madu hutan dan berladang jagung monokultur yang berbiaya tinggi. “Tetapi dia (lahan pertanian) hanya menghasilkan jagung sekali. Setelah itu harus kembali dari nol lagi. Menanam, cari bibit, pinjam uang di bank, beli pestisida, beli pupuk dan lainnya. Itu semua padat biaya, high cost,” ungkapnya.

Tujuan sistem pertanian Indonesia bagi peningkatan produksi, menurut Sih Kahono dapat dilakukan secara gratis melalui peningkatkan polinasi dan penyerbukan pada bunga termasuk lebah hutan yang mampu bermigrasi sejauh 80 kilometer.

Petani madu dorsata harus memanjat pohon tinggi di Sumbawa (foto: courtesy).

Hubungan yang harmonis antara kesejahteraan manusia dan kelestarian hutan termasuk keselamatan apis dorsata perlu dijaga sehingga masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan keduanya. Peneliti senior LIPI itu menilai walau intensifikasi pertanian sudah terpenuhi, peningkatan produksi tidak akan tercapai jika bunga dan penyerbuknya tidak ada atau berkurang

“Karena kita ketahui sekarang terjadi defisit polinasi. Jumlah penyerbuk sudah tidak seimbang dengan jumlah bunga yang harus diserbukkan,” pungkasnya.

VOA

Senin, 21 Juni 2021

1.000 Pohon Untuk Hijaukan Kota di Irak

1.000 Pohon Untuk Hijaukan Kota di Irak
Ilustrasi Gambar iStock.

BORNEOTRIBUN.COM - Sekelompok relawan di kota Sulaymaniyah, Irak, menanam pepohonan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi masyarakat setempat. 

Beberapa LSM dan relawan di Sulaymaniyah berkumpul untuk menanam lebih dari 1.000 pohon untuk meningkatkan area urban yang hijau di kota itu. ​
Pemerintah Regional Kurdistan tahun lalu mengumumkan bahwa kota-kota di wilayah Kurdi itu berada di bawah standar global untuk menyisihkan sedikitnya 15-30% area hijau. LSM-LSM itu berusaha mengubahnya. ​

Relawan menanam bibit pohon di tempat yang dulunya merupakan tempat pembuangan sampah, dengan tujuan mengalihkannya menjadi taman, di Zakho, distrik Dohuk, Irak, 22 Januari 2020. (Foto: REUTERS/Ari Jalal)

"Hari ini kami berhasil menanam ratusan pohon. Kami berencana menanam lebih dari 1.000 pohon saat proyek ini selesai," kata Zimnako Ismail.

Kantong-kantong tanaman dengan berat dan nomor urut tertulis di atasnya terlihat sebelum diangkut untuk ditanam di sepanjang rute ziarah antara kota suci Muslim Syiah Irak, Najaf dan Karbala. (Foto: REUTERS/Akhtar Soomro)

"Ini adalah proyek penanaman pohon keempat yang kami ikuti. Sebelumnya kami melakukan kegiatan yang sama dengan Gunung Goizha, bukit Mama Yare, dan beberapa tempat lain di kota ini. Kami juga melakukan kegiatan kemanusiaan," ujar Shahez Abdulkhaliq​.

Tujuan penanaman pohon tersebut bukan hanya membuat keadaan jadi lebih indah dipandang, tapi juga memperbaiki lingkungan pada umumnya.

"Area hijau urban di Sulaymaniyah terus berkurang. Setiap tahun, kami berpartisipasi dalam berbagai aktivitas untuk melindungi lingkungan kota. Tahun ini kami melakukan aktivitas yang sama, dan kami harap usaha kami berhasil," kata Runak Heme Gherib​, Tim Pembawa Perdamaian Kristen​.

"Ada banyak mobil di kota ini yang menyebabkan polusi dan area hijau terlalu sedikit. Kami berencana meningkatkannya dengan menanam pepohonan, agar lingkungan lebih bersih dan penyakit berkurang. Kota ini sangat memerlukannya," tambah Shahez Abdulkhaliq​.

