Hadiri Upacara Adat Malis, Wabup Sanggau: Mari Lestarikan Adat Budaya Kita
Wakil Bupati Sanggau Drs. Yohanes Ontot, M.Si menghadiri upacara Adat Malis di Rumah Betang Panjang Dusun Kopar Desa Dosan Kecamatan Parindu. (Ho-Diskominfo Sanggau) |
-->
Wakil Bupati Sanggau Drs. Yohanes Ontot, M.Si menghadiri upacara Adat Malis di Rumah Betang Panjang Dusun Kopar Desa Dosan Kecamatan Parindu. (Ho-Diskominfo Sanggau) |
Gendang Tar, salah satu jenis persembahan yang ditampilkan saat acara festival budaya Melayu (sumber Prokopim/Muzahidin) |
Wakil Bupati Ketapang, H. Farhan, SE, M. Si saat berada di acara festival budaya melayu Ketapang yang diadakan oleh MABM. |
Potret suasana baayun maulid 2019 lalu di Masjid Al Mukaramah Desa Banua Halat Kiri, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan (BorneoTribune/ANTARA / Muhammad Fauzi Fadilah) |
Banjarmasin, Kalsel - Masyarakat Banua Halat di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan kembali menggelar tradisi Ba'ayun Maulud yang diagendakan, Sabtu, 8 Oktober 2022 di Masjid Keramat Al-Mukarramah, diikuti ribuan orang dari berbagai daerah di Indonesia tercatat dalam peristiwa bersejarah itu.
Bupati Tapin HM Arifin Arpan usai melakukan kunjungan ke Desa Banua Halat memastikan saat ini persiapan dari panitia sudah mantap.
"Saat ini tenda-tenda dan nomor peserta dan ayunan telah dipasang oleh pihak panitia," ujarnya di Tapin, Jum'at.
Baayun Mulud adalah kegiatan tradisi mengayun bayi atau anak sambil membaca syair maulid.
Catatan pihak panitia pelaksana, saat ini tidak kurang dari 4.400 orang telah terdaftar mengikuti tradisi bahari yang salah satunya memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam saat 12 Rabiul Awal.
"Peserta paling jauh ada rombongan yang dari Lombok, Semarang, Jakarta. Saat ini jumlah pendaftar ada 4.401 orang, malam ini terakhir pendaftaran," ujar Kepala Desa Banua Halat Kanan sekaligus panitia pelaksana Ahmad Suriansyah.
Peserta tertua dan termuda ada yang berumur 100 tahun lebih dan tujuh hari. Kegiatan tersebut, kata dia, sejak era 2000 ini tidak hanya diikuti oleh anak-anak, namun juga orang dewasa.
Peserta yang ikut dalam perayaan kegembiraan di momentum kelahiran Nabi Muhammad itu, kata dia, ada juga yang menunaikan hajat atau janji diri setelah tujuan hidup berhasil.
Besok, kata dia, pelaksanaan Ba'ayun Maulud dimulai setelah masyarakat di lima desa di wilayah itu selesai melaksanakan kegiatan maulid di rumah masing-masing.
Kegiatan ini terakhir dilaksanakan pada 2019 atau sebelum COVID-19 melanda, tahun itu tercatat menyerap 4.960 peserta dari berbagai daerah di Indonesia datang ke Tapin.
Sekilas tentang Ba'ayun Maulud ini, kata dia, pada 2008 tradisi itu tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI), dengan peserta terbanyak se-Indonesia pada kegiatan budaya yang pernah ada.
"Waktu itu ada sekitar 1.500 orang yang ikut Ba'ayun Maulud," ujarnya.
Menyusul itu, pada 2015 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan Ba'ayun Maulud mendapat penghargaan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.
Oleh : Muhammad Fauzi Fadilah
Editor: Yakop
Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie. |
Caption : Panorama wisata Danau Sentarum dan kearifan lokal perahu hias Suku Dayak Tamambalo yang biasanya dilaksanakan setiap Festival Danau Sentarum, di wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat. |
Ketua Dekranasda Kabupaten Sambas, Kalbar, Yunisa, saat mengenalkan songket Sambas dalam Pameran Kriyanusa 2022 di Jakarta. (BorneoTribun/Antara) |
Wako Pontianak: Munculnya Beragam Kue Tradisional di Perayaan Robo-robo. |
Ajang Jogja Craft Indo di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. (BorneoTribun/Prokopim Setda Ketapang/Rio) |
Festival Meriam Karbit, salah satu kegiatan andalan di Kota Pontianak yang menarik wisatawan. (Foto BorneoTribun/HO-Jimi) |
Karolin Margret Natasa bersama suami menghadiri perayaan Kelenteng Thian Cun Shin Ti Ngabang. (BorneoTribun/Ho-Dekky) |
Festival Budaya Paradje ke-14 di Sanggau. (BorneoTribun/Ho-Diskominfo Sanggau) |
Para siswa menampilkan berbagai ragam seni dan budaya. |
Bupati Temanggung M. Al Khadziq (kiri) menyiramkan air ke rigen dalam ruwat rigen yang diselenggarakan petani di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Minggu (7/8/2022). |
Hadiri Diskusi Publik Forum Komunikasi Suku Dayak Kabupaten Melawi, Ini Pesan Kapolres. |
Mendikbud Nadiem Makarim (Foto: Humas Kemendikbud) |
BorneoTribun Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, Rabu (09/02/2022), mengumumkan agenda prioritas bidang pendidikan dan kebudayaan yang akan didorong pemerintah Indonesia, melalui kepemimpinan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada perhelatan G20.