Para relawan yakin bahwa dengan area hijau tambahan, tidak hanya bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi masyarakat, tapi juga membantu melawan perubahan iklim. [vm/ah]

Oleh: VOA

Jumat, 18 Juni 2021

Zidam XII/Tpr Gelar Kerja Bakti Bersihkan parit dan jalan Komplek Kosgoro Serdam

Zidam XII/Tpr Gelar Kerja Bakti Bersihkan parit dan jalan Komplek Kosgoro Serdam
Zidam XII/Tpr Gelar Kerja Bakti Bersihkan parit dan jalan Komplek Kosgoro Serdam.

Pontianak, Kalbar - Kamis (17/6), Cuaca yang cukup ekstrim yang menyerang wilayah Kalimantan Barat akhir akhir ini  diperparah dengan adanya masyarakat yang belum tertib untuk membuang sampah pada tempatnya membuat parit parit saluran air tersumbat dan dapat menimbulkan banjir serta kerusakan jalan. 

Hal ini menggerakan anggota Zidam XII/Tpr menggelar kerja bakti membersihkan parit dan jalan, di Komplek Kosgoro Sungai Raya Dalam.

Dipimpin oleh Letda Czi Agus Sugiyono anggota Zidam bergerak untuk membersihkan rumput, puing-puing, sampah di parit dan jalan kegiatan tersebut merupakan wujud kepedulian TNI AD dalam hal ini Zidam XII/Tpr dalam melaksanakan kegiatan tersebut juga bisa menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat setempat.

Kerja Bakti ini merupakan salah satu program Zidam XII/Tpr, Wakazidam XII/Tpr Letkol Czi Dwi Yudha mengatakan kegiatan seperti ini sangatlah bagus, juga dapat menjadi suatu wahana bersosial dengan masyarakat sehingga dapat terjalin dengan baik guna mempertahankan pertahanan lingkungan khususnya.

Kegiatan ini dilaksanakan tidak hanya di satu lokasi tetapi ke tempat yang berbeda-beda sehingga sebagai TNI khususnya Zidam XII/Tpr mempunyai jalinan yang erat kepada seluruh lapisan masyarakat dimanapun berada dan bertugas.

Bersih bersih parit dan jalan juga berguna untuk mencegah penyebaran covid-19 di lingkungan setempat yang masih ada hingga saat ini, sehinga lingkungan yang bersih merupakan salah satu cara untuk mencegah penyebarannya.

Oleh: Rinto Andreas

Mengkhawatirkan, Keberadaan Lebah Hutan Indonesia

Sarang lebah madu "apis dorsata" atau dikenal sebagai lebah madu raksasa yang hidup di hutan-hutan Asia, termasuk Indonesia.

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Penelitian Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) tahun 2020 mengungkapkan terjadinya penurunan 57 persen populasi lebah di Indonesia. Berkurangnya habitat lebah hutan berdampak pada sumber pakan dan penurunan populasi lebah hutan Indonesia, termasuk apis dorsata.

Purnomo, peneliti dan pemerhati lebah hutan yang saat ini aktif mengelola dan mengolah produk perlebahan di Kampar, Riau, menjelaskan populasi lebah hutan penghasil madu dengan ukuran terbesar di dunia, apis dorsata, semakin terdesak dari tahun ke tahun akibat habitatnya yang terancam di Indonesia.

Pendiri rumah madu Wilbi itu mengatakan, “Apis dorsata itu di hutan habitatnya. Dia menempati pohon-pohon menjulang tinggi. Sekarang pohon-pohonnya sudah banyak ditebang. Pakannya juga sudah berubah akibat alih fungsi hutan, jadi HTI (hutan tanaman industri) dan perkebunan kelapa sawit.”

Apis dorsata dikenal masyarakat setempat sebagai lebah sialang karena bersarang dan bergantungan di berbagai jenis pohon sialang yang tinggi di hutan Sumatra.

Sarang lebah dorsata di pohon sialang di hutan Jambi (foto: courtesy).

“Tempat bertengger bersarangnya lebah itu di pohon yang besar disebut pohon sialang, sedangkan pakanannya tuh dia makannya diambil dari pohon akasia, pohon sawit,” jelas Candra Lela.

Di Jambi, Candra Lela, yang menjabat Ketua Asosiasi Perlebahan Jambi juga sangat prihatin akan populasi lebah sialang yang semakin langka sejak bencana asap tahun 2015 dan kebakaran hutan Sumatra termasuk Riau dan Palembang. “Jambi berasap hampir mau 1 tahun. Memang musibah asap. Jadi tuh ya lebahnya kabur adanya, sebagian mati, punah gitu,” tambahnya.

Pohon Sialang di Riau tempat lebah dorsata dengan 30-60 sarang (foto: courtesy).

Berawal menemani suami ke hutan, ibu rumah tangga itu terjun ke usaha madu lebah sengat tahun 2008, masuk hutan menemui para pemanjat pohon sialang sekaligus mengantarkan galon-galon madu dengan menempuh perjalanan 2-4 jam dari rumahnya di kota Jambi.

Harga madu lebah sialang meningkat mulai dari harga Rp 7.500/kg tahun 2008 menjadi Rp 60.000/kg tahun 2015. Lela menyampaikan dalam sebulan bisa mengumpulkan 10ton madu lebah dorsata bahkan pada tahun 2010 pernah mencapai 24ton dalam satu bulan. Pendiri Rumah Madu Hutan Jambi (RMHJ) itu aktif melakukan kampanye panen lestari kepada beberapa kelompok pemungut madu hutan yang beranggotakan 20-25 pemanjat sialang supaya lebah hutan Sumatra tidak punah dan dapat terjaga untuk regenerasi.

Candra Lela membawa anaknya masuk hutan Jambi sejak bayi berumur 22 hari, mengumpulkan madu lebah dorsata (foto: courtesy).

“Panennya tidak boleh panen siang, baiknya itu panennya di malam hari atau subuh. Kemudian tidak dihabiskan, tidak dipotong semua, larvanya jangan dipanen juga. Kalau bisa dipanen larvanya ditinggalin gitu. Tidak menggunakan api, cukup asap,” kata Candra Lela.

Lebah dorsata sangat bergantung pada ketersediaan tanaman sumber pakan di hutan, jika kurang memadai akan mengakibatkan populasi lebah itu bermigrasi, Purnomo menjelaskan. Ia menyebutkan periode 20 tahun lalu populasi lebah dorsata diperkirakan 10.000 koloni di Riau. Alih fungsi hutan dengan pembukaan sejumlah perkebunan kelapa sawit sejak 10 tahun lalu berdampak pada penurunan populasi lebah yang kini hanya sekitar 50 persen di hutan Riau.

“Mungkin kalau dibanding 20 tahun yang lalu dengan sekarang ini, paling sekarang ini 15%. Dari 20 tahun yang lalu 10.000 (populasi lebah) kalau 10% berarti sudah 1.500-an,” tukas Purnomo.

Sekitar tahun 2000-an Riau dapat menghasilkan 60 ton madu hutan per bulan. “Kalau produksi sekarang ini, sebulan itu paling-paling sekitar 6 sampai 10 ton,” ungkap Purnomo.

Alih fungsi hutan Riau menjadi hutan tanaman industri dan perkebunan kelapa sawit, baik yang dikelola oleh pemerintah dan sejumlah perusahaan serta dimiliki oleh masyarakat berdampak pada 50 persen lebih perubahan lahan sejak 20 tahun lalu, kata Purnomo.

“Kalau sekarang kan, kalau kita ambil titik Pekanbaru ke hutannya sekitar 5-6 jam itu baru nanti jumpa hutan. Kalau dulu, 20 tahun yang lalu, istilahnya setengah jam, satu jam sudah ketemu hutan,” ujarnya.

Bencana asap akibat kebakaran hutan Sumatra tahun 2015 telah memaksa Candra Lela beralih ke budidaya mellifera, lebah hutan asal Eropa yang didatangkan dari Jawa. Sejak Januari 2020, 48 kotak bibit lebah mellifera yang dibeli RMHJ dengan kisaran harga 2 juta 400 ribu rupiah per kotak, kini berhasil dikembangkan menjadi 1.000 kotak lebah.

ebakaran hutan di Sumatra bulan Juli tahun 2015 (foto: dok).