“Presidensi G20 Indonesia yang diterima Bapak Presiden Joko Widodo pada Desember 2021 adalah sangat tepat, karena kita di Indonesia, dan semua negara di dunia saat ini sedang berupaya bangkit dari pandemi COVID-19,” ujar Nadiem dalam acara bertajuk “Kick Off G20 on Education and Culture”tersebut.
Mendikbudristek melanjutkan, momentum kepemimpinan ini dinilai tepat karena pada saat seperti inilah Indonesia dapat menunjukkan karakter bangsa yang luar biasa.
“Salah satu nilai dasar dari bangsa kita, yakni gotong royong, semakin penting untuk membantu kita dan dunia untuk pulih dan bangkit,” ujarnya.
Terkait agenda prioritas bidang pendidikan, Nadiem menyampaikan sejumlah terobosan Merdeka Belajar akan diperkenalkan kepada dunia sebagai praktik baik dan contoh untuk direplikasi oleh negara-negara lain di dunia. Ia pun berharap Indonesia dapat menginspirasi negara-negara maju dan berkembang, sekaligus mendapatkan kemitraan yang bermanfaat.
“Ada empat agenda prioritas bidang pendidikan yang akan kami perjuangkan sebagai pimpinan Kelompok Kerja Pendidikan G20, dan nanti ketika pertemuan puncak dengan menteri-menteri pendidikan. Pertama, Pendidikan Universal yang Berkualitas. Kedua, Teknologi Digital untuk Pendidikan. Ketiga, Solidaritas dan Kemitraan. Keempat, Masa Depan Dunia Kerja Pasca COVID-19,” terangnya.
Pada bidang kebudayaan, Nadiem mengungkapkan bahwa akan ada Konferensi Seni dan Budaya untuk Pemulihan dan pertemuan puncak dengan menteri-menteri kebudayaan di kawasan Candi Borobudur.
“Indonesia mengajak dunia untuk mendorong praktik-praktik hidup berkelanjutan berbasis budaya dan tercetusnya konsensus global untuk mencapai hal tersebut,” ujarnya.
Pada akhir sambutannya, Mendikbudristek mengajak masyarakat dan pemimpin dunia untuk menghasilkan aksi yang nyata dan bermakna.
“Mari wujudkan tema G20 ‘Recover Together, Recover Stronger’ jadi aksi nyata dan bermakna. Dengan semangat untuk pulih dan bangkit bersama, saya ingin mengajak semuanya untuk menguatkan gotong royong agar kita bisa menyukseskan Presidensi G20 Indonesia, serta mewujudkan Merdeka Belajar, Merdeka Berbudaya,” tandasnya.
Peresmian G20 di bidang pendidikan dan kebudayaan ditandai dengan pencabutan gunungan oleh Nadiem. Dalam pewayangan, gunungan menggambarkan kehidupan di alam semesta. Pencabutan gunungan merupakan lambang pergantian lakon, di mana manusia berjuang dan berusaha mengubah jalan hidupnya. Gunungan dalam logo G20 merepresentasi semangat dan optimisme masyarakat Indonesia, khususnya untuk bangkit dari pandemi dan segera memasuki babak baru kehidupan.
(HUMAS KEMENDIKBUD/UN)
Perayaan Festival Cap Go Me di Singkawang, Kalimantan Barat (foto: dok). |
BorneoTribun Jakarta - Tanggal 1 Februari lalu diperingati sebagai Tahun Baru Imlek, yang sejak tahun 2003 menjadi hari libur nasional. Selang dua minggu setelah peringatan itu, dirayakan pula Cap Go Meh atau Festival Lampion.
VOA - Menurut National Geography, beberapa ilmuwan memperkirakan jumlah warga Tionghoa berkisar 6 juta jiwa atau sekitar 2,2 persen dari penduduk Indonesia.
Perayaan Imlek pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dibatasi dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No 14/1967 tentang pembatasan agama, kepercayaan dan adat istiadat China. Peraturan terhadap warga Tionghoa pada masa Orde Baru itu membuat perayaan Imlek sempat menghilang di Indonesia.