Purnomo menyampaikan bahwa budidaya lebah mellifera berhasil dikembangkan dalam dua tahun terakhir. Lebah mellifera memanfaatkan sumber nektar dari akasia yang liar sementara sumber polennya diambil dari bunga sawit. Namun demikian lebah dorsata di Sumatra, Purnomo menegaskan, pada akhirnya akan seperti kondisi di Jawa, yang hanya tinggal kenangan dalam 5-10 tahun ke depan.

“Kalau di Jawa dulu kan, populasi lebah hutan juga cukup baik. Sekarang tinggal kenangan. Dorsata mungkin sudah sulit ditemukan walau lebah ternak (mellifera) ini sudah cukup berhasil untuk dijadikan usaha.”

Budi selama 4 tahun dibina oleh Purnomo melalui Rumah Madu Wilbi. Ia beralih dari berkebun untuk mencari madu lebah sialang. Harga madu hutan dari Pulau Rupat yang berbatasan dengan Singapura itu dijual dengan harga Rp95.000-100.000 per kilogram.

Budi bersama rekan panen madu sialang di Pulau Rupat, dekat perbatasan Singapura (foto: courtesy).

“Lebah sialang itu kalau sarangnya lebih dari 30 sarang mencapai 500 kg atau lebih untuk satu pohon,” kata Budi.

Purnomo menegaskan lebah hutan asli Indonesia, apis dorsata sangat penting untuk dilestarikan karena, “Pengaruhnya besar sekali terutama bagi kelangsungan ekosistem, penyerbukan vegetasi di hutan.” [mg/ka]

Oleh: VOA

Jumat, 11 Juni 2021

Jumat Bersih, DISHUB Kabupaten Melawi Gotong Royong Bersihkan Lingkungan Kantor

DISHUB Kabupaten Melawi Gotong Royong Bersihkan Lingkungan Kantor
DISHUB Kabupaten Melawi Gotong Royong Bersihkan Lingkungan Kantor.

BORNEOTRIBUN MELAWI -Pegawai Dinas Perhubungan melakukan aksi kegiatan bersih- bersih gotong royong membersihkan area di sekitar lingkungan Kantor dengan semangat, Jumat (11/6/2021)

Aksi gotong royong membersihkan lingkungan kantor ini merupakan salah satu wujud nyata dari mulai didorongnya para pegawai untuk aktif mendukung Reformasi Birokrasi di Kantor dalam rangka membangun mentalitas, kesehatan, dan semangat kebersamaan bagi seluruh pegawai di Kantor.

Kepala Dinas Perhubungan Drs.H. Syamsul Arifin, M.Si mengemukakan bahwa kebersihan lingkungan kantor merupakan tanggung jawab bersama personil yang ada di kantor, karena dengan lingkungan kita bersih maka kantor kita menjadi lebih terasa asri, indah, nyaman dan juga mencerminkan perilaku orang yang ada didalamnya.  

"Semua agama menganjurkan kita untuk selalu hidup bersih karena menurut sebuah hadist bahwa “Kebersihan adalah sebagian dari iman” lanjutnya.

Diharapkan dengan adanya aksi bersih-bersih ini seluruh pegawai Dinas Perhubungan memiliki kesadaran dan membiasakan menjaga lingkungan tetap bersih sehingga kantor selalu asri, bersih, indah dan jauh dari penyakit. Sehingga diharapkan kinerja dan output pegawai yang optimal, merasa nyaman dan semangat kerja yang tinggi karena bekerja dilingkungan yang bersih dan asri.

Penulis : Erik.P

Minggu, 06 Juni 2021

Peduli Mutu Pendidikan, Subdenpom XII/2-3 Muara Teweh bersihkan Lingkungan Sekolah

Peduli Mutu Pendidikan, Subdenpom XII/2-3 Muara Teweh bersihkan Lingkungan Sekolah
Peduli Mutu Pendidikan, Subdenpom XII/2-3 Muara Teweh bersihkan Lingkungan Sekolah.

BorneoTribun Muara Teweh, Kalteng - Wujud kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan, personel Subdenpom XII/2-3 Muara Teweh bersama Guru SMPN 10 Muara Teweh Kabupaten Barito Utara dan Pelajar SMPN 10 Muara Teweh bergotong royong membersihkan lingkungan SMPN 10 Muara Teweh di Jalan Margo Rukun Wonorejo Kelurahan Melayu Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Sabtu (5/6).

Dansubdenpom XII/2-3 Muara Teweh Kapten Cpm Edi Kiryanto yang memimpin langsung pelaksanaan kegiatan mengungkapkan kegiatan ini adalah salah satu bentuk kepedulian TNI terhadap peningkatan mutu pendidikan melalui tersedianya sarana pendidikan yang aman dan nyaman untuk melaksanakan proses belajar mengajar.

Kami Memberikan edukasi pentingnya kebersihan kepada pelajar SMPN 10 Muara Teweh serta mengingatkan dan menghimbau untuk melaksanakan Protkes dalam menjalankan proses belajar secara tatap muka, ujarnya.

Sementara itu, H. Heri M.pd Kepala Sekolah SMPN 10 Muara Teweh sangat berterimakasih kepada TNI yang telah melaksanakan pembersihan di lingkungan sekolah kami “semoga bermanfaat bagi sekolah, sekolah yang bersih akan membuat guru dan siswa betah dan nyaman dalam proses belajar mengajar. 

Sb: Pomdam XII/Tpr
Reporter: Liber
Editor: Yakop

Rabu, 02 Juni 2021

Bentuk Kepedulian Terhadap Kebersihan Lingkungan, Babinsa Koramil 1205-16/Belimbing Bangun Bak Sampah

Bentuk Kepedulian Terhadap Kebersihan Lingkungan, Babinsa Koramil 1205-16/Belimbing Bangun Bak Sampah
Bentuk Kepedulian Terhadap Kebersihan Lingkungan, Babinsa Koramil 1205-16/Belimbing Bangun Bak Sampah.


BORNEOTRIBUN MELAWI - Sebagai bentuk kepedulian pada kebersihan di wilayah binaan Babinsa Koramil 1205-16/Pemuar melaksanakan karya bakti pembuatan bak sampah di SDN 27 Pemuar pada hari rabu (2/6).

Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka karya bakti satkowil tahun anggaran 2021 ini bertujuan untuk menjaga kebersihan lingkungan,karena lingkungan yang bersih akan menghasilkan masyarakat yang sehat pula.

Seperti yang di tuturkan oleh Kepala Sekolah SD N 27 Batu Buil  Johni Anceh saat diwawancarai media BorneoTribun.com melalui telepon selular mengatakan, Dia secara pribadi serta seluruh dewan guru dan orang tua siswa sangat berterima kasih sekali atas bantuan tersebut. 

Kami juga sangat membutuhkan Bak sampah karena selama ini tong sampah yg kami buat sangat tidak maksimal dan anak-anak pun terkadang di buang sembarangan, 

"inti nya kami keluarga besar SDN 27 Batu Buil mengucapkan ribuan terima kasih terutama kepada Danramil 1205-16/Belimbing Pelda Suki Widodo," ucapnya.

Babinsa Pemuar Koptu sugiarto mengatakan, dipilihnya lokasi di SDN 27 Pemuar ini karna memang lokasi Sekolah ini belum memiliki bak penampungan sampah yang besar,dengan demikian harapanya dampak sampah yang berlebihan dapat diatasi.

"Kegiatan ini juga merupakan upaya kami satuan kewilayahan untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya seperti yang tertuang dalam 8 wajib TNI,dengan demikian semoga ini menjadi sarana keakraban antara TNI dan rakyat," ungkapnya.

Reporter: Erik.P

Senin, 31 Mei 2021

Walhi Kalbar Temukan 12 Konsesi Pada 8 HKG di Ketapang Tidak Melakukan Pemulihan Kerusakan Gambut

Walhi Kalbar Temukan 12 Konsesi Pada 8 HKG di Ketapang Tidak Melakukan Pemulihan Kerusakan Gambut
Walhi Kalbar Temukan 12 Konsesi Pada 8 HKG di Ketapang Tidak Melakukan Pemulihan Kerusakan Gambut.