Baru pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid yang akrab disapa dengan Gus Dur - Inpres Soeharto dicabut pada 17 Januari 2000.
Gus Dur menerbitkan Keppres No 6/2000 yang memberi kebebasan kepada warga Tionghoa untuk menganut agama, kepercayaan, dan adat istiadatnya. Gus Dur kemudian diberi gelar "Bapak Tionghoa Indonesia".
Wakil Ketua Umum Pariwisata di Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Johnnie Sugiarto mengatakan kepada VOA.
Johnnie Sugiarto (foto: courtesy). |
“Sejak diizinkan oleh pemerintahan Gus Dur untuk boleh merayakan Imlak, maka masyarakat Tionghoa berlomba menghidupkan kembali, sehingga ada 70 sampai 80 marga. Sekarang marga-marga itu punya kantor sekretariat sendiri, perpustakaan, asal usul marganya, keanggotaan dan punya kegiatan sembahyang kepada leluhur,” ungkapnya.
Kini sudah lebih dari 20 tahun warga Tionghoa di Indonesia, seperti halnya di negara-negara lain bisa merayakan Tahun Baru Imlek.
Bahkan kini Cap Go Meh atau 15 hari setelah tahun Baru Imlek juga dirayakan sebagai acara penutup tahun baru.
“Cu Ie itu hari pertama tahun baru Imlek, dan cap go itu tanggal 15-nya Imlek, jadi 15 hari setelah Imlek,” jelas Johnnie.
Viral Lagu Imlek Indonesia
Tepat pada hari Imlek tahun ini, banyak warga Tionghoa mendapat ucapan selamat Imlek dari teman dan sanak saudara melalui media sosial. Salah satu yang menjadi viral adalah lagu Imlek Fa Fa Da Cai Yo.
Alena Wu - salah seorang penyanyi "Fa Fa Da Cai Yo" (foto: courtesy). |
Ditemui VOA, penulisnya, Icun Lin, 43 tahun mengatakan, “Sayapun tidak tau, tiba-tiba meledak begitu saja... saya mendapat kiriman banyak WA.
Jadi lagu Imlek ini karya sendiri, original, awalnya itu untuk exist, setiap tahun harus membuat satu lagu Imlek dengan gaya apapun, bisa rock atau gaya Arabia.
Saya mencoba untuk mengkaji pengalaman musik saja.”
Padahal kata Icun Lin, lagu ini merupakan lagu Imleknya ke-8. Namun kali ini dengan lirik bahasa Indonesia, maka dianggap orang sebagai lagu Imlek yang pertama di Indonesia.
Penulis lagu kelahiran Jambi itu menambahkan, “Awalnya itu kan semua full Mandarin, mungkin karena lebih khas ada bahasa Indonesianya. Mudah-mudahan lain kali ada bahasa Jawanya. Rencana saya kalau sudah sampai 10 lagu, akan saya jadikan album Tribute to Chinese New Year.”
Satu hal menarik yang bisa diambil dari video lagu “Fa Fa Da Cai Yo” ini, menampilkan warga Tionghoa dari segala profesi, dari Walikota, polisi dan pembawa acara, seperti dijelaskan salah seorang penyanyinya, Alena Wu: “Saya bangga sekali bisa ikut dalam lagu ini, karena pesan keragamannya. Di sini ada 2 polisi, ada yang bergerak di bidang politik, MC, jadi tidak semuanya penyanyi dan tidak semuanya beragama Kristen atau Budha, ada yang Muslim juga.”
Grup penyanyi Fa Fa Da Cai Yo (foto: courtesy). |
Perayaan Imlek akan ditutup dengan Cap Go Meh yang berlangsung tanggal 15 Februari. Biasanya perayaan yang paling meriah berlangsung di Singkawang, Kalimantan Barat.
“Singkawang secara tetap merayakan Cap Go Meh. Jadi sebenarnya itu peristiwa budaya yang ditarik ke pariwisata. Makanya begitu hari pertama Imlek sampai Cap Go (hari ke-15) kota itu ramai pengunjung. Jadi bisnis semuanya berjalan karena di Singkawang sebagian besar penduduknya Tionghoa dan sudah sekian periode, Walikota Singkawang adalah orang Tionghoa,” ujar Johnnie Sugiarto yang menangani pariwisata dalam Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI).
Kini penduduk Jakarta pun bisa ikut merayakan Cap Go Meh dengan nuansa Tionghoa, sejak Pecinan atau kota Cina dibangun di kawasan Pantai Indah Kapuk dengan nama PIK Pancoran yang diresmikan November 2020. [ps/em]
Oleh: VOA Indonesia
Subscribe di situs ini untuk mendapatkan update berita terbaru