BORNEOTRIBUN KETAPANG -- Kabupaten Ketapang sendiri memiliki luas wilayah 31.588 KM2 dengan lahan gambut seluas 637.305 hektar. Sekitar 68,74 persen dari luasan lahan gambut itu mengalami kerusakan. Dari angka luas fungsi ekosistem gambut di Ketapang,  sebesar 147. 225 hektar dengan fungsi lindung dan 282.418 hektar budidaya. 

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Barat (Kalbar) setidaknya menemukan ada 12 Konsesi pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHH-HA) serta izin usaha perkebunan pada 8 Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) prioritas di Ketapang yang tidak melakukan pemulihan areal gambut bekas terbakar.
 
Luas angka kerusakan sebagaimana SK Dirjen PPKL nomor 40 tahun 2018 terebut dimandat kan untuk dipulihkan. Selain pemerintah, koorporasi juga memiliki kewajiban melakukan pemulihan kerusakan gambut itu.

"Pada areal konsensi bekas terbakar tidak terlihat upaya penanaman kembali. Meski dibeberapa areal berkonsesi sekat kanal ditemukan namun secara aturan hukum tidak tepat," kata Kadiv Kajian dan Kampanye Walhi Kalbar, Hendrikus Adam saat mengelar Media Briefing di Ketapang, Minggu (30/5/2021). 

Temuan Walhi Kalbar tersebut berdasarkan hasil pemantauan terhadap tingkat kepatuhan penulihan ekosistem gambut dengan mendatangi 511 titik. 

"Di delapan KHG prioritas di Ketapang dengan memantau areal bekas terbakar. Kemudian tutupan hutan dan infrastruktur pembahasan menemukan bahwa upaya pemulihan gambut masih rendah atau tidak maksimal dilakukan," lanjut nya. 

Ia menyebutkan kalau mengacu pada Pasal 6 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor P.16 tahun 2017 tentang pedoman teknis pemulihan gambut. Penanggungjawab usaha atau kegiatan wajib melakukan pemulihan fungsi gambut. 

"Peraturan Pemerintah 57 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Gambut. Pada pasal 30 juga menegaskan hal serupa bahwa penanggungjawab usaha atau kegiatan harus melakukan pemulihan ekosistem gambut di tempatnya,"

Reporter: Jok
Editor: Yakop

Sabtu, 07 November 2020

Seekor Anak Orang Utan yang Ditemukan Warga di Bengalon

Seekor anak orang utan yang ditemukan warga di Bengalon
Seekor anak orang utan yang ditemukan warga di Bengalon. (Foto: Penrem 091/ASN) 

Kodim Sangatta Serahkan Anak Orang Utan ke BKSDA Kaltim, Ditemukan di Bengalon


BorneoTribun | Samarinda, Kaltim - Seekor anak orang utan yang ditemukan warga di Bengalon, diserahkan ke BKSAD Kaltim oleh Dandim 0909 Sangatta Letkol CZI Pabate. Orang utan yang belum diketahui jenis kelaminnya ini, namun diperkirakan berusia 1 tahun.
Anak Orang Utan
Kodim Sangatta Serahkan Anak Orang Utan ke BKSDA Kaltim. (Foto: Penrem 091/ASN) 


“Anak orang utan ini ditemukan warga di Bengalon, kemudian diserahkan ke Babinsa setelah itu dibawa ke Kodim Sangatta untuk diserahkan ke BKSDA Kaltim agar bisa dirawat,” ujar Dandim 0909 Letkol CZI Pabate, Jum’at (6/11/2020).

Ditanya proses penemuan, Dandim menerangkan orang utan yang ditemukan anggotanya diduga kuat terpisah dari orang tuanya. Dandim menyebutkan, lokasinya bukan di kawasan kebun kelapa sawit tetapi beberapa kawasan hutan yang masih ada pohonnya.
Warga di Bengalon
Kodim Sangatta Serahkan Anak Orang Utan ke BKSDA Kaltim. (Foto: Penrem 091/ASN)

“Saya kerap melihat ada orang utan di kawasan Bengalon dengan ukuran besar, lokasinya sekitar Km 85 di ruas Jalan Bengalon – Wahau,” terang Dandim.

Dijelaskan bayi orang utan yang ditemukan masyarakat diserahkan ke Serka Rudi Hartono. Selama semalam dirawat Serka Rudi Hartono, bayi orang utan yang tampak tidur pulas diserahkan ke Dandim. 

“Sempat dikasih susu dan memakai pampers, khawatir dengan kesehatannya segera dibawa ke Sangatta kemudian diserahkan ke BKSDA,” beber Dandim seraya menerangkan penemuan bayi orang utan oleh anggota Kodim Sangatta merupakan yang kedua.

Sementara Witono dari BKSDA Kaltim menegaskan orang utan merupakan hewan yang dilindungi, karenanya ia mengapresiasi masyarakat yang segera mengamakan dan menyerahkan kepada aparat untuk menyelamatkan orang utan. 

“Orang utan merupakan hewan langka yang dilindungi negara, masyarakat wajib melindungi agar kelestariannya terjaga sepanjang masa,” terangnya.

Terhadap anak orang utan yang diserahkan Kodim Sangatta, ia menerangkan segera diserhakan ke Balai Orang Utan untuk dirawat hingga siap dilepas liarkan. 

“Bayi anak utan itu perawatannya sama dengan bayi manusia,perlu ketelatenan,” sebut Witono.

Sumber Penrem 091/ASN
Oleh: Liber

Kamis, 29 Oktober 2020

Organisasi Lingkungan Khawatir Pembangunan Pulau Rinca Ganggu Habitat Komodo

Organisasi Lingkungan Khawatir Pembangunan Pulau Rinca Ganggu Habitat Komodo
Sebuah perahu wisata berlayar di lepas pantai pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, tujuan wisata populer di Indonesia timur, 24 Mei 2016. (Foto: Antara/Wahyu Putro A via REUTERS)


BorneoTribun | Palu, Sulteng - Dua organisasi lingkungan mengkhawatirkan dampak lingkungan pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata Pulau Rinca, salah satu bagian dari kawasan Taman Nasional Komodo.


Aloysius Suhartim Karya, Ketua Forum Masyarakat Peduli dan Penyelamat Pariwisata (Formapp) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur mengingatkan pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata di Pulau Rinca, bisa mengganggu kelestarian habitat komodo (Varanus komodoensis).


Berbicara kepada VOA, Aloysius mengatakan kegiatan pembangunan di Loh Buaya, Pulau Rinca, dipastikan akan menghilangkan pepohonan yang menjadi tempat berlindung anak-anak komodo dari komodo dewasa. Pembangunan itu juga akan akan memusnahkan pohon Bidara, Kesambi dan pohon Asam yang buah-buahan yang dihasilkannya menjadi sumber makanan monyet ekor panjang. Monyet tersebut merupakan salah satu satwa buruan komodo.


“Komodo yang baru menetas usia nol sampai tiga tahun, mereka memiliki insting untuk menyelamatkan dirinya dari predasi komodo dewasa, Dia langsung naik di atas pohon, dia akan tinggal diatas pohon selama dua hingga tiga tahun lalu dia akan memakan serangga yang ada di luar sana tokek dan cicak, ” kata Aloysius.


Dia menambahkan, lokasi pembangunan di zona pemanfaatan dalam kawasan Taman Nasional Komodo tersebut, adalah tempat berbagai satwa seperti kerbau liar, kuda liar dan babi hutan, mencari makanan. Padahal, hewan-hewan liar itu merupakan makanan komodo. Menurutnya, kehadiran manusia dan kebisingan yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan tersebut akan membuat binatang-binatang itu tidak nyaman, sehingga berpindah ke tempat lain.

Dua organisasi lingkungan mengkhawatirkan dampak lingkungan pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata Pulau Rinca. (Foto: ilustrasi).


“Dengan adanya pembangunan ini nanti akan memindahkan binatang-binatang ini karena mereka tentu akan terganggu dan biasanya yang namanya binatang ketika mereka tidak nyaman mereka akan bermigrasi dan mereka harus menyesuaikan diri dengan alam yang baru, dan kita tidak bisa pastikan apakah makanan di sana sesuai atau tidak,” ungkap Aloysius.


Dia juga mengingatkan kebisingan yang ditimbulkan kegiatan pembangunan tersebut dapat menyebabkan stres pada komodo yang dikenal sebagai binatang penyendiri.


Aloysius Suhartim mengimbau masyarakat internasional untuk ikut berusaha menghentikan pembangunan sarana prasarana pendukung pariwisata di Pulau Rinca.


“Saya mau mengimbau kepada seluruh masyarakat di seluruh dunia bahwa mari kita berempati terhadap situasi terkini yang dialami oleh Komodo. Bahwa rumahnya sudah diobrak-abrik oleh pemerintah Indonesia. Komodo membutuhkan pertolongan. Komodo membutuhkan suara lantang dari semua orang, dari semua pihak. Kita bantu dia untuk suarakan kepada pemerintah Indonesia untuk hentikan segera pembangunan eksploitasi itu yang jelas-jelas merusak dari rumah komodo ini, karena kita percaya kalau itu diteruskan akan terjadi pemusnahan,” imbau Aloysius.


Umbu Wulang Direktur WALHI Nusa Tenggara Timur menilai pembangunan berskala besar yang rakus lahan akan berdampak pada penyusutan ruang hidup komodo untuk berkembang biak dan mencari makan. Pembangunan itu juga akan mengganggu rantai makanan komodo.


“Pemerintah sebaiknya jangan utak-atik deh kawasan komodo. Biar bagaimanapun komodo ini adalah harta dunia yang tinggal satu-satunya. Sebaiknya pemerintah fokus benar untuk urusan konservasi. Mengurusi kesejahteraan masyarakat yang dibangun berbasis pada ekonomi berkelanjutan, tidak rakus lahan,” kata Umbu Wulang.


Umbu Wulang berharap Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mampu menjalankan fungsinya untuk melindungi ekosistem Taman Nasional Komodo dari kegiatan pembangunan yang mengancam kelestarian satwa tersebut.


“Saya pikir dunia sebenarnya saat ini sedang menaruh harapan yang besar kepada KLHK sebagai penjaga benteng itu. Dan sialnya, celakanya KLHK tidak menjalankan mandat dunia itu. Saya merasa KLHK itu bukan hanya mandat Indonesia tapi juga mandat dunia untuk memastikan keberlangsungan hidup komodo di NTT secara lebih baik ke depan dan memastikan upaya-upaya pelestarian dan konservasi disana tetap baik,” kata Umbu Wulang.


Pemerintah Pastikan Penataan Kawasan Tetap Lindungi Habitat Komodo


Biro Komunikasi Kementerian PUPR dalam keterangan tertulisnya menjelaskan, penataan kawasan pulau Rinca tetap melindungi habitat Komodo. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata di pulau Rinca merupakan bagian dari penataan menyeluruh Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo di Provinsi Nusa Tenggara Timur.


“Pembangunan infrastruktur pada setiap KSPN direncanakan secara terpadu baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah, sanitasi, dan perbaikan hunian penduduk melalui sebuah rencana induk pengembangan infrastruktur yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi,” jelas Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam rilis tersebut.


Pembangunan kawasan Pulau Rinca mencakup perbaikan Dermaga Loh Buaya, serta pembangunan pengaman pantai, jalan akses setinggi dua meter tempat penginapan, sertapos penelitian dan pemantauan habitat komodo.


Izin Lingkungan Hidup untuk penataan Kawasan Pulau Rinca di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Komodo Kabupaten Manggarai Barat telah terbit pada 4 September 2020 berdasarkan Peraturan Menteri LHK No 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup yang memperhatikan dampak pembangunan terhadap habitat dan perilaku komodo.


Balai Taman Nasional Komodo dalam sebuah pengumuman menyatakan, resort Loh Buaya ditutup sementara dari kunjungan wisatawan dalam upaya penataan sarana. Penutupan itu berlangsung dari tanggal 26 Oktober 2020 hingga 30 Juni 2021. (VOA)

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pilkada 2024

Lifestyle

Tekno